Dikhianati dan dibunuh oleh suami serta sahabatnya sendiri, Chu Xia terbangun di masa lalu, terjebak dalam tubuh Selir Xian—seorang selir yang mati akibat racun dari Permaisuri. Selir Xian yang terbuang di sudut harem ini adalah korban persaingan kejam di istana. Namun, Chu Xia bukanlah wanita yang mudah menyerah. Dengan memanfaatkan kecerdasannya yang modern, ia merencanakan kebangkitan dan membangun kekuasaan di tempat yang tak memberi ruang untuk kelemahan. Apa yang tak diketahui oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk Kaisar yang telah lama mengabaikannya, adalah bahwa kehadiran Chu Xia dalam tubuh ini telah diramalkan sejak lama—sebuah ramalan kelam yang menyebutkan bahwa Kaisar muda takkan hidup lama. Di tengah permainan intrik istana, Chu Xia tak hanya bertarung demi dirinya, tapi juga memegang kunci takdir sang Kaisar. Akankah dia menjadi penentu kehancuran, atau penyelamat Kaisar yang pernah membuangnya?
View Morebab 156Tepat setelah rapat pagi dibubarkan, Jing Xuan kembali ke Istana Guanping untuk menemui dua tamu yang sudah ia undang. Di belakangnya, Mao Lian san Xi Feng tampak mengikuti. Masih memakai pakaian ringkas yang nyaman dikenakan saat bepergian. Sepertinya, mereka berdua langsung bertemu Jing Xuan yang dalam perjalanan menuju Aula Pertemuan untuk rapat pagi. Lalu merundingkan hasil perjalanan mereka bersama beberapa menteri yang terlibat. Sebelum itu, Jing Xuan mengutus bawahannya untuk mengirim pesan pada Shangguan Yan dan Shangguan Zhi untuk membicarakan hasil perundingan itu. Setelah mengetahui identitas asli Ning'er, yang merupakan seorang master bela diri tingkat tinggi dari sebuah sekte terpencil yang misterius bernama Ye Yunshang, yang juga sekaligus seorang Penyihir Hitam yang keberadaannya selalu dipertanyakan, Jing Xuan merasa harus melibatkan orang-orang yang terlibat dengan masa lalunya untuk menggali lebih banyak petunjuk. Seperti mengapa Ye Yunshang memiliki den
Matahari telah tenggelam. Kereta kuda itu kembali merangkak di jalanan Ibu Kota. Suasana di dalamnya sangat senyap, Yinlan sibuk memakan kue persik yang dibelinya di kedai itu. “A-Yin.” Jing Xuan memanggilnya dengan suara pelan. Yinlan menjawabnya hanya dengan gumaman. Terlihat sekali tidak ingin diganggu dengan kesenangannya. Jing Xuan menatapnya lamat-lamat. ‘Dia menggemaskan saat sedang lahap makan.’ “Ada apa?” Yinlan balas menatapnya, mulutnya masih penuh dengan kue persik. Jing Xuan mengulas senyum tipis. “Kamu mau pergi ke mana setelah ini?” Yinlan menelan makanannya, “Ke mana lagi? Kita tidak langsung pulang?” “Awalnya memang sepakat pulang setelah matahari tenggelam. Tapi sepanjang sore aku tidak menemanimu keliling ke mana pun. A-Yin, aku minta maaf atas kekacauan yang dibuat adikku. Acara jalan-jalanmu jadi tidak berjalan lancar. Jadi, aku ingin menemanimu di luar lebih lama lagi.” Jing Xuan memasang raut penuh rasa bersalah. Yinlan menyeringai, “Aku sudah puas jalan
Terlihat, Pangeran Chi berdiri dengan kondisi terkejut. Menyentuh pipinya yang merah, menatap pria tiba-tiba datang menamparnya. “Apa-apaan kau!” Pangeran Chi berseru marah. Matanya membulat sempurna begitu menyadari kalau pria ini adalah kakaknya, Kaisar Kekaisaran Jing. “Ka-Kakak …?” Pangeran Chi bungkam seketika. Wanita opera yang duduk di atas paha Pangeran Chi menundukkan kepala, bahunya bergetar, seolah takut diterkam oleh pria yang dipanggil Kakak oleh pria yang bersamanya. Tanpa mengatakan apa pun, dengan raut wajah menahan marah, Jing Xuan menyeret adiknya keluar dari gedung itu. Nyonya Zhao terlihat bingung kenapa pengusaha dari Yangzhou ini keluar lagi sebelum operanya dimulai. Yinlan bergegas menyusul. Jing Xuan memasukkan Pangeran Chi ke dalam kereta kuda, bersiap menginterogasinya di dalam sana. Saat A-Yao hendak membantu Yinlan naik ke dalam, Yinlan mengangkat tangannya, “Biarkan mereka mengobrol dulu, A-Yao. Lebih baik kita berkeliling di dekat sini sambil men
Beruntung, hari ini Balai Opera Jiulu sedang memiliki opera besar. Orang-orang di pinggir jalan membicarakannya. Bahwa itu adalah karangan Guru Bai Hua dari kelompok opera besar di Kota Qingzhou. Bai Hua datang ke Ibu Kota bersama tiga orang muridnya atas undangan Kekaisaran pada saat acara perayaan tahun baru beberapa hari yang lalu. Tapi insiden itu membuat penampilan mereka dibatalkan begitu saja. Ada banyak warga yang menyayangkan kegagalan itu.Jadi, pengelola Balai Opera Jiulu mengundang mereka untuk tampil atas izin pejabat pemerintah. Biaya pun ditanggung pemerintah untuk menebus pembatalan yang tiba-tiba itu. Mereka dijadwalkan akan tampil sore ini hingga malam hari di panggung opera utama Balai Jiulu. Meski banyak yang menyayangkan karena Shangguan Yan tidak berpartisipasi dalam pertunjukan besar ini, mereka tetap menantikannya dengan antusias. Kereta kuda berhenti di depan Balai Opera Jiulu, A-Yao membuka tirai di pintu, kepalanya melongok ke dalam, “Yang Mulia, apakah
Ketika hari semakin siang, hujan salju berhenti, menyisakan kesiur angin yang dingin menusuk kulit dan langit berwarna abu-abu yang suram. Jing Xuan duduk di dekat jendela, Yinlan berada di pangkuannya. Jing Xuan memeluknya dengan erat, mengusir hawa dingin ini. “A-Yin, apakah kau sungguh tidak merindukan orang tuamu?” Jing Xuan tiba-tiba menceletuk. Memilih untuk membahas hal yang selama ini selalu ia hindari. Yinlan tidak memberikan jawaban, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jing Xuan, terlihat menghela napas pelan. “Maksudku adalah, kita akan menikah, tapi kau tidak pernah memintaku untuk datang kepada mereka untuk meminta restu. A-Yin, apakah hubunganmu dengan mereka baik-baik saja?” Jing Xuan bertanya lebih lembut. Ia takut pembahasan ini ternyata melukai hati Yinlan. Jika mengingat hubungan Yinlan dengan Qingyan yang memang tidak pernah akur, Jing Xuan tiba-tiba saja menebak kalau Yinlan memang tidak dekat dengan keluarganya. “Jing Xuan …, kamu mengetahuinya lebih ba
Salju turun sangat lebat esok paginya. Menyelimuti seluruh Ibu Kota dengan warna putih. Juga Istana Guangping. Yinlan menghela napas kesal. Memeluk tubuhnya sendiri. Berdiri di depan jendela, menatap halaman kediamannya yang tertutup salju. Salju yang lebat sangat membosankan ketika hampir tiba di penghujung musim dingin. Belum lagi, hari ini seharusnya Pengurus Etiket Lu akan menjemputnya untuk belajar Etika Pernikahan Keluarga Kekaisaran.Tapi dengan salju selebat ini, dia malas keluar rumah, berharap bisa duduk di kediaman sambil menyulam atau melukis. Jing Xuan menutup pintu kamar, meletakkan payung di samping pintu, kemudian menghampirinya. “A-Yin.” Panggilnya, melingkarkan lengan di pinggangnya, memeluk dari belakang. “Rapat rutinnya sudah berakhir?” tanya Yinlan. Jing Xuan mengangguk, meletakkan dagunya di atas pundak Yinlan. “Ini sudah pukul sembilan, tentu saja sudah berakhir.”Yinlan mendengus. “Pengurus Etiket Lu sungguh terlambat.” “Hari ini, kamu tidak perlu belaja
“Omong-omong, A-Yin. Bolehkah aku bertanya sesuatu?” Dalam perjalanan kembali ke kamar, Jing Xuan tiba-tiba bertanya. Yinlan diam, menyuruhnya melanjutkan pertanyaan. “Soal penawar yang kamu berikan padaku …, sejak awal aku penasaran, itu penawar apa?” Jing Xuan melihat ke arahnya. Yinlan terdiam dengan wajah separuh tegang separuh cemas. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi hatinya memintanya untuk merahasiakannya. “Itu, aku kurang tahu. Aku mendapatkannya dari Xi Feng.” Yinlan tersenyum kikuk. Jing Xuan tidak bertanya lagi. Mereka memasuki halaman istana tanpa bicara. Di ruang makan, sejumlah hidangan telah tersedia. Zhu Yan bilang itu baru disiapkan beberapa menit sebelum Yinlan sampai. Mereka masih mengepulkan uap. Jing Xuan menyeret kursi yang akan diduduki oleh Yinlan. Dengan penuh perhatian, bahkan menyiapkan makanan untuknya. Jing Xuan tersenyum tipis, “Sebenarnya aku tidak pandai menyenangkan hati wanita. Ini pertama kalinya aku benar-benar berperan seperti suami
Malam harinya, setelah Ibu Suri puas ditemani Yinlan, ia memerintahkan pada Yin Hong untuk mengantarnya kembali ke Istana Guangping dengan selamat. Yinlan membungkuk takzim di depannya sebelum meninggalkan Paviliun Qixuan di Istana Dalam yang besar itu. Ketika tiba di halaman luas Paviliun Qixuan, Yinlan terdiam dengan mulut terbuka lebar, matanya berkedip beberapa kali, tidak percaya melihat sebuah tandu mewah yang seolah menunggunya naik. Yin Hong mendekati tandu itu, dengan senyum sopan, dia menjawab kebingungan Yinlan ketika melihat tandu itu. “Yang Mulia Ibu Suri menghadiahkannya secara khusus untuk Yang Mulia Permaisuri. Beliau khawatir kau kelelahan berjalan dari Istana Dalam menuju Istana Guangping. Maka, terimalah niat baik Ibu Suri ini, Yang Mulia.” Yinlan tersenyum kikuk, ragu-ragu mengangkat kakinya menaiki tandu mewah itu. ‘Padahal jaraknya tidak sampai lima ratus meter.’ Ada enam orang pelayan pria bertubuh gagah yang membawa tandu itu. Yinlan yakin saat melihat Per
Jing Xuan tersenyum puas. “Kenapa kalian belum makan juga?” Yinlan tertawa, “Kenapa kau menghabiskan semuanya?” “Tentu saja tidak. Aku sudah menyeleksi semua hidangan ini, A-Yin. Untukmu sudah tersedia di mangkukmu. Lihat, sayuran yang bergizi ini, daging sapi dan kurma dari Xinjiang ini. Semuanya sangat bagus untuk kandunganmu.” Jing Xuan menggeser mangkuk dan piring yang dipenuhi hidangan itu di depan Yinlan. Ibu Suri mematung sejenak. “Mengandung?” Jing Xuan mengangguk penuh semangat. “Ibunda, aku lupa memberitahu Ibunda. Tapi sekarang A-Yin memang sedang mengandung. Jika dia seorang laki-laki, aku akan memberikan tahtaku padanya kelak. Dia ia perempuan, aku akan membiarkannya melakukan apa pun yang disukainya, tidak terbatas pada aturan etika wanita. Dia akan ku perbolehkan belajar di Akademi Kekaisaran, atau berkelana di Dunia Persilatan, atau belajar di militer, atau—”“Berhenti bicara, Jing Xuan, aku mual mendengar suaramu.” Yinlan mendengus. Jing Xuan menutup mulutnya rap
Hari mulai malam, gulita menyambar dengan cepat. Rombongan ekspedisi peneliti tanaman obat itu terus menjelajah pegunungan tanpa henti. Di tengah udara yang sejuk, Chu Xia merapatkan jaket tebalnya, wajahnya mendongak, mencari di mana bulan berada. “Sudah mau pukul tujuh,” dia menceletuk pelan.“Haruskah kita beristirahat di sini?” seorang pria dengan lembut bertanya padanya, sekaligus meminta pendapat rekan yang lain. Mereka sepakat beristirahat di tempat itu. Lokasinya cukup nyaman, ceruk dalam di sekitar bebatuan besar di tengah pegunungan, berhadapan langsung dengan tebing terjal yang menemani penjelajahan mereka sepanjang sore. “Chu Xia, kau haus?” seorang wanita tersenyum lebar, mengulurkan tangannya menggenggam botol minum yang terisi penuh. Dengan senyum tipis sebagai balasan, Chu Xia mengangguk menerima botol air itu, kemudian mengucapkan terima kasih. “Kamu sudah begitu populer dan berbakat, rupanya masih sudi ikut bersama kami melakukan penelitian tanaman obat.” wanit...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments