Share

Bab 3 - Penyelinapan Pertama

“Pukul berapa ini?” tanya Yinlan.

Dia duduk santai di atas ranjangnya yang keras itu, sekarang sudah berganti pakaian yang lebih baik. Dia berencana melakukan sesuatu untuk membalas perbuatan jahat Permaisuri padanya.

Dari ingatan yang dia dapatkan, permaisuri itu bernama Xie Qingyan. Putri sah Adipati Xie. Dia memanfaatkan kenangan masa kecil Kaisar dan Xie Yinlan, adiknya sendiri, untuk masuk ke istana, dan merebut posisi Xie Yinlan sebagai permaisuri.

Sungguh, karena dia bukan lagi Chu Xia, dan Xie Yinlan yang sekarang tidak sama lagi dengan yang dahulu, ia harus bisa membalikkan nasib buruk ini.

“Sekarang pukul satu dini hari, Nona,” Jawab A-Yao.

Xie Yinlan menatap pelayan wanita itu, “A-Yao, mulai saat ini, jangan memanggilku Nona lagi. Paling aku Selir Xian. Bisakah?”

A-Yao membungkuk, “Baik, Selir Xian.”

“Bagus. Sekarang, ikut aku melakukan sesuatu.” Xie Yinlan berdiri.

Meski tinggal di istana ini selama berbulan-bulan, Xie Yinlan tetap tidak menghafal rutenya. Istana yang begitu besar, untuk keluar dari harem pun membutuhkan waktu setengah jam. Apalagi ingatan pemilik asli tubuh ini tidak membantu banyak.

Tampaknya dia benar-benar hidup terkurung, begitu pikir Xie Yinlan.

“Selir Xian, kita mau ke mana?” A-Yao bertanya, wajahnya tampak tegang.

“Mencuri obat,” Yinlan menjawab singkat.

“Tapi, Selir. Jika seseorang melihatmu berkeliaran, bagaimana?” pertanyaan A-Yao terdengar seperti sedang memperingatinya.

Xie Yinlan tersenyum tenang, merangkul pundak A-Yao. “Kau tidak perlu khawatir, tidak akan terjadi apa pun.”

“Selir …, Yang Mulia melarangmu berkeliaran di istana.” A-Yao masih berharap ucapannya bisa menghentikan tindakan gila majikannya.

“Lalu kau pikir, aku akan mematuhinya begitu saja? Aku ini selir, aku masih istrinya, dan istana ini adalah rumahku, kenapa aku tidak boleh berkeliaran?” Xia Yinlan mengedarkan pandangannya ke segala arah, berjaga-jaga jika ada pengawal atau pelayan yang lewat.

“Selir, kau tampak berbeda setelah siuman dari arak beracun itu.” A-Yao menghentikan langkahnya, menunduk dalam. Dia saat ini …, mungkin sedang merasa takut.

Xie Yinlan memahaminya. Lagi pula, siapa yang tidak terkejut melihat orang terdekat tiba-tiba merubah sikapnya?

Tangannya memegang kedua pundak A-Yao seulas senyum tipis menghiasi wajahnya yang cantik, “A-Yao. Apakah kau menganggapku majikanmu?” tanyanya.

A-Yao menatap wajahnya, mengangguk berkali-kali. “Sejak kau menyelamatkanku bertahun-tahun lalu, aku sudah memutuskan seluruh hidupku untukmu, Selir Xian.”

“Apakah kau merasa sakit hati saat Permaisuri dan orang-orangnya menindasku?” tanya Yinlan.

A-Yao kembali menunduk, kemudian bergumam, “Aku …, merasa sakit ketika kau terluka tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa ….”

“Apakah kau merasa sedih karena majikanmu hanya terkurung di sudut harem tanpa pernah mendapat sentuhan Kaisar?” pertanyaan itu masih berlanjut.

A-Yao mengangguk pelan, “Aku merasa sedih,” ucapnya.

“Lalu saat Permaisuri datang membawakan arak beracun itu, apakah kau merasa aku akan mati, dan hidupmu mungkin juga berakhir?”

A-Yao terdiam menatapnya, pertanyaan-pertanyaan itu, dia sungguh merasakannya. Dia kembali mengangguk, air matanya mengaliri pipinya.

Xie Yinlan tersenyum, tangannya bergerak menghapus air mata A-Yao. “A-Yao, aku sudah pernah mati sekali. Setelah mendapatkan kesempatan kedua, menurutmu haruskah aku melanjutkan penderitaan itu, dan tetap mati begitu saja?”

A-Yao menatapnya terkejut, kemudian menggeleng, “Kau tidak boleh mati begitu saja! Kau …, harus menghentikan penderitaanmu. Selir, kau harus mendapatkan kehidupan yang lebih baik.”

Yinlan terkekeh, mengusap pipi A-Yao. “Inilah yang sedang aku lakukan, A-Yao. Aku tidak bisa tinggal diam saat seseorang berupaya membunuhku. Karena dia mengetahui aku masih hidup, bukankah upaya itu akan terus ia lakukan berulang kali hingga aku benar-benar mati?”

A-Yao mengangguk.

“Jadi, tunjukkan padaku jalan menuju Balai Kesehatan Istana. Efek samping racun itu masih berada di tubuhku, aku masih perlu menghilangkannya.”

Setelah merasa tenang, A-Yao mengarahkan jalan menuju Balai Kesehatan Istana.

“Sebenarnya aku pernah ke sana, Selir. Aku …, sama sepertimu, tidak diperbolehkan keluar dari harem. Tapi aku tahu di mana tempatnya. Aku pernah memohon pada Yang Mulia untuk mengambil obat untukmu. Dia mengizinkannya, lalu menyuruhku mengambilnya sendiri di Balai Kesehatan Istana.”

Mendengar cerita A-Yao, Xie Yinlan mengangguk-angguk. Dia jadi mengetahui, kehidupan dua orang ini sangat tidak nyaman meski berada di lingkungan istana.

Dia merasa kagum pada kesetiaan A-Yao. Entah apakah Xie Yinlan yang asli mengetahui penderitaan A-Yao atau tidak, Xie Yinlan yang sekarang berjanji akan melindunginya dan memberinya keadilan.

“Selir, kita sudah tiba.” A-Yao menunjuk bangunan besar di depannya, tersenyum lebar.

“Kau siap, A-Yao?” Yinlan bertanya, ekspresi wajahnya penuh semangat.

Ini adalah penyelinapan pertamanya.

A-Yao mengangguk mantap.

Mereka berjalan perlahan mendekati dinding bangunan. Jendelanya besar dan rendah, mereka bisa masuk melalui jendela itu.

Setelah berhasil masuk. Yinlan meniup pemantik api, menerangi jalannya yang gelap.

Beruntung sekali, karena ruangan yang mereka masuki adalah gudang tanaman obat. Yinlan mengetahuinya dengan cepat karena aroma ruangan yang bercampur. Dia tersenyum senang.

Beberapa tanaman obat yang sudah sulit ditemukan di dunianya, bisa ditemukan dengan mudah di ruangan ini. Dengan rakus, dia mengambil beberapa bubuk obat dengan dosis tertentu.

“Selir, kenapa banyak sekali?” A-Yao berbisik di telinganya.

Yinlan ber-hssh pelan, meletakkan telunjuk di depan bibir, bermaksud menyuruh A-Yao diam.

“Kita harus sudah kembali sebelum pukul tiga, Selir.” A-Yao berbisik lagi, kali ini lebih pelan.

“Aku tahu, kita akan pergi segera.” Yinlan berkata dengan suara rendah, tangannya sibuk memindahkan bubuk obat ke dalam kertas yang disiapkan khusus.

“Siapa di sana?” suara berat tiba-tiba terdengar.

Yinlan bergeming, pelan-pelan menutup laci. Dia menggenggam erat tangan A-Yao, bergerak mundur mendekati jendela tempatnya masuk.

“Apakah kita ketahuan?” A-Yao berbisik pelan.

Yinlan lagi-lagi harus menyuruhnya diam.

Krak!

Pintu gudang terbuka.

Yinlan menahan napas. Matanya terpejam. Saat langkah kaki terdengar mendekat, dia benar-benar sudah memasrahkan semuanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status