Share

Dewi Medis Kesayangan Kaisar
Dewi Medis Kesayangan Kaisar
Penulis: Xiao Chuhe

Bab 1 - Tebing Kematian

Hari mulai malam, gulita menyambar dengan cepat. Rombongan ekspedisi peneliti tanaman obat itu terus menjelajah pegunungan tanpa henti.

Di tengah udara yang sejuk, Chu Xia merapatkan jaket tebalnya, wajahnya mendongak, mencari di mana bulan berada.

“Sudah mau pukul tujuh,” dia menceletuk pelan.

“Haruskah kita beristirahat di sini?” seorang pria dengan lembut bertanya padanya, sekaligus meminta pendapat rekan yang lain.

Mereka sepakat beristirahat di tempat itu. Lokasinya cukup nyaman, ceruk dalam di sekitar bebatuan besar di tengah pegunungan, berhadapan langsung dengan tebing terjal yang menemani penjelajahan mereka sepanjang sore.

“Chu Xia, kau haus?” seorang wanita tersenyum lebar, mengulurkan tangannya menggenggam botol minum yang terisi penuh.

Dengan senyum tipis sebagai balasan, Chu Xia mengangguk menerima botol air itu, kemudian mengucapkan terima kasih.

“Kamu sudah begitu populer dan berbakat, rupanya masih sudi ikut bersama kami melakukan penelitian tanaman obat.” wanita itu tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Chu Xia mendelik kesal.

“Ini juga merupakan tanggung jawabku. Lab kita, sudah memberiku tanggung jawab untuk memimpin rombongan ini, tidak mungkin aku melarikan diri, kan?” Chu Xia menjawabnya dengan nada yang lebih tegas.

Dia urung menerima botol air minum itu, menyerahkannya kembali kepada wanita itu, merangkak keluar dari ceruk, berdiri di tepi tebing, kemudian berjalan perlahan menyusuri jalan setapak yang ada hingga tiba di jalan yang lebih besar.

Dari tanah luas di tengah gunung ini, dia melihat pucuk-pucuk pepohonan tampak rapat, disinari cahaya bulan purnama yang redup.

Dia menunduk, sedikit menggerakkan bola matanya ke kiri dan kanan. Lantas mata itu berbinar terkejut.

“Ini jamur yang kita cari!” Dia berseru senang.

Ketika menoleh ke belakang, jauh sekali keberadaannya dari rekan-rekannya yang lain hingga tidak melihat mereka sama sekali. Dia memutuskan untuk mengambilnya sendiri.

Tapi jamur itu tumbuh di sisi tebing. Dia harus berpegangan erat pada batu yang menancap di sisi tebing agar tidak terpeleset jatuh.

“Argh!” Dia berteriak, tubuhnya didorong seseorang dari belakang, dia beruntung karena tangannya masih berpegangan pada batu itu. Dia segera mendongak ke atas.

Di mana Li Yan, wanita yang memberinya air minum tadi tiba-tiba sudah berada di depannya, berdiri dengan wajah puas saat menatap wajahnya yang berkeringat.

“Li Yan! Apa yang kau lakukan?” Chu Xia berseru tertahan, bergelantungan di tepi tebing hanya dengan batu berukuran sedang sebagai pegangan.

Li Yan terkekeh, "bukan aku yang melakukannya." Dia menggeser kakinya dua langkah ke samping, lantas sosok yang sangat Chu Xia kenali dan sangat memahaminya luar-dalam itu terlihat menatapnya dengan tatapan iba.

“Chu Xia, maafkan aku …, tapi bukankah waktumu sudah habis? Kamu akan mati, lalu semua kekayaan dan perhatian yang kamu punya …, aku akan menggantikanmu memilikinya.” Ling Xiao tersenyum licik.

“Ling Xiao! Kau itu suamiku, untuk apa berbuat begini hanya untuk ketenaran?” Chu Xia mati-matian menahan pegangannya agar dirinya tidak terjatuh ke dasar, tangannya mencengkeram hingga dipenuhi goresan dan bahkan berdarah.

Tiba-tiba, di ujung nyawanya yang tergantung itu, Chu Xia mendadak mengingat sesuatu.

“Inikah alasannya, kenapa kalian selalu bersama saat bekerja?” Chu Xia menebak dengan telak.

Ling Xiao tertawa, “Baguslah kalau tahu, Chu Xia ingat, nyawamu —”

Ucapannya terhenti saat dia melihat Chu Xia berusaha merogoh saku jaketnya, Ling Xiao tahu, Chu Xia pasti akan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

“Jangan harap!” Ling Xiao bergerak lebih cepat, dia menginjak tangan Chu Xia yang berpegangan pada batu yang menonjol itu.

Chu Xia yang baru saja berhasil meraih ponselnya, tidak sengaja menjatuhkan ponsel itu, dia meringis kesakitan, tangannya yang sudah berdarah dan terluka, malah diinjak sekuat tenaga oleh suaminya sendiri.

Dia benar-benar telah kehilangan tenaga. Chu Xia memejamkan mata, dia memasrahkan diri, tubuhnya meluncur deras ke dasar, menghantam pucuk-pucuk pepohonan, mati ya mati saja …, semua ini, dia tahu namanya adalah Takdir.

Di atas sana, samar-samar terdengar jeritan Ling Xiao dan Li Yan, berseru parau memanggil namanya berkali-kali. Chu Xia tersenyum pahit, pandai sekali mereka bersandiwara.

***

Di detik berikutnya, masih di malam yang sama, dan bulan yang sama, Chu Xia terbangun dengan gegabah. Dia duduk dengan napas menderu dan keringat bercucuran.

Dia mengatur napasnya yang menderu. Menatap sekitar yang remang, hanya ada cahaya kuning dari beberapa lilin yang berada di sudut ruangan.

Ruangan?

Lilin?

Chu Xia menelan ludah. Dia meraba tubuhnya sendiri, lalu menunduk, melihat pakaiannya yang entah sejak kapan berubah. Dia menatap kedua telapak tangannya, dan kuku tangan kanannya yang biasa saja, tidak terluka.

“Aku …, berada di surga atau neraka?”

“Kau tidak mati?” Terdengar suara berat bertenaga di dalam ruangan itu.

Suara itu membuat Chu Xia terperanjat, memeluk tubuhnya yang terasa jadi lebih kurus dari tubuhnya sendiri. Dia mendongak dengan cepat, menatap sosok laki-laki muda dengan postur tubuh gagah dan ekspresi datar yang aura dinginnya bahkan terasa jelas dari tatapan matanya.

Chu Xia menelan ludah. “Kau malaikat maut atau malaikat penjaga neraka?” dia bertanya takut-takut.

Laki-laki itu malah bergerak cepat memojokkannya di sandaran dipan, wajahnya mendekat dengan wajah Chu Xia. Hembusan napasnya yang dingin terasa menembus kulit wajah yang halus itu.

“Dengar, Xie Yinlan. Kau mati atau tidak, aku tidak akan pernah memedulikanmu. Jangan harap jika kau mati aku akan mengurus jasadmu dan menguburkannya di kuil kekaisaran. Tidak akan.” ucapan itu menyakitkan sekali jika Chu Xia adalah Xie Yinlan yang sesungguhnya.

Tapi karena tidak mengerti perkataannya, Chu Xia hanya mengangkat bahu tak acuh. Sikap itu membuat pria tadi mencengkram dagunya dengan kencang, kemudian mengentakkannya ke samping, hingga Chu Xia mengaduh pelan.

Chu Xia mendengus, melotot tidak terima. Tapi pria itu telah pergi meninggalkan ruangan itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Diva
Ling Xiao kena azab kau ini ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status