Diusia yang matang kerap kali pertanyaan ‘kapan menikah’ sering dijumpai oleh seorang gadis dewasa bernama Shakira Intan Ayu. Pertanyaan itu terus menerus seperti sebuah teror dalam hidupnya—hingga suatu saat Shakira dilamar oleh Ryan Anggara yang merupakan seorang arsitek tampan dan berkharisma, tetapi memiliki reputasi kurang baik. Playboy. Pengganggu rumah tangga orang. Berhasilkah Ryan mendapatkan hati Shakira yang keras seperti batu?
View MoreSaat ini keadaan Kiki begitu bingung. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengangkat telepon kantor dan mengabaikan panggilan telepon dari suaminya.“Selamat si—““Ke ruangan saya sekarang.”Nit.Kiki masih diam terbengong saat mendengar suara ketus dari Mirza. Sepertinya nasib kerja di Ansell akan berakhir hari ini.Sebelum benar-benar bangkit dari tempat duduknya, Kiki memejamkan mata dan mengembuskan napas kasar sejenak.“Ya Allah semoga Pak Mirza bisa mendengarkan penjelasan gue,” kata Kiki.Jujur saja saat ini hatinya merasa begitu takut sekaligus deg-degan. Debaran jantungnya pun langsung memompa dengan cepat dengan sendirinya. Keringat dingin pun sudah mulai membanjiri keningnya yang putih bersih.“Belum ketemu tapi sudah mau pingsan begini ya ampun,” gumamnya.Kiki langsung bangkit dari tempat duduk sambil membuang napas panjang. Kakinya melangkah dengan pelan me
Kiki merasa terkejut kala Mirza mengumpat seperti itu. Terlebih ini pertama kalinya selama kenal Mirza. Dan sepertinya boss-nya begitu emosi setelah menerima telepon barusan. Entah itu telepon dari siapa yang pasti Kiki rasa jika bossnya mendapat berita buruk.“Pak,” tegur Kiki.“Ya.”“Nan—““Cancel pertemuan dengan Maxim grup, reschedule saja.”“Baik, Pak.”Ting.Pintu lift terbuka dan Mirza langsung melangkah dengan begitu cepat. Bahkan ia tak berbicara atau menunggu Kiki.Melihat sikap aneh Mirza membuat Kiki langsung merasa bingung dan heran sendiri.“Memang ada apa, sih?” gumamnya yang ikut merasa bingung.Mendapat tugas untuk bagi-bagi kopi membuat Kiki berjalan ke arah ruang HRD. Kiki ingin meminta bantuan Manda agar tahu siapa saja yang memiliki jabatan penting di Ansell.Tok. Tok. Tok.“Masuk.”K
Kiki pun menyetujui ajakan me time bersama Ghaitsaa meski permasalahan rumah tangganya dengan Ryan tengah banyak masalah.Setidaknya ia masih ada hiburan sedikit di saat pusing dan penat akibat kerja juga masalah rumah tangga.“Iya, kamu tenang aja. Mau ketemuan di mana?”“Duh di mana, ya, Mbak. Aku nggak hafal Jakarta.”“Gini aja, kita ketemuan di Grand Indonesia. Itukan dekat kantor Azekiel jadi kamu tahu rute naik mobilnya kan?”Ghaitsaa mengangguk cepat. Ia paham dengan mall itu meski belum pernah memasukinya. Mall yang begitu besar. Meski di Semarang juga ada mall tapi tak sebesar di Jakarta.“Kita ketemu di situ saja, nanti kamu whatsapp aku aja biar gampang.”“Oke, Mbak.”Mirza yang mendengarkan hanya diam dan curi-curi pandang ke belakang melalui spion. Namun, aksinya itu selalu tertangkap basah oleh Ghaitsaa.Setelah menempuh perjalanan dari kawasan Dha
Saat sudah sampai di depan meja nomor 17. Kiki langsung meringis kala kedua boss itu menatapnya tajam.“Hehe, tadi antri Pak, maaf,” kata Kiki mencoba mencari alibi agar tidak dimarahi.“Apa betul Ghaitsaa?” tanya Melviano sambil tersenyum sinis. Tatapannya kini berpindah ke arah Ghaitsaa yang tampak terkejut dengan pertanyaannya.Ghaitsaa diam, ia bingung harus bohong atau jujur saat ini. Di satu sisi kalau bohong katanya akan dipecat secara tidak terhormat. Ghaitsaa yang masih polos pun akhirnya berkata apa adanya.“Enggak, Pak.”“Lalu? Ngapain saja kalian bisa lama sekali di toilet?” cecar Melviano.“Curhat, Pak.”“Kalian pikir meeting ini ajang buat curhat? Kalau mau curhat ke acara ura kura sana.”“Lho, Bapak nonton acara itu juga?” Mata besar Ghaitsaa langsung membola ketika mendengar boss-nya menonton acara yang digemari oleh para e
Disapa seperti itu membuat Melviano langsung menoleh karena posisi duduknya yang membelakangi Mirza.Mulut Melviano langsung terbuka dan tertutup dengan cepat saat melihat ekspresi memohon dari mantan sekertarisnya itu. Apalagi mata dari Kiki sampai kedip-kedip segala.Entah kenapa mantan sekertarisnya itu kenapa jadi kayak orang cacingan begitu? Apa kurang bahagia kerja di Ansell?“Hmm, Pagi.”“Oh maaf, Mr. Saya gerogi sampai nyapa saja salah.” Mirza tersenyum lebar. Ia pun langsung mengulangi sapaan kepada Melviano kembali. “Pagi Mr,” ulang Mirza yang merasa gugup.“Hmm, siang.”Kiki langsung menahan kikikannya. Entah kenapa melihat boss dan mantan boss-nya itu rasanya ingin tertawa. Apalagi hanya soal sapaan saja mereka berdua begitu rempong.Ternyata melihat orang-orang kaya kalau udah eror mirip orang sableng. ‘Orang sableng bersatu,’ batin Kiki.&ldqu
Selesai mandi dan berpakain rapi, Kiki langsung berlari ke luar kamar dan mendapati Ryan yang masih tertidur di sofa sambil memeluk gambar desainnya. Ia pun hanya menggelengkan kepalanya saja. Merasa tak ingin telat ke kantor pun membuat Kiki langsung menuliskan sebuah note untuk Ryan. Sengaja ia tak membangunkan Ryan agar nanti keberangkatan dirinya ke kantor tak telat. Sebab Kiki tahu betul jika membangunkan Ryan akan beresiko tinggi, dan akan menghambat pekerjaannya.Buru-buru Kiki meletakkan note itu di lengan tangan Ryan. Kiki sedikit memberikan solasi agar menempel di lengan.Selesai dengan urusan note, Kiki langsung pergi keluar apartemen dan memesan gojek untuk mengantarkan ke tempatnya ia bekerja di daerah Kuningan Jakarta.Saat sampai lobby, Kiki menunggu sekitar tiga menitan dan datang ojek online yang dipesannya barusan. Sopir ojek online itu pun langsung menyerahkan helm untuk Kiki pakai.“Ansell grup, ya, Mbak?”&ldq
"Habis dari mana?""Depan.""Ngapain?""Gojekin makanan buat Joko.""Oh ...."Kiki pikir kalau suaminya akan marah atau ngambek. Tapi Ryan hanya bertanya dan kembali jalan ke arah dapur untuk mengambil minum air dingin.Kiki yang baru saja keluar apartemen pun langsung segera berjalan menuju ke kamar untuk istirahat sebelum besok bekerja."Ki.""Iya Mas.""Bisa pijitin aku bentar nggak? Aku capek banget nih tadi banyak klien dan mereka minta cepet semua.""Tapi aku juga capek Mas. Besok juga mau ada meeting.""Ck! udahlah resign aja.""Mas ....""Ya ya ya, kamu memang sangat mencintai kerja dibanding jadi ibu rumah tangga saja."mendapat respon seperti ini justru membuat Kiki semakin terluka. Hal yang sudah pernah dibahas dan disetujui oleh Ryan justru sekarang menjadi boomerang-nya."Bukan nggak mau nurut, tapi aku anak satu-satunya yang mau tak mau harus menjadi tulang punggung
Kiki ragu menjawab pertanyaan dari Manda selaku HRD di Ansell grup. Apalagi dirinya diterima dengan jalur expres karena Mbak Sila yang kenal dekat dengan Manda. Kalau bukan pertemenan dan mereka saling tetangga mungkin dirinya saat ini masih menjadi pengangguran sejati.Kiki pun akhirnya menggeleng pelan. “Belum,” cicitnya.Baik Manda dan Tasya langsung melongo tak percaya. Mereka berdua bahkan langsung saling menatap satu sama lain.“Nggak bohong kan?” tanya Tasya memastikan jika jawaban yang dilontarkan Kiki itu hanya bualan. Tasya masih nggak yakin jika boss-nya bisa menjadi manusia sabar.“Enggak kok, Pak Mirza justru ngajarin saya di hari pertama kerja.”Lagi dan lagi Tasya dan Manda saling menatap satu sama lain. Mereka seakan masih kurang percaya mendengarnya.“Jadi gini Shakira,” kata Manda. “Pak Boss itu merupakan manusia kaku, dia juga begitu perfeksionis. Nggak sabaran ju
Meski hatinya menyuruh untuk tak ikut campur soal Mirza dengan artis sekaligus model papan atas itu. Tapi naluri kepoan dirinya lebih dominan ketimbang hati dan logikanya.Dengan gerakan pelan agar tak ketahuan, Kiki mulai mengintip dibalik tembok. Ia membuka pintu besi secara pelan agar tak menimbulkan suara.Setelah berhasil, ia mulai tengak tengok ke arah kanan dan kiri untuk mencari keberadaan Mirza juga Laudia Arabella.“Nah itu dia,” gumamnya kala melihat Mirza juga Laudia Arabella tengah saling berhadapan.Jiwa detektipnya mulai muncul dengan sendirinya. Ia melangkah pelan dan langsung mengelurkan ponsel-nya untuk memotret Mirza dan Laudia Arabella.“Yes berhasil, berita eksklusif banget ini,” katanya sambil tersenyum lebar.Merasa sudah punya bukti yang otentik pun membuat Kiki langsung berbalik badan dan kembali ke meja kerjanya sebelum ketahuan.Saat sudah sampai meja kerja dengan selamat, Kiki
“Itu udah tua tapi kok belum nikah-nikah, ya.”“Iya, ngejar karir terus makanya susah jodoh tuh.”“Nggak malu apa gimana sih seusianya udah pada punya anak lho dia masih sendiri aja.”“Bahkan anaknya Jeng Rania saja dua-duanya udah laku semua.”“Nggak takut apa nanti nikah usia tiga puluh susah punya anak.”Berbagai sindiran tetangga sudah menjadi makananku sehari-hari. Bahkan mereka tak segan-segan membicarakan status lajangku di depan mata. Memangnya ada yang salah jika aku lajang? Toh aku lajang dan menikah nanti nggak akan minta biaya resepsi sama mereka, 'kan? Tapi kenapa sih mereka selalu mengurusi kehidupan orang lain seperti ini. Memangnya mereka tak memiliki kesibukan sampai-sampai hidupnya digunakan hanya mengurusi urusan orang dan dijadikan bahan gosip?Kalau tidak kuat iman mungkin rasanya akan gila menghadapi segala standart masyarakat yang memang sudah ada sejak dulu. Terlebih ucapan para tetangga sering kali membuat mama yang tadinya adem ayem menjadi ikut konfrontasi so...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments