Share

Dari Nyamar Jadi Sekamar
Dari Nyamar Jadi Sekamar
Penulis: Daisy Mahesa

Bab 1

"Dua puluh lima tahun sudah terlalu tua. Gaji banyak pun pekerjaan nggak tetap. Aku seorang pegawai negeri, dengan kondisimu ini rasanya nggak cocok. Tapi, secara pribadi aku cukup puas denganmu."

"Bagaimana kalau begini saja, kamu berhenti dari pekerjaanmu, lalu kita menikah secepatnya dan punya dua anak laki-laki yang menggemaskan. Selain menjaga anak di rumah, kamu hanya perlu menikmati kebahagiaanmu. Aku bertanggung jawab mencari uang untuk menghidupi keluarga ...."

Wajah kecil Ruisha memerah saat menatap laki-laki botak dengan perawakan gemuk di depannya.

Dia bukan sedang malu, tetapi marah.

Dalam hati, dia mengutuk Clara ratusan kali.

Clara Wijayanti dipaksa oleh keluarganya untuk pergi kencan buta. Dia sibuk bekerja dan masih harus pergi dinas keluar, jadi memohon kepada Ruisha untuk menggantikannya pergi kencan buta.

Di sinilah Ruisha berakhir. Dia bertemu dengan orang yang aneh.

Ini karena Clara hanya memiliki Ruisha sebagai sahabatnya satu-satunya. Ruisha terpaksa harus menahan tatapan menggelikan laki-laki itu kepadanya, yang menelisiknya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Ketika laki-laki itu akhirnya selesai bicara, Ruisha langsung menyela, "Maaf, aku nggak punya niat berhenti dari pekerjaan dalam waktu dekat. Kita mungkin nggak cocok. Aku masih ada pekerjaan, jadi permisi dulu."

Begitu Ruisha berbicara, mata laki-laki itu berbinar.

Suara Ruisha benar-benar sangat bagus, renyah dan manis, terus terngiang-ngiang dengan indah di telinganya.

"Jangan terburu-buru."

Seberkas keinginan muncul di mata laki-laki itu. Dia mengulurkan tangan untuk menghentikan Ruisha. "Kalau kamu nggak mau berhenti dari pekerjaanmu, kita bisa membicarakannya lagi. Aku bukan orang yang kaku. Duduk dulu saja, kita bicara pelan-pelan."

"Nggak perlu." Ruisha tidak ingin membuang waktu lagi dengannya. "Kita benar-benar nggak cocok. Aku ada janji dengan seorang klien, jadi permisi dulu."

"Kopiku sudah habis. Hari ini aku yang traktir."

Ruisha langsung membayar tagihan ke kasir, lalu pergi dengan cepat, seakan tengah lari dari kejaran kematian.

"Aku pikir kita sangat cocok. Jangan menyesal kalau kamu pergi begitu saja ...."

Melihat Ruisha yang tidak menoleh ke belakang, laki-laki itu menjadi sangat marah. "Aku ini pegawai negeri! Kalau kamu nggak cantik, kamu pikir aku bakal tertarik padamu?"

Ketika sampai di hotel, Ruisha baru menyadari kalau ada yang tidak beres.

Pekerjaan sampingannya adalah pengisi suara. Malam ini dia ada janji untuk membicarakan kontrak.

Hawa panas menyebar di seluruh tubuh Ruisha. Kakinya lemas dan napasnya terengah-engah.

Ada yang salah dengan kopi yang diminumnya saat kencan buta! Laki-laki itu benar-benar berani memberikan obat perangsang dalam minumannya.

Hari ini dia benar-benar dirugikan.

Dia dengan tergesa-gesa mengirim pesan kepada pihak yang punya janji dengannya untuk membatalkan pertemuan hari ini. Dia menggertakkan gigi dan berpegangan pada dinding.

Terlalu berbahaya pergi berada dalam kondisi seperti ini. Dia harus segera pulang.

Dia tersandung ke dinding, tidak menyadari bahwa pintu kamar tamu di sampingnya terbuka hanya karena sebuah dorongan.

Ruisha tersentak kaget dan terjatuh ke dalam ruangan yang gelap.

"Siapa?"

Suara laki-laki yang tertahan itu berada di dekat telinga Ruisha, yang sontak langsung mengejutkannya.

Suaranya begitu rendah dan seksi. Laki-laki ini bisa memikat para gadis jika dia bekerja sebagai pengisi suara.

"Ma ... maaf, aku akan pergi!"

Ruisha langsung meminta maaf. Begitu mengangkat pandangannya, dia bertemu dengan tatapan yang sangat agresif seperti milik seekor binatang buas.

Ruisha melompat kaget dan tersandung ke arah laki-laki itu.

Panas.

Suhu tubuh laki-laki itu lebih panas daripada miliknya. Tubuhnya tinggi dan otot-ototnya keras dan terpahat sempurna.

Panas suhu tubuh laki-laki itu berhasil meredakan rasa panas di tubuh Ruisha, membanjirinya dengan gairah.

Ruisha terpesona, pikirannya kosong.

"Menyingkir!"

Suara laki-laki itu penuh dengan kemarahan, menggertakkan gigi seperti ingin membunuh.

Ruisha merengut, "Kalau begitu lepaskan aku."

Laki-laki itu mencengkeramnya dengan sangat erat, seakan tidak ingin Ruisha pergi.

Mata Anzelo merah karena marah. Dia benar-benar ingin merobek-robek perempuan ini karena berani menerobos masuk ke kamarnya.

Malam ini dia dijebak. Dia sudah menahan diri cukup lama dan sekarang semuanya dipertaruhkan.

Akal sehatnya mengatakan bahwa dia harus mendorong perempuan ini pergi. Namun, aroma manis yang tercium oleh hidungnya begitu menggelitik, membuatnya tidak bisa bergerak.

Aroma permusuhan terasa begitu kuat. Laki-laki itu berkata dengan nada mematikan, "Siapa yang mengutusmu, katakan."

"Nggak ada yang mengutusku."

Terlalu dekat.

Napas membara laki-laki itu menerpa leher Ruisha, membuatnya mendengus pelan.

Panas dari hembusan napas itu makin kuat. Ruisha memanfaatkan gelapnya kamar untuk melirik ke arahnya.

Laki-laki itu memiliki punggung lebar dan pinggang kecil. Siluetnya memperlihatkan betapa proporsionalnya sosoknya, seorang laki-laki tampan yang tidak ada duanya.

Efek obat itu makin kuat. Ruisha berinisiatif untuk meremas dada laki-laki itu. "Kamu juga merasa nggak nyaman, ya? Kenapa galak sekali kepadaku."

"Duaaar!"

Bersamaan dengan gerakan Ruisha, rangkaian kewarasan dalam pikiran Anzelo runtuh.

Dengan mata merah, dia mengangkat Ruisha ke dalam pelukannya dan menciumnya dengan ganas.

Kembang api meledak dalam pikirannya, tubuhnya terbakar oleh api.

Gerakan laki-laki itu ganas dan tajam. Ruisha merasa seperti daun yang terperangkap dalam angin kencang, bergetar karena benturan.

Manik-manik di tangannya bergoyang mengikuti gerakannya, pola hati yang tidak simetris terus bergerak tak berirama.

Dalam keadaan tidak sadar, Ruisha seakan merasakan sesuatu dan setetes air mata menyelinap dari sudut matanya.

*

"Sudah dengar belum, Bu Lucy dibawa ke kantor polisi."

Pagi-pagi sekali, Ruisha yang baru tiba di kantor melihat Diana Pangesti datang dengan wajah penuh gosip.

Ruisha merasa kesal dan hanya berdehem samar.

"Nggak cuma itu, Bu Lucy sampai berlutut di depan Pak Anzelo, lho."

Rekan di sebelahnya menimpali, "Pak Anzelo benar-benar kejam. Lucy yang secantik itu saja nggak dilirik."

Lucy adalah asisten pribadi Anzelo, presdir Kamandjana Group. Ruisha pernah bertemu dengannya beberapa kali.

Dia adalah perempuan yang cantik, anggun dan membanggakan.

"Evano!"

Sebuah suara laki-laki terdengar memecah perbincangan mereka.

Tanpa sadar, Ruisha beranjak dan melihat Rheno, asisten presiden Anzelo berdiri di ambang pintu, melambaikan tangan padanya.

Ruisha hanyalah seorang pegawai biasa di Kamandjana Group, untuk apa Rheno mencarinya?

Dengan perasaan bingung dan khawatir, Ruisha mengikutinya ke koridor.

Rheno menyodorkan sebuah tas kepadanya. "Permata Indah nomor 2101. Antarkan ke Pak Anzelo."

Permata Indah!

Ingatan membingungkan semalam melintas di benak Ruisha. Dia mencengkeram manik-manik di pergelangan tangannya, ada semacam perlawanan dalam hatinya. "Pak Rheno, aku cuma pegawai biasa, jadi nggak bisa ...."

"Cepat sana."

Rheno melihat ke arah waktu dan berkata dengan tidak sabar.

Kejadian semalam tidak bisa disuarakan. Ada banyak hal yang harus dia lakukan, jadi karena itulah dia memilih orang yang paling tidak mencolok di perusahaan untuk melakukan pekerjaan ini.

Melihatnya hendak pergi, entah keberanian dari mana yang didapat Ruisha, dia mengajukan pertanyaan kepada Rheno, "Pak Rheno, apa yang terjadi dengan Bu Lucy?"

Wajah Rheno menjadi lebih dingin, matanya yang tajam menusuk melalui lensa kaca mata yang dia kenakan. "Jangan tanyakan hal-hal yang nggak seharusnya kamu tanyakan. Jangan memiliki rasa ingin tahu yang nggak seharusnya kamu miliki."

Dia kembali melanjutkan, "Tutup mulutmu. Kamu nggak akan bisa menanggung konsekuensinya."

Ruisha menjawab dengan wajah pucat, "Baiklah."

Mereka mengatakan bahwa gen Z sedang meniti karier mereka, jadi Ruisha tidak ingin mencari masalah.

Dia tidak punya keberanian untuk keluar dari pekerjaan, juga tidak memiliki keberanian untuk menghancurkan kehidupan damai saat ini.

Karena dia membawa sebuah rahasia yang tidak boleh diungkapkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status