Home / Rumah Tangga / DINIKAHI PRIA PLAYBOY / 004 - Kerja Lembur Bagaikan Quda

Share

004 - Kerja Lembur Bagaikan Quda

Author: Jezlyn
last update Last Updated: 2024-09-04 11:00:10

Mataku terpejam mendengarkan sederet permintaan dari bos baru yang bikin pusing. Baru sehari kerja sama dia udah banyak banget tugasnya. Jemariku memijit pelipis yang terasa senut-senut.

"Baik, Pak."

Aku mengembuskan napas lega kala panggilan telepon dengan bos selesai. Kalau dipikir-pikir masih mending bekerja sama Pak Haidar. Setidaknya beliau masih punya hati sama bawahan. Sedangkan dia? baru sehari masuk jadi bos udah izin nggak masuk dengan alasan istrinya tengah hamil. Memang apa hubungannya kerja sama istri hamil? Sinting.

Sampai di kantor, aku berjalan menuju ke arah meja kerja. Hal utama yang aku lakukan menelepon klien dari Singapore untuk membahas proyek resort di sana.

Selesai menelepon klien untuk mengatur jadwal ulang, Aku mendapat telepon dari Pak Haidar, memintaku untuk mengurus konsep pesta baby shower calon cucunya.

Pantes saja aku disuruh balik sendirian, ternyata istrinya lagi hamil beneran di rumah. Aku kira cuma alibi dia doang ngaku istrinya hamil.

"Ki, yuk kantin."

"Nanti dulu Mbak, kepalaku pusing banget."

"Kenapa!?"

"Bos baru gila banget, masuk sehari tapi aku disuruh ngurus resort sendiri di Singapore. Dia mau cuti panjang katanya."

"Hah, seriusan, Ki?"

"Seriusan, Mbak. Ini Pak Haidar barusan telepon katanya suruh ngurus acara konsep baby shower gitu buat calon cucunya."

"Oh I see, berarti istri bos baru lagi melendung."

"Yah, maybe. Sumpah stres banget nih. Ngurusin buat resort, ditambah tugas yang bukan job desk-ku. Apaan coba urusan keluarga masa aku juga yang urus."

"Sabar-sabar, Ki. Yang penting bonus ngalir deras nanti."

"Hahaha, amin. Pengin banget liburan ke Swiss."

"Halah, kamu ke Swiss karena ngebet pengin ketemu Kevin Lutolf."

"Hahaha, tahu aja deh Mbak Sila. Dia calon bapak anak-anakku tau."

"Hidih, calon bapak anakmu tuh si Priyo."

"Iyuh, ogah."

"Jangan gitu, Ki. Priyo ada rasa sama kamu tuh."

"Mbak, aku nggak mau berantem sama Sofi gara-gara cowok modelan Priyo."

"Emang si Sofi beneran suka sama Priyo?"

"Lha, dilihat dari gerak-gerik aja udah kelihatan."

"Hmmm, I see. Yuk ah kantin. Cacingku udah pada demo nih. Kerja entar-entar aja Ki, perut diisi dulu yang penting."

Akhirnya aku menuruti keinginan Mbak Sila buat ke kantin. Seperti biasa, aku selalu memesan soto ayam. Menu favorite-ku ketika makan di kantin kantor.

Aku melihat Sofi yang tengah berdebat dengan Bang Rinto masalah drakor yang tengah booming. Bang Rinto ini udah nikah, sama kayak Mbak Sila. Mereka sama-sama udah punya anak satu. Kalau aku jomlo, eh single aja lebih enak diucapin. Sofi juga sama dia masih single, usia dia lebih muda setahun dari aku. Kalau Priyo itu seumuran sama aku. Makanya aku sama Priyo gampang banget nyambung kalau ngobrol. Sedangkan Joko itu masih bocah banget. Dia paling muda di antara kami semua. Makanya sering jadi bahan bully. Tapi, asyiknya Joko itu anak yang tidak mudah baper, atau gampang tersinggung.

Seperti biasa kita selalu membicarakan hal yang tengah trending di kantor. Apalagi Mbak Sila tengah menggebu-gebu membicarakan anak buahnya sendiri yang boobsnya lebih gede dari Mbak Sila. Jujur aku juga belum lihat anak baru itu.

Mbak Sila ini paling kesel sama orang yang boobsnya lebih gede dari dia. Aku juga heran sendiri sama Mbak Sila. Tapi, biarin aja itu urusan Mbak Sila.

"Hape siapa tuh yang getar," seru Mbak Sila yang tengah menyuapkan makanan ke mulutnya.

Aku melirik ke arah ponselku sendiri, ternyata Pak Haidar yang telepon.

"Pak Haidar telepon," kataku sedikit gugup.

"Cepetan angkat, bos besar tuh."

Dengan perasaan takut, aku mengambil hape, dan berjalan menuju ke arah yang lebih sepi. Tanganku menggeser tombol hijau ke samping. Sebelum itu, aku berdehem supaya suaraku nggak terdengar serak.

"Siang, Pak, halo."

"Ki, jadwal Singapore bisa dimajukan?"

"Emm ... bisa, Pak."

"Tolong majukan besok saja, Ki. Soalnya saya juga harus pergi ke Papua buat urus di sana. Melvin anakku nggak mau terbang ke Singapore katanya. Jadi saya akan gantikan meeting dia sama kamu ke Singapore."

"HAH, besok Pak!?"

"Iya, besok jam 10 kita terbang ke Singapore. Kamu siapkan semua dokumennya, ya. Makasih, Ki."

"Iya, Pak."

Sumpah demi apapun aku mendadak lemas mendengar kalau proyek Singapore itu dimajukan. Sedangkan dokumen belum beres sama sekali. Jadwal meeting dengan klien terpaksa harus reschedule kembali.

Dengan cepat aku menghampiri meja yang terdapat Mbak Sila, dan lainnya. Aku buru-buru mengeluarkan uang untuk membayar soto ayam pesenanku.

"Nitip bayarin, aku harus kembali kerja sekarang."

"Kenapa sih, Ki? Gugup banget begitu kayak habis ketemu setan aja."

"Lebih serem dari setan, Bang."

"Whoa, Pak Haidar ngapain emangnya!?"

"Duh, pokoknya aku hectic banget nih, besok mana terbang ke Singapore."

"Bukannya masih minggu depan?"

"Dimajuin jadi besok, Bang. Kalau gitu aku permisi dulu."

Dengan langkah cepat aku berjalan menuju ruangan kerja. Hal pertama yang aku lakukan menelepon beberapa klien untuk reschedule acara meeting. Untung saja para klien bisa mengerti dengan kesibukan Pak Haidar. Di sini aku benar-benar bersyukur banget.

Kini aku menatap layar laptop, mulai mengerjakan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk meeting besok di Singapore.

***

Aku merasakan badan terasa pegel-pegel. Aku menatap arloji yang melingkar di pergelengan tanganku. Ternyata sudah jam delapan, dan aku masih di kantor.

Dengan cepat aku membereskan semua berkas-berkas kantor yang akan dibawa besok. Tak lupa juga aku membawa laptop kantor ke rumah. Biar nanti sisa kerjaan dilanjut di rumah saja.

Mataku melihat ke arah depan yang ternyata sudah sangat sepi. Aku baru sadar kalau di lantai ini hanya ada aku saja. Mendadak rasa parno dalam diriku muncul. Dengan gerakan serampangan aku langsung menyambar tas, dan berjalan cepat menuju ke arah lift.

Sesampai di lobby, aku melihat security yang tengah berjaga. Aku mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan jalan keluar kantor. Gimanapun juga aku manusia biasa yang punya rasa takut kalau ketemu setan.

"Baru pulang, Mbak Kiki?"

"Iya, Pak, kerjaan banyak."

"Hati-hati pulangnya, Mbak Kiki."

"Iya, Pak."

Aku buru-buru memesan taksi online. Aku nggak berani naik metromini, atau kopaja malam-malam begini meski masih jam delapan. Masalahnya aku pernah kecopetan dulu saat naik metromini. Mulai dari situ aku sedikit trauma.

Tak membutuhkan waktu lama, aku sudah dapat taksi online. Kurang lebih sepuluh menitan taksi online yang aku pesan datang.

"Sesuai aplikasi, Pak."

"Baik, Mbak."

Aku menyederkan tubuh ke penyangga kursi, tulang-tulangku terasa akan patah. Punggungku bahkan terasa sakit. Tak terasa mataku pun terpejam sejenak selama perjalanan menuju ke arah rumah.

***

"Makan dulu, Ki, pulang kerja jangan natap laptop lagi."

"Lagi kejar target, Ma."

"Target apa, sih? Tapi perut diisi dulu lha."

"Besok Kiki ke Singapore sama Bos."

"Lho kata kamu minggu depan."

"Dimajuin gitu, makanya Kiki lagi ngebut biar besok selesai sebelum jam sepuluh."

Mendadak aku tak mendengar suara mama lagi yang membujuk untuk makan. Tadi setelah sampai rumah hal yang aku lakukan hanya mandi kemudian langsung nyalain laptop lagi. Rambut pun aku nggak sempat nyisir, lagipula yang lihat juga mama doang. Jangan tanya kemana Papa. Dia selalu sibuk depan tv buat nonton sinetron. Semenjak papa pensiun dari kerjaan, hal yang dia lakukan hanya nonton tv saja. Kadang juga bantu-bantu mama ngepel, nyapu.

Di saat aku lagi fokus, tiba-tiba mama datang membawa segelas susu yang ditaruh di samping laptop.

"Beberapa minggu lalu Mama lihat laki-laki cakep banget."

Aku tetap fokus mengerjakan pekerjaan, tapi tetap aja aku mendengarkan apa yang dikatakan sama mama.

"Dia bule gitu, Ki. Dia nyolong mangga milik Bu Susan."

Jemariku langsung berhenti menari di atas keyboard setelah mendengar ada bule nyolong mangga. Aku langsung menoleh menatap ke arah mama meminta penjelasan lebih.

"Eh si bulenya ternyata mantu Jeng Rania."

"Hah, maksudnya, Ma!?"

"Iya, bule itu ternyata suaminya Kaila. Kamu kenal, kan?"

Aku mengangguk pelan. Iya, aku kenal sama tuh bocah pecicilan. Tapi, seriusan suaminya bule? Emang sih tetangga bilang dia dijodohin gitu. Tapi, aku, kan, lagi balik ke Palembang saat itu.

"Mama suka iri lihat Jeng Rania. Kedua anaknya udah pada nikah semua, sebentar lagi nambah cucu dari Kaila. Terus kamu kapan dong?"

"Ma ...."

"Iya, Mama tahu kok. Belum siap? Belum ada, atau belum apa, sih, Ki?"

Bisa aku lihat terdapat gurat kesedihan di wajah mama. Bukan aku nggak mau nikah. Setiap perempuan pasti ingin menikah di usia ideal. Tapi, kalau memang Allah belum meridhoi kita berjodoh dengan seseorang kita bisa apa?

Dengan cepat aku langsung memeluk mama, mengusap punggungnya agar tak usah sedih memikirkan soal pendamping hidupku.

"Nggak usah sedih, semua jodoh, rezeki, maut, semuanya sudah diatur sama Allah. Kita hanya bisa pasrah aja dengan semuanya. Kiki nggak tahu mana yang akan datang terlebih dulu. Entah jodoh atau maut."

"Kamu kok ngomongnya gitu sih, Ki. Mama tuh pengin lihat kamu nikah, punya anak, Mama pengin nimang cucu sebelum nanti Mama meninggal."

"Ssssssttt ... jangan ngomong gitu, Ma. Kiki selalu berdoa agar Mama sama Papa diberi umur panjang."

"Kamu nikah aja sama Priyo," ceplos mama yang bikin aku langsung tersedak ludah sendiri.

"Ih, yang benar aja, Ma. Priyo bukan kriteria Kiki."

"Tuhkan, pantas jodoh kamu susah. Kamu tuh terlalu banyak pilah-pilih cowok."

Aku mengambil napas sejenak sebelum jelasin hubunganku sama Priyo.

"Bukan pilah-pilih, Ma. Tapi, Kiki sama Priyo hanya teman kerja aja. Nggak lebih. Lagian Priyo udah milik Sofi."

"Tuhkan ... kamu kalah sama Sofi. Kamu nggak malu usia di bawah kamu udah pada nikah."

Saat ini aku benar-benar harus extra sabar ngadepin mama yang ngebet banget pengin punya mantu. Aku juga bingung harus jelasin kayak gimana sama mama. Memang belum ketemu jodoh mau diapain juga susah.

"Usaha dong, Ki. Yah?"

Aku melepaskan pelukan mama, mencoba tersenyum di depan mama agar tak usah sedih lagi.

"Iya, Ma. Kiki nanti usaha nyari suami."

"Jangan iya-iya aja, Mama sama Papa ini udah tua, Ki. Kamu harus mikir ke situ. Jeng Rania aja cucu hampir dua. Dari Nasya satu, ini si Kaila lagi hamil juga. Mama suka malu ditanyain sama tetangga kapan kamu nikah."

"Nggak usah pedulikan omongan tetangga, Ma."

"Tapikan Mama pengin pamer cucu kayak ibu-ibu lain."

"Iya Ma, iya."

"Janji?"

Aku diam sejenak, terpaksa aku berjanji sama mama akan mencari jodoh.

"Iya, Janji."

Bisa dilihat kalau mama langsung tersenyum begitu bahagia. Bahkan mama langsung cium keningku, dan pergi keluar kamar dengan senyum yang begitu lebar. Aku sendiri hanya bisa memijit pelipis yang terasa berdenyut. Tugas aku jadi nambah satu lagi. Cari jodoh.

Kira-kira nyari jodoh di ol shop ada nggak, sih? Kalau ada udah aku beli satu biar mama nggak uring-uringan terus.

Daripada pikiran bertambah ngelantur, kini aku memilih minum susu yang udah dibuatkan mama. Rasanya selalu enak. Manisnya pas.

Kembali lagi aku manghadap ke arah laptop. Melanjutkan pekerjaan. Malam ini benar-benar aku kerja lembur bagai quda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   005 - Singapore

    Menikah itu bukan perkara siapa cepat dia dapat. Menikah itu soal ketepatan waktu. Menikah itu ibadah, jadi dia akan menghampirimu di waktu yang tepat. *** Bandara Internasional Changi, Singapura. Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta—Singapore. Aku bersama Pak Haidar mampir di salah satu coffe shop di bandara. Pak Haidar sepertinya paham kalau aku sangat ngantuk. Bahkan bisa aku lihat di kaca kalau kantung mataku benar-benar hitam seperti panda. "Tidur jam berapa, Ki?" "Jam enam, Pak." "Serius?" "Serius, Pak." "Maaf, Ki." "Gapapa, Pak. Lagian ini tugas saya." Bisa aku lihat kalau Pak Haidar sedikit merasa tidak enak mendengar kalau aku baru tidur jam enam pagi tadi, dan hebatnya jam delapan aku harus bangun. Dua jam aku memejamkan mata di dalam pesawat. Bisa kalian bayangkan betapa terasa melayang tubuhku saat ini. Tak lama, pelayan datang membawa dua cangkir kopi pesananku dan Pak Haidar. Kali ini aku memesan kopi americano. Sesekali minum kopi pahit biar kita nggak

    Last Updated : 2024-09-05
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   006 - Back To Jakarta

    Pertemuan dengan Ryan kemarin benar-benar membawa efek tersendiri dalam jantungku. Pagi ini yang aku lakukan cuma memegang dada, memastikan kalau diriku nggak jantungan. "Kenapa, Ki?" "Ah, enggak, Pak." Malu. Ya, aku malu banget sumpah lagi ngelamun tapi ketahuan sama boss besar. Terlebih pipi kayaknya panas banget pula. Buat goreng telur kayaknya mateng nih. Akhirnya aku berdeham pelan sebelum memutuskan untuk mengajak Pak Haidar buat ngobrol masalah proyek semalam yang dibahas. Terlebih proyek itu tidak bisa selesai di Singapura. Alhasil aku dan Pak Haidar kembali ke Jakarta pagi ini. "Pokoknya, saya serahkan ke kamu, Ki," kata beliau saat membahas proyek Singapore ini. "Iya, Pak." "Nanti saya di Papua itu kurang lebih sebulanan, jadi nanti tolong kamu ajari anak saya masalah kantor di sini. Dia belum terlalu mengusai perusahaan," ujar beliau menceritakan anaknya yang super duper tampan. "Baik, Pak." "Tidak salah kalau HR memilih kamu sebagai sekertaris saya. Sudah cantik.

    Last Updated : 2024-09-06
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   007 - Ketemuan Di Mal

    “Assalamualaikum,” salamku dengan suara yang sedikit lirih. Sumpah ini capek banget. Badanku kayak mau rontok macam ketombe yang digaruk-garuk. “Lho, anak Mama kenapa lemes gitu?” “Capek.” “Makanya cari suami biar ada yang kasih duit.” Nah. Mulaikan pembahasan soal jodoh. Males banget asli. “Mana oleh-oleh?” tanya mama sambil menyodorkan telapak tangan ke depan wajahku. Melihat kelakuan mama hanya bisa embusin napas kasar. “Kiki kerja bukan liburan, Ma.” “Iya tapikan sekalian dong, Ki. Tempelan kulkas gitu.” “Duh, Ma, tempelan kulkas beli aja di tanah abang banyak.” “Aiss ... Mama pengin yang dari luar negeri biar bisa pamer sama tetangga.” Ck! Kumatkan jiwa pamer mama. Pengin marah tapi nanti jadi anak durhaka. Duh, serba salah jadi anak. “Yaudah kapan-kapan.” Senyum mama langsung mengembang lebar saat aku bilang kapan-kapan. Padahal jujur aja nggak tahu juga kapan-kapannya tahun berapa nanti. Merasa benar-benar letih, aku memilih masuk ke kamar dan langsung berbaring. Bo

    Last Updated : 2024-09-07
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   008 - Boss Barunya Mirip Iblis

    Saat lagi fokus di depan laptop. Seperti biasa, aku melihat Joko tengah berjalan ke arahku membawa peralatan kebersihan lengkap yang menempel di badannya. Meski begitu aku tetap aja penasaran ada info atau gosip apa yang akan Joko sampaikan. Terlebih Joko mengepel sambil bersiul riang gembira. Joko berdeham yang membuatku menoleh ke arahnya. “Ada apa?” tanyaku yang nggak bisa menahan rasa penasaran dalam diriku sendiri. “Gapapa.” “Kok cengar-cengir gitu sih.” “Lagi seneng aja.” “Kenapa emangnya? Dapat tip dari Mbak Sila?” Joko menggeleng dengan bibir tersenyum. Sumpah Joko bikin aku penasaran sampai ubun-ubun. Terpaksa aku mengeluarkan duit dua puluh ribu kembalian naik taksi online tadi. Aku sodorkan ke arah Joko dan langsung diterima dengan cepat. Kampret emang anak satu ini. “Mbak Sila tadi ngomel-ngomel sama anak baru, katanya mau ke kantor apa mangkal gitu.” Aku langsung menatap ke arah Joko dengan tatapan kesal yang ditahan. Kalau begini doang tadi Mbak Sila udah kasih ka

    Last Updated : 2024-09-08
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   009 - Alasan Jomlo Lama

    Pas sampai depan rumah, aku langsung membayar taksi, dan berjalan secepat mungkin karena penasaran dengan tamu yang datang ke rumah. “Assalamualaikum,” salamku saat akan masuk rumah dan mataku langsung terbelalak nggak percaya siapa yang datang. “Hai adik manis,” katanya seperti biasa. Dengan cepat pula aku langsung menghampiri kakak ketemu gedeku, dan memeluknya erat. Sumpah, aku kangen banget sama dia. Mana sekarang dia sibuk banget ngurusin kafe yang cabangnya di mana-mana pula. “Kok bisa ada di sini sih? Sengaja ke sini apa gimana?” “Tadi nganterin cewekku main ke rumah temannya, di situ sih deketan.” “Oh ... sumpah aku kangen banget sama kamu, Kak.” Seperti biasa, dia selalu mengusap-ngusap kepalaku selayaknya adik kecilnya. Bahkan aku nggak peduli ada mama yang memperhatikan gerak-gerikku, yang mungkin baginya sangat terlihat murahan. Tapi, biarin ajalah. Toh, dia itu sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. “Ma, kenalin ini Kak Doni. Temen Kiki. Pas Kiki baru masuk ku

    Last Updated : 2024-09-09
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   010 - Circle Hidup Gue Itu-Itu Aja

    Sumpah aku benar-benar syok saat melihat siapa wanita bernama Zemira itu. Dia itu anaknya Tante Rania yang selalu jadi bahan perbandingan mama sama aku. “Kenal, Ki?” tanya Kak Doni yang melihatku diam dengan ekspresi begitu terkejut. Bahkan aku mengangguk pelan sebagai jawaban. “Kenal Kak, inikan Nasya.” “Ah, iya lupa. Orang-orang panggil dia Nasya.” “Dia nikah sama sahabatnya Kak Doni?” tanyaku dengan rasa penasaran. Kenapa hidup aku jadi berputar-putar dengan orang yang itu-itu saja. Circle kehidupanku rasanya ada yang nggak beres nih. “Iya, nikah sama Naren sahabat kecilku. Aku salut sama perjuangan cinta mereka, Ki. Kuat dan kokoh banget.” “Kenapa? Denger-denger dari tetangga yang hamilin Nasya masih saudara suaminya. Emang benar, Kak?” “Iya benar, masih saudara sepupu.” “Ih, gila ya,” komentarku mengenai kehidupan yang dialami oleh Nasya. Setahu aku juga Nasya ini dulu kuliah dan putus di tengah jalan karena hamil duluan. Dan nasib dia sekarang malahan jauh lebih baik diba

    Last Updated : 2024-09-10
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   011 - Deg-Degan Saat Berdua

    Entah kenapa aku mendadak deg-degan melihat ada Ryan yang duduk di kursi tunggu. Kira-kira dia mau ketemu sama siapa? Semua boss besar nggak ada di kantor saat ini. Bahkan aku mengabaikan Mbak Sila yang tengah menatapku dengan penuh tanda tanya. “Ada apa?” tanya Mbak Sila kembali. “Itu ada arsitek yang aku ceritain Mbak, dia yang duduk di sana sendirian.” Mbak Sila langsung menoleh dan memperhatikan Ryan kembali. Bahkan bisa aku lihat kalau mata ganjen Mbak Sila udah mulai beraksi. “Itu cakep banget, Ki. Udah pepet aja sih.” “Apaan sih, Mbak.” Aku merasa kalau Sofi, Priyo, bahkan Bang Rinto yang berjalan di depan pun ikutan berhenti dan menoleh ke arahku dan Mbak Sila. “Kalian bisik-bisik apaan sih?” tanya Priyo yang merasa curiga terhadapku dan Mbak Sila. “Ada cowok ganteng,” ceplos Mbak Sila yang bikin aku memejamkan mata. Sumpah ini mulut Mbak Sila mirip banget sama keran bocor. “Mana?” tanya Priyo kembali. “Itu yang lagi duduk di kursi tunggu,” kata Mbak Sila. Kini semu

    Last Updated : 2024-09-11
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   012 - Paling Malas Kondangan Ditanya Kapan Nyusul

    Saat ini kakiku tengah ragu melangkah ke dalam gedung resepsi pernikahan teman SMA—Cantika—Dia ternyata nikah sama Abangnya Ryan. Setelah hasil googling kemarin dan tahu silsilah mengenai keluarga Anggara ternyata memang benar yang menikah itu kakak kandungnya Ryan.“Hai, Ki,” sapa salah satu teman SMA-ku yang datang sama suaminya. Bahkan suaminya tengah menggendong balita usia setahunan gitu.“Hai,” balasku sambil meringis. Perasaanku mendadak nggak enak setelah saling sapa-sapaan. Apalagi temanku seperti mencari-cari seseorang di samping tubuhku.“Sendirian aja? Mana calonnya nih!?”Nah kan. Benar dugaanku. Males banget kalau datang ke kondangan itu ditanya masalah pasangan. Bisa nggak, sih, ngertiin perasaan jomlo sedikit saja. Meski kadang senyum, tapi jujur hatinya perih tahu.“Belum ada, Rat,” jawabku apa adanya.“Aduh kasihan banget, sih. Panji aja udah punya anak lho s

    Last Updated : 2024-09-12

Latest chapter

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Hidup Itu Pembelajaran

    Jujur saja saat ini Adeeva masih tidak menyangka jika Emilia tega melakukan ini semua kepadanya. Entah apa motifnya ia masih belum tahu.Kini Adeeva menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan semuanya. Namun, panggilannya belum juga diangkat-angkat.Disaat akan menyerah, mendadak telinga Adeeva mendengar suara gemeresak dari seberang telepon sana.“Hallo.”“Em.”“Oh, kau. Ada apa?”“Kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku? Apa salahku, Em!” Suara Adeeva tampak menggebu-gebu saat ini. Ia masih kesal dan tidak menyangka jika orang yang selama ini dipercaya dan sudah dianggap saudara justru tega melakukan ini semua kepadanya.“Kau bicara apa, sih?”Adeeva langsung tertawa hambar mendengar Emilia yang masih saja pura-pura tidak mengetahui rasa kekesalannya saat ini. Apa perlu Adeeva harus meledak-ledak secara gamblang agar perempuan di seberan

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Ditusuk Teman Dari Belakang

    Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Status Baru; Janda

    Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Sidang Cerai

    Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Balik Ke Indonesia

    Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Mediasi

    Hari ini Adeeva mendapat kabar jika Leonel tinggal di sebuah apartemen milik Darrel. Ternyata kehidupan Leonel selama seminggu ini ditanggung oleh Darrel. Dengan cepat pula Alex langsung menjemput Adeeva dan segera menuju ke kawasan El Born.Alex bilang jika Darrel memiliki apartemen di kawasan yang sangat sepi. Katanya dia lebih suka ketenangan dibanding hirup pikuk keramaian kota.Bahkan kawasan ini dihiasi jalan-jalan sempit hingga tampak sangat misterius. Tak pelak juga tempat ini banyak terdapat kafe kecil di sekitarnya untuk menikmati berbagai jenis minuman juga hidangan catalan.Mereka berdua pun memillih memarkirkan mobil di bahu jalan depan gedung apartemen. Alex dan Adeeva langsung berjalan menuju ke unit Darrel.Alex yang sudah pernah ke sini dan mengetahui password sahabatnya langsung memencetkan sederet password hingga suara ‘klik’ terdengar di telinganya juga Adeeva.“Alex … apa tidak apa-apa kita masuk?

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Gugatan Cerai

    Satu minggu sudah Adeeva melalui hari-harinya begitu berat. Bukan hanya dirinya saja, namun Marinka merasakan hal yang sama.Leonel bahkan tidak masuk kantor sudah semingguan ini. Parahnya, semua kunci mobil, ATM, beserta semua fasilitas lainnya dikirim ke mansion Marinka.Perempuan paruh baya itu merasa sedih dengan sikap Leonel yang sangat gegabah ini. Adeeva pun terus menguatkan Marinka. Entah dengan apa pria itu hidup saat ini jika semua fasilitas dikembalikan kepada Marinka.“Mom, dia pasti nanti kembali. Kau tenang saja, ya.”Marinka mengangguk dan kembali menguatkan Adeeva untuk tetap tabah dalam menghadapi ujian ini. Adeeva pun mendadak dapat telepon dari Indonesia—Bunda Kiki menelepon tiada henti yang membuat Adeeva mengerut bingung.Merasa penasaran membuat Adeeva mengangkat telepon itu dan menyapa bundanya dengan suara yang dibuat seceria mungkin agar tidak ketahuan.“Halo, Bunda,” sapanya dengan nada

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Tersayat Sembilu

    Rasa-rasanya saat ini Leonel masih belum bisa menerima kenyataan yang sesungguhnya jika ia bukanlah anak dari Marinka. Apalagi sikap Marinka sangat lembut dan benar-benar menunjukkan kasih sayangnya dengan tulus.Seusai mendengarkan kejujuran Marinka, Leonel langsung pamit pergi meninggalkan mansion. Bahkan saat berpapasan dengan Adeeva pun ia rasanya sangat malu menatap perempuan itu. Bahkan Leonel tidak berani menyapa atau mengajaknya bicara. Leonel terlalu malu. Sifat gengsi yang dimilikki masih menguasai otaknya hingga membuat Leonel tidak melakukan itu semua.Kini tujuannya pergi ke apartemen. Leonel berpikir jika ia sudah tidak pantas lagi menikmati kemewahan yang diberikan oleh Marinka. Leonel terlalu malu kepada perempuan itu. Leonel kesal karena diapit oleh dua perempuan sebaik Marinka juga Adeeva. Rasa-rasanya ia tidak pantas berada di dekat mereka berdua. Kedua perempuan itu hanya pantas berada dilingkungan orang-orang baik saja. Sedangnya dirinya? Hanya ora

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Fakta Menyakitkan

    Mendengar kenyataan pahit membuat Leonel merasa terpukul luar biasa. Apalagi ia tak pernah menduga jika selama ini Marinka bukanlah orangtua kandungnya. Sialnya, pria yang sangat Leonel benci justru mengalirkan darah brengseknya sangat deras kepadanya. Leonel hancur, kecewa, juga merasa patah mengetahui ini semua.Bahkan untuk pulang saat ini pun membuat Leonel merasa malu sendiri. Terlebih ia sudah sangat kejam memperlakukan Adeeva beberapa hari silam.“Bodoh! Kau benar-benar bodoh Leonel!” makinya merutuk.Tak lama sosok Elizabeth pun datang dengan cengiran khasnya. Perempuan itu langsung duduk di sampingnya dan mencium pipi seperti biasa.“Kenapa kau sangat kacau sekali habis berhadapan dengan wanita antah berantah itu? Apa kau kalah darinya?” cecar Elizabeth ingin tahu hasil perseteruan Leonel dengan Adeeva itu.Tak memedulikan pertanyaan Elizabeth membuat Leonel segera bergegas pergi untuk menanyakan kebenaran kepada Ma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status