Jelata Jadi Penguasa

Jelata Jadi Penguasa

last updateLast Updated : 2024-11-26
By:  Piyu_QuOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
56Chapters
827views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

"Mau sampai kapan seperti ini, Ad? Papa tidak menuntut banyak kok. Jadilah anak yang BERGUNAAA! Kamu seharusnya malu sudah 25 tahun, hidup masih menjadi benalu di keluarga!" Kilasan ucapan itu terus muncul dibenak pria berusia 25 tahun bernama Adrian. Kehidupan penuh kegagalan harus ia lewati dengan berbagai tekanan. Hidupnya bagai bertopang pada ranting rapuh yang kapanpun siap terjatuh. “Ya Tuhan, pintaku hanya satu, hidupkan aku saat kehidupanku memiliki takdir yang bahagia.” Ucapan konyol yang Adrian katakan nyatanya bukan bualan semata. Akibat kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, jiwanya tiba-tiba terbangun di kehidupan yang jauh dari apa yang ia bayangkan. “Hahaha.. ini GILA!!! Bagaimana bisa aku terjebak di sini?!” Transmigrasi jiwa? ini memang gila, tapi itulah kenyataannya. Lebih parahnya lagi, Adrian bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berusia 18 tahun. Tak jauh berbeda dengan takdirnya dahulu, sosok ini juga memiliki takdir buruk bahkan terancam berakhir dengan kematian tragis. "Jangan bermimpi untuk mendapat penghormatan, Ad. Harusnya kamu sadar mengapa orang diistana membencimu. Seorang pangeran tak seharusnya terlahir dari rahim seorang selir. Kedudukanmu dimata mereka tak lebih seperti rakyat jelata. Kau harus ingat ini, kau hanyalah aib istana!!" Dengan segala ketidakadilan dan bayang-bayang kematian, mampukah Adrian merebut tahta dan membawa akhir bahagia untuk sang protagonis sengsara? “Tak kusangka menjadi Adrian si pangeran terbuang lebih melelahkan dibanding Adrian si pengangguran. Sial! Kalau aku sudah kembali nanti, akan kupatahkan jari-jari laknat milik Kimberly itu. Teganya ia menggunakan namaku untuk novel setragis ini.”

View More

Chapter 1

Chapter 01

CHAPTER 01

Seorang gadis berambut ikal tengah terfokus kepada laptop yang ada di pangkuannya. Jarinya menari-nari di atas keyboard dengan lihai. Matanya nampak terkunci pada layar menyala itu dengan bibir ranum yang bergerak mendikte tiap kalimat yang ia ketik.

Dari arah belakang sang gadis, terlihat seorang pemuda berdiri menyipitkan matanya manatap lurus ke depan.

“Hayalan tingkat dewa apa yang akan kau tulis kali ini, Kim?” Ucapan spontan itu membuat sang gadis berjengit terkejut.

Gadis yang tengah berkutat dengan laptopnya itu menoleh cepat.

“Ya Tuhan! Kakak tak bisakah untuk tak mengejutkanku sehari saja?” pekik Kim segera mengelus dadanya yang berdegup cepat.

Pria berpakaian kemeja itu mengendikkan bahunya acuh. Ia tak menjawab malah kembali sibuk membenarkan lengan kemejanya yang kusut.

“Mau kemana?”

“Kau seharusnya sudah tau, Kim, apalagi yang bisa aku lakukan selain mencari pekerjaan?!” sungut laki-laki itu menggendong tasnya pada bahu kanannya.

Ekor matanya mencoba menilik layar laptop yang menampakkan deretan huruf.

Hembusan napas keluar dari mulut kecil Kim. “Bersemangatlah, Kak, aku harap kali ini kau berhasil.”

Tak ada sahutan dari sang kakak, ia lantas menoleh dan seketika terkejut mendapati sang empu telah duduk di sampingnya dan mengambil alih laptop usang yang ada di pangkuannya.

"Pangeran Adrian?"

“Astaga, KAKAK! Jangan menggangguku!”

Kim berusaha merebut kembali laptop dari tangan sang kakak, namun tentu saja Adrian tidak akan membiarkannya. Adrian berdiri memanfaatkan postur tubuh  jangkungnya sehingga membuat Kim kesulitan meraih laptopnya.

“Kak! Jangan dibaca!!!”

Terlanjur, Adrian sudah membaca sebagaian besar kalimat-kalimat yang tersusun rapih pada Microsoft word-nya itu.

.

Pangeran Adrian pada akhirnya menyerah pada keadaan. Ia harus kalah dalam persaingan perebutan tahta usai ditemukan tewas di peraduannya sendiri di istana Bavelach. Kematian tragis harus menimpa Pangeran tampan itu tepat di ulang tahunnya yang ke-20.

.

Usai membaca sebagian tulisan yang tertera di layar, sejurus kemudian tatapan maut menyorot kepada sang adik.

“CERITA APA-APAAN INI!” teriak Adrian murka. Sang adik yang sedari tadi sudah pasrah hanya mampu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

“Sudah kubilang, Kak, jangan dibaca.” Kim segera mengambil alih laptopnya dari tangan Adrian. Dengan langkah kesal ia kembali duduk di sofa yang sempat ia duduki tadi di susul Adrian yang berdiri dihadapan Kim dengan bercacak pinggang.

“Sudah kubilang juga jangan gunakan namaku sembarangan, Kimberly! Kamu bebas menggunakan nama siapa saja dalam novel fiksimu, tapi jangan gunakan namaku,” ujar Adrian menghela napas lelah menghadapi adiknya yang ternyata lagi-lagi menggunakan nama Adrian sebagai tokoh fiksi dalam novelnya.

Kimberly sudah berulang kali kedapatan menggunakan nama sang kakak dalam karakter novelnya dan sudah berulang kali Adrian memarahinya, namun Kim tak kunjung juga jera.

Kim memberengut kesal melihat sikap kekanak-kanakan kakaknya itu. “Diamlah, Kak, nama Adrian bukan hanya milik dirimu seorang tau.”

“Jangan membantah, Kim, cepat ganti nama karakter itu. Aku tak suka nama tampanku digunakan untuk pangeran bodoh.”

Kim melotot marah. “Ya ampun, Kak, kalau kau tak suka namamu digunakan sembarangan, ajukan hak paten dan patenkan nama pasaranmu itu sekarang juga!"

“Sudahlah aku mau kembali ke kamar. Kau cepatlah berangkat, Kak, sebelum ayah kembali dan menghajarmu lagi," lanjut Kim beranjak pergi.

“Jangan kabur, Kim! Pokoknya kamu harus ganti nama karakter fiksimu itu!” teriak Adrian kembali memberi peringatan kepada adiknya.

Brakkk

Adrian memasang wajah kesal begitu Kim mulai memasuki kamar tanpa merespon ucapannya.

“Huh dasar adik durhaka. Kenapa dia begitu terobsesi menggunakan namaku dalam tokoh fiksi lemahnya itu sih? Memangnya nama Adrian identik dengan nama tokoh yang tersakiti apa?” gumam Adrian sembari melangkah menuju pintu keluar untuk melaksanakan tujuan awalnya yang sempat tertunda.

***

Ceklek

Engsel pintu bergeser menandakan  seseorang baru saja membukanya. Sepasang sepatu hitam menyembul begitu knop pintu berputar terdorong.

"Dari mana saja jam segini baru pulang?"

Pertanyaan kejutan membuat sang pembuka pintu terlonjak. Baru satu kaki yang memasuki rumah, kini ia sudah disambut dengan pertanyaan tak mengenakkan. Ekspresi terkejutnya tak berlangsung lama, berganti dengan raut muram dan penyesalan.

"Anak temen papa pulang jam segini karena lembur kerja, beda sama kamu berangkat siang pulang malam cuma buat keluyuran," sindir Leonard, sang ayah yang memandang anak sulungnya dengan remeh.

Tangan Adrian terkepal kuat seolah tengah menggengam amarah yang begitu menggebu. Rahang tegasnya juga terlihat mengeras merasakan emosi mendidih yang tiba-tiba bergejolak dalam dadanya.

"Mau sampai kapan seperti ini, Ad? Papa tidak menuntut banyak kok. Jadilah anak yang berguna!" lanjut Leonard begitu melihat Adrian tertunduk diam seribu bahasa.

Adrian mendesah pelan.

"Pa, bisakah berikan ruang untuk Adrian? Bisakah papa melihat bagaimana usaha Adrian selama ini?" tanya Adrian dengan suara parau masih berusaha meredam hawa panas yang menjalar pada tubuhnya.

"Sudah satu tahun lebih papa memberi waktu, Ad. Kamu perlu waktu berapa lama lagi? Hah?! 3 tahun? 5 tahun? Atau sampai papa gak ada di dunia ini baru kamu mau berusaha lebih keras?!"

Brakkk

Kepalan tangan Adrian dilayangkan pada pintu yang berada di sebelahnya. Nampaknya kalimat yang Leonard lontarkan berhasil memancing luapan emosi sang anak.

"Pa, titik sukses orang itu berbeda-beda. Adrian selama ini sudah berusaha kesana kemari mencari jalan melamar pekerjaan seperti yang papa mau. Adrian rela berjalan kaki puluhan kilometer demi mencari perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, Adrian rela semalaman suntuk menyempatkan diri mencari berita lowongan di internet. Tapi ketika takdir belum mengizinkan untuk sukses, Adrian bisa apa?!"

"Bukan hanya papa yang frustrasi karena anak sulungnya terus menjadi pengangguran, Adrian sendiri sudah hampir gila, Pa! Segala cara sudah Adrian tempuh, tetapi hanya kata gagal yang Adrian terima. Sudah satu tahun lebih kehidupan Adrian penuh kegagalan ditambah tekanan mama papa yang terus menuntut untuk Adrian menopang perekonomian keluarga. Adrian capek, Pa!!"

Plakkk

"BERHENTI MERASA PALING TERSAKITI!!"

Netra coklat pria 25 tahun itu terbelalak, tangannya yang sempat terkepal bergerak menyentuh pipi kanannya yang terasa panas.

"Kakak!!"

Kimberly berlari menuju ke arah sang kakak begitu menyaksikan kakaknya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Papa, cukup! Jangan jadikan kakak samsak kemarahan papa. Kim tau sendiri Kak Adrian sudah berusaha keras. Papa semestinya mau membuka mata melihat bagaimana perjuangan kakak selama ini. Jangan berorientasi pada hasil, Pa, lihatlah perjuangannya!!"

"Kamu anak kecil tau apa, hah?!"

Bentakan Leonard sukses membuat Kim bergetar hebat. Adrian yang menyadari guncangan mental sang adik segera menyudai pertengkaran itu.

Ia bergegas membawa sang adik ke kamar untuk menenangkannya.

"Kak, maafkan aku," ucap Kim yang kini sudah berbaring di atas kasurnya.

Adrian lantas membelai pucuk kepala sang adik. "Tak apa, sudah kau tidurlah. Kakak tunggu di sini."

Kakak sulung itu bergerak menjauh dari ranjang adiknya. Ia mendekat ke arah meja belajar sederhana yang ada di kamar Kimberly.

"Kak."

Adrian berdeham kecil kemudian menoleh sebentar.

"Makasih sudah mau terus berjuang selama ini. Walaupun masih belum terlihat hasilnya, Kim yakin kakak akan sukses nantinya," gumam Kimberly membuat Adrian memasang ekspresi sulit di artikan.

Adrian terkekeh kecil mendengar penuturan tak biasa dari sang adik. "Iya, makasih ya sudah menjadi adik yang baik untuk kakak," balas Adrian tersenyum tulus menatap adik kesayangannya.

Kimberly, gadis berusia 17 tahun yang kini sedang mengenyam sekolah menengah atas. Dia satu-satunya semangat Adrian dalam menjalani hari-harinya ditengah kedua orang tuanya yang selalu menekannya.

Adrian hendak beranjak usai memastikan sang adik dapat kembali tertidur dengan tenang, namun ketika indera pengelihatannya menangkap benda pipih yang sempat diperebutkan kakak beradik itu menjadi urung untuk beranjak.

Tanpa membuat suara, Adrian bergerak membuka laptop sang adik. Layar laptop segera menyala menampilkan layar kunci.

"Emm passwordnya apa ya?" gumam Adrian lirih.

Ia mencoba beberapa kali memasukkan berbagai macam kode, hingga yang keempat kalinya akhirnya ia berhasil membobol laptop sang adik.

Usai berhasil, layar laptop langsung menunjukkan kembali deretan huruf pada sebidang layar putih. Adrian nampak mengenali beberapa nama yang tertera di layar tersebut.

"Hemm jadi Kim masih kekeh menggunakan namaku?"

Jemari Adrian seketika menekan anak panah atas dan membaca sedikit demi sedikit kalimat yang tertata rapih. Mata coklatnya mengabsen tiap huruf yang berjajar di kertas kerja. Berbagai macam ekspresi tersemat pada wajah Adrian seiring kursor bergerak.

Sampai sudah 20 menit lamanya ia membaca keseluruhan kata yang tersusun di sana dan ekspresi akhir yang ia tampakkan adalah alis tebalnya yang menukik tajam dengan mulut terkatup rapat.

"Entah harus bagaimana aku menghadapinya besok. Satu fakta yang baru kudapat dari sosok Kim, ternyata dia... seorang psikopat gila!"

***

Adrian Leonard, pria berusia 25 tahun yang sedang mengalami struggle dalam kariernya. Nasib buruknya tak kunjung usai bahkan sudah genap 1 tahun pria bermarga Leonard ini berjuang mencari pekerjaan. Sudah beratus-ratus lowongan pekerjaan, namun tak kunjung juga mendapatkan panggilan kerja.

"Huh... "

Sudah pukul 1 siang, Adrian terduduk di sebuah gang sepi dan lembab. Peluh telah memenuhi seluruh wajahnya. Bahkan kemeja yang tadinya rapih sudah kusut dengan kancing yang terkancing asal.

"Arghhhh! Kenapa harus sesulit ini untuk mendapat pekerjaan!" Adrian berteriak histeris sembari mengacak, menjambak dan memukul kepalanya tanpa ampun.

Ia lantas termagu menatap kosong dinding bangunan di depannya. Tanpa sadar setetes air terjun dari sudut matanya.

“Hahaha malangnya nasibmu, Ad, sepertinya akan lebih menyenangkan hidup sebagai Adrian di dunia fiksi yang Kim buat. Setidaknya meskipun kita sama-sama dihardikkan keluarga, ia masih memiliki banyak harta untuk bertahan hidup sendiri. Seandainya aku menjadi Pangeran bodoh itu pasti aku lebih memilih kabur membawa harta sebanyak-banyaknya dan menjalani hidup seorang diri daripada hidup dikerajaan yang berisi manusia berhati iblis," kata Adrian dengan tersenyum miring.

Adrian kembali berdiri berjalan gontai menyebrangi jalanan yang ada di ujung gang. Ia yang terlampau kalut dalam pikirannya sampai tidak menyadari ia sudah berjalan di tengah jalan raya. Hingga Adrian tersadar dari lamunnya begitu suara klakson memekik telinganya. Ia menoleh cepat ke samping kanan dan benar saja sebuah truk melaju kencang menuju ke arahnya.

Srtttt

Brakk

Adrian terpental cukup jauh begitu tubuhnya dihantam mesin berjalan itu dengan keras.

Pikirannya mendadak kosong dan beban dipundaknya seketika menguap entah kemana. Kepalanya terasa pening dan telinganya menangkap suara riuh.

Sebelum kesadarannya terenggut, samar-samar ia mampu melihat sosok pemuda berpakaian berkilau emas menatapnya datar. Mungkin jika digambarkan pakaiannya terlihat seperti busana aktor drama kolosal.

Tak beberapa lama jiwanya terasa ditarik paksa. Rasa sakit bagai dihujam puluhan belati seketika menyergap dadanya.

“AKKKKHHH” jeritnya ketika merasakan sakit yang teramat. Ia merasakan ruhnya seperti ditarik keluar secara paksa.

“Oh Tuhan, apakah ini akhir dari hidupku?"

Ngingggg....

Telinga Adrian berdengung, tak ada lagi suara teriakan orang-orang di sekitarnya dan ia merasa tubuhnya menjadi seringan kapas. Kemudian kilatan cahaya yang menyilaukan membuat matanya terpejam cepat.

TBC

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Adny Ummi
seruu. lanjutannya cepetan, Thoorr
2024-07-23 21:47:35
2
user avatar
Iftiati Maisyaroh
kereeen Kak ... lanjuuut
2024-07-11 19:12:44
3
user avatar
Adny Ummi
ayoo lanjut, Thoorr
2024-07-11 18:49:04
2
user avatar
Eka Damayanti Rifa'i
wuaaaah, cerita seruuuuu iniiiii
2024-07-11 18:22:22
2
user avatar
Rosa Rasyidin
kamu harus tetap semangat sampai tamaaaat
2024-07-11 18:06:11
2
user avatar
Piyu_Qu
Update 2 hari sekali ya. Selamat membaca:)
2024-05-10 22:09:05
0
user avatar
Adny Ummi
walaahh. jadi bocah diaaa
2024-03-22 05:37:47
2
user avatar
Azril
Lanjut tor
2024-02-13 19:07:37
2
user avatar
Abdul malik A
nice......
2024-02-13 16:35:35
2
56 Chapters
Chapter 01
CHAPTER 01 Seorang gadis berambut ikal tengah terfokus kepada laptop yang ada di pangkuannya. Jarinya menari-nari di atas keyboard dengan lihai. Matanya nampak terkunci pada layar menyala itu dengan bibir ranum yang bergerak mendikte tiap kalimat yang ia ketik. Dari arah belakang sang gadis, terlihat seorang pemuda berdiri menyipitkan matanya manatap lurus ke depan. “Hayalan tingkat dewa apa yang akan kau tulis kali ini, Kim?” Ucapan spontan itu membuat sang gadis berjengit terkejut. Gadis yang tengah berkutat dengan laptopnya itu menoleh cepat.“Ya Tuhan! Kakak tak bisakah untuk tak mengejutkanku sehari saja?” pekik Kim segera mengelus dadanya yang berdegup cepat. Pria berpakaian kemeja itu mengendikkan bahunya acuh. Ia tak menjawab malah kembali sibuk membenarkan lengan kemejanya yang kusut. “Mau kemana?” “Kau seharusnya sudah tau, Kim, apalagi yang bisa aku lakukan selain mencari pekerjaan?!” sungut laki-laki itu menggendong tasnya pada bahu kanannya. Ekor matanya mencoba m
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more
Chapter 02
BRAKKK"APA KAU BILANG? ANAK SIALAN ITU MASIH HIDUP?!"Sebuah guci berbahan marmer terjatuh, hancur berserakan di depan wanita berselendang merah. Wajahnya merah padam kentara tengah naik pitam."Mohon ampun, Nyonya, demikian informasi yang saya dapat," tanggap seorang wanita berpakaian lusuh tertunduk gemetar ketakutan."Mustahil! Aku sudah memastikan sendiri dia mati malam itu juga. Lantas kenapa kini kau berkata ia hidup kembali? KAU PIKIR INI LELUCON?!"splashTebasan pedang membuat wanita lusuh itu tumbang bersama genangan cairan anyir yang mengucur deras dari tubuhnya."Akan kupastikan anak itu benar-benar mati!"***ClapKelopak mata dengan bulu mata lentik bergerak terbuka tanpa aba-aba.“Hah?!”Seorang pemuda berusia 18 tahun terbangun dari tidur panjangnya dengan napas tersengal-sengal juga wajah penuh peluh. “Astaga! Untung hanya mimpi,” gumamnya menghela napas lega.Netra biru laut bergerak memindai sekitar dengan tajam. Kemudian alisnya bertaut bingung menyadari ruangan y
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more
Chapter 03
//TW⚠️// Bab ini mengandung perilaku menyakiti diri sendiri****"Ini gila! Bagaimana bisa?!"Sudah lima belas menit lamanya pemuda berpakaian kerajaan itu mengayunkan tungkainya ke sana kemari sambil sesekali memperhatikan penampilan di cermin yang ia lewati. Ia masih berusaha menerima kondisi tubuhnya yang terasa asing, namun tetap saja ia masih merasa terkejut dan terheran. "Tunggu... "Ia memaku berdiri di depan cermin mematut seorang pangeran yang tampak menawan."Sebenarnya apa yang terjadi? Apa aku kembali ke kehidupanku dimasa lampau? Renkarnasi? Emmm tidak-tidak... ini terasa mustahil, tapi yang ada di depanku ini membuatku tak bisa mengelak fakta itu. ARGHHH apa aku ini sudah gila?" gumamnya menggeram kesal.Kembali ia berjalan kesana-kemari memikirkan hal logis apa yang bisa menjelaskan fenomena yang ia hadapi sekarang.Pluk....Jari telunjuk dan jempolnya beradu. "Mungkin aku sedang bermimpi?" pikirnya sumringah.Sejurus kemudian sang pangeran mencubit beberapa bagian tub
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more
Chapter 04
BrakCeklek ... ceklekPintu coklat yang nampak gagah itu dibanting dengan kerasnya usai seorang pria bermahkota keluar dari sana. Tangan kekarnya segera mengunci pintu itu."Dasar anak tidak tau diuntung!" umpat Vernon menggeram pelan.Sang kaisar lantas berdiam sejenak memejamkan mata di lorong gelap. Kemudian helaan napas terdengar berhembus perlahan."Aku tau kau di sana. Keluar!!"Vernon tiba-tiba berteriak ke area gelap yang berada jauh di belakangnya. Indera perasanya terlampau tajam hingga ia mampu menyadari kehadiran seseorang yang bersembunyi di balik kegelapan.Tak lama kemudian terdengar sepatu yang bergesekan dengan lantai. Langkah itu terdengar berat terkesan ragu untuk melangkah.Kaisar itu berbalik menantang sosok yang berada di balik kegelapan. Matanya menyorot tajam dan terkesan bersiap mencincang siapa saja yang tersorot pandangannya."Bukankah aku sudah memintamu untuk pergi dari sini, Reya? Apa kau memang berniat melanggar perintahku untuk tinggal bersama anak kes
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more
Chapter 05
Sepeninggalan Rhiannon, pikiran Adrian tak berhenti bekerja. Ia masih memikirkan situasi yang kini menimpanya. Adrian perlu memastikan kebenarannya sendiri apa yang kini ia yakini."Jika benar aku sedang bertukar jiwa, apakah pangeran yang asli sedang berada di tubuh asliku?""Lalu bagaimana cara kerja pertukaran jiwa ini? Apakah ada konsekuensi yang akan kami dapat?"Adrian mengacak rambutnya frustasi memikirkan segala risiko yang pasti akan ia dapat. Pangeran itu bangkit berjalan mondar-mandir di depan pintu peraduannya. Apalagi kini pikirannya kian berkecambuk menyadari situasi tak menguntungkan sebagai sosok pangeran buangan. Bagaimana tidak, ketika ia harus mengenali lingkungan barunya, kini ia malah tersandung masalah tidak bisa leluasa keluar dari peraduannya."Huh! Satu-satunya cara aku harus segera menemukan jalan keluar rahasia yang nona tadi dibicarakan. Tapi masalahnya aku harus mulai darimana?" gumam Adrian memikirkan jalan keluar yang bisa menjadi alternatif berharga.T
last updateLast Updated : 2024-05-06
Read more
Chapter 06
Sepasang mata penuh amarah menyorot tajam terus memperhatikan kejadian yang ada di depannya. Tangannya terkepal kuat dengan gigi yang menggerutu mempertegas guratan kemarahan di wajahnya."Hormat kepada Yang Mulia Permaisuri, kesejahteraan selalu melingkupi."Kedua prajurit yang sedari tadi berdiam di depan pintu berlutut menghormat begitu menyadari sosok agung hadir diambang pintu.Sang permaisuri tak mengidahkan hal tersebut. Ia berlari menerobos peraduan sang pangeran. Dengan secepat kilat ia menahan tangan seorang wanita yang sudah terangkat tinggi.“BELUM PUASKAH KAU MENYAKITI DARAH DAGINGMU SENDIRI, SELIR AGUNG JIREA?!” seru Audreya dengan suara menggeram. Sorot matanya tak lepas menatap sang selir yang juga menatapnya terkejut."Pengawal, pergilah tinggalkan kami disini," perintah Jirea kepada kedua pengawalnya yang masih setia berjaga di depan pintu.Tak butuh waktu lama kedua prajurit itu pergi menuruti perintah sang selir agung."Setelah apa yang kau lakukan dengan darah dag
last updateLast Updated : 2024-05-08
Read more
Chapter 07
Derap langkah bergemuruh memenuhi lorong istana. Terjadi kepanikan sepanjang lorong istana ketika sosok kaisar dengan wajah dingin bercampur khawatir berlari sepanjang lorong dengan membopong tubuh lemas seorang wanita."MINGGIR SEMUA?! CEPAT PANGGILKAN TABIB! PASTIKAN TIBA SEGERA!" teriak Duke Fernand menggema keseluruh istana. Ia yang tadinya sedang bertemu dengan kaisar, ikut andil melihat apa yang terjadi pada Audreya. Ia dengan sigap mendampingi sang kaisar berlari menuju peraduannya.Setiap prajurit dan pelayan kelimpungan berlari kesana kemari memberikan jalan sang kaisar."Apa yang terjadi dengan Yang Mulia Permaisuri?""Aku dengar karena selir agung.""Sepertinya sebentar lagi akan terjadi kegegeran besar.""Tapi aku ragu selir agung akan dihukum secara selir agung adalah orang ya—""Sttt kecilkan suaramu, Mira, kau mau kita bertiga berakhir dipancung?!" Para pelayan yang berbaris di sepanjang lorong menunduk sembari saling berbisik-bisik membicarakan kemungkinan yang terja
last updateLast Updated : 2024-05-10
Read more
Chapter 08
EnghhLenguhan terdengar dari sosok wanita anggun yang terbaring lemah di ranjang besar. Kelopak matanya perlahan bergerak hingga matanya terbuka sempurna."Ibunda?"Netranya menangkap wajah pemuda bernetra biru. Dengan perlahan ia mengangkat tangannya dan mengusap wajah sang anak."Kau baik-baik saja, Adrian?" tanya sang permaisuri dengan suara selembut sutra.Namun sebuah suara protes membuat kesadarannya berkumpul seketika."Ibunda, ini aku George bukan Adrian!" sentak George merasa kesal. Ia menepis tangan sang ibunda yang masih bertengger pada pipinya.Audreya yang menyadari kesalahannya segera tersadar."Oh maafkan aku, Sayang."George memasang raut wajah kesal bercampur iri. Sebenarnya ini bukan kali pertama Audreya membuat kesalahan seperti ini. Entah mengapa sang permaisuri kerap salah sebut nama ketika bersama anak kandungnya sehingga tak heran jika George begitu membenci sosok Adrian.***Situasi istana kala itu memanas usai kabar sang selir yang menganiaya sang permaisuri
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more
Chapter 09
"Panglima, di mana Putri Rhiannon? Bukankah tadi dia menaiki kuda bersamamu?" Seorang pria paruh baya bermahkota mewah merotasi matanya menyisir sekeliling mencari seseorang.Prajurit yang ikut mendampingi sang raja pun nampak kebingungan menyadari sang putri tidak ada pada tempatnya. Mereka memasang raut khawatir menyadari rajanya pasti sebentar lagi akan murka."Mohon ampun, Baginda, Putri tadi memberitahukan bahwa ia akan pergi mendahului ke istana utama," jawab seorang prajurit yang berada tepat di samping kereta kencana yang dikendarai sang raja."Kenapa kau baru memberitahukanku sekarang?!" bentak sang raja tak habis pikir dengan panglimanya.Pria bermahkota itu memijit pelipisnya lelah. "Cari dia sekarang. Kita akan segera kembali ke Deoreva, pastikan ia ditemukan sebelum aku selesai menemui kaisar dan permaisuri!""Ayah, izinkan aku untuk ikut mencari," sahut seseorang yang duduk berhadapan dengan sang raja.Sang raja memandang wanita di depannya penuh arti. "Ya, temukan adik
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more
Chapter 10
"Apa? Bagaimana? Ibundamu sudah sadar?" Kaisar yang baru tiba segera memberondong sang anak dengan banyak pertanyaan. Sedangkan George yang sedang berdiri mengamati sang ibu yang tengah diperiksa kondisinya oleh tabib masih memasang wajah kesal. "Ya. Tapi ibunda malah mencari anak pembawa sial itu," tanggap George bertambah masam. Vernon menghela napas pasrah. Isi kepalanya terasa penuh akibat semua insiden terjadi bersamaan. "Hukuman apa yang ayahanada berikan kepada selir itu?" celetuk George kembali membahas persoalan sosok yang beberapa saat lalu hampir ia amuk. "Kau tak perlu ikut campur, George, biarkan bagian kedisiplinan istana yang mengatur hukuman yang pantas untuknya," jawab Vernon dengan suara lemah. Ia duduk di pinggiran ranjang sang isteri kemudian menatap tubuh pasangannya itu dengan sayu. "Sungguh? Ayah benar-benar menghukumnya dan tidak berniat meloloskannya kan?" jawab George nampak kecewa mendengar jawaban sang ayah. "Jaga sikapmu, Putra Mahkota?!" seru san
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status