Dyra menerima pernikahannya dengan Ghavin, kembaran sang suami, karena permintaan sang mertua. Terlebih, Ghavin tampaknya ingin menjadi ayah pengganti untuk Megan—putrinya. Lantas, bagaimana kisah keduanya? Terlebih saat Dyra tahu Ghavin memutuskan menjadikan Dyra istri kedua bukan hanya karena alasan mulia itu.....
View More“Aku tidak mau disini! Buka pintunya!” Di tengah malam ketika orang lain sedang tertidur lelap, Marissa justru menggedor pintu sambil terus berteriak kesetanan. Ia marah begitu kesadarannya kembali dan berniat meninggalkan kamar, ternyata seseorang telah mengunci pintu dari luar. “Brengsek! Aku pastikan akan membunuh siapapun yang berani mengurungku disini!” makinya sekali lagi. Sebenarnya Tuan Prabu yang ada di kamar sebelah bisa mendengar jelas suara Marissa, tetapi memilih tak acuh dengan tetap membaca buku di tangannya. “Buka!” teriak Marissa lagi. Tapi begitu sadar tidak juga ada jawaban, ia berubah cemas. Bagaimana jika dirinya hanya sendiri di tempat tersebut? Marissa lantas berbalik badan, memilih kembali duduk di tepi ranjang dengan benak yang terus dibuat bertanya-tanya, siapa yang telah membawanya ke tempat sialan itu. Tapi tiba-tiba ia ingat kemunculan wanita berpakaian serba hitam, dan membawanya paksa meninggalkan klub pagi tadi. Yah! Marissa tidak lupa, wanita itu t
Ghavin tiba di pelabuhan penyebrangan menuju pulau xxx lebih dulu dibanding Janur dan yang lain. Melihat kapal yang diyakini sebagai transportasi menuju pulau bersandar di dermaga, Ghavin masih harus waspada. Bukan tidak mungkin ada banyak jebakan di sekitarnya. Ternyata dugaan Ghavin selama ini benar, Darwin tidak sebaik yang terlihat. Bahkan lebih licik dari Romi putranya.Turun dari kendaraan roda duanya Ghavin memperhatikan sekitar yang tampak sepi. Karena memang pelabuhan bukan diperuntukkan untuk komersial, melainkan milik pribadi dan Ghavin tahu bagian dari aset keluarga Darwin. “Tuan,” Ghavin tersentak dengan panggilan pelan itu, ternyata Derry sudah ada di belakangnya. “Saya sudah memeriksa semua tempat ini, dan bisa saya pastikan tidak ada penjagaan sampai di dalam kapal.”“Tapi kita tetap harus berhati-hati, terlalu mustahil Darwin membiarkan orang lain memasuki tempatnya.” Peringatan yang langsung Derry balas tegas. “Baik, Tuan.” Selain mengenakan jaket anti peluru sepe
Duduk di depan layar televisi yang menyala, Ghavin bukan sedang serius menonton siaran yang tengah berlangsung. Melainkan otak cerdasnya sibuk menduga-duga menghilangnya Galih pasti ada campur tangan Romi, atau bahkan pihak lain yang tak kalah lebih kuat. Mengingat aksi hari itu yang nyaris mencelakai Galih serta Bella dilakukan orang suruhan Romi. Sekalipun sanksi kunci lebih dulu meregang nyawa, tapi Ghavin tetap yakin hanya Romi yang paling beralasan ingin melenyapkan satu-persatu anggota keluarganya.Namun, tiba-tiba perhatian Ghavin teralihkan ke layar ponsel yang ada di atas meja, ternyata ada pesan masuk. Saat membaca pesan dan mengharuskan dirinya pergi, Ghavin memastikan ke kamarnya lebih dulu. Mengetahui Dyra sudah tertidur, begitu juga Martin, ia lantas bergegas pergi diam-diam. Tentunya setelah memastikan keamanan rumahnya selama dirinya pergi. Walaupun tidak ada Janur, tapi Ghavin yakin beberapa pria yang menjaga kediamannya bisa menjamin keselamatan keluarga dari orang-o
Dalam sekejap Marissa sudah hilang kesadaran, dan sekarang tidak tahu lagi dirinya hendak dibawa kemana.Seperti ngawang—tidak memiliki arah tujuan hidup, Marissa sampai tertidur di kamar VIP sebuah klub malam. Lantaran terlalu banyak minum, membuatnya tidak ingat lagi bakal tertidur di sana sampai hampir tengah hari. Jika saja perutnya tidak terus meronta, mungkin ia akan tetap tertidur di sofa sampai hari kembali malam.Namun, baru meninggalkan pintu masuk klub, Marissa tiba-tiba dikejutkan dengan kemunculan wanita berpakaian serba hitam, dan langsung menyeretnya agar memasuki mobil yang bukan miliknya. Merasa dalam bahaya, Marissa berusaha meronta, tetapi karena kondisinya sangat lemas—menahan lapar, ia kalah dan berakhir tidak sadarkan diri. Mengetahui keberadaan Marissa dari mata-mata yang mengikutinya sejak semalam, Tuan Prabu yang baru menyelesaikan meeting langsung memberi perintah bodyguard wanita menjemput Marissa, dan membawanya
“Bagaimana kondisimu?” Darwin bertanya pada putranya yang masih berbaring di ranjang—tanpa mengenakan pakaian atas. Terlihat juga bahu sebelah kiri masih tertutup perban. Ada bekas goresan cukup dalam di sana.“Sudah jauh lebih baik sekarang?”“Baguslah. Kau sudah lebih tiga hari tertidur, papa sempat mencemaskanmu.” Darwin memilih duduk di sofa, sedikit jauh dari ranjang. Sedangkan Romi tetap berbaring, karena selain luka di bahu kirinya, pun bekas luka bakar di tangannya yang belum sembuh, ditambah lagi luka tembak di kedua kakinya yang membuatnya belum bisa duduk bersandar. Ghavin memang sialan bisa meninggalkan luka sebanyak itu di tubuhnya.“Terima kasih Papa datang di waktu yang tepat,” ujarnya pelan. Tapi tersimpan kemarahan dibalik rahangnya yang mengeras. “Jika Papa telat sedikit saja, mungkin sekarang tubuhku sudah terkubur di dalam tanah.“Kau belum boleh mati sebelum menuntaskan dendammu,” balas Darwin sangat tenang. Bersikap seolah kematian bukan perkara serius. “Kau han
Ghavin benar-benar tidak bisa memejamkan mata walau hanya semenit, dan akhirnya memilih tetap terjaga di ruang kerjanya lantaran tidak ingin mengusik tidur sang istri. Pikiran Ghavin masih terlalu mencemaskan Galih yang tak kunjung menghidupkan ponselnya. Sudah pasti sesuatu terjadi pada adiknya itu, tapi sialnya tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Ghavin juga merasa telah kecolongan dengan tidak pernah mengantisipasi hal itu bakal terjadi. Sebab, sebelumnya ia yakin Galih bisa menjaga diri meski tidak memiliki skil beladiri ataupun yang lainnya. Tapi dengan insting yang tajam, Galih dianggap bisa lebih waspada. Tapi ternyata?“Kamu belum tidur, Vin?”Terkejut dengan suara sang ayah, Ghavin segera memutar badan ke belakang dan mendapati Martin sudah ada di ambang pintu. Sialnya ia lupa menutup pintu sehingga keberadaannya bisa diketahui Martin. “Papa sendiri kenapa belum tidur? Aku masih ada sedikit pekerjaan.” ujarnya terpaksa berbohong sambil membantu mendorong kursi roda Mar
Setelah meninggalkan kediaman mewah Tuan Prabu, Marissa mengendarai mobilnya menuju apartemen Romi. Ia sama sekali tidak menaruh curiga saat melintasi sofa tunggu yang ada di lobby, mengabaikan seorang pria yang wajahnya tertutup surat kabar. Begitu Marissa sudah melewatinya—sedang berdiri di depan lift, pria itu segera meletakkan surat kabar ke atas meja dan buru-buru melakukan panggilan. “Tidak salah lagi, itu memang dia,” ujarnya memberitahu seseorang di seberang sana ketika menoleh Marissa yang sudah memasuki lift.Sesampainya Marissa di depan pintu penthouse Romi, dengan percaya diri langsung menekan beberapa digit nomor. Tapi ternyata sudah dua kali mencoba, nomor yang ditekan tidak valid. Pintu masih tertutup rapat. “Apa-apaan ini? Romi sengaja mengubah kode sandinya?” Marissa menggeram kesal. Padahal sebelumnya ia berpikir bisa mendatangi tempat tersebut kapan saja setelah kepergian Sushmita. Tapi ternyata, benar-benar mengecewakan.“Dia berani bermain-main denganku rupanya?”
“Tidak kusangka Ibu Sushmita berakhir tragis.” Dyra menyatakan keprihatinannya akan kematian wanita yang pernah menyakiti dirinya bukan hanya secara verbal, tapi juga fisik. Tapi walaupun demikian, Dyra tidak menyangka akhir hidup Sushmita bakal sangat menyesakkan pastinya bagi Marissa. “Aku jadi berpikir mungkin saja kecelakaan yang terjadi padanya sama seperti yang pernah Mas alami tempo hari.” Ghavin baru beralih pandang, menatap Dyra yang sedang meluruskan pandangan—memperhatikan langit-langit kamar. “Tidak bisa aku bayangkan, bagaimana kerasnya usaha kalian mengatasi mobil saat keluar jalur.”Mengingat mobil Ghavin terperosok ke dalam jurang dan terbakar di dasar. Sedangkan dilihat dari jejak roda mobil Sushmita, kendaraan tersebut sempat berputar arah sebelum akhirnya menghantam pembatas jalan hingga akhirnya terbakar.“Jangan dibayangkan.” Ghavin menjawab sambil mengulurkan tangan ke bawah caruk leher Dyra, lantas membawa tubuh sang istri merapat padanya. “Sudah aku katakan,
Marissa belum bisa mempercayai jika mayat di depannya itu adalah Sushmita. Bagaimana tidak, mayat tersebut mengalami luka bakar hampir seratus persen. Bagian wajah yang paling parah sehingga membuatnya ragu, itu benar jasad sang mama. Tapi walaupun masih menunggu hasil otopsi yang katanya sebentar lagi keluar, bulir bening Marissa sudah mengalir deras membasahi pipi. Ia hanya terlalu takut memikirkan bakal seperti apa hidupnya tanpa sang mama, sedangkan selama ini ia sangat bergantung. Marissa tak ubahnya seperti bayi besar yang tidak bisa melakukan apapun tanpa saran dan bimbingan Sushmita. Ia tidak benar-benar dewasa. Selain terkendali serta terpantau, Marissa juga bisa menjadi sangat patuh hanya pada Sushmita. Kondisi yang membuat Marissa ketergantungan, sehingga tidak bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya sangat diinginkan. “Tidak! Aku yakin ini bukan mama. Mama akan kembali padaku, kita akan sama-sama lagi.” Marissa berusaha menyakinkan diri. Padahal pagi tadi mereka masih
Kedua tangan Dyra yang tertaut di atas pangkuan basah oleh keringat. Jantungnya berdetak kencang menunggu persetujuan yang tak kunjung ayah mertuanya berikan. Terlebih kehadiran Ghavin membuatnya semakin tidak nyaman sekaligus cemas, Martin bakal melarangnya pergi. “Kamu yakin dengan keputusanmu, Nak?” Martin merasa perlu memastikan, walaupun sudah jelas terlihat keseriusan di wajah Dyra. Akhirnya setelah cukup lama bungkam, suara pelan Martin dianggap seperti angin segar. Dyra lantas mengangguk yakin. Keinginannya hanya pergi dari rumah mewah Pramana agar bisa memulai hidup baru. “Iya, Pa. Aku sudah memikirkannya matang-matang. Aku hanya ingin menata hati dan melanjutkan hidup di kampung bersama Megan.” Dyra menjelaskan. Namun, baru saja menutup mulut, suara Ghavin menyentak Dyra yang seketika beralih pandang. “Kau tidak boleh membawa Megan. Jika ingin pergi, pergi saja sendiri!” Terkejut dengan larangan Ghavin, Dyra menyela tidak terima. “Apa maksud Mas mengatakan itu?”...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments