Diusia yang matang kerap kali pertanyaan ‘kapan menikah’ sering dijumpai oleh seorang gadis dewasa bernama Shakira Intan Ayu. Pertanyaan itu terus menerus seperti sebuah teror dalam hidupnya—hingga suatu saat Shakira dilamar oleh Ryan Anggara yang merupakan seorang arsitek tampan dan berkharisma, tetapi memiliki reputasi kurang baik. Playboy. Pengganggu rumah tangga orang. Berhasilkah Ryan mendapatkan hati Shakira yang keras seperti batu?
View MoreSATU MINGGU KEMUDIAN.Satu minggu sudah Ryan dan Kiki menikmati bulan madu di Swiss. Banyak hal baru yang mereka lewati bersama di sana. Meski otak dan pikiran Ryan tak jauh-jauh dari hiya-hiya tapi ia selalu menuruti dan memanjakan istrinya dengan baik.Kiki sendiri benar-benar bersukur memiliki suami seperti Ryan yang pengertian dan memahami segala keinginannya. Meski setiap hari selama di Swiss harus memberikan jatah untuk Ryan entah habis jalan-jalan wisata atau sebelumnya pasti Kiki lakukan karena bisa membuat Ryan bahagia.“Wuih bro, kelihatan bahagia banget nih,” goda Wawan yang baru saja sampai di tempat penjemputan bandara internasional Soekarno—Hatta.“Ck! Lama banget lo jemput, kasihan bini gue,” sahut Ryan sambil memasukan koper ke bagasi.“Ya elah namanya juga jam kerja pasti macet bos,” dumel Wawan.Tak menjawab dumelan Wawan, kini Ryan lebih memilih menatap istrinya yang tengah lemas d
Kini sepasang suami istri itu tengah berbincang-bincang berbagai hal dengan posisi Ryan memeluk Kiki dan menjadikan lengannya sebagai bantalan.“Ryan, kamu kok bisa siapin visa sama paspor tanpa aku tahu sih?”“Iya dong, aku kan kong kalingkong sama Mama.”“Dih ... banyak banget yang kerjasama sama kamu.”“Hehehe, kalau niat baik pasti banyak yang membantu sayang.”“Jadi setelah tahu dari Mbak Sila kamu siapin ini semua?”“Hmm, sebulan sebelum nikah minta tolong sama Chaca sih buat urus paspor, visa, buat aku sama kamu.”“Ya ampun jadi nggak enak sama Chaca selalu direpotin masalah kita berdua.”“Gapapa, dia bakalan bantu terus selagi aku kasih jatah uang jajan buat dia.”Kiki terkekeh geli mendengarkan kalau anak seusia Chaca emang lagi gencar-gencar porotin uang saudara buat jajan sama jalan-jalan.“Kamu hebat b
Merasa sebagai laki-laki sejati pun akhirnya Ryan mengambil alih permainan dari Kiki. Kini ia yang berbalik menjadi pemegang kendali dalam pagutan bibirnya yang masih saling mencecap satu sama lain.Ryan terus menghisap dengan kuat bibir sang istri sampai menimbulkan suara pekikan yang membuatnya tak tinggal diam.Merasa memiliki akses menerobos pun membuat lidah Ryan langsung menelusup ke dalam dan mengabsen deretan gigi milik Kiki. Bahkan kini Ryan tengah menikmati rongga mulut sang istri.“Balas,” titah Ryan.Mendapat perintah membuat Kiki mencoba mengimbangi permainan sang suami. Ia juga mulai mengeluarkan lidahnya dan bergulat dengan milik Ryan.Suara decakan mulai terdengar di penjuru kamar hotel yang ia tempati. Terlebih Ryan mendorong tubuh Kiki menuju ke arah ranjang dan menjatuhkan di sana.Ryan yang melihat Kiki terbaring pun langsung melempar handuk dengan sembarangan. Ia tersenyum geli melihat wajah terkejut istrinya
Merasa puas tidur semalaman membuat Kiki terbangun lebih awal. Ia melihat Ryan yang masih tidur membelakangi dirinya itu. Hati kecil Kiki pun merasa tak enak karena belum memberikan hak-nya sebagai seorang istri kepada suami.Kiki nggak bermaksud nggak mau, tapi ia belum siap dan takut aja gitu. Gimana sih jelasinnya, Kiki merasa bingung sendiri. Dan, ia suka dengar kata orang itu rasanya sakit jadi tambah membuat pikiran Kiki parno.Kiki pun berangsur turun dari ranjang pelan-pelan agar tak membangunkan Ryan yang masih tertidur. Ia mengintip ke arah jendela yang tertutup hordeng dan ternyata suasana di luar lumayan terang meski pepohonan dan tanah di luaran tertutup salju yang lumayan tebal. Mana Ryan mengajak ke Swiss musim dingin juga, untung aja siap jaket tebal.“Sayang kamu ngapain berdiri di situ?”Kiki langsung menoleh dan melihat Ryan yang sudah duduk terbangun dengan tubuh shirtless-nya. Kiki menggaruk kepala belakangnya yang tak gat
Hotel Bellerive Zurich, Swiss.Setelah menempuh perjalanan dari Indonesia menuju bandara internasional Zurich selama 17 jam 40 menitan kini mereka sudah tiba di mana Ryan membooking hotel untuk mereka menginap beberapa hari ke depan.Hal pertama yang Kiki lakukan adalah langsung tiduran di atas kasur empuk hotel yang menurutnya sangat nyaman. Ia tersenyum senang karena bisa menginjakkan kaki di negara yang sama dengan model idolanya itu. Meski belum pernah ketemu Kevin Lutolf secara nyata tapi Kiki udah merasa bahagia bisa menghirup oksigen di negara yang sama dengan dia.“Kamu kenapa senyam senyum?”“Seneng aja bisa nginjak tanah Swiss.”“Mendingan bersih-bersih dulu terus makan habis itu istirahat.”“Hmm, mendingan kamu dulu aja Mas.”“Nggak mau bareng?”“Kamu duluan aja, pinggangku masih encok duduk lama.”“Yaudah.”Bagaimanapun
Ryan saat ini tengah bingung sendiri menghadapi istrinya yang tengah marajuk itu. Apalagi setelah permainan onet selesai mood Kiki langsung berubah mendadak bete.Kalau seperti ini Ryan lama-lama mendadak gila deh, kadang ia tak paham sama makhluk berjenis perempuan itu. Dia yang ngajakin main onet sendiri, kalah sendiri, terus ngambek sendiri, kalau udah begini harus gimana? Mau salahin siapa coba? Masa salahin Pak Satpam depan sih.“Sayang udah dong jangan bete-bete terus.”“Ngeselin, masa aku kalah terus sama kamu.”“Ya, aku kan nggak tahu kalau kamu kalah.”“Harusnya kamu ngalah dong sebagai laki-laki, nyebelin.”‘Tuhkan kaum perempuan emang ngeselin tingkat dewa, rasanya pengin gue sleding banget dah kalau begini,’ batin Ryan.“Ryan, nyebelin.” Suara Kiki terdengar begitu kesal bahkan bibirnya sudah ia manyun-manyunkan karena merasa tak terima kalah dua kali
Decapan demi decapan kini menggema di kamar hotel yang menjadi saksi bisu antara Kiki dan Ryan. Mereka berdua masih saja bercumbu di atas ranjang dengan posisi Ryan yang menumpu beban tubuhnya di atas Kiki.“Ryan.”“Hmm.”“Tahan dulu.”“Kenapa?”“Aku pengin ngelakuin begituan pertama kali di Swiss nanti.”“What?”Ryan benar-benar sangat terkejut dengan permintaan istrinya itu. Yang benar saja ditahan sampai Swiss. Wong edan.Kini Kiki langsung bangkit dari posisi tiduran yang membuat Ryan mau tak mau menyingkir ke samping. Kiki tersenyum geli melihat wajah nelangsa sang suami.“Sabar ya, aku pengin di sana melakukan begituan-nya. Kamu mau kan?” Kiki pun mengedipkan matanya di depan Ryan yang tengah mencoba menetralkan kondisi tubuhnya yang sudah panas itu. Terlebih si junior udah tegak banget masa ditunda sampai Swiss. Tega benar is
Sepanjang acara tadi Kiki merasa kesal dengan Ryan. Sepertinya habis ini akan terjadi perang badar deh antara Kiki sama Ryan. Apalagi Kiki yang selalu mendiamkan Ryan di atas panggung. Kiki hanya membalas ucapan dari para tamu undangan saja pertanyaan Ryan pun dijawab sesekali aja.“Sayang kamu kenapa sih?”“Gapapa.”“Marah?”“Pikir aja sendiri.”“Aku berbuat salah apa sih?”“Nggak ada.”Kiki tetap melanjutkan aktifitasnya saat ini. Ia ingin mandi dan membersihkan diri kemudian makan dan istirahat tidur karena merasa lelah seharian sudah berdiri untuk melakukan serangkaian acara ditambah menyalami para tamu yang jumlahnya lumayan bagi Kiki.“Tapi kamu diam aja sejak habis salaman sama si Joko,” ceplos Ryan.“Oh nyadar? Sukur deh.”“Emang Joko berbuat salah?”“Bukan Joko tapi kamu.”
Kiki pun tersenyum ramah kepada para tamu yang memberikan ucapan selamat. Tapi, di saat Ryan mengajaknya bicara mulutnya langsung diam seribu bahasa.“Sayang.”Kiki tetap teguh dengan pendiriannya saat ini. Ia tetap bungkam sampai akhirnya benar-benar terkejut dengan kedatangan seseorang yang membuat hatinya dag dig dug.“Kamu undang Panji?” akhirnya Kiki pun mulai mengeluarkan suaranya meski dengan nada yang terbilang begitu jutek.“Enggak.”“Kok dia datang? Kita kan ngundang orang dikit aja. Dia nggak ada data kan? Kok bisa masuk?”“Pasti Abangku nih, siapa lagi yang ngundang dia ke sini. Apalagi yang nggak bawa undangan kan nggak bisa masuk,” kata Ryan.Benar apa kata Ryan, kita berdua sepakat jika tak ada surat undangan yang dibawa tidak bisa masuk ke acara resepsi pernikahan ini. Tapi, Panji benar-benar hebat menggunakan orang dalam di saat seperti ini. Sial. The power o
“Itu udah tua tapi kok belum nikah-nikah, ya.”“Iya, ngejar karir terus makanya susah jodoh tuh.”“Nggak malu apa gimana sih seusianya udah pada punya anak lho dia masih sendiri aja.”“Bahkan anaknya Jeng Rania saja dua-duanya udah laku semua.”“Nggak takut apa nanti nikah usia tiga puluh susah punya anak.”Berbagai sindiran tetangga sudah menjadi makananku sehari-hari. Bahkan mereka tak segan-segan membicarakan status lajangku di depan mata. Memangnya ada yang salah jika aku lajang? Toh aku lajang dan menikah nanti nggak akan minta biaya resepsi sama mereka, 'kan? Tapi kenapa sih mereka selalu mengurusi kehidupan orang lain seperti ini. Memangnya mereka tak memiliki kesibukan sampai-sampai hidupnya digunakan hanya mengurusi urusan orang dan dijadikan bahan gosip?Kalau tidak kuat iman mungkin rasanya akan gila menghadapi segala standart masyarakat yang memang sudah ada sejak dulu. Terlebih ucapan para tetangga sering kali membuat mama yang tadinya adem ayem menjadi ikut konfrontasi so
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments