Share

2. Kesepakatan

Penulis: Damaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 17:21:20

Ghavin berjalan tergesa menuju beranda samping untuk menerima panggilan. Panggilan yang sangat penting sampai ia harus menjauh agar tidak ada yang ikut mendengar.

Pernikahan kedua Ghavin bersama Dyra sudah terjadi dua jam lalu. Sekarang Dyra sah menjadi istri kedua Ghavin Pramana. Tapi meski waktu sudah berlalu selama itu, Dyra belum beranjak dari sofa—-masih tercenung dengan pikiran berkelana jauh tak tentu arah.  

Beralih ke stroller Megan, senyum tipis terukir kala melihat malaikat kecilnya sedang tertidur pulas. Bayi itu benar-benar cantik dan menggemaskan. Mewarisi hampir seratus persen paras papanya. Dyra yang mengandung serta melahirkan saja nyaris tidak kebagian. Hanya rambut Megan yang seperti miliknya, keriting ikal.

“Kamu alasan mama melakukan ini, Nak. Mama berharap sudah menentukan keputusan yang tepat untuk masa depanmu,” ujar Dyra pelan.

“Ghavin!”

Teriakan dari arah pintu utama mengejutkan Dyra juga Megan yang langsung terbangun dan menangis. Bahkan Martin yang ada di sofa berbeda ikut terkejut, lantas buru-buru menggerakan kursi rodanya ke arah ruang tamu. 

“Risa!” Martin tidak suka cara menantu sulungnya yang dianggap tidak beretika. “Kau tidak perlu berteriak. Ini rumah, bukan hutan.”

Mengabaikan kritikan Martin, Marissa bertolak pinggang di tengah ruang tamu. "Dimana Ghavin? Aku mencari suamiku.” Sama sekali tidak ada rasa hormat Marissa terhadap Martin—mertuanya. Wanita berhak tinggi itu masih membusungkan dada dengan dagu terangkat.

"Kenapa tidak kau cari sendiri!” Begitu juga Martin yang terlihat tak acuh, sangat berbeda ketika bersama Dyra. Setelah itu Martin juga langsung kembali masuk meninggalkan Marissa.

“Tua bangka merepotkan!” dengus Marissa kesal yang lagi-lagi diabaikan.

Sempat mendengar teriakan Marissa, begitu orang di seberang sana paham apa yang diperintahkan, Ghavin lantas memutus panggilan, dan segera memastikan ke dalam khawatir terjadi ketegangan antara Marissa dengan sang ayah. Setidaknya saat melewati ruang tengah, Ghavin lega melihat Dyra membawa Megan ke kamarnya. Sedangkan Martin sudah menunggu di dekat sofa.

“Kita harus pergi sekarang. Bukankah acaramu sudah selesai?”  

“Aku harus kembali ke kantor. Masih ada beberapa pekerjaan yang belum aku selesaikan.” Ghavin bicara jujur.

Keduanya sudah bertemu di sofa panjang ruang tengah, tapi sayangnya Martin lagi-lagi harus menyaksikan minimnya adab Marissa terhadap suaminya. Selalu bicara ketus, dan tidak mau dibantah.

“Tidak bisa! Kau harus pergi denganku!” Marissa tetap bersikeras memaksa.

“Tunggu sebentar, ada yang ingin aku jelaskan pada kalian.” Ghavin sudah akan bangkit, tapi pertanyaan Marissa menahannya.

“Kalian siapa?” Marissa bertanya dengan alis mengkerut.

“Kau dan Dyra. Tunggulah sebentar. Aku panggilkan dia.” Ghavin masih sangat lembut dan tenang saat berbicara pada Marissa. Sikap yang terkadang membuat Martin kesal, putranya terlalu baik untuk Marissa yang tidak tahu diri.

Tidak ingin membuang waktu, Ghavin bergegas menuju kamar Dyra.

“Puas Papa sekarang sudah kembali menjadikan Dyra menantu?” hardik Marissa begitu tinggal hanya berdua dengan Martin. “Papa selalu menganggapku buruk, dan tidak layak untuk Ghavin, bukan? Padahal buktinya aku juga memikirkan kebahagiaan kalian. Terbukti sekarang aku merelakan suamiku menikah lagi. Karena aku sadar belum bisa memberinya keturunan.” Melihat Marissa memasang wajah memelas—mencari simpati, Martin sama sekali tidak terpancing. Hanya diam menatap dingin Marissa yang masih menunjukkan kesedihan palsu.

Di kamar, Dyra bersyukur Megan bisa kembali tertidur setelah menghabiskan setengah botol susu. Dyra baru selesai menutup pembatas di ranjang Megan ketika Ghavin masuk. Sempat terkejut, tapi dengan cepat Dyra bisa menguasai diri.

"Apa dia tidur lagi?" Meski enggan, tapi pada akhirnya Dyra menjawab dengan anggukan kepala. “Bisa bicara di luar?” Melihat Dyra kembali mengangguk, Ghavin lantas berjalan keluar lebih dulu.

“Semua demi kamu, Nak. Mama akan berusaha sabar.” Menyiapkan diri menghadapi kemungkinan yang bisa saja terjadi, Dyra mendesak nafas kasar sekali sebelum ikut berjalan keluar.

**********

“Selamat kau tidak jadi mantan menantu di keluarga ini,” sarkas Marissa menyambut kedatangan Dyra. “Tapi walaupun suamiku sudah menikahimu, jangan harap bisa bersaing denganku.” Nada sinis Marissa hanya Dyra balas dengan senyum kaku.

Bersaing dengan Marissa sesuatu yang sangat mustahil bisa Dyra lakukan, ia juga sangat sadar diri. Mereka bak bumi dan langit. Tidak hanya berparas cantik, fashionable, dan glamor, Marissa juga memiliki karir yang cemerlang sebagai modeling. Sedangkan dirinya, hanya wanita rumahan yang tak ragu mengenakan daster usang. Sekalipun ia berusaha keras, sudah pasti tidak akan bisa setara dengan Marissa.

“Risa! Jaga bicaramu!” tegas Martin tidak suka melihat cara bicara Marissa yang dianggap terlalu sombong.

“Kenapa? Karena dia menantu kesayangan Papa?” Bukannya menurut, Marissa malah semakin meninggikan suara.

“Risa.” Kali ini Ghavin yang menegur. Walaupun dengan suara pelan tapi penuh penegasan. Tidak hanya Marissa, Dyra yang berada di jarak cukup jauh saja ikut merasakan atmosfer yang berbeda sesaat Ghavin bersuara. Pria itu memang sangat mengintimidasi dengan pembawaan yang tenang. “Kau lupa sedang bicara dengan siapa?”

Mendapat pembelaan Ghavin, Martin menatap kesal Marissa yang balas melirik sinis. 

Dua orang dewasa yang tidak pernah bisa akur setiap kali bertemu. Kondisi yang sebenarnya tidak asing lagi Dyra lihat, hanya saja dengan statusnya yang sekarang, timbul perasaan tidak tenang. Ia tahu Marissa tidak akan pernah berhenti menghardik dirinya.

“Diam, dan dengarkan ini baik-baik.” Setelah memperingatkan Marissa, Ghavin beralih pada Dyra yang dianggap juga berhak ikut menyimak. “Kedepannya aku akan berusaha memperlakukan kalian dengan adil.” Ghavin mulai menjelaskan perannya sebagai suami dari dua istri, sekaligus ayah pengganti Megan. 

“Dengarkan dulu.” Ghavin melarang Marissa yang hendak melontarkan protes. “Tunjuk dimana saja rumah yang kau mau jika kau ingin tinggal di rumah baru. Karena mulai besok, Dyra beserta Papa akan tinggal di rumah yang sudah aku siapkan.” Ghavin menatap Dyra sebentar sebelum lanjut bicara. “Rumah ini terlalu banyak menyimpan kenangan mama dan Ghava. Aku lakukan ini demi kesehatan mental Papa, agar tidak lagi merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi. Hanya itu.” 

Kendati menekan ujung kalimatnya, tapi pandangan Ghavin penuh arti ketika kembali menatap Dyra. Sedangkan Dyra tidak peduli apapun yang Ghavin jelaskan, ia juga tidak berharap pria itu bisa mengerti dirinya. Dengan tidak lagi tinggal di rumah itu saja, ia sudah sangat bersyukur. 

Dyra percaya menjauh dari semua hal yang mengingatkan Ghava bisa menyembuhkan luka hatinya atas kepergian pria itu yang mendadak. Dyra juga sedang berusaha menerima takdir yang sekarang telah mengikatnya dengan pria yang tidak pernah diinginkan.

“Aku akan tetap tinggal di rumah lama.” Marissa menjawab ketus, kesal ternyata Ghavin sudah menyiapkan tempat tinggal untuk Dyra. “Tapi sebagai gantinya, dalam sepekan kau harus bersamaku lima hari, baru sisanya kau bisa bersama Megan.” 

“Tidak! Itu tidak benar, Risa.” Ghavin meluruskan.

“Tapi kenapa? Bukankah pernikahan kalian hanya karena kau menuruti permintaan Papa? Apa kau juga berniat melakukan tanggung jawabmu pada Dyra?!” Marissa bersungut-sungut, merasa Ghavin melanggar kesepakatan mereka.

Tidak tahu perjanjian apa yang sebelumnya disepakati pasangan itu, tetapi ketika Marissa mencemaskan sesuatu yang Dyra anggap tidak mungkin, rasanya sangat tidak nyaman. Pernikahannya dengan Ghavin hanya karena Megan, tidak lebih. Tapi sayangnya ketika akan ikut bicara, suara Ghavin lebih dulu terdengar. 

“Pernikahanku dengan Dyra memang hanya karena kami ingin tetap bersama Megan. Tapi walaupun begitu, Dyra juga sudah menjadi tanggung jawabku. Apa yang aku berikan padamu, dia juga akan mendapatkan hak yang sama.” 

Kali ini tidak hanya Marissa yang terkejut, tapi juga Dyra. Tidak tahan hanya menyimak, Dyra akhirnya angkat bicara. “Tidak perlu Mas melakukan itu! Cukup hanya menjadi ayah pengganti Megan. Sedangkan kita tetap dua orang asing.” Dyra menegaskan 

“Tidak bisa Dyra. Aku menikahimu secara sah, dengan begitu aku berkewajiban memberikanmu hak yang sama seperti Marissa.”

“Kenapa bisa seperti itu?” Tidak terima, Marissa melayangkan protes. “Kau hanya mengatakan akan mengambil alih tanggung jawab Megan. Bukankah terlalu berlebihan jika kau juga memperdulikan ibunya!”

“Ghavin.. .” Martin menyela, sepertinya ia cukup terkejut setelah mendengar ucapan Marissa. “Jangan buat papa pusing, apa yang sebenarnya kalian sepakati?” 

“Ghavin mengatakan pernikahan ini atas keinginan Papa yang tidak bisa jauh dari Megan, dan aku menyetujuinya karena dia bilang tidak lebih dua tahun.”

“Ghavin!” Kali ini Martin membentak putranya, dan disertai tatapan marah.

Melihat reaksi Martin, Marissa menyunggingkan senyum licik.

 

Bab terkait

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   3. Curiga

    "Astaga! Mas Ghavin!" Dyra seketika duduk. Sebelumnya posisi Dyra berbaring membelakangi pintu, tapi ternyata Ghavin yang tidak tahu sejak kapan datangnya sudah berdiri di dekat ranjang, dan ketika membalik badan Dyra dibuat terkejut setengah mati. “Sedang apa disini?” Dyra buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Namun, Ghavin tak bergeming, bahkan saat melihat keterkejutan Dyra. Dyra lantas menghidupkan lampu kamar menggunakan remot, dan ketika tahu penampilan Ghavin yang tak biasa, alisnya mengkerut dalam. Melihat Ghavin berdiri layaknya patung, pun dengan tatapan terkunci padanya, Dyra berubah gelisah. Ia merasa terancam. “A-ada apa?” ujarnya gugup. Selain aneh, Ghavin juga tampak berantakan. Tidak seperti biasanya yang selalu rapi. Kemeja putih yang Ghavin kenakan terburai keluar, dasi sudah melonggar tidak beraturan. Sedangkan rambutnya acak-acakan seperti tersapu angin beliung. Ghavin terlihat sangat kacau. Semakin mengherankan lagi ketika tiba-tiba langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   4. Mendadak berubah

    Pagi itu ketiga kalinya Dyra mengajak Megan jalan-jalan pagi. Selain ingin mendapatkan udara segar, mereka juga masih perlu mengenal lingkungan baru. Tinggal di perumahan elit, Dyra bersyukur memilih tetangga yang ramah. Lingkungan sehat yang membuatnya nyaman, dan tentunya tidak ada yang tahu dirinya istri kedua Ghavin Pramana. Begitu memasuki pagar rumahnya, Dyra melihat Martin masih ada di dekat kolam ikan. Padahal matahari mulai terik untuk pria itu tetap ada di sana. Dyra segera mendorong stroller Megan mendekati sang mertua. “Papa, sudah waktunya sarapan?” Martin yang terhenyak segera menoleh "Papa sengaja menunggu kalian," kilahnya tidak ingin Dyra tahu dirinya sedang merenung. "Kalau begitu kita masuk sekarang." Dyra lantas membuka kunci rem pada roda di kursi roda Martin, dan setelahnya pria itu menarik tuas di atas roda kanan untuk jalan sendiri memasuki rumah. Melihat Martin bisa dengan mudah menggerakkan kursi rodanya, Dyra menyusul bersama stroller bayinya. “Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   5. Tegang tapi bukan tiang

    Sesekali Dyra mengalihkan pandangan dari layar televisi untuk memastikan Ghavin apakah masih serius dengan ponselnya. Ternyata pria itu benar-benar tidak pergi kemanapun. Ghavin sepertinya memang sengaja mengambil cuti. Tapi bukan itu yang Dyra pikirkan sekarang, melainkan keputusan Ghavin yang ingin bercerai dari Marissa masih sangat mengejutkan baginya. Mengingat hubungan keduanya selama ini terlihat baik-baik saja, meski belum memiliki keturunan. Dyra malah jadi resah, menganggap sudah pasti dirinya penyebab hancurnya pernikahan Ghavin dengan Marissa yang sempat membuat iri banyak orang. Tidak hanya itu, ia juga akan tersudut lantaran keputusan itu Ghavin certuskan tidak lama setelah pernikahan mereka dilakukan. “Akan ada yang datang.” Ghavin tiba-tiba bicara untuk memberitahu Dyra, tapi sayangnya Dyra yang sedang sibuk berpikir mengabaikannya. “Ada yang mengusik pikirkanmu?” Ghavin menatap heran Dyra yang masih merenung. “Hah?” Dyra terkesiap, dan seketika berubah gugup saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   6. Kotak hitam

    “Untuk apa mereka datang?” Martin mendesak putranya yang masih bergeming, setelah kepergian Dyra ke kamar membawa Megan. “Mengundangku dan Dyra ke acara anniversary Paman Darwin.” Ghavin menjawab apa adanya. “Ingat Ghavin! Sejak dulu papa tidak pernah menyukai wanita itu. Kau tetap harus berhati-hati." Martin mengingatkan. Curiga kedatangan Bella bukan saja karena ingin menyampaikan undangan pribadi orang tuanya, melainkan ada alasan lain. “Papa tahu dia masih sangat keras kepala untuk bisa menjadi bagian keluarga kita." “Dia sudah menjadi bagian keluarga kita setelah Galih menikahinya, Pa.” Ghavin balik mengingatkan agar sang ayah segera menyingkirkan pikiran buruk terhadap mantan kekasih kembarannya. "Aku percaya Galih bisa menjaganya." Walaupun faktanya memang benar Bella telah menjadi bagian keluarga besar Pramana setelah dinikahi sang keponakan, tetap saja Martin tidak bisa tenang. Dua kali pernah kehilangan orang tersayang membuatnya berpikir kritis terhadap keturunan Darwi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   7. Ayah pengganti

    Ghavin mendadak urung membuka pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Ia pilih mengintip Dyra yang masih menggantikan pakaian Megan setelah selesai dimandikan. Mendengar samar-samar suara Dyra menyanyikan lagu anak-anak, tanpa sadar Ghavin menyunggingkan senyum tipis. Kendati tidak jelas lagu apa yang sedang Dyra senandungkan, tapi rasanya Ghavin masih ingin lebih lama lagi mencuri dengar. Ghavin hanya masih tidak menyangka, Dyra—-wanita cerdas yang dulu pernah menjadi sekretaris pribadinya itu, sekarang memilih mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga. Benar-benar wanita rumahan yang mengurus putrinya seorang sendiri, tanpa bantuan pengasuh. Ketika dulu mendengar Ghava sering memuji Dyra, Ghavin menganggap adik yang hanya berbeda lima menit darinya itu terlalu bucin. Sehingga dengan mudah terperdaya oleh wanitanya. Tapi ternyata baru saja sehari tinggal bersama, Ghavin membuktikan sendiri perlakuan Dyra saat melayani bukan hanya dirinya, tapi juga sang ayah beserta putri kecil me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   8. Tersinggung

    “Maaf telah merepotkan. Mas bisa berangkat sekarang.” Setelah sempat dibuat panik tidak menemukan putri kecilnya di ranjang, Dyra bicara ketus saat mengambil Megan dari tangan Ghavin. Sebenarnya Dyra hanya kesal, Ghavin membawa Megan tanpa memberi tahu dirinya lebih dahulu. Sedangkan di kamar tadi, ia kebingungan mengetahui ranjang putrinya kosong. Terlalu banyak kehilangan orang-orang yang disayangi, membuat Dyra berpikir paranoid. Hanya karena tidak menemukan Megan di tempat sebelumnya, ia bisa sangat kacau—akal sehat mendadak tidak bekerja. Dyra tahu saat itu Ghavin sudah pergi ke kantor, sedangkan Martin seperti biasa berada di beranda samping, mencari udara segar setelah sarapan. “Aku bisa berangkat kapan saja.” Ghavin mengingatkan. Ia hanya tidak suka Dyra bicara ketus padanya. “Aku pemimpin mereka jika kau lupa.” Ghavin tersinggung, menganggap Dyra tidak suka ia membawa Megan. Melihat kesalahpahaman terjadi di antara putra dan menantunya, Martin berniat meluruskan. Tapi terny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   9. Serakah

    Marissa berjalan tergesa memasuki lobby perusahaan G2 Group. Semua karyawan yang berpapasan dengannya langsung menundukkan kepala. Selain dikenal sebagai supermodel, Marissa yang merupakan istri Ghavin Pramana memang tidak pernah lepas dari sorotan banyak mata. Tidak hanya memiliki body goal, paras yang cantik, tapi juga minus sombong dan arogan. Terbukti, setiap karyawan suaminya yang menyapa tidak ada satupun yang mendapat balasan. Marissa selalu menunjukkan wajah angkuh dengan tatapan lurus ke depan. “Dimana suamiku?” Marissa bertanya lugas begitu berdiri di depan meja sekretaris Ghavin. “Pak Ghavin belum datang, Nyonya. Mungkin sebentar lagi.” Mendengar itu, Marissa lantas berlalu begitu saja menuju ruangan Ghavin yang tinggal beberapa langkah lagi. Marissa merasa perlu memastikan bagaimana respon Ghavin setelah kepulangannya yang tiba-tiba semalam, sedangkan dirinya tidak ada di rumah. Kabar pernikahan kedua Ghavin dengan iparnya memang tidak dirahasiakan, sehingga sampai deti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   10. Serangan tiba-tiba

    “Wanita tidak tahu diri! Janda genit! Setelah suamimu mati sekarang kau rebut suami putriku! Kenapa! Tidak ada lagi yang menghangatkan ranjangmu, iya! Dan kau takut dibuang keluarga ini! Untuk itu kau menggoda mantan atasanmu!” Sushmita langsung melontarkan cacian sesaat pintu dibuka. Momen yang langsung dimanfaatkan begitu tahu siapa yang menyambut kedatangannya. Sushmita memang sengaja datang untuk melabrak Dyra, dan ketika wanita itu yang membuka pintu untuknya, darah Sushmita seketika mendidih panas. “Aku tidak merebut Mas Ghavin, Buk.” Dyra coba meluruskan meski sebenarnya masih sangat tidak menduga Sushmita yang datang. “Semua ini—” “---cih! Kau berani membela diri rupanya hanya karena Tuan Martin memintamu menjadi istri kedua Ghavin. Kau ingin menunjukkan padaku hanya kau menantu kebanggaannya, begitu!” Suara lantang Sushmita masih mendominasi. “Kau benar-benar membuatku muak! Sejak dulu aku sudah peringatkan Risa untuk menjaga suaminya dari betina macam dirimu! Dan ternya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   72. Kejutan bertubi-tubi

    “Setidaknya makanlah sedikit agar pencernaanmu bisa bekerja.” Tuan Prabu tetap bicara lembut meski Marissa terus mengabaikannya. Tidak juga berniat menyentuh satupun menu yang tersaji di meja makan. “Kau bisa sakit jika masih saja keras kepala.” Marissa tetap mengunci rapat-rapat mulutnya. Ia tidak peduli akan tubuhnya, kekesalan terhadap pria dewasa di depannya itu justru membuatnya bertindak bodoh dengan mogok makan. Melirik sebentar Marissa yang bergeming, Tuan Prabu lantas memanggil seorang pria yang langsung berlari dari arah dapur. “Iya, Tuan.”“Katakan pada asisten Marissa, mulai hari ini dia dibebastugaskan.” Pernyataan Tuan Prabu mengundang reaksi Marissa yang langsung menajamkan mata, pun berkata tegas. “Kau tidak tahu apapun tentang pekerjaanku! Berhenti mencampuri sesuatu yang bukan urusanmu!”“Kau akan kembali hidup denganku, untuk itu semua waktumu hanya untukku. Kau juga harus tahu, aku tidak suka istriku berlenggak-lenggok di depan kamera memamerkan lekuk tubuhnya!”

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   71. Tentang rasa

    “Bagaimana kondisi Bella, Pa? Apa dia masih sering mual?” Mia bertanya pada suaminya yang hendak merangkak naik ke ranjang.“Sepertinya sudah tidak lagi.” Darwin menjawab tak acuh sambil berbaring.“Papa yakin mereka baik-baik saja disana?” “Aku melihat keraguan di wajahmu?” Seketika Mia terhenyak mendapati tatapan curiga sang suami. “Apa yang kau pikirkan tentangku?” “Tidak ada. Mama hanya ingin tahu apakah Galih dan Bella betah di villa Papa, itu saja?” “Aku tidak suka caramu menatapku, Mia!” protes Darwin. “Kau seperti tidak mempercayai suamimu sendiri!” Alih-alih memberi jawaban seperti yang Mia inginkan, Darwin malah bicara ketus.Melihat sikap suaminya yang dianggap terlalu sensitif, Mia langsung menghela nafas pelan, dan memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Mungkin mencoba segera tidur lebih baik daripada terus memikirkan apa penyebab suaminya bisa sekritis sekarang. Walaupun nyatanya, hati seorang ibu belum bisa tenang sebelum mendengar suara putri yang dikhawatirkan. Sej

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   70. Keputusan bijak

    “Dyra?” Bukan hanya terkejut, Ghavin bahkan sampai ternganga melihat Dyra berlari ke arahnya. Belum sepenuhnya percaya yang dilihat itu benar istrinya, Ghavin beralih pandang pada Derry meminta pendapat mungkin saja telah salah mengenali. “Mas.. aku sangat mencemaskanmu.” Naasnya, belum sempat mendengar jawaban Derry, suara Dyra yang sudah ada di dekatnya lebih dulu menarik perhatian Ghavin lagi. “Sayang, aku hampir tidak percaya kau bisa menyusul kemari. Tempat ini sangat berbahaya.” Ternyata selain terkejut Ghavin juga merasakan kecemasan luar biasa dengan Dyra menyusul ke kandang musuh. Jika hanya dirinya, sekalipun melewati lautan api ia tidak akan gentar, tapi sekarang? Dengan adanya Dyra bersamanya di tempat berbahaya, timbul ketidakpercayaan diri. Khawatir tidak bisa melindungi sang istri. Belum lagi dengan kondisi Galih yang belum juga sadar. “Aku tahu, karen

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   69. Terpaksa berbohong

    “Tumben Ghavin belum keluar?” Martin bertanya sambil memperhatikan Dyra mengisi menu sarapan di piringnya.“Sebenarnya Mas Ghavin semalam pergi keluar kota, Pa. Ada pekerjaan mendadak yang mengharuskan kedatangannya. Mungkin besok atau lusa akan kembali.” Dyra tetap tenang menjelaskan, biar bagaimanapun ia tidak ingin membuat Martin cemas, apalagi sampai tahu keributan semalam.“Tidak biasanya dia berangkat malam, apalagi pergi tanpa memberitahu papa? Apa ada yang mendesak?”Ternyata Martin tetap berpikir kritis. Sebab, tidak biasanya Ghavin pergi tanpa pamit padanya, apalagi jika itu untuk urusan pekerjaan. “Sepertinya begitu. Karena memang Mas Ghavin terlihat buru-buru semalam.” Dyra harus terlihat meyakinkan meski sebenarnya ia sendiri dirundung kecemasan. “Dan hari ini aku titip Megan pada Papa, karena Mas Ghavin memintaku menghadiri meeting penting.”Dyra terpaksa merangkai kebohongan demi menjaga kesehatan Martin, ia juga harus mati-matian menekan kecemasannya lantaran bukan h

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   68. Overparenting

    “Ada asap!” seru Ghavin mengejutkan Derry yang langsung ikut menatap ke arah jendela. Ternyata benar dari celah atas jendela yang tertutup rapat muncul asap tipis. “Sepertinya ada api.” Ghavin memberitahu, dan mulai mencurigai sesuatu.Sementara Derry langsung mengeluarkan senjata, Ghavin bergegas memastikan keluar jendela, dan bisa melihat beberapa pria tengah menyiramkan cairan ke sisi villa yang lain. Sedangkan dari bawah jendela tempat ia mengintip, sudah tersulut api. “Bajingan! Kita harus segera keluar dari disini,” geram Ghavin.“Kita tidak punya cara lain, Tuan.” Derry bicara dengan ujung senjatanya sudah merapat ke pengait rantai yang ada di sandaran ranjang, berharap bisa terlepas.Ghavin hanya bisa pasrah menyaksikan Derry memutus rantai dengan caranya sendiri. Beruntungnya pria kepercayaannya itu selalu dilengkapi senjata mematikan yang tidak menimbulkan suara. Sehingga sekarang aksi pembebasan Galih tidak terdengar sampai ke telinga mereka yang ada di luar. “Silahkan A

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   67. Dipasung

    Dyra belum tahu jika Ghavin tidak ada di rumah. Menganggap mungkin sang suami masih ada pekerjaan di ruang kerjanya. Ia yang tiba-tiba terbangun langsung pergi ke kamar putrinya tanpa memastikan waktu lebih dulu. Tidak tahu kenapa malam itu Dyra merasa tidak tenang. Gelisah seakan sesuatu yang buruk bakal terjadi. Setelah mengetahui Megan baru kembali tertidur setelah menyusu, Dyra segera keluar—-membiarkan pengasuh putrinya untuk kembali tidur.Namun, setibanya Dyra di ruang tengah—hendak kembali ke kamar, suara gaduh dari arah luar memaksanya berhenti untuk memastikan. Ia juga tidak ragu segera menyingkap hordeng di jendela, tapi betapa terkejut dirinya mendapati di halaman depan ada banyak pria tengah berkelahi layaknya film action. Saling menyerang, dan adu kekuatan. Benak Dyra seketika dibuat berpikir buruk, sudah pasti kubu Ghavin tengah menghadang kubu Romi yang berniat mencelakai keluarganya. Dyra lantas kembali mengintip guna memastikan apakah suaminya ikut dalam perkelahian

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   66. Pulau pengasingan

    “Aku tidak mau disini! Buka pintunya!” Di tengah malam ketika orang lain sedang tertidur lelap, Marissa justru menggedor pintu sambil terus berteriak kesetanan. Ia marah begitu kesadarannya kembali dan berniat meninggalkan kamar, ternyata seseorang telah mengunci pintu dari luar. “Brengsek! Aku pastikan akan membunuh siapapun yang berani mengurungku disini!” makinya sekali lagi. Sebenarnya Tuan Prabu yang ada di kamar sebelah bisa mendengar jelas suara Marissa, tetapi memilih tak acuh dengan tetap membaca buku di tangannya. “Buka!” teriak Marissa lagi. Tapi begitu sadar tidak juga ada jawaban, ia berubah cemas. Bagaimana jika dirinya hanya sendiri di tempat tersebut? Marissa lantas berbalik badan, memilih kembali duduk di tepi ranjang dengan benak yang terus dibuat bertanya-tanya, siapa yang telah membawanya ke tempat sialan itu. Tapi tiba-tiba ia ingat kemunculan wanita berpakaian serba hitam, dan membawanya paksa meninggalkan klub pagi tadi. Yah! Marissa tidak lupa, wanit

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   65. Menuju pulau

    Ghavin tiba di pelabuhan penyebrangan menuju pulau xxx lebih dulu dibanding Janur dan yang lain. Melihat kapal yang diyakini sebagai transportasi menuju pulau bersandar di dermaga, Ghavin masih harus waspada. Bukan tidak mungkin ada banyak jebakan di sekitarnya. Ternyata dugaan Ghavin selama ini benar, Darwin tidak sebaik yang terlihat. Bahkan lebih licik dari Romi putranya.Turun dari kendaraan roda duanya Ghavin memperhatikan sekitar yang tampak sepi. Karena memang pelabuhan bukan diperuntukkan untuk komersial, melainkan milik pribadi dan Ghavin tahu bagian dari aset keluarga Darwin. “Tuan,” Ghavin tersentak dengan panggilan pelan itu, ternyata Derry sudah ada di belakangnya. “Saya sudah memeriksa semua tempat ini, dan bisa saya pastikan tidak ada penjagaan sampai di dalam kapal.”“Tapi kita tetap harus berhati-hati, terlalu mustahil Darwin membiarkan orang lain memasuki tempatnya.” Peringatan yang langsung Derry balas tegas. “Baik, Tuan.” Selain mengenakan jaket anti peluru sepe

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   64. Misi dimulai

    Duduk di depan layar televisi yang menyala, Ghavin bukan sedang serius menonton siaran yang tengah berlangsung. Melainkan otak cerdasnya sibuk menduga-duga menghilangnya Galih pasti ada campur tangan Romi, atau bahkan pihak lain yang tak kalah lebih kuat. Mengingat aksi hari itu yang nyaris mencelakai Galih serta Bella dilakukan orang suruhan Romi. Sekalipun sanksi kunci lebih dulu meregang nyawa, tapi Ghavin tetap yakin hanya Romi yang paling beralasan ingin melenyapkan satu-persatu anggota keluarganya.Namun, tiba-tiba perhatian Ghavin teralihkan ke layar ponsel yang ada di atas meja, ternyata ada pesan masuk. Saat membaca pesan dan mengharuskan dirinya pergi, Ghavin memastikan ke kamarnya lebih dulu. Mengetahui Dyra sudah tertidur, begitu juga Martin, ia lantas bergegas pergi diam-diam. Tentunya setelah memastikan keamanan rumahnya selama dirinya pergi. Walaupun tidak ada Janur, tapi Ghavin yakin beberapa pria yang menjaga kediamannya bisa menjamin keselamatan keluarga dari orang-o

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status