“Tabib Liu, kau masih di sini?” sapa orang yang baru masuk.
Yinlan membuka mata dengan terkejut. Apakah ada orang lain di dalam gudang obat ini selain dirinya dan A-Yao? Dia merasakan tubuh A-Yao berkeringat dingin dan sedikit gemetar. Pelayan ini, pasti sudah sangat ketakutan. Beberapa langkah dari mereka, dua orang pria saling berhadapan, salah satunya memakai seragam resmi tabib kekaisaran, satunya lagi memakai seragam resmi pengawal kekaisaran. Tabib kekaisaran itu masih muda, bernama Liu Xingsheng. Meski muda, dia terkenal berwawasan luas dan berbakat, pernah menyembuhkan kaki ibu suri yang tulangnya patah. Pengawal Kekaisaran yang berinteraksi dengannya tampak menghormatinya. Liu Xingsheng tersenyum ramah, “Aku baru kembali dari pekerjaanku, meletakkan sisa bahan obat dan beberapa rekam medis.” Pengawal Kekaisaran itu mengangguk-angguk. “Tabib Liu, segeralah beristirahat.” Dia meninggalkannya di dalam ruangan obat. Liu Xingsheng mengangguk, matanya sedikit melirik ke arah jendela yang setengah terbuka. Dia berjalan keluar dari ruangan, kembali mengunci pintu, mengabaikan dua orang yang sedang bersembunyi di balik lemari tinggi. Xie Yinlan menghela napas lega, "Dia mengunci pintu tapu mengabaikan jendela yang terbuka." Dia melepaskan A-Yao dari pelukannya. Pelayan kecil itu juga tampak lebih tenang sekarang. “Selir Xian, kita selamat.” A-Yao tersenyum senang. “Ayo kita pulang,” ajak Yinlan. Mereka bersama-sama melewati jendela yang sama, pelan-pelan menutupnya dengan rapat. Lalu mengendap-endap meninggalkan halaman depan Balai Kesehatan Istana. “Tunggu dulu!” Di depan istana Mingyue—Kediaman Permaisuri, Yinlan menghentikan langkahnya. “Ada apa, Selir?” A-Yao bertanya panik. “Apakah kau tahu siapa yang biasanya menyiapkan makanan pagi untuk Permaisuri?” tanya Yinlan. A-Yao berpikir sejenak, lalu dia berkata, “Di bagian dapur istana, ada Koki Zhang yang secara khusus menyiapkan makanan untuk Permaisuri, Selir.” “Jam berapa Koki Zhang memasak untuk sarapan Permaisuri?” “Hmm …,” A-Yao berpikir lagi, “Mungkin pukul lima pagi, Selir …, aku tidak terlalu yakin, tapi dapur istana beroperasi sejak pukul lima pagi.” Seperti mendapatkan emas sebesar gunung, Yinlan tersenyum puas. Suasana hatinya mendadak menjadi begitu bagus. Dia mengajak A-Yao segera pulang ke kediaman dan tidur. Dia bilang, keesokan harinya akan ada kejutan yang sangat menyenangkan bagi mereka berdua. Tunggu saja. *** “Selir Xian! Selir Xian! Bangunlah!” A-Yao sudah mengguncang tubuhnya pagi-pagi buta. Membuat Yinlan mendengus kesal. Dia baru tidur selama satu jam. Tapi sudah dibangunkan lagi. Dia kembali menarik selimut, meringkuk nyaman, “Biarkan aku tidur sebentar lagi.” “Tidak bisa, Yang Mulia Selir! Lihatlah siapa di depanmu?” A-Yao menariknya agar segera duduk. Dengan terpaksa, Yinlan menurutinya, tangan kanannya bergerak menggosok mata yang masih setengah terpejam. Berusaha menatap dengan baik sosok-sosok wanita di dalam kamarnya. Mereka tampak sangat asing, seperti bukan orang-orang yang biasa berkeliaran di sekitar kediamannya di sudut harem yang kecil dan kumuh ini. “Siapa dia?” Yinlan menunjuk dengan jari telunjuknya. A-Yao melotot tidak percaya. Bagaimana mungkin Selir Xian menunjuk wanita itu dengan jari telunjuknya? “Itu adalah Pengurus Etiket Lu.” A-Yao berbisik di telinganya. “Pengurus etiket? Apakah dia kepala pelayan di harem?” Yinlan bertanya dengan bisikan yang lebih halus. A-Yao mengeluh dalam hati. Kenapa setelah keracunan, majikannya jadi sedikit bodoh? Bahkan tidak mengingat siapa Pengurus Etiket Lu. “Dia adalah wanita paling menakutkan di harem, Selir. Jangankan seorang Selir Xian, bahkan Permaisuri pun tetap harus menghormatinya. Dia adalah orang yang mengajari etiket pada wanita bergelar apa pun yang akan memasuki harem. Dulu, bukankah kau juga diajari tata krama wanita olehnya?” Yinlan kembali menatap Pengurus Etiket Lu. Di belakang wanita tua dengan rambut yang separuh beruban itu masih ada lima orang pelayan kecil yang membawa nampan berisi pakaian, perhiasan dan bahkan makanan pagi. Dia merutuk dalam hati, kenapa Pengurus Etiket Lu tidak muncul dalam ingatan pemilik tubuh ini saat dia berusaha mengingatnya? Astaga, ini merepotkan. Xie Yinlan segera berdiri, dia membungkuk sopan di depan Pengurus Etiket Lu, mati-matian berusaha menunjukkan bahwa dia adalah wanita yang tahu etika dan sopan santun. “Selamat pagi, Pengurus Etiket Lu.” Xie Yinlan mengulas senyum tipis, dengan kepala sedikit menunduk, dia menyapa dengan anggun. “Yang Mulia Selir Xian, kamu diperintahkan oleh Yang Mulia Kaisar untuk mengikuti perjamuan makan siang keluarga kekaisaran.” Pengurus Etiket Lu berkata dengan tegas. Xie Yinlan melotot terkejut, dia menahan napas dengan wajah tegang. Tiba-tiba sekali? Gumamnya dalam hati, sama sekali tidak mempercayai keajaiban ini. Mungkinkah trikku berjalan sesuai rencana? Dia diam-diam merasa puas.Sudah pukul sebelas, tapi Xie Yinlan masih duduk di depan cermin. Dia menatap wajahnya yang dipolesi bedak dan sedikit perona pipi. Tampak cantik, mirip seperti Chu Xia dalam versi yang lebih muda. “Selir …,” A-Yao memberikan selembar kertas berwarna merah kepada Yinlan. Yinlan menatap bingung, dari ekspresinya saja, A-Yao sudah menebak bahwa Yinlan tidak tahu benda apa itu. “Ini adalah pewarna bibir, Selir. Kau bisa menempelkannya di bibirmu, maka warna merah ini akan menempel dan tahan lama.” A-Yao tersenyum, menyerahkan lembaran berwarna merah itu kepada Yinlan. Yinlan melakukan apa yang dikatakan oleh A-Yao. Ini memang mirip dengan lipstik, tapi dalam versi lebih kuno dan sederhana. “Apakah aku cantik?” Yinlan mendongak, menatap wajah A-Yao yang sudah berbinar bahagia. “Cantik sekali, Selir. Dengan kecantikanmu yang selalu tersembunyi ini, bukankah seharusnya posisi permaisuri itu adalah milikmu?” A-Yao sedikit tidak senang memikirkan bahwa Nona Besar Xie, Xie Qingyan telah
Saat ini, setelah perjamuan makan siang yang penuh drama itu, Xie Yinlan justru sedang dipusingkan oleh hal lain. Wanita-wanita penghibur yang diundang Kaisar pada perjamuan itu, kini berkumpul di depannya dengan raut wajah penuh permohonan. “Selir Xian, bisakah kamu mengajariku menarikan tarian Jenderal Besar yang Terluka dan Seorang Gadis yang Menyelamatkannya itu?” “Iya, benar! Aku juga mau. Tarian itu bagus sekali, sangat mengharukan, sungguh pertemuan dua insan yang sangat cocok. Selir Xian, dari mana kamu mempelajarinya?” Xie Yinlan menyeringai, “Itu aku mempelajarinya dari perbatasan. Sangat indah, kan?” Mereka mengangguk setuju, “Sungguh! Jika tarian ini sampai terlihat oleh orang-orang Rumah Lianhong, sudah dapat dipastikan akan populer dalam waktu dekat. Selir Xian, bisakah kau mengajari kami bagaimana cara melakukannya?” Rumah Lianhong adalah rumah hiburan paling terkenal dan paling mahal di Ibukota. Mereka juga berasal dari sana, dipesan khusus untuk bermain musik dan
Xie Yinlan berlari cepat hingga tiba di harem. Begitu melewati Istana Mingyue, Permaisuri yang juga merupakan kakaknya itu muncul menghalangi jalannya. Awalnya dia tidak tahu siapa orang ini. Tapi ingatan saat orang ini datang membawakan arak beracun untuk Xie Yinlan yang dulu, dia langsung mengingatnya. Apalagi begitu melihat gaun merah menyala yang dipenuhi manik-manik itu, Xie Yinlan berdecih, “Dasar udik, pakaianmu norak sekali,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Permaisuri Xie Qingyan berjalan ke arahnya dengan langkah anggun, senyum yang tak pudar dari wajah cantik dengan kulit putih pucat itu. “Adik, kau dari mana? Berani sekali baru pulang ke rumah saat hampir petang.” Xie Qingyan menyentuh bahunya pelan, lantas sentuhan kecil itu berubah menjadi mencengkeram sangat kuat. Yinlan melotot, segera menyingkirkan tangan lentik itu dari pundaknya. Dengan wajah kesal, dia menjawab, “Aku dari perjamuan makan siang Kekaisaran, Kakak.” Jawaban itu membuat Xie Qingyan men
Hari yang begitu luang, Yinlan menghabiskannya untuk bersih-bersih rumah, menyirami bunga, mempelajari obat-obatan herbal, bahkan juga mulai tertarik mempelajari bisnis kuno. Saat ini, dirinya sedang duduk di tepi kolam sambil memberi makan ikan. Di tepi kolam itu, teratai tumbuh dan mekar dengan indah. Beberapa hari ini dia memang sangat memperhatikan tanaman itu, dia akan mengolahnya menjadi sup bergizi, bahkan menjadi obat. “Astaga, bosan sekali.” Yinlan mengembuskan napas panjang. Dia sangat ingin keluar dari dinding ini dan melihat dunia di luar sana. Tapi tidak pernah terpikirkan cara yang bagus untuk pergi walau hanya sebentar. “Selir! Selir!” suara A-Yao terdengar dari kejauhan. Yinlan menoleh ke arah suara, beberapa detik kemudian, sosoknya muncul dan berlari dengan tergesa-gesa mendekatinya. “Ada apa?” Yinlan bertanya begitu A-Yao berhenti di dekatnya. Pelayan kecil itu berjongkok, mencoba mengatur napasnya yang berantakan, dia duduk menjeplak di samping Yinlan. “Sel
Yinlan meringis kala pecahan piring itu menusuk lututnya. Di belakangnya, tabib muda itu mendongakkan kepala, menatapnya dengan tak tega. Ya. Dia adalah tabib muda yang pernah bertemu secara tak langsung dengan Yinlan dan A-Yao saat pertama kali menyelinap ke Balai Kesehatan Istana. Namanya adalah Liu Xingsheng. Usianya baru dua puluh tiga tahun, tabib paling muda di seluruh Ibukota. Direkrut oleh Kekaisaran karena telah menyembuhkan kaki Ibu Suri. Sejak saat itu pula, Liu Xingsheng mendapat perlakuan yang sangat sempurna dari Ibu Suri. Seperti menganggapnya adalah putranya sendiri. Saat Jing Xuan mendengar dari mulut Xie Qingyan bahwa Xie Yinlan memiliki hubungan tak biasa dengan tabib kepercayaan ibu suri ini, amarahnya memuncak, langsung menghukum Liu Xingsheng dan Xie Yinlan di depannya. “Yang Mulia.” A-Yao menjatuhkan lututnya di samping Xie Yinlan, menatap penuh harap ke arah Kaisar yang duduk di kursi tahta itu. “Selir Xian tidak bersalah, Yang Mulia. Hamba bisa menjadi sak
BRAK!Jing Xuan berdiri dengan sangat marah. Kemarahannya itu membuat semua orang di dalam Aula Pertemuan segera berlutut dan menundukkan kepala. Jing Xuan berjalan menghampiri Xie Yinlan, kedua tangannya menyambar bahu Yinlan, memaksanya agar berdiri dengan tegak meski dia sudah tak punya tenaga karena kedua lututnya terluka dan berdarah. “Katakan padaku, Yinlan. Apakah kau memiliki ketidakpuasan terhadapku?” tanya Jing Xuan dengan suara yang dalam, seperti keluar dari dasar laut, gelap, dingin dan menakutkan. Xie Yinlan memberanikan diri menatap matanya yang menyorot begitu tajam. “Hamba tidak punya, Yang Mulia,” jawabnya lemah. “Lalu bagaimana kau menjelaskan tentang kaki pelayanmu itu? Kau bisa mengeluarkan alibi semacam apa lagi? Xie Yinlan, kau benar-benar menyembunyikan sesuatu dariku, hah?” Jing Xuan melotot geram, urat lehernya sampai menonjol karena mengeluarkan suara tinggi. Sementara yang diperhatikan Xie Yinlan bukan hanya kemarahannya saja. Melainkan keringat yang m
A-Yao meletakkan mangkuk besar berisi air hangat di atas meja di samping ranjang tidur Xie Yinlan. Dia juga mengambil handuk kecil dari dalam lemari. “Selir, bersihkan lukamu. Itu mungkin menyakitkan, tapi jika tidak dibersihkan, lukamu mungkin bisa menyebabkan infeksi,” ucap A-Yao, yang segera mencelupkan handuk ke air hangat. Xie Yinlan justru termenung akan sesuatu. Dua kata yang diucapkan Liu Xingsheng sebelum mereka berpisah di Aula Pertemuan tadi pagi. “Dia memanggilku Yang Mulia?” Yinlan bergumam, membuat A-Yao menghentikan aktivitasnya. “Tabib Liu adalah orang baik, Selir. Ibu Suri saja bahkan sangat memercayainya. Lalu kenapa jika orang baik sepertinya memanggilmu Yang Mulia?” Yinlan mendengus, menatap malas ke arah A-Yao. “A-Yao, apakah kau bukan orang baik?” A-Yao menautkan alisnya bingung, “Maksudmu apa, Selir?” “Dengar, kau yang sangat dekat denganku bahkan hanya memanggilku Selir Xian. Kau bukan orang baik ya, A-Yao? Karena kau tidak memanggilku Yang Mulia.” Yinla
Suasana ramai menghiasi jalanan Ibu Kota. Berbagai jenis kios terbuka dan pengunjung ramai mencari barang yang ingin dibeli. Di salah satu bangunan tinggi dan mewah di jalanan ramai itu, Xie Qingyan duduk tenang di tepi jendela lantai dua, menyeruput teh sambil menikmati angin sore yang sejuk, mantel bulu rubah miliknya sengaja dilepas, membiarkan kulit putih halusnya diterpa angin musim gugur. Ning'er membuka pintu ruangan eksklusif di Restoran Qiwu itu. Mempersilakan seseorang masuk ke dalam. Tamunya adalah seorang wanita yang memakai pakaian hitam-hitam, seluruh kepalanya tertutup topi dengan kain tipis yang menjuntai ke bawah. Begitu memasuki ruangan, dia melepas topi itu. Wajah cantik dengan bekas luka dalam di pipinya itu terlihat. Dia mungkin tampak lebih cantik jika bekas luka itu dihilangkan. Dialah Xi Feng. Tabib Racun yang dulu terkenal di dunia persilatan. Kini mengambil pekerjaan di Istana, entah karena apa alasannya Jing Xuan merekrut tabib persilatan ini ke wilayah