Share

Bab 8

Kusuma sangat bersemangat.

Wajah mungil yang lembut ini benar-benar sangat memanjakan mata.

Dia tidak sabar untuk memeluk Ruisha, menyibak rambut yang menghalangi dan melihat penampilannya secara jelas.

Lebih baik lagi kalau dia bisa meraba ke dalam pakaian Ruisha untuk menyentuh semua yang tersembunyi di sana. Makin lebih baik lagi kalau Ruisha menggunakan tangannya untuk memberikan kepuasan dan kenyamanan untuknya ....

Membayangkan hal itu saja sudah membuat matanya memerah karena kegembiraan.

Ruisha menggertakkan gigi dengan putus asa, sedikit tekad terlihat di matanya.

Dia lebih baik merusak segalanya dibanding harus membiarkan Kusuma mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Apa yang akan Pak Kusuma lakukan pada asistenku?"

Pada saat itu, sebuah suara dingin dan pelan terdengar.

Sosok tinggi laki-laki itu berdiri tak jauh dari situ, lengkap dengan tatapan dinginnya. Matanya yang gelap seakan bisa melihat langsung kebusukan hati seseorang.

Cadangannya tenang dan padat, mampu mengiris siapa pun yang mendengarnya.

Hal itu membuat Kusuma makin tidak terima.

"Pak Anzelo."

Kusuma terkejut dan bergidik.

"Evano cantik dan perhatian. Aku sangat menyukainya."

Teringat bahwa teknologi itu ada di tangannya, Kusuma berkata dengan percaya diri, "Kita sama-sama laki-laki, jadi nggak ada salahnya buat mendekat. Kita hanya bersenang-senang bersama. Kalau sikap Evano seperti ini, bukankah itu sama saja dengan tidak menghargaiku?"

Dia melanjutkan, "Pak Anzelo harus mendidiknya lagi. Setidaknya jangan jadi pegawai yang nggak sopan, bukankah begitu?"

Energi baru sedang panas-panasnya saat ini. Apalagi, teknologi yang ada di tangannya sangat dibutuhkan.

Kusuma tidak percaya bahwa Anzelo benar-benar akan melawannya hanya demi seorang asisten pribadi.

Ruisha gemetar, bibirnya pun memucat. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat pandangannya.

Dia menatap bola mata hitam laki-laki itu yang begitu dingin dan tanpa emosi, tetapi tidak mampu membaca sedikit pun emosi di dalamnya.

"Memang nggak sopan."

Laki-laki itu dengan dingin mengalihkan pandangannya, suaranya tenang dan keras, "Memalukan Kamandjana Group saja."

Hati Ruisha langsung tenggelam ke dasar jurang.

Apa yang dia harapkan?

Kalau dia menjual dirinya pun tidak akan sampai bernilai satu miliar.

Beraninya dia berharap lebih ....

Lucu sekali.

Sambil memikirkan hal ini di dalam hatinya, ujung hidung Ruisha terasa sedikit masam dan air mata hampir jatuh dari matanya.

Kusuma tersenyum puas. "Aku tahu Pak Anzelo mengerti. Lihat ...."

Kusuma tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.

Tiba-tiba Anzelo sudah menghantamkan tinjunya ke wajahnya, membuatnya tersungkur.

"Pak Anzelo?"

Kusuma menutupi wajahnya tidak percaya sekaligus bingung.

Mata Ruisha membelalak kaget, merasa seperti dia sedang bermimpi.

"Ingat."

Anzelo tidak menatapnya. Dia membuka jas yang dia kenakan, menggulung lengan kemejanya dan memperhatikan lengannya yang kencang dan ramping itu.

"Karyawan Kamandjana Group nggak boleh menyimpang."

Dia mencengkeram kerah baju Kusuma, menjepitnya ke dinding dan membantingnya ke bawah.

Kusuma berteriak, "Berhenti, jangan pukul aku lagi ...."

"Pak Anzelo, apa yang kamu lakukan? Bisa merusak kedamaian kalau seperti ini."

"Hentikan, Pak Anzelo, utamakan kedamaian."

"Dia cuma seorang asisten, nggak sepadan dengan merusak hubungan, Pak Anzelo!"

"Jangan impulsif, ayo kita bicarakan baik-baik!"

...

Semua orang di dalam ruangan ini tidak berani berpura-pura tuli dan bisu lagi. Mereka mencoba membujuk dan mendamaikan situasi.

Wajah tampan Anzelo sedingin es dan tatapannya kejam. Pada saat dia melepaskannya, Kusuma sudah dipukuli hingga berdarah-darah.

Ruisha tampak tertegun.

Anzelo yang seperti ini seharusnya sangat menakutkan, tetapi jantungnya malah berdetak kencang dan dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari garis otot yang menonjol di lengan kecil Anzelo.

"Ayo pergi."

Setelah pemukulan itu, Anzelo mengambil jas yang berada dalam pelukan Ruisha.

Dengan hanya satu tarikan napas yang tersisa, Kusuma berteriak dengan paksa, "Pak Anzelo, apa kamu benar-benar akan melawanku hanya demi seorang asisten? Kamandjana Group bukan satu-satunya yang menginginkan teknologi energi baru."

Hati Ruisha menegang. Dia tanpa sadar mendongak untuk melihat wajah laki-laki itu.

Anzelo menoleh dan mendengus pelan, "Kamandjana Group nggak mau kerja sama dengan sampah yang hanya memikirkan selangkangan saja! Kerja sama dibatalkan."

Semua orang terdiam saat melihat Anzelo melangkahkan kakinya dan pergi dengan penuh momentum dan wibawa.

Ruisha bergegas mengikutinya dan kembali ke hotel dengan perasaan campur aduk.

"Pak Anzelo."

Dia mengumpulkan keberaniannya dan bertanya dengan bisikan pelan, "Kenapa Bapak membantuku?"

Apakah sepadan, membantunya dan berakhir dengan merusak proyek ratusan miliar?

Anzelo berkata dengan nada dingin yang tidak biasa, "Salahnya sendiri karena berani menyentuh orangku."

Jelas-jelas Ruisha tahu kalau Anzelo tidak punya maksud lain, tetapi dia masih tetap tersipu.

Orangnya.

Hatinya sedikit berbunga-bunga. "Bagaimana dengan teknologinya? Kalau Kusuma menjualnya ke orang lain ...."

Setelah menangani hal penting, Ruisha tahu kalau Kamandjana Group sangat menghargai sektor energi baru, apalagi teknologi di tangan Kusuma sangat tinggi. Kalau Kusuma benar-benar menjualnya ke pihak yang tepat, itu akan menjadi pukulan telak bagi Kamandjana Group.

"Kamandjana Group nggak bisa diperas."

Anzelo meremehkan, "Jual saja kalau dia mau."

"Selain itu."

laki-laki itu menatapnya dengan tatapan dingin, lalu meremehkan, "Dia menyentuhmu, tapi kamu nggak melawan? Kamu ingin aku mengajarimu melawan pelecehan seksual di tempat kerja?"

"Tapi aku ini laki-laki."

"Menurutku bukan."

Ruisha menegang, tidak berani bernapas keras-keras.

Apa maksudnya? Apa Anzelo sudah mengetahuinya?

Saat itu, dia mendengar Anzelo mengejek, "Laki-laki dewasa macam apa yang nggak bisa mengayunkan tinjunya? Kalau kamu ketemu sama orang seperti itu, kamu harus menghajarnya. Kalahkan mereka dan Kamandjana Group yang menanggung akibatnya."

Nada bicaranya sangat tidak mengenakkan, membuat Ruisha menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa. Bahunya yang kurus sedikit bergetar.

Sepertinya dia ketakutan.

Anzelo tiba-tiba kehilangan semua minatnya.

Ruisha sudah takut padanya, tetapi sekarang dia malah makin membuatnya ketakutan karena kekejaman dan keganasannya.

Dia hanya asisten pengecut dan tidak berguna. Dia tidak punya kelebihan lain selain kemampuan kerja yang luar biasa.

Sejak kapan dia punya waktu untuk bicara omong kosong dengan seorang asisten pribadi?

Dia melangkah menuju lift dengan wajah cemberut.

"Pak Anzelo."

Tiba-tiba, ujung kemejanya tertarik.

Ruisha mendongak dan berkata dengan tulus, "Terima kasih. Bapak adalah atasan yang sangat baik, sangat, sangat baik."

Anzelo tertegun dan menyadari bahwa Ruisha memiliki mata bulat yang sangat indah, yang seolah-olah bisa berbicara hanya dengan tatapannya.

Ada rasa terima kasih dan emosi yang tertulis di dalamnya. Matanya merah dan sangat lembut.

Ckck.

Kenapa dia bodoh sekali?

Dia itu laki-laki, kenapa malah berterima kasih kepadanya seperti ini?

Pantas saja dia ditipu oleh perempuan jahat.

Anzelo mengalihkan pandangannya. "Bodoh."

Ruisha menimpali bingung, "Hah?"

"Ada banyak orang jahat di dunia ini, tapi perempuan jahat jauh lebih banyak."

Anzelo melanjutkan dengan dingin, "Dengan otak sepertimu, berhati-hatilah dan jangan sampai tertipu sama perempuan jahat. Beberapa perempuan yang punya suara bagus itu jahat, kamu mengerti?"

Dia bukan sedang memedulikan Evano.

Dia hanya tidak ingin melihat bawahannya tertipu oleh perempuan jahat dan mempermalukan Kamandjana Group.

Ruisha bingung dan ada rasa tidak nyaman di dalam hatinya.

Suaranya diakui bagus oleh banyak orang. Setiap kali melakukan sulih suara, banyak laki-laki dan perempuan di internet yang memanggilnya sayang, suami dan istri.

Mungkinkah dia juga bukan perempuan baik-baik?

Sambil mengerutkan kening, sebelum Ruisha sempat membuka mulutnya, tiba-tiba dia mendengar panggilan penuh gairah, "Sayang, aku kangen banget!"

Ditemani oleh aroma parfum yang harum, sesosok tubuh menerkam dan memeluk Ruisha dengan erat.

perempuan cantik berambut keriting dengan gaun halter yang seksi memberinya ciuman hangat di pipi, meninggalkan jejak bibir merah di sana. "Sayang, kangen aku nggak?"

Wajah Anzelo tiba-tiba saja berubah muram hingga ke titik ekstrem.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status