Share

005 - Singapore

Author: Jezlyn
last update Last Updated: 2024-09-05 11:00:07

Menikah itu bukan perkara siapa cepat dia dapat.

Menikah itu soal ketepatan waktu.

Menikah itu ibadah, jadi dia akan menghampirimu di waktu yang tepat.

***

Bandara Internasional Changi, Singapura.

Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta—Singapore. Aku bersama Pak Haidar mampir di salah satu coffe shop di bandara. Pak Haidar sepertinya paham kalau aku sangat ngantuk. Bahkan bisa aku lihat di kaca kalau kantung mataku benar-benar hitam seperti panda.

"Tidur jam berapa, Ki?"

"Jam enam, Pak."

"Serius?"

"Serius, Pak."

"Maaf, Ki."

"Gapapa, Pak. Lagian ini tugas saya."

Bisa aku lihat kalau Pak Haidar sedikit merasa tidak enak mendengar kalau aku baru tidur jam enam pagi tadi, dan hebatnya jam delapan aku harus bangun. Dua jam aku memejamkan mata di dalam pesawat. Bisa kalian bayangkan betapa terasa melayang tubuhku saat ini.

Tak lama, pelayan datang membawa dua cangkir kopi pesananku dan Pak Haidar. Kali ini aku memesan kopi americano. Sesekali minum kopi pahit biar kita nggak kaget saat menjalani kehidupan yang pahit ini.

Aroma kopi yang mengepul membuat indra penciumanku terangsang. Dengan cepat aku mengambil cangkir dan menyeruput kopi sedikit demi sedikit, menikmati rasa kopi yang melewati lidah hingga tembus ke kerongkongan.

"Masih ngantuk?"

"Ah, tidak Pak."

Terpaksa aku berbohong di depan Pak Haidar. Jujur saja aku masih ngantuk banget pengin tidur. Bisa aku lihat kalau Pak Haidar sudah berdiri dari kursinya. Artinya kita harus siap untuk pergi ke tempat meeting sekarang juga.

Aku buru-buru menelepon pihak hotel untuk konfirmasi mengenai sopir, dan penginapan nantinya. Ternyata pihak hotel sudah mengirim sopir untuk kami.

"Gimana?"

"Mereka sudah kirim sopir, Pak. Katanya menunggu di penjemputan."

"Ya sudah kalau gitu kita jalan ke sana."

Aku melihat langkah kaki Pak Haidar yang terlihat begitu cepat. Nggak heran kalau perusahaan Pak Haidar bisa maju pesat seperti sekarang karena memang Pak Haidar orang yang benar-benar cekatan. Sudah berumur saja jalannya bisa cepat banget dibanding aku yang masih muda.

***

Setelah sampai hotel pun, Pak Haidar menyuruhku untuk istirahat sebentar karena beliau tak tega melihat mata aku yang sisa lima watt. Awalnya aku menolak karena acara meeting sebentar lagi, tetapi Pak Haidar menelepon langsung rekan bisnisnya untuk memundurkan waktu, dan akan bertemu meeting nanti malam. Jujur aja aku dengar seperti itu merasa nggak enak sendiri sama Pak Haidar. Aku takut dianggap karyawan belagu dan songong.

Namun tetap saja Pak Haidar tak mendengarkan protesanku. Beliau tetap saja keras kepala menyuruhku untuk tidur. Dengan terpaksa kini aku langsung merebahkan diri di atas kasur yang begitu empuk. Mataku langsung terpejam begitu saja.

Beberapa jam kemudian.

Drrt ... Drrt ... Drrt.

Telingaku mendengar suara getaran ponsel yang memang aku letakkan di atas nakas. Masih dengan rasa yang begitu mengantuk tanganku mulai meraba-raba ke arah nakas. Aku menggeser tombol hijau ke samping tanpa memedulikan siapa yang menelepon.

"Halo."

"Masih tidur, Ki?"

"Astaga," Aku terkejut ketika Pak Haidar yang menelepon. Dengan cepat pula aku langsung duduk. Mataku melotot ketika melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul setengah enam petang. Aku langsung merutuki diri dalam hati sambil mendengarkan segala perkataan yang diucapkan oleh Pak Haidar.

"Baik, Pak."

Aku mendesah lega ketika Pak Haidar tak memarahi. Dengan gerakan cepat aku meloncat dari kasur menuju ke arah kamar mandi.

Bego banget, kenapa bisa tidur kayak kebo begini, sih.

Kurang lebih dua puluh menitan mandi, aku sholat magrib terlebih dulu. Aku berdoa supaya meeting kali ini bisa lancar selancar jalan tol.

Selesai sholat, aku berdandan secantik mungkin. Tak lupa memakai pakaian begitu formal. Kemeja putih dikombinasi dengan rok span selutut berwarna cream. Tak lupa juga aku menutupi kemeja putih dengan blazer berwarna senada dengan rok yang aku pakai.

Sebelum keluar kamar, aku semprot parfum keseluruh tubuh agar wangi.

***

"Maaf banget, ya, Pak," kataku meminta maaf karena telat bangun tidur. Jujur aja aku nggak enak sama Pak Haidar. Baliau yang atasan tapi malah menungguku mandi dan lainnya.

"Tidak apa-apa, Ki."

Aku pun langsung menyiapkan dokumen serta menyalakan laptop. Tak lama aku mendengar suara bariton seseorang menyapa Pak Haidar. Kepalaku langsung mendongak menatap orang yang ... benar-benar sangat tampan. Jujur aja hatiku langsung merasa deg-degan.

"Sudah lama menunggu, Pak? Maaf tadi ada urusan sebentar," katanya sambil tersenyum begitu manis.

Sumpah demi neptunus itu cowok cakep banget anjir. Aku memperhatikan cowok itu yang tengah bersalaman dan kemudian menatap ke arahku.

"Ryan," katanya sambil mengulurkan tangan ke arahku.

"Sha-sha-shakira," balasku terbata. Dengan hati yang masih deg-degan aku menerima uluran tangannya.

Aku melihat cowok bernama Ryan itu duduk di ujung meja. Dengan cepat aku langsung membuka topik meeting malam ini.

"Jadi perusahaan kita nanti akan membangun sebuah resort di daerah universal studio. Dan, perusahaan kami ingin memiliki konsep yang sangat nyaman untuk pengunjung. Misi kami ingin para pengunjung itu betah saat menempati resort kami," ujarku panjang lebar.

Tak lama, Pak Haidar pun ikut membuka suara keinginannya. Cowok bernama Ryan pun hanya diam mendengarkan perkataan demi perkataan Pak Haidar.

"Oke, kalau mendengar keinginan dari Pak Haidar yang seperti itu. Saya memiliki konsep untuk membuat kolam renang outdoor, serta akan ada pemandangan akuarium yang membuat para pengunjung begitu nyaman."

"Oke, saya setuju saja," sahut Pak Haidar menanggapi pembicaraan cowok bernama Ryan itu.

Yang aku lakukan hanya mencatat poin-poin penting yang dibicarakan oleh Pak Haidar juga cowok bernama Ryan itu. Dan, aku baru tahu kalau Ryan ini seorang arsitek.

Selang berapa menit, datang laki-laki paruh baya bernama Abimana yang akan menjadi partner perusahaan Pak Haidar untuk pengolahan resort di Singaporenya.

Aku memperhatikan ketiga laki-laki yang tengah berdiskusi dengan begitu serius hingga tak terasa memakan waktu cukup lama.

"Oke, jadi saya sih setuju saja apa yang menurut Pak Haidar katakan pasti itu yang terbaik," ujar laki-laki paruh baya bernama Abimana itu.

"Oke, jadi keputusan seperti itu saja, ya, Pak. Kalau begitu sebaiknya kita makan terlebih dulu. Nggak terasa kita sudah berdiskusi cukup lama," kata Pak Haidar sambil terkekeh.

Aku melihat Ryan yang sibuk dengan tabletnya. Entah apa yang tengah dimainkan. Sepertinya sih tengah menggambar konsep resortnya. Entahlah.

Kini pelayan restoran pun datang untuk mencatat berbagai menu pesanan di meja 07 yang dibuat untuk meeting barusan. Aku pun ikut memesan, tak lupa kalau ketiga laki-laki itu selalu memesan wine.

Kondisi seperti ini sudah nggak asing bagiku. Yang terpenting kata mama harus bisa jaga diri di saat para bos-bos tengah minum alkohol. Soalnya takut mereka yang tak sadar akan berbuat macam-macam yang tidak diinginkan. Meski jujur aja sampai detik ini ketika menemani Pak Haidar meeting dengan berbagai klien aku tetap mendapat perlakuan baik dari para klien.

"Cheers," seru Pak Haidar yang mengangkat gelas berkaki agar semuanya bersulang.

Selesai makan, dan sedikit minum-minum. Kini Pak Haidar dan Pak Abimana pergi ke arah Marina Bay Sands untuk berkunjung ke Casino.

Aku? tentu saja masih di restoran bersama Ryan itu. Masih berlanjut membahas soal gambaran yang akan ditunjukkan oleh Ryan.

"Ini gambaran secara kasar aja, nanti saya tunjukkan kalau sudah bagus," katanya sambil memperlihatkan tabletnya ke arahku.

"Oke, memang butuh waktu berapa lama?"

"Kurang lebih semingguan."

"Hah!?" Aku terkejut mendengar waktu yang dibutuhkan oleh Ryan. " Apa nggak bisa lebih cepat? Soalnya besok saya dan Pak Haidar sudah kembali ke Jakarta."

"Its oke, saya pun besok kembali ke Jakarta."

"Lho, kamu ada kerjaan di Jakarta juga?"

"Kurang lebih seperti itu."

"Ya udah kalau gitu saya minta nomor ponsel kamu buat atur ketemu di Jakarta nanti."

Aku langsung mencatat nomor ponsel Ryan. Merasa sudah tak ada yang dibahas lagi, aku langsung pamit pergi.

"Sepertinya meeting kali ini cukupkan saja sampai di sini. Lagi pula para bos-bos saja sudah pergi terlebih dulu, hehehe."

"Iya, seperti itulah orang kalau memiliki jabatan. Tinggal alihkan saja kepada bawahan."

"Hehehe, iya betul."

Aku langsung berdiri. Aku menatap Ryan begitu canggung. Bingung antara mau salaman atau tidak.

"Kenapa?" tanyanya sambil mengerutkan kedua alisnya menatapku.

"Ah, gapapa. Kalau begitu selamat malam."

Aku langsung pergi meninggalkan restoran dengan hati yang begitu lega. Karena proses meeting kali ini bisa lancar. Aku melihat arloji yang menempel sudah menunjukkan waktu cukup larut. Sudah pukul sebelas malam.

"Tunggu."

Aku menoleh ke arah belakang. Ternyata itu suara Ryan yang menyuruhku berhenti.

"Iya."

"Maaf sedikit mengganggu, kamu pulang sendirian?"

"Iya."

"Mau saya antar?"

"Nggak usah, saya bisa pulang sendiri kok."

"Tapi ini udah malam banget. Bahaya buat cewek seperti kamu."

"Iya saya tahu ini udah malam, dan saya nggak mengatakan kalau ini siang, kan?"

Aku melihat Ryan terkekeh. Senyumnya begitu manis. Dengan cepat pula aku menyadarkan diri sebelum Ryan melihat kalau aku kagum melihat ketampanannya.

"Kamu ternyata ada bakat melawak."

"Ah nggak juga, lagipula saya bukan anaknya Sule atau Andre."

"Tuh kan, kamu sangat lucu."

Tanpa disadari ucapan Ryan bikin perutku mendadak mulas. Bukan ingin buang air besar tetapi terasa geli seperti ada yang menggelitikinya. Pipiku bahkan terasa panas dengan sendirinya.

"Ya sudah kalau begitu hati-hati, Shakira," katanya sambil tersenyum manis.

Aku pun mengangguk sebagai respon.

Tak ingin ketahuan, dengan cepat aku berbalik badan dan berjalan kencang menuju gedung sebelah. Di mana aku dan Pak Haidar menginap.

Setelah berjalan cukup lumayan, aku akhirnya sampai di dalam kamar hotel yang aku tempati. Bibirku langsung tersenyum begitu lebar. Tangan pun memegang dada, merasa jantungan saat ini.

Apa aku jatuh cinta pada pandangan pertama!?

Related chapters

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   006 - Back To Jakarta

    Pertemuan dengan Ryan kemarin benar-benar membawa efek tersendiri dalam jantungku. Pagi ini yang aku lakukan cuma memegang dada, memastikan kalau diriku nggak jantungan. "Kenapa, Ki?" "Ah, enggak, Pak." Malu. Ya, aku malu banget sumpah lagi ngelamun tapi ketahuan sama boss besar. Terlebih pipi kayaknya panas banget pula. Buat goreng telur kayaknya mateng nih. Akhirnya aku berdeham pelan sebelum memutuskan untuk mengajak Pak Haidar buat ngobrol masalah proyek semalam yang dibahas. Terlebih proyek itu tidak bisa selesai di Singapura. Alhasil aku dan Pak Haidar kembali ke Jakarta pagi ini. "Pokoknya, saya serahkan ke kamu, Ki," kata beliau saat membahas proyek Singapore ini. "Iya, Pak." "Nanti saya di Papua itu kurang lebih sebulanan, jadi nanti tolong kamu ajari anak saya masalah kantor di sini. Dia belum terlalu mengusai perusahaan," ujar beliau menceritakan anaknya yang super duper tampan. "Baik, Pak." "Tidak salah kalau HR memilih kamu sebagai sekertaris saya. Sudah cantik.

    Last Updated : 2024-09-06
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   007 - Ketemuan Di Mal

    “Assalamualaikum,” salamku dengan suara yang sedikit lirih. Sumpah ini capek banget. Badanku kayak mau rontok macam ketombe yang digaruk-garuk. “Lho, anak Mama kenapa lemes gitu?” “Capek.” “Makanya cari suami biar ada yang kasih duit.” Nah. Mulaikan pembahasan soal jodoh. Males banget asli. “Mana oleh-oleh?” tanya mama sambil menyodorkan telapak tangan ke depan wajahku. Melihat kelakuan mama hanya bisa embusin napas kasar. “Kiki kerja bukan liburan, Ma.” “Iya tapikan sekalian dong, Ki. Tempelan kulkas gitu.” “Duh, Ma, tempelan kulkas beli aja di tanah abang banyak.” “Aiss ... Mama pengin yang dari luar negeri biar bisa pamer sama tetangga.” Ck! Kumatkan jiwa pamer mama. Pengin marah tapi nanti jadi anak durhaka. Duh, serba salah jadi anak. “Yaudah kapan-kapan.” Senyum mama langsung mengembang lebar saat aku bilang kapan-kapan. Padahal jujur aja nggak tahu juga kapan-kapannya tahun berapa nanti. Merasa benar-benar letih, aku memilih masuk ke kamar dan langsung berbaring. Bo

    Last Updated : 2024-09-07
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   008 - Boss Barunya Mirip Iblis

    Saat lagi fokus di depan laptop. Seperti biasa, aku melihat Joko tengah berjalan ke arahku membawa peralatan kebersihan lengkap yang menempel di badannya. Meski begitu aku tetap aja penasaran ada info atau gosip apa yang akan Joko sampaikan. Terlebih Joko mengepel sambil bersiul riang gembira. Joko berdeham yang membuatku menoleh ke arahnya. “Ada apa?” tanyaku yang nggak bisa menahan rasa penasaran dalam diriku sendiri. “Gapapa.” “Kok cengar-cengir gitu sih.” “Lagi seneng aja.” “Kenapa emangnya? Dapat tip dari Mbak Sila?” Joko menggeleng dengan bibir tersenyum. Sumpah Joko bikin aku penasaran sampai ubun-ubun. Terpaksa aku mengeluarkan duit dua puluh ribu kembalian naik taksi online tadi. Aku sodorkan ke arah Joko dan langsung diterima dengan cepat. Kampret emang anak satu ini. “Mbak Sila tadi ngomel-ngomel sama anak baru, katanya mau ke kantor apa mangkal gitu.” Aku langsung menatap ke arah Joko dengan tatapan kesal yang ditahan. Kalau begini doang tadi Mbak Sila udah kasih ka

    Last Updated : 2024-09-08
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   009 - Alasan Jomlo Lama

    Pas sampai depan rumah, aku langsung membayar taksi, dan berjalan secepat mungkin karena penasaran dengan tamu yang datang ke rumah. “Assalamualaikum,” salamku saat akan masuk rumah dan mataku langsung terbelalak nggak percaya siapa yang datang. “Hai adik manis,” katanya seperti biasa. Dengan cepat pula aku langsung menghampiri kakak ketemu gedeku, dan memeluknya erat. Sumpah, aku kangen banget sama dia. Mana sekarang dia sibuk banget ngurusin kafe yang cabangnya di mana-mana pula. “Kok bisa ada di sini sih? Sengaja ke sini apa gimana?” “Tadi nganterin cewekku main ke rumah temannya, di situ sih deketan.” “Oh ... sumpah aku kangen banget sama kamu, Kak.” Seperti biasa, dia selalu mengusap-ngusap kepalaku selayaknya adik kecilnya. Bahkan aku nggak peduli ada mama yang memperhatikan gerak-gerikku, yang mungkin baginya sangat terlihat murahan. Tapi, biarin ajalah. Toh, dia itu sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. “Ma, kenalin ini Kak Doni. Temen Kiki. Pas Kiki baru masuk ku

    Last Updated : 2024-09-09
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   010 - Circle Hidup Gue Itu-Itu Aja

    Sumpah aku benar-benar syok saat melihat siapa wanita bernama Zemira itu. Dia itu anaknya Tante Rania yang selalu jadi bahan perbandingan mama sama aku. “Kenal, Ki?” tanya Kak Doni yang melihatku diam dengan ekspresi begitu terkejut. Bahkan aku mengangguk pelan sebagai jawaban. “Kenal Kak, inikan Nasya.” “Ah, iya lupa. Orang-orang panggil dia Nasya.” “Dia nikah sama sahabatnya Kak Doni?” tanyaku dengan rasa penasaran. Kenapa hidup aku jadi berputar-putar dengan orang yang itu-itu saja. Circle kehidupanku rasanya ada yang nggak beres nih. “Iya, nikah sama Naren sahabat kecilku. Aku salut sama perjuangan cinta mereka, Ki. Kuat dan kokoh banget.” “Kenapa? Denger-denger dari tetangga yang hamilin Nasya masih saudara suaminya. Emang benar, Kak?” “Iya benar, masih saudara sepupu.” “Ih, gila ya,” komentarku mengenai kehidupan yang dialami oleh Nasya. Setahu aku juga Nasya ini dulu kuliah dan putus di tengah jalan karena hamil duluan. Dan nasib dia sekarang malahan jauh lebih baik diba

    Last Updated : 2024-09-10
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   011 - Deg-Degan Saat Berdua

    Entah kenapa aku mendadak deg-degan melihat ada Ryan yang duduk di kursi tunggu. Kira-kira dia mau ketemu sama siapa? Semua boss besar nggak ada di kantor saat ini. Bahkan aku mengabaikan Mbak Sila yang tengah menatapku dengan penuh tanda tanya. “Ada apa?” tanya Mbak Sila kembali. “Itu ada arsitek yang aku ceritain Mbak, dia yang duduk di sana sendirian.” Mbak Sila langsung menoleh dan memperhatikan Ryan kembali. Bahkan bisa aku lihat kalau mata ganjen Mbak Sila udah mulai beraksi. “Itu cakep banget, Ki. Udah pepet aja sih.” “Apaan sih, Mbak.” Aku merasa kalau Sofi, Priyo, bahkan Bang Rinto yang berjalan di depan pun ikutan berhenti dan menoleh ke arahku dan Mbak Sila. “Kalian bisik-bisik apaan sih?” tanya Priyo yang merasa curiga terhadapku dan Mbak Sila. “Ada cowok ganteng,” ceplos Mbak Sila yang bikin aku memejamkan mata. Sumpah ini mulut Mbak Sila mirip banget sama keran bocor. “Mana?” tanya Priyo kembali. “Itu yang lagi duduk di kursi tunggu,” kata Mbak Sila. Kini semu

    Last Updated : 2024-09-11
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   012 - Paling Malas Kondangan Ditanya Kapan Nyusul

    Saat ini kakiku tengah ragu melangkah ke dalam gedung resepsi pernikahan teman SMA—Cantika—Dia ternyata nikah sama Abangnya Ryan. Setelah hasil googling kemarin dan tahu silsilah mengenai keluarga Anggara ternyata memang benar yang menikah itu kakak kandungnya Ryan.“Hai, Ki,” sapa salah satu teman SMA-ku yang datang sama suaminya. Bahkan suaminya tengah menggendong balita usia setahunan gitu.“Hai,” balasku sambil meringis. Perasaanku mendadak nggak enak setelah saling sapa-sapaan. Apalagi temanku seperti mencari-cari seseorang di samping tubuhku.“Sendirian aja? Mana calonnya nih!?”Nah kan. Benar dugaanku. Males banget kalau datang ke kondangan itu ditanya masalah pasangan. Bisa nggak, sih, ngertiin perasaan jomlo sedikit saja. Meski kadang senyum, tapi jujur hatinya perih tahu.“Belum ada, Rat,” jawabku apa adanya.“Aduh kasihan banget, sih. Panji aja udah punya anak lho s

    Last Updated : 2024-09-12
  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   013 - Kondangan Yang Bikin Pusing

    Jujur aja aku nggak nyangka banget bakalan bisa ketemu sama Kak Doni diacara kondangan seperti ini. Lagian terakhir ketemu pas dia main ke rumah habis itu nggak ada kontekan sama sekali.“Kok, kamu di sini, Ki?”“Lagi kondangan. Kak Doni ngapain di sini?”“Ya, aku juga kondangan.”Aku mengangguk paham. Mungkin Kak Doni itu temannya Surya, mempelai laki-laki. Tapi, ada hal yang bikin aku terkejut saat Kak Doni menyapa Ryan.“Hai, bro, kenapa di sini? Bukannya di sana sama keluarga.”“Males ah. Entar ditanya sama Ibu kapan nikah.”“Whoa, cocok nih,” seru Doni yang justru langsung menarik lenganku dan menghadapkan ke arah Ryan. Sumpah aku masih nggak paham dengan semua ini. “Kiki juga jomlo.”“Kak, apaan sih,” ketusku sewot sama Kak Doni.“Hahaha, ini lho, Ki. Teman yang aku ceritain sama kamu itu.”“Hah, maksudnya? Cowok bangsad yang suka gangguin istri sahabat Kak Doni?”Aku mendengar R

    Last Updated : 2024-09-13

Latest chapter

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   246 - Extra Chapter - Didikan Desi Untuk Adeeva

    Hari ini Adeeva berangkat sekolah seperti biasanya. Akan diantar sang Ayah, dan dijemput oleh Kiki dengan taksi online.Namun hari ini grandma-nya sudah meminta izin untuk menjemput sang cucu agar bisa bermain di rumahnya.Tentu saja Desi saat ini sedang bermain dengan sang cucu. Hidupnya merasa bahagia semenjak ada sang cucu karena buat pelipur laranya dikala sepi seperti ini.“Grandma tadi Tio nakal dong sama Deepa.”“Terus?’“Deepa injek kakinya aja dong, eh dia nangis dong.”“Wah cucu Grandma pinter. Nah gitu Adeeva kalau ada yang nakal hajar aja langsung nggak usah takut. Jangan lemah pokoknya. Kalau ada yang macam-macam Adeeva kudu bisa jaga diri, ya.”“Oke Grandma. Tapi Bunaa suka marah-marah.”“Nggak usah dengarin Bunda. Biasalah Bundamu kurang gahul. Nggak kayak Grandma.”Adeeva terkikik geli mendengar ucapan sang nenek. Tak lama Desi mengam

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   245 - Extra Chapter - Buat Adik Untuk Adeeva

    Lima tahun kemudian.“Bunaaaaa!”“Iya Adeeva, ada apa sayang?”“Kakak nakal, masa Deepa mau pinjam mobilan nggak boleh dong,” adu anak perempuan berusia enam tahun ini.Kiki yang mendengar hanya mengusap kepala anaknya saja, dan tak lama datang seorang Danis membawa mobil-mobilannya.“Bukan gitu Tante Bunda, Danis melarang Adeeva biar dia main barbie saja.”Kiki langsung mengangguk paham. Apalagi anak perempuannya ini bisa tergolong nakal karena sering berantem di sekolah TK-nya. Lain hal dengan Danis yang dianugerahi otak yang cerdas hingga sudah duduk dibangku sekolah dasar. Bahkan Danis sempat lompat kelas saking cerdasnya.“Adeeva harus nurut dong sama Kakak.”Merasa tidak dibela oleh bundanya membuat Adeeva mencari pembelaan lain. Yaitu Ayahnya yang selalu membela apapun yang dilakukannya.Buru-buru Adeeva langsung berlari ke dalam rumah sambil berteriak me

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   244 - Extra Chapter - HBD Adeeva

    Enam Bulan Kemudian.Tepat hari ini Adeeva merayakan ulang tahun yang pertama. Ryan dan Kiki merayakan secara besar-besaran sekaligus mengenalkan kepada kerabat jika dirinya sudah memiliki putri yang sangat cantik seperti Adeeva.Sengaja saat Kiki hamil dan Adeeva masih berusia di bawah setahun tak banyak kasih tahu kerabat. Bukan gimana-gimana, Ryan ingin menjaga Kiki dan Adeeva dari pertanyaan-pertanyaan orang yang membuat mood istrinya down.Apalagi setelah melahirkan emosi Kiki langsung naik turun tidak jelas. Ryan benar-benar ingin semuanya siap.“Selamat ulang tahun Adeeva,” kata sang nenek.“Makasih Nenek.” Kiki menjawab ucapan dari Nina yang memberikan kado untuk cucunya itu. Kado yang sangat terbungkus rapat dan besar.“Halo Adeeva cucu grandma. Selamat ulang tahun cucuku,” ujar Desi yang langsung cipika cipiki kepada Adeeva dengan gemas. “Pokoknya Adeeva akan jadi wanita super nanti,&

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   243 - Extra Chapter - Didikan Ryan Dan Kiki Yang Beda

    Satu Bulan Kemudian.Sudah satu bulan ini baik Kiki dan Ryan menjadi orangtua Adeeva. Kiki yang sering bergadang pagi ini terasa sangat mengantuk.Dan sebulan ini juga Kiki selalu ditemani sang mama untuk mengajari caranya memandikan bayi, membedong, dan semuanya.Merasa masih baru jadi orangtua membuat Kiki masih kaku dan bingung. Namun perlahan tapi pasti membuatnya mengerti jika menjadi seorang Ibu muda itu tak gampang.Apalagi terkadang Kiki suka terpancing emosi jika Adeeva yang terus menangis, dan tidak mau diberi susu olehnya. Kiki akan ikutan menangis bersama sang anak yang membuat Ryan langsung terbangun karena mendengar suara tangis istri dan anaknya.Namun, berkat sang mama terkadang Adeeva diam karena ditimang-timang dengan waktu cukup lama. Sedangkan Kiki merasa capek juga menyesal karena suka gregetan sendiri dengan Adeeva.“Pagi putrinya ayah yang paling cantik sedunia,” sapa Ryan kepada anaknya yang sedang menggig

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   242 - Extra Chapter - Hello! Adeeva Putri Anggara

    Suara bayi langsung menggema di ruangan persalinan yang membuat sepasang suami istri ini langsung menangis bahagia.Ryan yang bisa melihat proses perjuangan sang istri langsung mengecup keningnya lembut serta segera menggendong buah hatinya untuk segera diadzani setelah habis disedot lender dari saluran hidung dan mulutnya. Bersamaan itu juga bayi sudah di tes apgar.Selesai dengan itu Ryan langsung kembali ke istrinya yang masih dibersihkan oleh tenaga medis. Sang buah hati pun diambil kembali untuk ditimbang dan diukur tubuhnya. Tak lupa juga langsung diserahkan ke Kiki agar bisa IMD.Setelah satu jam melakukan IMD, bayi tersebut langsung diambil untuk pemberian salep mata dan pemberian vitamin K1 dan vaksin hepatitis B.Lain hal dengan Kiki yang masih merasakan sakit setelah organ sensitifnya dijahit luar dalam karena mengalami perobekan yang cukup parah.“Mas, anak kita cantik banget, ya,” gumam Kiki.“Iya sayang, dia s

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   241 - Extra Chapter - Proses Persalinan

    Saat sudah sampai depan rumah, yang dilakukan Ryan langsung berhenti matiin kunci gas dan lari tanpa mengambil kunci kontak-nya. Pikirannya justru saat ini hanya kondisi sang istri. Pasalnya baru aja tadi pelukan tiba-tiba kontraksi, sih.Deru napas Ryan sangat terdengar ngos-ngosan sekali, ia justru menatap heran sang istri yang masih duduk tenang di atas ranjang sambil melihat mama mertuanya sedang siap-siap.Matanya ia pejamkan dan kakinya mulai melangkah masuk. “Sayang,” lirihnya.Kiki menoleh dan terkejut dengan keberadaan Ryan yang bisa secepat kilat. “Lho, Mas. Kamu sudah balik lagi aja.”“Aku tadi ngebut di jalan. Baru juga diomongin tadi mau berangkat kerja. Emang nggak ngerasain mules atau apa gitu?”“Kiki sebetulnya mules dari semalam tuh, Yan. Tapi dia diem aja nggak kasih tahu kita katanya takut panik atau khawatir.” Desi mengadukan kelakuan sang anak yang menggampangkan sesuatu.R

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   240 - Extra Chapter - Kontraksi

    Dua bulan kemudian.Setelah acara tujuh bulannan sekitar dua bulan lalu, Kiki kini tinggal menunggu hari kelahiran sang putri. Bahkan rumahnya saat ini sudah dibuat kamar khusus sang jabang bayi.Setiap pagi seperti ini Kiki akan melakukan olahraga ringan dengan jalan kaki sekitaran rumah saja. Katanya agar nanti pas proses persalinan bisa lancar.Tentu saja setiap olahraga sang suami selalu menemani tanpa hari libur seperti ini. Ryan selalu menjadi suami yang siaga. Bahkan terkadang dia rela kalau malam tak tidur hanya untuk menemani Kiki yang memang sudah kesulitan tidur.“Huuuuuufft, sumpah makin nyesek aja buat napas.”Ryan menyuruh Kiki untuk duduk di kursi panjang yang terbuat dari besi. Ryan meluruskan kaki sang istri yang saat ini sangat tampak bengkak di telapaknya.Ada rasa kasihan melihat Kiki yang kesulitan bangun bahkan tidur. Apalagi kalau Kiki sudah merasa sesak napas Ryan akan langsung panik sendiri.&ldquo

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   239 - Extra Chapter - Tujuh Bulanan Doni Marah-Marah

    Beberapa bulan kemudian.Tepat hari ini Ryan dan Kiki melangsungkan acara tujuh bulanan. Seluruh keluarga datang kediaman Kiki dan Ryan untuk meramaikan acara tersebut.Apalagi baik Ryan dan Kiki masih memiliki darah keturunan Jawa yang memang harus melakukan tujuh bulanan atau empat bulanan jika anak pertama.Acara tersebut pun berjalan dengan lancar saat ini. Kiki yang merasa perutnya sudah semakin membesar kini sering terasa cepat capek luar biasa.Napasnya saja kini semakin sulit karena merasa tertekan oleh perutnya. “Mas, napasku sesak banget.”“Mau napas buatan?”“Aissh … kamu ini sukanya ngelawak.”“Aku nawarin beneran lho nggak lagi ngelawak. Lagian nggak bakat ngelawak juga. Kalau bakat aku mau daftar di ovj.”“Aisssh … sudahlah, aku mau tidur. Capek. Ngantuk.”Ryan membiarkan saja istrinya tidur. Lagian mamanya selalu bilang kalau wanita

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   238 - Extra Chapter - Belanja Pakaian Bayi Tapi Debat

    Setelah beberapa bulan menjadi wanita hamil dan usia kehamilannya sudah cukup untuk mengetahui jenis kelaminnya. Kini baik Kiki dan Ryan akan melihat jenis kelaminnya.Kiki dan Ryan tampak melihat layar monitor untuk melihat pergerakan janin di dalam perut Kiki.“Jenis kelaminnya perempuan,” kata sang dokter.“Yes, bisa besanan,” seru Kiki semangat yang membuat Ryan menatap bingung dan curiga.“Sama siapa?”“Kaila Melviano. Mau aku jodohin sama Matheo.”“NO!” Ryan menggeleng kuat. “Aku bapaknya bakalan lihat pria mana yang tulus untuk anakku.”Kiki berdecih sebal. “Tapikan aku Bundanya.”“Aku Ayahnya. Nggak ada juniorku kamu nggak akan hamil.”Kiki langsung kicep dan malu mendengarnya. Apalagi sang dokter yang memeriksa ikut tersenyum meski aslinya ingin tertawa.Tak ingin tambah malu membuat Kiki bangkit dari brangkar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status