"Serahkan dokumen untuk besok kepadanya."Setelah keheningan yang tertahan, Anzelo berkata dengan nada dingin, "Jangan sampai pekerjaan tertunda."Hei?Setelah keterkejutan singkat, Rheno akhirnya bereaksi.Tanpa sedikit pun kerutan di wajahnya, dia bersikap profesional seperti yang biasa dia tunjukkan saat bekerja. "Evano, besok kamu akan pergi dinas bersama Pak Anzelo ke Kota Thamran. Apa ada tempat yang lebih nyaman untuk mendiskusikan hal ini secara detail?"Ruisha mengerjap perlahan, otaknya menegang sejenak sebelum dia menyadari arti dari kata-kata itu.Jadi, mereka datang hanya untuk memberitahunya bahwa dia akan pergi dinas keluar?Melegakan sekaligus tidak masuk akal.Apakah masalah sepele seperti itu sampai harus membuat Anzelo mendatanginya secara langsung?Dia tentu saja tidak menolak untuk melakukan perjalanan bisnis.Kamandjana Group sangat murah hati dalam memberikan tunjangan, tidak hanya dalam hal biaya perjalanan, tetapi juga tunjangan tambahan dan bonus.Kemala membu
Kusuma sangat bersemangat.Wajah mungil yang lembut ini benar-benar sangat memanjakan mata.Dia tidak sabar untuk memeluk Ruisha, menyibak rambut yang menghalangi dan melihat penampilannya secara jelas.Lebih baik lagi kalau dia bisa meraba ke dalam pakaian Ruisha untuk menyentuh semua yang tersembunyi di sana. Makin lebih baik lagi kalau Ruisha menggunakan tangannya untuk memberikan kepuasan dan kenyamanan untuknya ....Membayangkan hal itu saja sudah membuat matanya memerah karena kegembiraan.Ruisha menggertakkan gigi dengan putus asa, sedikit tekad terlihat di matanya.Dia lebih baik merusak segalanya dibanding harus membiarkan Kusuma mendapatkan apa yang dia inginkan."Apa yang akan Pak Kusuma lakukan pada asistenku?"Pada saat itu, sebuah suara dingin dan pelan terdengar.Sosok tinggi laki-laki itu berdiri tak jauh dari situ, lengkap dengan tatapan dinginnya. Matanya yang gelap seakan bisa melihat langsung kebusukan hati seseorang.Cadangannya tenang dan padat, mampu mengiris sia
Suara ini berbeda dengan suara yang pernah dia dengar sebelumnya.Evano kelihatannya sangat tulus dan polos, tetapi tidak disangka pergaulannya sangat bebas.Baru pergi dinas sehari saja dia sudah punya yang baru. Apa dia lupa kalau dia sudah punya pacar?Ditipu sama perempuan jahat?Siapa tahu kalau ini hanya semacam permainan saja di dalam hubungan mereka.Makin dipikirkan, Anzelo jadi makin jijik saja. Saat ini, aura dingin yang dia pancarkan sangat dingin, seakan bisa membekukan."Clara."Merasa terkejut sekaligus senang, Ruisha memeluk balik Clara. "Bukannya kamu masih kerja? Kenapa malah ke mari?""Kasih kejutan, dong."Clara tersenyum sumringah, lalu bertanya, "Senang nggak? Terkejut nggak?"Saat mengatakan itu, tatapannya beralih tanpa sadar dan dia tidak bisa memalingkan pandangannya lagi setelah itu.Tampan sekali.Laki-laki ini bukan hanya tampan, tetapi aura di dalam dirinya yang seakan melarang siapa pun mendekat bahkan lebih menawan.Jika tidak salah, jam tangan yang meli
Para berandal itu melihat dengan garang, lalu tertawa keras."Hahaha, menyelamatkanmu? Laki-laki kurus kerempeng ini?""Pahanya saja nggak setebal lenganku. Bocah gemulai sepertinya ingin menyelamatkan perempuan cantik?""Nak, kemarilah. Biar aku lihat, bagaimana kamu akan menyelamatkannya dengan penampilanmu yang lemah itu!""Hahaha ...."Di tengah-tengah tawa lantang yang menghina, sosok kurus Ruisha bergetar.Dibandingkan dengan para berandal yang memiliki tubuh besar ini, dia seperti taoge yang belum tumbuh, kurus dan menyedihkan."Evano, jangan bilang kamu marah padaku?"Clara menangis, "Aku cuma emosi sesaat. Jangan abaikan aku, tolong selamatkan aku. Kamu itu teman baikku.""Menyelamatkanmu? Apa dia berani?" Berandal itu tertawa. "Satu tamparan dariku saja bisa bikin dia terpental jauh.""Nggak ada gunanya memohon sama sampah sepertinya. Buat kita bahagia, dengan begitu kamu akan tahu seperti apa lelaki sejati itu!"Para berandal itu tidak menghiraukan Ruisha, mengulurkan tangan
Ruisha gemetar dan membeku di tempat.Bercak merah itu benar-benar terlihat sangat jelas.Anzelo melangkah maju dan meremas pundaknya, mencoba menyadarkannya, "Evano!"Terdengar suara kertakkan gigi."Sakit sekali ...."Otak Ruisha menjadi makin kacau. Dia mengerutkan kening kebingungan dan mendorongnya dengan tangannya. "Kamu menyakitiku."Anzelo tidak mendengarkan perkataannya.Matanya merah. Tanpa sepatah kata pun, dia menangkup dagu Ruisha, melepas kacamata berbingkai hitam yang menghalangi wajah Ruisha dan menyibakkan poni tebal Ruisha.Dengan menyingkirkan semua halangan ini, terpampanglah wajah yang cantik.Wajah bulat khas seorang remaja, dengan bibir merah muda dan hidung pesek yang memiliki tahi lalat kecil yang cantik di ujungnya. Bulu mata lentik, sepasang mata bulat dan berair, terlihat sangat polos.Kulitnya putih halus dan mulus, seperti kapas.Jelas-jelas ini merupakan wajah dari seorang gadis cantik!Sesuatu meledak di kepala Anzelo dan jantungnya berdebar kencang."Pa
Sebuah aliran yang panas, lembap dan lengket menyeruak keluar.Ruisha mengerutkan kening dan melenguh pelan sambil meronta.Seperti tidak puas karena Ruisha tidak fokus, tangan Anzelo mengusap rambutnya dan tangannya yang lain menekan lebih keras, membuat tubuh keduanya kembali berdekatan.Segera setelah itu ....Ada sentuhan basah di tangan Anzelo.Sesuatu terlintas di benak Anzelo. Dia dengan kasar mendorong Ruisha ke tempat tidur, sementara dia bersandar ke dinding dengan mata terpejam dan napas terengah-engah.Apa yang sedang terjadi?Dia sangat gila kebersihan, tidak terlalu tertarik pada hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dia bahkan memiliki kontrol diri yang begitu menakutkan.Bagaimana dia bisa bereaksi begitu kuat terhadap perempuan itu?perempuan itu bahkan sedang mabuk dan datang bulan!Memukul dinding dengan keras, Anzelo merasa sangat konyol.Akal dan hasratnya bergumul dengan keras, tetapi telapak tangannya menangkup.Ruisha berjongkok di depannya dan memegang telap
"Masuk."Tidak ada yang aneh dalam nada bicara Anzelo.Ruisha menunduk dan tidak berani menatapnya. "Pak ... Pak Anzelo."Anzelo tidak mengatakan apa-apa, matanya yang gelap menatap tajam ke bagian atas rambut tebal Ruisha.Ruangan itu sunyi senyap.Jantung Ruisha berdegup kencang seperti drum, sarafnya membuat napasnya terengah-engah. Tatapan dingin laki-laki itu seperti mencoba melihat ke dalam hatinya.Dia tidak pernah merasa bahwa waktu bisa berjalan selambat ini.Anzelo memainkan ujung jarinya.Setelah malam itu, dia merasa seperti masih bisa merasakan ciuman basahnya. Seketika, bagian bawah maranya menggelap.Dia hampir tidak bisa tidur semalam. Apa yang terjadi malam itu terus melintas di dalam kepalanya.Pikiran yang tidak masuk akal pun muncul di benaknya.Mungkinkah dia adalah perempuan pada malam itu?Kalau tidak, bagaimana kebetulan sebanyak ini akan dijelaskan? Lalu, aroma di tubuhnya ....Anzelo bertanya dengan sorot muram. "Malam itu, apakah ....""Pak Anzelo, saya tahu
Anzelo tidak peduli siapa yang disukai Ruisha.Mencoba meyakinkan dirinya sendiri, Anzelo bertanya dengan suara dingin, "Kenapa kamu berpakaian seperti laki-laki?"Ruisha tidak berani menyembunyikannya lagi dan menjelaskan apa yang terjadi dengan bisikan pelan."Dan siapa namamu?""Ruisha Sandiaga. R, u, i, s, h, a. Ruisha."Suara palsunya begitu mulus. Dengan mata terpejam, tidak ada yang bisa menyangka bahwa suara laki-laki yang indah ini adalah milik seorang gadis.Anzelo yang mendengar itu menjadi sedikit tenang. Dia kembali bertanya, "Kenapa suaramu begitu?"Ruisha menjawab jujur, "Itu suara palsu.""Angkat kepalamu." Anzelo melanjutkan, "Katakan sesuatu dengan suara aslimu."Merasa ada yang tidak beres, Ruisha menatapnya dengan gugup. "Pak Anzelo, suara asli saya sepertinya nggak ada hubungannya dengan semua ini, bukan?""Kenapa? Suaramu sangat jelek, jadi kamu nggak mau bicara?"Anzelo mengejek, "Kamu saja berani datang ke perusahaan dengan menyamar sebagai laki-laki, apa lagi y