Share

Bab 4

Karena Anzelo?

Ruisha terkejut bukan main.

"Tentu saja! Kalau bukan Pak Anzelo, siapa lagi yang punya kekuatan buat melakukannya?"

Diana makin yakin, "Bu Lucy ingin tidur dengan Pak Anzelo dan membuat Pak Anzelo marah. Karena itulah Pak Anzelo menjebloskannya ke penjara."

Pantas saja ada yang tidak beres dengan keadaan Anzelo malam itu. Ternyata Bu Lucy memberinya obat perangsang.

Hanya ingin tidur dengannya saja bisa berakhir dengan dipenjara. Lalu bagaimana dengan dia yang sudah berhasil tidur dengannya?

Ruisha menatap tajam dan pada Diana bertanya dengan datar, "Sampai seperti itu? Ini masalah antara laki-laki dan perempuan, masa sampai masuk penjara, sih?"

"Ayolah, ini menyangkut Pak Anzelo!"

Diana menertawakannya, "Kamu naif sekali. Pak Anzelo punya kekuasaan dan pengaruh, mudah sekali untuk memenjarakan siapa pun! Kamu nggak tahu, mereka yang menyinggung Pak Anzelo akan diikat dalam karung dan ditenggelamkan ke laut. Parahnya lagi, nggak ada yang peduli walaupun mereka tahu."

Ruisha langsung bergidik ngeri.

Mengapa Anzelo tampak seperti seorang perempuan suci yang sangat membenci orang-orang yang sangat menginginkannya?

Ruisha bahkan lebih bertekad agar dia tidak ketahuan.

"Omong-omong, Pak Anzelo itu sangat tampan dan kaya, kenapa dia nggak tertarik sama perempuan?"

Diana masih bergosip. "Jangan bilang seleranya menyimpang!"

"Jangan sampai!"

Diana kembali meratap, "Banyak yang bilang kalau laki-laki seperti Pak Anzelo, yang memiliki tubuh bagus dan hidung mancung sangat hebat di ranjang. Sayang sekali kalau dia sampai menyimpang."

Diana terlalu blak-blakan sampai membuat Ruisha tersipu malu. "Apa maksudmu ...."

"Eh, jangan malu-malu! Banyak orang di perusahaan yang menebak kalau kamu sasarannya. Evano, kamu sebenarnya lumayan, tahu. Kamu cuma sedikit kuno dan pendek saja."

Diana memegang dagunya, lalu bertanya penasaran, "Kamu juga seorang laki-laki. Apa rumor yang beredar itu benar? Laki-laki yang hidungnya tinggi dan mancung, apa bagian itu juga luar biasa?"

Diana pun tersipu malu, tetapi masih bertanya, "Menurut pengalamanmu sebagai laki-laki, bukankah Pak Anzelo yang seperti itu sangat istimewa di ranjang?"

Ruisha, "..."

Memang sangat hebat, terus melakukannya sepanjang malam saja masih belum puas.

Jika Ruisha tidak menangis dan memohon ampun, dia pasti sudah pingsan karena Anzelo melahapnya habis-habisan.

Wajah Ruisha makin memerah. Untung saja rambut bagian depannya cukup panjang, jadi tidak kelihatan jelas.

Wajah Diana pun memerah, menatap Ruisha dengan napas tertahan, menolak untuk berhenti sampai mendapat jawaban.

"Ya ... seharusnya luar biasa."

Ruisha malu bukan main, lalu mengalihkan topik pembicaraan, "Sudah, fokus saja sama pekerjaan kalau nggak mau lembur."

Siapa orang yang suka bekerja lembur?

Diana berhenti menggerutu dan mulai bekerja.

Ruisha menghela napas lega, menepuk-nepuk pipinya yang merah padam saat tidak ada yang melihat, lalu memaksakan diri untuk bekerja.

Mereka membelakangi koridor luar, jadi tidak menyadari sosok tinggi dan tegak berdiri di titik buta sudut pandang di dekat dinding.

Rheno yang dipaksa untuk mendengarkan diskusi hebat atau tidak bosnya ini melirik Anzelo, yang saat ini tidak bisa ditebak perasaannya. Dia berbisik, "Pak Anzelo, apa Evano benar-benar dikirim oleh seseorang?"

Ruisha kelihatannya tidak berbahaya, tidak mencolok, jujur dan tidak bermasalah. Dia juga tidak menjelek-jelekkan orang lain di belakang mereka.

Dia tidak terlihat seperti mata-mata.

"Apa mata-mata harus menunjukkan dengan jelas kalau dia mata-mata?"

Anzelo mengejek, "Sejak kapan kamu hanya menggunakan matamu untuk melihat orang?"

Rheno menundukkan kepala karena malu. "Ya, Pak Anzelo."

Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, hanya merasa bahwa sorot mata Evano sangat bersih, jadi secara tidak sadar mempercayainya.

Mungkin inilah keunggulan Evano.

Rheno merasa was-was, jadi dia berkata, "Kalau begitu, haruskah kita memperingatkan mereka? Rumor di perusahaan juga nggak benar. Lucy ditangkap karena dia membocorkan rahasia perusahaan ...."

Anzelo memang berkuasa, tetapi juga tidak sampai seenaknya begitu menjebloskan orang ke penjara.

Mengenai memasukkan orang ke dalam karung, mengikatnya dan menenggelamkannya ke dalam laut bahkan lebih tidak masuk akal lagi.

"Kamu nggak punya kerjaan?"

Anzelo tampak curiga, "Apa Kamandjana Group membayarmu mahal hanya buat bergosip? Kenapa aku nggak mempekerjakan ibu-ibu desa saja?"

Perkataannya selalu berbisa seperti biasa.

*

Pintu kantor presdir yang tertutup seperti air bah di mata Ruisha.

Saat berikutnya, air bah itu akan mencabik-cabiknya dan menelannya.

Saat dia masih ragu-ragu, suara dingin seorang laki-laki terdengar dari dalam, "Kamu lagi olahraga di depan pintu? Perusahaan mempekerjakanmu buat mondar-mandir dan olahraga?"

Ruisha bergidik dan dengan hati-hati mendorong pintu hingga terbuka. "Pak Anzelo."

Anzelo duduk di belakang mejanya. Wajahnya yang tampan terlihat tajam dan sempurna. Sinar matahari menyinari wajahnya, tetapi tidak mampu menghilangkan rasa dingin dalam dirinya. Malah memberikan kesan makin tak terjangkau.

Sosoknya seperti seorang dewa mulia yang duduk di atas singgasana.

Ruisha hampir menatapnya sampai tercengang, membuat Anzelo menatapnya dengan tatapan dingin.

Dia bergidik, tidak berani memandangnya lebih lama. "Pak Anzelo mencari saya?"

Rambut Ruisha yang panjang menutupi sebagian besar wajahnya, membuatnya tampak meringkuk dan malu-malu.

Dia seorang laki-laki dewasa, kenapa bertingkah seperti itu?

Anzelo mengerutkan kening. "Kemarilah."

Jantung Ruisha berdebar kencang dibuatnya.

Bukankah dikatakan bahwa terlepas dari jenis kelaminnya, Anzelo benci orang yang mendekat?

Apa dia menyadari sesuatu?

Ketakutan Ruisha terlalu jelas. Tatapan Anzelo menatapnya seperti pisau, lalu bertanya dengan nada tidak senang. "Kamu takut padaku?"

Apakah dia sejenis binatang pemakan manusia?

"Nggak, nggak, kok." Keringat dingin membasahi punggung Ruisha yang menggeleng dengan panik.

Bahu kurusnya bergetar tanpa henti.

Anzelo menatapnya sejenak.

Anzelo memang sangat luar biasa dan metodenya seperti guntur. Di dunia ini, ada banyak orang yang takut padanya. Namun, tidak ada yang ketakutan sampai seperti ini.

Dia memang penakut atau sedang menyembunyikan sesuatu?

Menyadari bahwa Ruisha makin gemetar, Anzelo menatap lebih dingin ke arahnya dan membalikkan layar komputer ke arahnya. "Kamu kenal dia?"

Ruisha membeku, keringat dingin membasahi pakaiannya. Dia bahkan sampai hampir pingsan.

Tentu saja dia mengenalnya.

Itu adalah dia yang mengenakan pakaian perempuan.

Jantung Ruisha seakan berhenti berdetak.

Mengapa Anzelo menanyakan hal ini kepadanya?

Dia adalah seorang pegawai biasa. Keberadaannya tidak terlalu penting di Kamandjana Group. Bahkan petugas kebersihan jauh lebih penting dari dirinya di perusahaan.

Apa Anzelo menemukan sesuatu?

Tubuh Ruisha yang gemetaran terlihat makin jelas.

Anzelo melihat dengan jengkel saat gigi Ruisha hampir mengunyah bibirnya sendiri.

"Kamu bisu?"

Nadanya jadi makin dingin, "Jawab!"

Berhentilah menyiksa bibir malang itu.

Ruisha membenci dirinya sendiri karena tidak bisa bersikap lebih berani.

Malam yang kacau dan kekacauan yang dialami Lucy saat dibawa polisi terjalin dalam pikirannya. Mana mungkin dia bisa tenang?

Wajah Ruisha sudah pucat dan dia ketakutan setengah mati.

"Nggak, nggak kenal."

Gigi Ruisha bergemeletuk, bahkan suaranya bergetar, "Saya nggak kenal."

Separuh kecil dari wajahnya yang terlihat di balik poninya sudah pucat bukan main.

Sudahlah.

Anzelo berpikir dalam hati, "Mana ada mata-mata yang penakut seperti ini?"

Dia bahkan tidak bisa berbohong dengan baik dan langsung ketahuan.

Dia tiba-tiba merasa bosan, lalu memerintahkan, "Keluar!"

Ruisha merasa dirinya seolah-olah mendapat pengampunan. Dia berbalik dengan cepat untuk melarikan diri.

Anzelo beranjak untuk mengambil sesuatu, kakinya yang panjang melangkah mendahului langkah Ruisha.

Karena tergesa-gesa, kepala Ruisha membentur punggung panas dan keras Anzelo. Air mata jatuh dari matanya saat ujung hidungnya terasa sakit.

Anzelo secara naluriah melingkarkan lengannya di pinggang Ruisha, menahan tubuhnya yang terhuyung-huyung.

Pinggangnya begitu kecil, begitu lembut.

Bagaimana mungkin seorang laki-laki dewasa bisa memiliki pinggang sekecil dan selembut ini?

Pinggang sekecil ini bisa patah kalau dicengkeram dengan keras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status