Dyra menerima pernikahannya dengan Ghavin, kembaran sang suami, karena permintaan sang mertua. Terlebih, Ghavin tampaknya ingin menjadi ayah pengganti untuk Megan—putrinya. Lantas, bagaimana kisah keduanya? Terlebih saat Dyra tahu Ghavin memutuskan menjadikan Dyra istri kedua bukan hanya karena alasan mulia itu.....
View MoreHanya butuh kesabaran untuk sebuah kepastian. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Hidup untuk berjuang, jika pun ada keberuntungan itu hanya sebagian kecil, dan tidak bisa selalu diharapkan. Senyum Martin bak awet berformalin kala menatap personil keluarganya yang lengkap penuh kehangatan. Meski sang istri tidak lagi ada disisinya, begitu juga si bungsu penghidup suasana telah pergi lebih dulu, tetapi dengan melihat kebahagian kedua putranya yang lain, ia sudah merasa sangat beruntung. Berharap kebahagiaan itu tetap bisa dinikmati sampai dirinya menutup mata nanti.Bukan hanya hubungan Ghavin dan Dyra yang sudah mulai menuju keluarga bahagia, pun dengan Galih yang terlihat menikmati perannya sebagai suami siaga. Begitu juga Bella tidak canggung lagi menunjukkan perhatian serta kepeduliannya pada sang suami. Pemandangan yang sebelumnya Martin anggap akan sangat mustahil terjadi, ternyata berakhir lebih manis dari yang pernah diharapkan. “Aku sebenarnya semalam sangat ingin dibu
Sedangkan di kediaman Tuan Prabu, Marissa belum juga bisa menerima kenyataan jika dirinya tidak diizinkan kemanapun sekarang, bahkan profesi yang selama beberapa tahun terakhir membuatnya percaya diri telah dilepas paksa oleh Tuan Prabu. Ingin marah, tetapi ingat tujuannya datang pada pria tua itu karena menuntut balas atas kematian sang mama, ia pilih bertahan. Meski sebenarnya rasa sakit yang dulu ia terima terus teringat jelas di ingatan, tidak jarang pun ketika ia sendiri, muncul pemikiran kemana Tuan Prabu kala itu. Kenapa tidak berusaha mencarinya, mungkinkah kepergiannya tidak membawa pengaruh, lantaran dirinya hanya dijadikan pelampiasan birahi, seperti yang wanita itu katakan. Tidak mau memikirkan itu lagi, Marissa memilih berpindah duduk di tepi kolam renang dan menceburkan kedua kakinya ke dalam air. Melihat birunya air kolam yang terpantul sinar lampu, ternyata justru membuat suasana hati Marissa semakin memburuk. Ia malah mendadak ingat ketika pernah sengaja berenang
Ghavin diam menahan kemarahan yang sebenarnya sudah ingin diledakkan. Penyesalan tak luput ikut menguasai diri, pasrah menjadi titik akhir kebenaran yang selama ini membuatnya tidak bisa tenang tapi justru terlambat mengetahui. Tertinggal hanya penyesalan dan terus menyalahkan diri lantaran tidak bisa bergerak cepat. Mirisnya, ia mengetahui semua kebenaran tersebut dari orang lain. “Aku perhatikan Mas banyak diam sejak kembali dari rumah Galih.” Dyra yang baru keluar ruang ganti segera mendekat, begitu mendapati sang suami duduk di sofa tunggal. Membiarkan kaca jendela beserta gorden yang terbuka lebar, sehingga menampakkan pemandangan langit malam yang cerah bertabur bintang. Tapi sayang, tidak mampu menerangi keredupan di wajah Ghavin. “Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui?” Karena memang selama di rumah Galih, Dyra pilih menemani Bella di kamar. Walaupun sebenarnya ia tidak tahu Bella menginginkan atau tidak keberadaannya. Ia hanya khawatir, ketika Bella ditinggal sendiri ba
Dyra hanya menunggu diam Bella yang masih belum berniat membuka mulut. Paham kepedihan yang sedang Bella rasakan, Dyra pilih menghormati itu dengan tetap duduk tenang di samping ranjang. Apa yang menimpa Bella memang bukan perkara mudah untuk bisa segera dilupakan, dan sudah pasti siapapun yang mengalaminya pasti juga terguncang. Setelah janinnya sempat hampir digugurkan paksa, dan dirinya dalam bahaya, semalam apa yang terjadi di kediaman Darwin seketika menggemparkan jagat media.Dari tiga puluh nyawa yang Galih temui, hanya satu yang masih memiliki kesempatan hidup, yaitu pekerja kebun Darwin. Sedangkan dua puluh delapan pelayan lainnya ditambah sang nyonya rumah, mereka meregang nyawa dengan cara yang tragis. Semua pelayan dikurung di dalam gudang yang diberi gas beracun, sedangkan suara seperti benda jatuh yang sempat Galih dengar, tak lain paman penjaga kebun berniat membuka pintu menggunakan potongan besi. Hanya saja, tubuhnya yang sudah sangat lemas meski telah melepas kaos
“Ya Tuhan bagaimana ini?” Dyra yang panik berniat pergi keluar untuk memanggil mereka yang berjaga, agar membantunya memindahkan Ghavin ke dalam kamar. Khawatir Martin tiba-tiba kembali keluar kamar dan mendapati putranya tidak sadarkan diri.Namun, ketika hendak melangkah, Dyra justru dikejutkan dengan tarikan di tangannya. “Mas?” Secepat kilat Dyra bisa berpindah tempat—duduk di atas pangkuan Ghavin yang masih memejamkan mata. Masih terlalu terkejut, Dyra menatap heran Ghavin yang bergeming. “Mas bisa mendengarku?” Ghavin perlahan membuka mata. “Kenapa tidak menjawab! Aku benar-benar takut sesuatu terjadi padamu,” gerutu Dyra yang malah Ghavin balas dengan senyum tipis.“Sebenarnya aku ketiduran tadi.” Ghavin menyingkirkan anak rambut Dyra yang menghalangi pandangannya. “Itu artinya aku sudah mengejutkanmu?” Ghavin tidak akan menjawab meski itu yang sebenarnya terjadi. “Maaf,” ujar Dyra pelan disertai menyesakan. “Tidak perlu minta maaf. Aku bisa mengabaikan apapun kesalahan yang
“Ma.. mama.. suara lemah Bella terus memanggil Mia yang tak kunjung menjawab. Mendapati rumah dalam keadaan sepi, pun kamar utama kosong, Bella semakin khawatir sesuatu terjadi pada sang mama.“Bagaimana ini, Mas. Mama tidak bisa dihubungi.” Perasaan Bella bertambah tak karuan, ketika mencoba menghubungi nomor pribadi sang mama yang ternyata berada di luar jangkauan. “Kamu yang tenang, ya. Sebaiknya duduk dulu.” Karena memang kondisinya masih sangat lemah setelah kembali dari villa, Bella menurut saat dibimbing duduk di sofa. “Aku benar-benar khawatir, Mas.” Suara Bella sudah bergetar, membayangkan Darwin juga tega membahayakan nyawa wanita yang selama ini setia, dan patuh terhadap dirinya dengan semua peraturan yang terkadang tidak masuk akal.“Percayalah mama akan baik-baik saja.” Galih menenangkan. “Sama seperti kita, pertolongan datang di waktu yang tepat.” Melihat Bella mengangguk patuh meski kecemasan masih terlihat jelas di wajahnya, Galih memilih ikut duduk. Ia seakan lupa
“Syukurlah.. akhirnya kalian pulang juga.” “Papa? Kenapa belum tidur?” Setelah sempat terkejut mendapati sang ayah ada di ruang tengah sendirian ketika hari sudah larut malam, Ghavin malah mencemaskan kondisi Martin. “Papa butuh sesuatu? Atau merasa tidak nyaman? Mau ke rumah sakit?” Ghavin yang masih terbawa ketegangan siang tadi, bertanya tidak sabar. “Tidak. Papa baik-baik saja. Papa hanya ingin menunggu kalian.” Ghavin seketika menghela nafas panjang, dan beralih menatap sang istri. Dilihat dari perubahan wajahnya, sepertinya Ghavin sadar sudah berlebihan. Seperti yang Dyra duga—Martin belum bisa tidur sebelum melihat dirinya dan Ghavin kembali. Untuk itu, ia menyarankan mereka lebih dulu membersihkan diri dan berganti pakaian di hotel terdekat sebelum kembali ke rumah. Sedangkan Janur serta Derry yang masing-masing mengalami luka tembak, tidak mau di bawa ke ruang sakit. Mereka memilih mengobati sendiri, dan kembali ke hutan. Ternyata Darwin tidak datang sendiri. Masih
“Awas Mas!!!”Dor!Seketika kondisi berubah hening, sebuah tembakan menjadi akhir dari ketenangan yang terjadi. Naasnya, belum juga kesadaran Dyra kembali, suara tembakan kembali terdengar.“Mas…” Mulut Dyra bergerak tanpa suara. Tubuhnya mendadak lemas. Tulang-tulang melunak seperti jelly. Nafas tersendat, tapi mampu melepas tekanan yang menghimpit dada.“Mas! Kamu terluka?” Galih yang khawatir segera bertanya sambil mendekati Ghavin.“Tidak. Aku baik-baik saja. Kau datang di waktu yang tepat. Terima kasih.” Ghavin hanya tidak menyangka Darwin akan berakhir di tangan Galih yang bahkan membunuh serangga saja dia tidak tega.Beberapa saat sebelumnya. Di balik sofa Ghavin masih sempat membalas tembakan Darwin hingga beberapa kali. Sedangkan Dyra yang berada di dekapannya menutup telinga dengan kedua tangan. Suara tembakan seakan mampu menembus gendang telinga. Dyra terlalu takut membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Apalagi jika sesuatu yang buruk sampai terjadi pada Ghavin.Kendat
“Kalian berkumpul disini rupanya?” Suara itu menarik perhatian Ghavin. Begitu menoleh, dan tahu siapa yang ada di belakangnya, Dyra segera berpindah ke belakang sang suami yang juga sigap melindungi dirinya.Darwin datang disertai seringai licik menghiasi wajahnya yang dingin. Dia juga sempat melirik pintu kamar Bella yang sudah tertutup.“Aku akui, keberuntungan ada dipihak kalian. Selama ini tidak ada satupun yang bisa keluar pulau pribadiku dengan kondisi selamat.” Ghavin pilih tidak menjawab sarkasme Darwin, tapi bukan berarti ia tidak siaga jika tiba-tiba pria itu menyerang. Meski sebenarnya sedikit tenang sebelum meninggalkan pulau Darwin, jaket anti peluru milik Ghavin diberikan kenapa Dyra, sedangkan Ghavin bergantian mengenakan milik Derry yang memaksa memberikannya.Tapi kendati demikian, saat mereka di serang ketika kapal sudah bersandar, Ghavin tetap merasa takut luar biasa Dyra bisa terluka. Ketakutan yang kali ini kembali ia rasakan. Darwin hanya sebongkah daging terbu
Kedua tangan Dyra yang tertaut di atas pangkuan basah oleh keringat. Jantungnya berdetak kencang menunggu persetujuan yang tak kunjung ayah mertuanya berikan. Terlebih kehadiran Ghavin membuatnya semakin tidak nyaman sekaligus cemas, Martin bakal melarangnya pergi. “Kamu yakin dengan keputusanmu, Nak?” Martin merasa perlu memastikan, walaupun sudah jelas terlihat keseriusan di wajah Dyra. Akhirnya setelah cukup lama bungkam, suara pelan Martin dianggap seperti angin segar. Dyra lantas mengangguk yakin. Keinginannya hanya pergi dari rumah mewah Pramana agar bisa memulai hidup baru. “Iya, Pa. Aku sudah memikirkannya matang-matang. Aku hanya ingin menata hati dan melanjutkan hidup di kampung bersama Megan.” Dyra menjelaskan. Namun, baru saja menutup mulut, suara Ghavin menyentak Dyra yang seketika beralih pandang. “Kau tidak boleh membawa Megan. Jika ingin pergi, pergi saja sendiri!” Terkejut dengan larangan Ghavin, Dyra menyela tidak terima. “Apa maksud Mas mengatakan itu?”...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments