Kisah ini adalah sekuel dari novelku berjudul THE LADIES : TARUHAN CINTA TIGA DARA. Harvey, Isaac, Fritz, dan Jacob merupakan keempat pria tampan yang selalu digandrungi oleh banyak kaum hawa. Bagaimana mereka tidak menjadi rebutan para pria itu memiliki segalanya yang diimpikan oleh banyak wanita sebagai calon pendamping yang mapan dan berkelas. Keempatnya berwajah sangat tampan blasteran Indonesia dan beberapa negara di benua eropa, yang membuat mereka semakin populer dikalangan para wanita. Bukan hanya itu saja, mereka juga memiliki kekayaan yang sangat berlimpah ruah. Saat ini keempatnya telah menjadi pemimpin di masing-masing perusahaan besar. Yang membuat mereka menjadi rebutan para wanita di mana-mana. Namun sayangnya, keempat pria tampan itu memiliki kesulitan untuk mencari pasangan yang benar-benar tulus mencintai mereka, tanpa modus ataupun hanya mengincar kekayaan saja. Harvey, Isaac, Fritz, dan Jacob malah tergila-gila dengan keempat gadis yang baru saja lulus kuliah, yang bernama Eva, Leticia, Josie, dan Kiran. Para pria itupun sangat berjuang untuk meluluhkan hati wanita pujaannya. Akan tetapi mereka banyak melewati rintangan. Apalagi gadis-gadis itu tidak mau terikat dengan hubungan percintaan. Mereka memiliki prinsip ingin menjadi wanita independen dan mengejar karier sampai sukses. Mampukah keempat pria tampan itu, meluluhkan hati mereka? Bagaimana dengan restu para orang tua? Terutama para ayah yang tidak mau sembarangan putrinya bergaul dengan pria dewasa. Apakah para pria tersebut mendapat dukungan dari ibu-ibu mereka? "Mampukah keempatnya meluluhkan hati para gadis itu? Apakah mereka memiliki saingan untuk mendapatkan hati para wanita kesukaannya? Penasaran kisah mereka? Yuk, mari dibaca! Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta nomor 28 tahun 2014.
ดูเพิ่มเติมMalam hampir tiba di kediaman megah Keluarga Edward, namun suasana di dalam rumah terasa tegang. Tuan Edward mondar-mandir di ruang tamu, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Putri kesayangannya, Josie, belum juga pulang dari kampus, padahal langit sudah mulai gelap.Nyonya Agnes, istri Tuan Edward, duduk di sofa dengan ponsel di tangannya. Dia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Josie, akan tetapi tidak ada jawaban. Sang nyonya rumah menghela napas, menatap suaminya yang tampak semakin gelisah.“Mas Edward, tenanglah. Mungkin Josie sedang sibuk dan lupa waktu,” ujar Nyonya Agnes dengan nada menenangkan, meskipun di dalam hatinya, dia juga merasa cemas.Tuan Edward berhenti berjalan dan menatap istrinya dengan mata yang tajam. “Sibuk apa, Agnes? Ini sudah hampir malam! Seharusnya dia sudah pulang. Baiklah aku akan menelepon Isaac dan Jacob,” serunya sambil mengambil ponsel dari saku celananya.Dengan cepat, Tuan Edward menekan nomor Isaac, putra sulungnya. Nada sambun
Matahari sudah hampir tenggelam ketika Jacob dan Evanora, yang akrab dipanggil Eva, akhirnya sampai di kediaman Keluarga Eva setelah hampir seharian berjalan-jalan mengelilingi Kota Jakarta. Hari ini, mereka mengunjungi berbagai tempat menarik, termasuk Aquarium Safari, menikmati pemandangan kota, dan mencicipi kuliner lokal. Bagi Jacob, hari ini adalah kesempatan berharga untuk bisa menghabiskan waktu bersama Eva, sahabat sekaligus gadis yang diam-diam dirinya cintai.Sesampainya di depan rumah, Jacob keluar dari mobil dan bergegas membukakan pintu mobil untuk Eva. "Terima kasih, Jacob. Hari ini benar-benar menyenangkan," ucap Eva sambil tersenyum hangat.Jacob membalas senyuman itu. "Sama-sama, Eva. Aku senang kamu menikmatinya."Ketika mereka berjalan menuju pintu rumah, Nyonya Arlyn, ibunda dari Eva, sudah menunggu di depan dengan senyum lebar. "Oh, kalian akhirnya pulang juga! Bagaimana hari kalian?" tanyanya dengan penuh antusias.Jacob tersenyum sopan. "Kami baru saja pulan
Di Kediaman Elwood, Suasana terasa tegang. Sore itu, matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menciptakan bayangan panjang di sepanjang teras rumah mewah milik Keluarga Elwood. Tuan King Elwood, seorang pengusaha kaya raya dengan rambut yang mulai memutih di pelipisnya, tampak mondar-mandir dengan penuh kemarahan. Matanya tajam menatap ke arah Asisten Arga, yang berdiri dengan gelisah di pintu depan rumah. Arga, seorang pria muda dengan setelan rapi, tampak canggung dan sedikit gemetar. Dia baru saja mengembalikan mobil Kiran, putri kesayangan Tuan King, setelah mengantarnya pergi bersama Fritz, CEO muda yang ambisius dan penuh percaya diri. “Kenapa kamu yang mengembalikan mobil ini?” tanya Tuan King dengan suara berat dan penuh curiga. “Di mana Kiran? Dan di mana Fritz?” Arga menelan ludah, merasa tekanan semakin besar. “Maaf, Tuan King. Saya hanya diminta oleh Bos Fritz untuk mengembalikan mobil Nona Kiran. Saat ini mereka masih di luar, seperti ada sedikit urusan penting,” ja
Kembali kepada Isaac dan Leticia,Setelah puas menikmati pemandangan hamparan kebun teh di puncak Bogor, Isaac dan Leticia pun lalu melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pas Cisarua. Mereka menyusuri jalan yang berkelok dengan suasana pegunungan yang sejuk, diselingi dengan percakapan ringan di dalam mobil.“Sampai juga kita di Puncak Pas, Leticia,” ucap Isaac dengan nada semangat setelah mereka memasuki area tersebut.Leticia, yang duduk di sebelahnya, tersenyum tipis. “Iya, akhirnya. Setelah perjalanan panjang, ya,” jawabnya sambil memandang ke luar jendela mobil, melihat pemandangan yang begitu memukau dengan kabut tipis yang mulai turun, menambah suasana sore yang syahdu.Isaac memarkir mobil di sebuah area parkir dekat kafe yang cukup terkenal di kalangan wisatawan. Kafe ini dikenal dengan suasananya yang nyaman dan menyajikan berbagai camilan khas Bogor yang menggugah selera. “Ayo, kita nongkrong sebentar di kafe itu. Aku dengar kafe tersebut menyajikan makanan khas Bogor yang e
Setelah berpisah dengan Harvey dan Josie di Mall Senayan City, Fritz mengarahkan mobilnya ke area Jakarta Utara. Di sampingnya duduk Kiran, gadis yang selama ini diam-diam disukai olehnya. Saat ini Kiran mengenakan gaun sederhana berwarna pastel yang membuatnya terlihat anggun dan bersahaja. Di dalam mobil, suasana awalnya sedikit canggung. Fritz mencoba mengalihkan perhatiannya dari kecantikan Kiran dengan memusatkan pandangannya ke jalan. “Oh iya, Kiran,” kata Fritz akhirnya, memecah keheningan.“Kamu bilang tadi bawa mobil sendiri bersama Josie, ya?”Kiran menoleh dan tersenyum kecil. “Iya, tadi aku memang bawa mobil sendiri. Tapi sekarang Josie sama Harvey. Jadi mobilku masih di parkiran.”Fritz mengangguk. “Kalau begitu, biar asistennya aku, Arga, yang urus mobilmu. Nanti dia bisa jemput mobil kamu di sana dan bawakan ke rumahmu.”Kiran tampak terkejut tapi senang mendengar tawaran itu. “Wah, terima kasih banyak, Fritz. Kamu benar-benar baik.”“Apa sih yang nggak buat kamu, Ki
Setelah menikmati tantangan adrenalin di sirkuit Sentul yang penuh dengan tikungan tajam dan kecepatan tinggi, Harvey dan Josie meninggalkan lintasan dengan penuh semangat. Keduanya memutuskan untuk melanjutkan sore mereka di Teras Sentul, sebuah kafe yang menawarkan pemandangan pegunungan dan suasana tenang. Cuaca yang teduh dengan angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan mereka.Sepasang muda-mudi itu memilih untuk duduk di sudut kafe yang menghadap langsung ke perbukitan hijau. Harvey lalu memesan dua mocktail jus buah, sementara Josie memilih beberapa camilan khas Indonesia antara lain klepon dengan gula merah yang meleleh di dalamnya, moci yang kenyal, dan beberapa kue tradisional lainnya seperti kue putu dan lemper. Josie tersenyum kepada pria tampan itu sambil menyantap kue klepon, “Kamu tahu, Kak Harvey, hari ini benar-benar sangat menyenangkan! Rasanya sudah lama aku tidak merasa se-excited ini.”Harvey mengangguk sambil tersenyum. “Oh, yeah?” tutur Harvey sambil tersenyum.“
Setelah bertemu di sebuah kafe, di Mall Senayan City, Harvey dan Fritz langsung menyapa Josie dan Kiran. Mereka berempat berbicara sejenak, mengobrol tentang rencana mereka untuk hari itu. Fritz kemudian memutuskan untuk mengajak Kiran ke suatu tempat yang tidak disebutkan, meninggalkan Harvey dan Josie untuk tetap berada di dalam mall.Josie, dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Harvey berdegup lebih cepat, menatapnya dengan penuh semangat. "Kak Harvey, aku ingin ke toko buku. Ada beberapa novel yang ingin aku beli. Kamu mau ikut?"Harvey, seorang pengusaha sukses yang sudah lama menyukai Josie, tentu saja tidak menolak. “Tentu saja, Josie. Aku akan senang menemanimu,” jawabnya dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya. Mereka berdua lalu berjalan berdampingan menuju toko buku, melewati keramaian mall dengan percakapan ringan.Setibanya di toko buku, Josie langsung menuju ke rak novel favoritnya. Dia tampak sangat antusias, matanya berbinar saat melihat der
Di tempat lain di Kota Jakarta,Jacob, CEO muda yang penuh pesona dengan rambut hitam yang tertata rapi dan setelan kasual yang elegan, tampak sangat antusias hari itu. Dia baru saja menjemput Evanora, sahabat baik sekaligus gadis yang diam-diam dia cintai sejak dulu, dari kampusnya. Meskipun mereka sudah lama bersahabat, perasaannya pada Evanora selalu disembunyikan dengan baik di balik senyum dan candaannya. Hari ini, Jacob berencana memberikan kejutan istimewa untuk Evanora dengan mengajaknya menjelajahi dunia bawah laut di Jakarta Aquarium Safari.Evanora, yang baru saja selesai dengan kelas paginya, tampak terkejut dan senang ketika dengan beraninya Jacob menggandeng tangannya keluar dari kafetaria kampus. "Jacob! Kita mau ke mana ?" tanyanya dengan senyum lebar yang menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi. Mata hitamnya berbinar penuh kegembiraan.Jacob tersenyum dan menjawab dengan nada ceria, "Aku pikir hari ini kita perlu istirahat dari segala rutinitas, jadi aku da
Mobil sport berwarna hitam yang dikendarai Isaac melaju dengan kecepatan stabil, melintasi jalanan Kota Jakarta yang semakin ramai dengan lalu lintas pagi. Isaac, seorang CEO muda yang penuh karisma, tampak santai di belakang kemudi. Di sebelahnya, Leticia duduk dengan perasaan campur aduk antara bingung, penasaran, dan sedikit kesal. Isaac baru saja menjemputnya dari kampus dengan cara yang tidak biasa, dia tiba-tiba muncul di depan gerbang kampus dengan mobilnya, mengejutkan Leticia yang baru selesai dengan kelas paginya."Aku masih nggak percaya kamu datang ke kampusku tadi." Leticia membuka percakapan dengan nada setengah mengeluh, namun ada sedikit senyuman di sudut bibirnya. "Kamu bikin heboh satu kampus, tahu!"Isaac tertawa kecil sambil melirik Leticia dengan tatapan nakal. "Aku kan cuma mau bikin kejutan. Lagipula, kapan lagi aku bisa jemput seorang gadis cantik langsung dari kampusnya?"Leticia mendengus, mencoba menahan senyumnya. "Ya, ya, terserah kamu deh. Tapi sekara
Di sebuah kampus ternama di Kota Jakarta,Isaac, sang pengusaha muda sukses, sedang berdiri di tengah keramaian kampus Leticia, matanya terus mencari-cari keberadaannya. Dia sudah merencanakan hari ini dengan baik. Pria itu ingin mengajak gadis pujaan hatinya untuk berjalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama.Isaac bahkan menunda meeting penting di kantornya demi hanya untuk bertemu dengan leticia.Isaac menyusuri kampus itu seraya berkata dalam hati,"Hari ini adalah kesempatan sempurna untuk mengajak Leticia bersamaku. Aku harus membuatnya setuju!"Setelah lama berkeliling, Leticia akhirnya muncul dari kejauhan. Gadis itu sedang bersama sekelompok teman perempuannya.Dari kejauhan, dia dapat melihat Isaac yang sedang melambaikan tangan ke arahnya."Duh ... ada Isaac! Ngapain sih dia ke sini?" Ternyata Leticia kurang suka dengan kedatangan pria itu di kampusnya."Ya, tentu saja. Kak Isaac ingin bertemu denganmu, Cia!" celutuk Josie, sang sahabat yang juga merupakan adik bungsu d...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น