Dewi Medis Kesayangan Kaisar

Dewi Medis Kesayangan Kaisar

last updateLast Updated : 2025-01-24
By:  Xiao ChuheCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
18 ratings. 18 reviews
224Chapters
36.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dikhianati dan dibunuh oleh suami serta sahabatnya sendiri, Chu Xia terbangun di masa lalu, terjebak dalam tubuh Selir Xian—seorang selir yang mati akibat racun dari Permaisuri. Selir Xian yang terbuang di sudut harem ini adalah korban persaingan kejam di istana. Namun, Chu Xia bukanlah wanita yang mudah menyerah. Dengan memanfaatkan kecerdasannya yang modern, ia merencanakan kebangkitan dan membangun kekuasaan di tempat yang tak memberi ruang untuk kelemahan. Apa yang tak diketahui oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk Kaisar yang telah lama mengabaikannya, adalah bahwa kehadiran Chu Xia dalam tubuh ini telah diramalkan sejak lama—sebuah ramalan kelam yang menyebutkan bahwa Kaisar muda takkan hidup lama. Di tengah permainan intrik istana, Chu Xia tak hanya bertarung demi dirinya, tapi juga memegang kunci takdir sang Kaisar. Akankah dia menjadi penentu kehancuran, atau penyelamat Kaisar yang pernah membuangnya?

View More

Chapter 1

Bab 1 - Tebing Kematian

Hari mulai malam, gulita menyambar dengan cepat. Rombongan ekspedisi peneliti tanaman obat itu terus menjelajah pegunungan tanpa henti.

Di tengah udara yang sejuk, Chu Xia merapatkan jaket tebalnya, wajahnya mendongak, mencari di mana bulan berada.

“Sudah mau pukul tujuh,” dia menceletuk pelan.

“Haruskah kita beristirahat di sini?” seorang pria dengan lembut bertanya padanya, sekaligus meminta pendapat rekan yang lain.

Mereka sepakat beristirahat di tempat itu. Lokasinya cukup nyaman, ceruk dalam di sekitar bebatuan besar di tengah pegunungan, berhadapan langsung dengan tebing terjal yang menemani penjelajahan mereka sepanjang sore.

“Chu Xia, kau haus?” seorang wanita tersenyum lebar, mengulurkan tangannya menggenggam botol minum yang terisi penuh.

Dengan senyum tipis sebagai balasan, Chu Xia mengangguk menerima botol air itu, kemudian mengucapkan terima kasih.

“Kamu sudah begitu populer dan berbakat, rupanya masih sudi ikut bersama kami melakukan penelitian tanaman obat.” wanita itu tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Chu Xia mendelik kesal.

“Ini juga merupakan tanggung jawabku. Lab kita, sudah memberiku tanggung jawab untuk memimpin rombongan ini, tidak mungkin aku melarikan diri, kan?” Chu Xia menjawabnya dengan nada yang lebih tegas.

Dia urung menerima botol air minum itu, menyerahkannya kembali kepada wanita itu, merangkak keluar dari ceruk, berdiri di tepi tebing, kemudian berjalan perlahan menyusuri jalan setapak yang ada hingga tiba di jalan yang lebih besar.

Dari tanah luas di tengah gunung ini, dia melihat pucuk-pucuk pepohonan tampak rapat, disinari cahaya bulan purnama yang redup.

Dia menunduk, sedikit menggerakkan bola matanya ke kiri dan kanan. Lantas mata itu berbinar terkejut.

“Ini jamur yang kita cari!” Dia berseru senang.

Ketika menoleh ke belakang, jauh sekali keberadaannya dari rekan-rekannya yang lain hingga tidak melihat mereka sama sekali. Dia memutuskan untuk mengambilnya sendiri.

Tapi jamur itu tumbuh di sisi tebing. Dia harus berpegangan erat pada batu yang menancap di sisi tebing agar tidak terpeleset jatuh.

“Argh!” Dia berteriak, tubuhnya didorong seseorang dari belakang, dia beruntung karena tangannya masih berpegangan pada batu itu. Dia segera mendongak ke atas.

Di mana Li Yan, wanita yang memberinya air minum tadi tiba-tiba sudah berada di depannya, berdiri dengan wajah puas saat menatap wajahnya yang berkeringat.

“Li Yan! Apa yang kau lakukan?” Chu Xia berseru tertahan, bergelantungan di tepi tebing hanya dengan batu berukuran sedang sebagai pegangan.

Li Yan terkekeh, "bukan aku yang melakukannya." Dia menggeser kakinya dua langkah ke samping, lantas sosok yang sangat Chu Xia kenali dan sangat memahaminya luar-dalam itu terlihat menatapnya dengan tatapan iba.

“Chu Xia, maafkan aku …, tapi bukankah waktumu sudah habis? Kamu akan mati, lalu semua kekayaan dan perhatian yang kamu punya …, aku akan menggantikanmu memilikinya.” Ling Xiao tersenyum licik.

“Ling Xiao! Kau itu suamiku, untuk apa berbuat begini hanya untuk ketenaran?” Chu Xia mati-matian menahan pegangannya agar dirinya tidak terjatuh ke dasar, tangannya mencengkeram hingga dipenuhi goresan dan bahkan berdarah.

Tiba-tiba, di ujung nyawanya yang tergantung itu, Chu Xia mendadak mengingat sesuatu.

“Inikah alasannya, kenapa kalian selalu bersama saat bekerja?” Chu Xia menebak dengan telak.

Ling Xiao tertawa, “Baguslah kalau tahu, Chu Xia ingat, nyawamu —”

Ucapannya terhenti saat dia melihat Chu Xia berusaha merogoh saku jaketnya, Ling Xiao tahu, Chu Xia pasti akan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

“Jangan harap!” Ling Xiao bergerak lebih cepat, dia menginjak tangan Chu Xia yang berpegangan pada batu yang menonjol itu.

Chu Xia yang baru saja berhasil meraih ponselnya, tidak sengaja menjatuhkan ponsel itu, dia meringis kesakitan, tangannya yang sudah berdarah dan terluka, malah diinjak sekuat tenaga oleh suaminya sendiri.

Dia benar-benar telah kehilangan tenaga. Chu Xia memejamkan mata, dia memasrahkan diri, tubuhnya meluncur deras ke dasar, menghantam pucuk-pucuk pepohonan, mati ya mati saja …, semua ini, dia tahu namanya adalah Takdir.

Di atas sana, samar-samar terdengar jeritan Ling Xiao dan Li Yan, berseru parau memanggil namanya berkali-kali. Chu Xia tersenyum pahit, pandai sekali mereka bersandiwara.

***

Di detik berikutnya, masih di malam yang sama, dan bulan yang sama, Chu Xia terbangun dengan gegabah. Dia duduk dengan napas menderu dan keringat bercucuran.

Dia mengatur napasnya yang menderu. Menatap sekitar yang remang, hanya ada cahaya kuning dari beberapa lilin yang berada di sudut ruangan.

Ruangan?

Lilin?

Chu Xia menelan ludah. Dia meraba tubuhnya sendiri, lalu menunduk, melihat pakaiannya yang entah sejak kapan berubah. Dia menatap kedua telapak tangannya, dan kuku tangan kanannya yang biasa saja, tidak terluka.

“Aku …, berada di surga atau neraka?”

“Kau tidak mati?” Terdengar suara berat bertenaga di dalam ruangan itu.

Suara itu membuat Chu Xia terperanjat, memeluk tubuhnya yang terasa jadi lebih kurus dari tubuhnya sendiri. Dia mendongak dengan cepat, menatap sosok laki-laki muda dengan postur tubuh gagah dan ekspresi datar yang aura dinginnya bahkan terasa jelas dari tatapan matanya.

Chu Xia menelan ludah. “Kau malaikat maut atau malaikat penjaga neraka?” dia bertanya takut-takut.

Laki-laki itu malah bergerak cepat memojokkannya di sandaran dipan, wajahnya mendekat dengan wajah Chu Xia. Hembusan napasnya yang dingin terasa menembus kulit wajah yang halus itu.

“Dengar, Xie Yinlan. Kau mati atau tidak, aku tidak akan pernah memedulikanmu. Jangan harap jika kau mati aku akan mengurus jasadmu dan menguburkannya di kuil kekaisaran. Tidak akan.” ucapan itu menyakitkan sekali jika Chu Xia adalah Xie Yinlan yang sesungguhnya.

Tapi karena tidak mengerti perkataannya, Chu Xia hanya mengangkat bahu tak acuh. Sikap itu membuat pria tadi mencengkram dagunya dengan kencang, kemudian mengentakkannya ke samping, hingga Chu Xia mengaduh pelan.

Chu Xia mendengus, melotot tidak terima. Tapi pria itu telah pergi meninggalkan ruangan itu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Recky Roger
seruu ceritanya...thor ada sekuelnya kah?heheh
2025-03-03 13:20:34
1
user avatar
Diva
anjayyy dah tamat
2025-02-21 21:08:00
1
user avatar
leecu
SEMANGAT KAAA
2025-02-20 19:20:03
1
user avatar
Milah Ngatijan
bagus banget ceritanya ,suka dan jadi penasaran dengan kisah selanjutnya
2024-12-17 18:25:29
1
user avatar
Onty-nya RikoRiki
lumayan bagus cuma update cuma sekali sehari bikin males baca.
2024-12-11 15:50:34
2
user avatar
Mafasa Hilya Azzahra
alur cerita dan kisahnya menarik. semangat update Author ...️
2024-12-10 22:45:59
6
user avatar
YuLy S'marie
kyk nya seru
2024-12-10 16:08:10
2
user avatar
N K
ceritanya menarik bgt
2024-12-08 09:46:39
1
user avatar
Aretha Juna
menarik untuk dibaca
2024-12-02 10:57:25
1
user avatar
rahmi syafitri
updater faster please
2024-12-01 22:26:23
1
user avatar
Anisa Turbos
Sangat menghibur,saya senang dengan karya author,terimakasih.Tetaplah berkarya
2024-11-29 14:21:52
1
user avatar
Anisa Turbos
Keren,ssngat mwnghibur
2024-11-27 13:47:21
1
user avatar
Wenchetri
lanjut nanti baca nya baru bab 2 hahah menarik nih hehehe
2024-11-20 22:04:31
1
user avatar
Sri Purnami
gak sabar cerita selanjutnya
2024-11-18 15:12:35
2
user avatar
Juliet Julia
cerita sangat menarik sekali..
2024-11-08 11:24:40
2
  • 1
  • 2
224 Chapters
Bab 1 - Tebing Kematian
Hari mulai malam, gulita menyambar dengan cepat. Rombongan ekspedisi peneliti tanaman obat itu terus menjelajah pegunungan tanpa henti. Di tengah udara yang sejuk, Chu Xia merapatkan jaket tebalnya, wajahnya mendongak, mencari di mana bulan berada. “Sudah mau pukul tujuh,” dia menceletuk pelan.“Haruskah kita beristirahat di sini?” seorang pria dengan lembut bertanya padanya, sekaligus meminta pendapat rekan yang lain. Mereka sepakat beristirahat di tempat itu. Lokasinya cukup nyaman, ceruk dalam di sekitar bebatuan besar di tengah pegunungan, berhadapan langsung dengan tebing terjal yang menemani penjelajahan mereka sepanjang sore. “Chu Xia, kau haus?” seorang wanita tersenyum lebar, mengulurkan tangannya menggenggam botol minum yang terisi penuh. Dengan senyum tipis sebagai balasan, Chu Xia mengangguk menerima botol air itu, kemudian mengucapkan terima kasih. “Kamu sudah begitu populer dan berbakat, rupanya masih sudi ikut bersama kami melakukan penelitian tanaman obat.” wanit
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
Bab 2 - Kehidupan Baru
Chu Xia beranjak dari ranjang yang keras, dia menepuk-nepuk pakaiannya yang sedikit berdebu dan …, kotor.Dia memasang ekspresi jijik saat mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut ruangan remang itu. Dia berjongkok, jemarinya memungut pecahan mangkuk di lantai ruangan yang berserakan.Dia mencium aroma tak biasa dari mangkuk itu. “Racun yang sangat mematikan.” Gumamnya, kembali meletakkan pecahan mangkuk itu.“Nona! Nona!” seorang pelayan—sepertinya begitu, berjalan dengan buru-buru memasuki kamar yang lusuh itu. Dia memegang kedua pundak Chu Xia, memeriksanya dengan cemas.“Nona, syukurlah kau baik-baik saja!” pelayan itu menghela napas lega, tersenyum senang.Chu Xia menatapnya dengan bingung, “Kau …, siapa?” tanyanya dengan tidak pasti.Pertanyaan itu membuat pelayan di depannya melipat wajah dengan murung, “Nona …, apakah kau hilang ingatan setelah meneguk semangkuk racun?”“Meneguk semangkuk racun?” Chu Xia menatap pecahan mangkuk yang dia periksa beberapa saat lalu.Dia berusaha
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
Bab 3 - Penyelinapan Pertama
“Pukul berapa ini?” tanya Yinlan. Dia duduk santai di atas ranjangnya yang keras itu, sekarang sudah berganti pakaian yang lebih baik. Dia berencana melakukan sesuatu untuk membalas perbuatan jahat Permaisuri padanya. Dari ingatan yang dia dapatkan, permaisuri itu bernama Xie Qingyan. Putri sah Adipati Xie. Dia memanfaatkan kenangan masa kecil Kaisar dan Xie Yinlan, adiknya sendiri, untuk masuk ke istana, dan merebut posisi Xie Yinlan sebagai permaisuri. Sungguh, karena dia bukan lagi Chu Xia, dan Xie Yinlan yang sekarang tidak sama lagi dengan yang dahulu, ia harus bisa membalikkan nasib buruk ini. “Sekarang pukul satu dini hari, Nona,” Jawab A-Yao. Xie Yinlan menatap pelayan wanita itu, “A-Yao, mulai saat ini, jangan memanggilku Nona lagi. Paling aku Selir Xian. Bisakah?” A-Yao membungkuk, “Baik, Selir Xian.” “Bagus. Sekarang, ikut aku melakukan sesuatu.” Xie Yinlan berdiri. Meski tinggal di istana ini selama berbulan-bulan, Xie Yinlan tetap tidak menghafal rutenya. Istana y
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
Bab 4 - Perjamuan Makan Siang
“Tabib Liu, kau masih di sini?” sapa orang yang baru masuk. Yinlan membuka mata dengan terkejut. Apakah ada orang lain di dalam gudang obat ini selain dirinya dan A-Yao? Dia merasakan tubuh A-Yao berkeringat dingin dan sedikit gemetar. Pelayan ini, pasti sudah sangat ketakutan.Beberapa langkah dari mereka, dua orang pria saling berhadapan, salah satunya memakai seragam resmi tabib kekaisaran, satunya lagi memakai seragam resmi pengawal kekaisaran. Tabib kekaisaran itu masih muda, bernama Liu Xingsheng. Meski muda, dia terkenal berwawasan luas dan berbakat, pernah menyembuhkan kaki ibu suri yang tulangnya patah. Pengawal Kekaisaran yang berinteraksi dengannya tampak menghormatinya. Liu Xingsheng tersenyum ramah, “Aku baru kembali dari pekerjaanku, meletakkan sisa bahan obat dan beberapa rekam medis.” Pengawal Kekaisaran itu mengangguk-angguk. “Tabib Liu, segeralah beristirahat.” Dia meninggalkannya di dalam ruangan obat. Liu Xingsheng mengangguk, matanya sedikit melirik ke arah je
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
Bab 5 - Jenderal Besar yang Terluka dan Seorang Gadis yang Menyelamatkannya
Sudah pukul sebelas, tapi Xie Yinlan masih duduk di depan cermin. Dia menatap wajahnya yang dipolesi bedak dan sedikit perona pipi. Tampak cantik, mirip seperti Chu Xia dalam versi yang lebih muda. “Selir …,” A-Yao memberikan selembar kertas berwarna merah kepada Yinlan. Yinlan menatap bingung, dari ekspresinya saja, A-Yao sudah menebak bahwa Yinlan tidak tahu benda apa itu. “Ini adalah pewarna bibir, Selir. Kau bisa menempelkannya di bibirmu, maka warna merah ini akan menempel dan tahan lama.” A-Yao tersenyum, menyerahkan lembaran berwarna merah itu kepada Yinlan. Yinlan melakukan apa yang dikatakan oleh A-Yao. Ini memang mirip dengan lipstik, tapi dalam versi lebih kuno dan sederhana. “Apakah aku cantik?” Yinlan mendongak, menatap wajah A-Yao yang sudah berbinar bahagia. “Cantik sekali, Selir. Dengan kecantikanmu yang selalu tersembunyi ini, bukankah seharusnya posisi permaisuri itu adalah milikmu?” A-Yao sedikit tidak senang memikirkan bahwa Nona Besar Xie, Xie Qingyan telah
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
Bab 6 - Keributan
Saat ini, setelah perjamuan makan siang yang penuh drama itu, Xie Yinlan justru sedang dipusingkan oleh hal lain. Wanita-wanita penghibur yang diundang Kaisar pada perjamuan itu, kini berkumpul di depannya dengan raut wajah penuh permohonan. “Selir Xian, bisakah kamu mengajariku menarikan tarian Jenderal Besar yang Terluka dan Seorang Gadis yang Menyelamatkannya itu?” “Iya, benar! Aku juga mau. Tarian itu bagus sekali, sangat mengharukan, sungguh pertemuan dua insan yang sangat cocok. Selir Xian, dari mana kamu mempelajarinya?” Xie Yinlan menyeringai, “Itu aku mempelajarinya dari perbatasan. Sangat indah, kan?” Mereka mengangguk setuju, “Sungguh! Jika tarian ini sampai terlihat oleh orang-orang Rumah Lianhong, sudah dapat dipastikan akan populer dalam waktu dekat. Selir Xian, bisakah kau mengajari kami bagaimana cara melakukannya?” Rumah Lianhong adalah rumah hiburan paling terkenal dan paling mahal di Ibukota. Mereka juga berasal dari sana, dipesan khusus untuk bermain musik dan
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
Bab 7 - Pasien Pertama
Xie Yinlan berlari cepat hingga tiba di harem. Begitu melewati Istana Mingyue, Permaisuri yang juga merupakan kakaknya itu muncul menghalangi jalannya. Awalnya dia tidak tahu siapa orang ini. Tapi ingatan saat orang ini datang membawakan arak beracun untuk Xie Yinlan yang dulu, dia langsung mengingatnya. Apalagi begitu melihat gaun merah menyala yang dipenuhi manik-manik itu, Xie Yinlan berdecih, “Dasar udik, pakaianmu norak sekali,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Permaisuri Xie Qingyan berjalan ke arahnya dengan langkah anggun, senyum yang tak pudar dari wajah cantik dengan kulit putih pucat itu. “Adik, kau dari mana? Berani sekali baru pulang ke rumah saat hampir petang.” Xie Qingyan menyentuh bahunya pelan, lantas sentuhan kecil itu berubah menjadi mencengkeram sangat kuat. Yinlan melotot, segera menyingkirkan tangan lentik itu dari pundaknya. Dengan wajah kesal, dia menjawab, “Aku dari perjamuan makan siang Kekaisaran, Kakak.” Jawaban itu membuat Xie Qingyan men
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more
Bab 8 - Masalah Besar
Hari yang begitu luang, Yinlan menghabiskannya untuk bersih-bersih rumah, menyirami bunga, mempelajari obat-obatan herbal, bahkan juga mulai tertarik mempelajari bisnis kuno. Saat ini, dirinya sedang duduk di tepi kolam sambil memberi makan ikan. Di tepi kolam itu, teratai tumbuh dan mekar dengan indah. Beberapa hari ini dia memang sangat memperhatikan tanaman itu, dia akan mengolahnya menjadi sup bergizi, bahkan menjadi obat. “Astaga, bosan sekali.” Yinlan mengembuskan napas panjang. Dia sangat ingin keluar dari dinding ini dan melihat dunia di luar sana. Tapi tidak pernah terpikirkan cara yang bagus untuk pergi walau hanya sebentar. “Selir! Selir!” suara A-Yao terdengar dari kejauhan. Yinlan menoleh ke arah suara, beberapa detik kemudian, sosoknya muncul dan berlari dengan tergesa-gesa mendekatinya. “Ada apa?” Yinlan bertanya begitu A-Yao berhenti di dekatnya. Pelayan kecil itu berjongkok, mencoba mengatur napasnya yang berantakan, dia duduk menjeplak di samping Yinlan. “Sel
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more
Bab 9 - Fitnah
Yinlan meringis kala pecahan piring itu menusuk lututnya. Di belakangnya, tabib muda itu mendongakkan kepala, menatapnya dengan tak tega. Ya. Dia adalah tabib muda yang pernah bertemu secara tak langsung dengan Yinlan dan A-Yao saat pertama kali menyelinap ke Balai Kesehatan Istana. Namanya adalah Liu Xingsheng. Usianya baru dua puluh tiga tahun, tabib paling muda di seluruh Ibukota. Direkrut oleh Kekaisaran karena telah menyembuhkan kaki Ibu Suri. Sejak saat itu pula, Liu Xingsheng mendapat perlakuan yang sangat sempurna dari Ibu Suri. Seperti menganggapnya adalah putranya sendiri. Saat Jing Xuan mendengar dari mulut Xie Qingyan bahwa Xie Yinlan memiliki hubungan tak biasa dengan tabib kepercayaan ibu suri ini, amarahnya memuncak, langsung menghukum Liu Xingsheng dan Xie Yinlan di depannya. “Yang Mulia.” A-Yao menjatuhkan lututnya di samping Xie Yinlan, menatap penuh harap ke arah Kaisar yang duduk di kursi tahta itu. “Selir Xian tidak bersalah, Yang Mulia. Hamba bisa menjadi sak
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more
Bab 10 - Apa Kau Memiliki Ketidakpuasan Terhadapku?
BRAK!Jing Xuan berdiri dengan sangat marah. Kemarahannya itu membuat semua orang di dalam Aula Pertemuan segera berlutut dan menundukkan kepala. Jing Xuan berjalan menghampiri Xie Yinlan, kedua tangannya menyambar bahu Yinlan, memaksanya agar berdiri dengan tegak meski dia sudah tak punya tenaga karena kedua lututnya terluka dan berdarah. “Katakan padaku, Yinlan. Apakah kau memiliki ketidakpuasan terhadapku?” tanya Jing Xuan dengan suara yang dalam, seperti keluar dari dasar laut, gelap, dingin dan menakutkan. Xie Yinlan memberanikan diri menatap matanya yang menyorot begitu tajam. “Hamba tidak punya, Yang Mulia,” jawabnya lemah. “Lalu bagaimana kau menjelaskan tentang kaki pelayanmu itu? Kau bisa mengeluarkan alibi semacam apa lagi? Xie Yinlan, kau benar-benar menyembunyikan sesuatu dariku, hah?” Jing Xuan melotot geram, urat lehernya sampai menonjol karena mengeluarkan suara tinggi. Sementara yang diperhatikan Xie Yinlan bukan hanya kemarahannya saja. Melainkan keringat yang m
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status