"Pak ... Pak Anzelo."Ruisha menatap laki-laki itu dengan bingung, bibirnya sudah pucat karena ketakutan."Evano!" teriak Rheno saat melihat situasi di sini dan langsung bergegas mendekat.Ruisha mencoba untuk tersenyum, tetapi dia tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya. Hal terakhir yang dilihatnya sebelum pingsan adalah Anzelo menghantamkan tinjunya dengan keras ke wajah Austin.Sekali lagi, laki-laki itu menyelamatkannya.Saat ini, pandangan Ruisha benar-benar berubah hitam sepenuhnya."Kenapa heboh begini, Kak?"Menyeka darah dari sudut mulutnya, Austin tersenyum dan bertanya, "Kenapa kamu begitu peduli kepada seorang asisten rendahan sepertinya?"Mata itu, yang selalu menyeramkan dan penuh perhitungan, menatap dengan penuh telisik pada sosok Ruisha yang sudah tergeletak di lantai."Brengsek!"Anzelo menghalangi pandangannya dan menyapu darah di baju Ruisha. Matanya sudah sangat memerah.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menghantamkan tinjunya lagi. "Kalau sesuatu terjadi
Ketika Ruisha sadarkan diri, hari sudah berganti dan matahari sudah berada di atas kepala.Diana sangat terkejut. "Evano, akhirnya kamu bangun juga! Kamu bikin takut saja! Untung ular itu nggak berbisa. Pak Austin benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya bawa ular ke perusahaan!"Ruisha mengerjap dan menguatkan diri, tiba-tiba merasa ada yang salah.Saat ini, dia sudah mengenakan pakaian rumah sakit yang terasa longgar, bahkan korsetnya pun sudah tidak terpasang lagi.Wajahnya langsung pucat. Dia meraih selimut dan bertanya dengan datar, "Aku ... siapa yang membawaku ke rumah sakit? Pakaian yang ada di tubuhku ....""Hah? Oh ya, kamu belum tahu."Diana mengerjap, lalu menjelaskan, "Pak Anzelo yang membawamu ke rumah sakit. Kamar dan dokternya juga diatur sama Pak Anzelo. Harusnya Pak Anzelo juga minta bantuan perawat buat ganti bajumu."Ruisha juga mengerjap.Apa yang dilihatnya sebelum pingsan itu bukan ilusi?Anzelo benar-benar datang untuk menolongnya.Lalu ....Kenyamanan yang begitu
Apa jam tangan yang dimaksud adalah jam tangan yang tidak sengaja dia bawa pulang?Kenapa sekarang masalah itu diungkit lagi?Saat Ruisha tengah gemetar ketakutan, dia mendengar suara yang lebih keras dari dalam, "Ada sistem pemosisiannya? Lacak saja! Lacak sampai dapat!"Sistem pemosisian!Wajah Ruisha berubah pucat dalam sekejap.Bagaimana dia bisa sebodoh itu!Ya, normal saja kalau orang kaya punya alat berteknologi tinggi untuk menyempurnakan kemewahan mereka.Wajar jika jam tangan semahal itu dilengkapi dengan alat pelacak.Tidak. Ruisha tidak boleh sampai ketahuan!Hati Ruisha bergejolak. Dia sudah berbalik dan berniat untuk melangkah pergi. Namun, kakinya tersandung dan dia berpegangan pada dinding.Kartu itu jatuh dari tangannya dan menimbulkan suara benturan yang lantang.Menatap kartu itu, jantung Ruisha berhenti."Siapa?"Suara dingin dan tegas laki-laki itu terdengar. Saat mendengar ada gerakan di depan pintu, dia beranjak dan melangkah mendekati pintu.Ruisha tidak berani
perempuan cantik seperti apa yang tidak bisa didapatkan oleh seorang Anzelo?Apakah Ruisha pantas diperlakukan seperti ini?Anzelo tidak mengatakan apa-apa, hanya menatapnya dengan penuh arti.Akhirnya, dia hanya melambaikan tangannya dan berkata, "Bekerjalah dengan baik."Ruisha tidak memasukkan hal ini ke dalam hati, karena arloji yang memiliki sistem pelacak lah membuatnya lebih khawatir.Dia tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam dan pergi bekerja keesokan harinya dengan dua lingkaran hitam besar di bawah matanya.Baru pada siang hari, ketika semua rekan kerjanya pergi makan, Ruisha diam-diam mengeluarkan arloji yang dibungkus dengan hati-hati itu dari dalam tasnya.Sambil mengusap arloji itu dengan lembut melalui saputangannya, dia menghela napas dalam hati.Awalnya ....Dia ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan.Malam itu adalah kali pertama baginya. Meskipun tidak ada yang mengetahuinya, dia ingin menyimpan sesuatu untuk dijadikan kenangan.Dibandingkan dengan risiko keta
Melihat sekeliling, Clara tidak bisa menahan godaan dan mengambil jam tangan itu.Saat membalikkan badan jam tangan untuk melihat pelat jam, dia langsung terkesiap.Jam tangan ini adalah merek yang sama dengan jam tangan terakhir yang dikenakan Anzelo, bahkan lebih mahal dari jam tangan itu.Jam tangan ini hanya diproduksi sepuluh buah saja di dunia, dengan nomor seri eksklusif di bagian belakang pelat jam dan tidak dijual di pasaran.Jam tangan semahal itu ternyata diletakkan begitu saja di atas meja. Bisa dilihat seberapa kaya seorang Anzelo ini.Air liur Clara sampai hampir menetes. Dia tidak bisa menahan diri dan mengenakan arloji itu di pergelangan tangannya. Dia mencari sudut yang berbeda untuk mengambil banyak foto dan mengaguminya berulang kali. Gurat kekaguman bahkan terlihat jelas di matanya.Dia begitu asyik, sampai-sampai tidak menyadari bahwa pintu ruang presdir terbuka pelan."Siapa?"Pupil mata Anzelo menyipit, telapak tangannya yang besar mencengkeram pergelangan tangan
Hati Clara langsung tercekat, "Seperti yang kamu tahu, malam itu ada yang memberiku obat perangsang. Kebetulan aku juga sedang flu. Dalam situasi seperti itu, wajar kalau suaraku terdengar berbeda."Clara terlihat malu-malu. "Itu pertama kalinya untukku. Rasanya sangat sakit ...."Anzelo gemetar.Dia memeriksanya dengan seksama setelah itu, tentu saja menyadari bercak merah di atas seprai. Itu bisa jadi bukti kalau itu memang pertama kali untuknya.Apa yang dikatakan Clara memang sangat masuk akal, tetapi dia masih tidak mau mempercayainya.Dia berkata dengan nada dingin, "Kalau begitu, aku ingin dengar kamu bicara dengan suara yang sama dengan malam itu."Clara menegang.Setelah itu dia mendengar ejekan Anzelo, "Itu suaramu sendiri. Kalaupun nggak bisa mirip sepenuhnya, setidaknya bisa sedikit mirip, bukan?"Tatapannya dingin dan berbahaya, seolah-olah bisa langsung menendang Clara keluar jika dia berani mengatakan tidak.Clara menjadi takut dan memaksakan sebuah senyuman. "Tentu saja
Anzelo menegang dan merasakan perasaan takut ketahuan yang tak bisa dijelaskan. Dia langsung mendorong Clara ke ruang tunggu yang ada di samping. "Masuk dan jangan bersuara."Clara juga merasa bersalah, takut akan ketahuan oleh Ruisha.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas masuk ke ruang tunggu dan bekerja sama dengan baik. Dia menyandarkan punggungnya ke pintu dan tidak berani bergerak."Masuk.""Pak Anzelo, ini ada rencana yang baru saja diubah."Ruisha menyerahkan berkas di tangannya dan melirik ke arah meja dengan kesan tidak sengaja.Saputangannya masih ada di sana, tetapi jam tangannya sudah tidak ada.Dia melirik sekilas ke arah Anzelo.Wajah laki-laki itu begitu dingin dan tidak terlihat ada yang tidak beres, seolah-olah menemukan kembali jam tangan itu tidak mempengaruhinya sedikit pun.Tidak tahu merasa lega atau kecewa, Ruisha menghembuskan napas pelan.Baguslah kalau laki-laki ini tidak menyelidikinya.Ruisha tidak perlu terus khawatir dia akan ketahuan.Mulai se
Ruisha mengangguk dan melangkah pergi. Anzelo duduk dengan tenang di kursinya, wajahnya dingin."Pak Anzelo."Clara berjalan keluar dengan langkah gontai dan berkata dengan rasa bersalah, "Maaf, barusan rokku tersangkut di pintu. Aku nggak sengaja bersuara ...."Tentu saja dia sengaja melakukannya.Karena Anzelo tidak ingat kapan terakhir kali mereka bertemu, dia berharap Anzelo tidak akan pernah mengingatnya.Lebih baik tidak mengaitkannya dengan Ruisha.Anzelo menatapnya dengan tatapan dingin, tetapi akhirnya tidak berkata apa-apa.Setelah keheningan yang tertahan, dia menulis sebuah cek dan menyodorkannya. "Aku akan meminta seseorang menyelidiki apa yang terjadi hari itu. Anggap ini sebagai kompensasiku untukmu.""Aku nggak butuh kompensasi."Clara mundur selangkah, air matanya berlinang. "Aku memang cuma seorang selebriti internet, tapi aku mendapatkan uang dengan cara yang bersih. Aku nggak jual diri."Dia terlihat keras kepala karena merasa dipermalukan.Enam belas miliar bukanla