Home / Romansa / DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN / BAB. 7 Kejutan Untuk Josie

Share

BAB. 7 Kejutan Untuk Josie

last update Huling Na-update: 2025-04-09 15:32:11

Setelah bertemu di sebuah kafe, di Mall Senayan City, Harvey dan Fritz langsung menyapa Josie dan Kiran. Mereka berempat berbicara sejenak, mengobrol tentang rencana mereka untuk hari itu. Fritz kemudian memutuskan untuk mengajak Kiran ke suatu tempat yang tidak disebutkan, meninggalkan Harvey dan Josie untuk tetap berada di dalam mall.

Josie, dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Harvey berdegup lebih cepat, menatapnya dengan penuh semangat.

"Kak Harvey, aku ingin ke toko buku. Ada beberapa novel yang ingin aku beli. Kamu mau ikut?"

Harvey, seorang pengusaha sukses yang sudah lama menyukai Josie, tentu saja tidak menolak.

“Tentu saja, Josie. Aku akan senang menemanimu,” jawabnya dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya.

Mereka berdua lalu berjalan berdampingan menuju toko buku, melewati keramaian mall dengan percakapan ringan.

Setibanya di toko buku, Josie langsung menuju ke rak novel favoritnya. Dia tampak sangat antusias, matanya berbinar saat melihat deretan buku baru yang belum pernah dibacanya. Harvey mengikutinya dengan penuh perhatian, memperhatikan setiap gerak-geriknya.

"Apa kamu menemukan sesuatu yang kamu suka?" tanya Harvey sambil mendekatkan dirinya ke arah Josie.

"Ya, ini!" Josie mengangkat sebuah buku dengan sampul berwarna biru tua.

"Aku sudah lama menunggu novel ini keluar."

Harvey tersenyum melihat kegembiraan di wajah Josie. "Kalau begitu, beli saja. Aku yang akan bayar."

Josie menatap Harvey dengan sedikit terkejut.

"Oh, tidak, Kak Harvey, kamu tidak perlu melakukan itu."

"Tidak apa-apa, Josie. Anggap saja sebagai hadiah dariku," jawab Harvey dengan lembut, menatap matanya dalam-dalam.

“Mmmm … baiklah, Kak. Terima kasih banyak,” sahut Josie dengan wajah berbinar.

Setelah berbelanja beberapa buku, Harvey pun memutuskan untuk membawa Josie ke area Timezone di dalam mall tersebut.

"Bagaimana kalau kita bermain game sebentar? Sudah lama sejak terakhir kali aku ke Timezone," ajak Harvey.

Josie mengangguk dengan antusias. "Tentu, Kak. Aku mau! kedengarannya menyenangkan!"

“Baiklah, kalau begitu. Ayo … kita ke sana,” ajak Harvey.

Mereka pun tiba di Timezone dan langsung mencoba berbagai permainan. Mulai dari permainan basket, di mana Josie mencoba untuk mengalahkan Harvey akan tetapi selalu gagal karena Harvey dengan mudah mencetak skor tinggi, hingga permainan tembak-menembak di mana mereka bekerja sama sebagai satu tim melawan pemain lain. Keduanya tertawa, bercanda, dan menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama.

Setelah beberapa waktu, keduanya tiba di permainan balap mobil virtual. Harvey memperhatikan Josie yang tampak serius mengendarai mobilnya di layar, mencoba melewati setiap tikungan dengan kecepatan maksimum. Dia tertawa kecil melihat betapa antusiasnya Josie dalam permainan ini.

“Ha-ha-ha! Aku tidak tahu jika kamu suka balapan mobil,” komentar Harvey setelah Josie selesai bermain dan berhasil menempati peringkat pertama di mesin game.

Josie tersenyum bangga.

“Aku suka tantangan, dan balapan mobil selalu membuat adrenalinku terpacu, Kak. Tapi aku ingin sekali merasakan balapan yang sesungguhnya, bukan hanya di game.”

Mata Harvey berbinar mendengar keinginan Josie. Ide gila melintas di benaknya. Dia pun tersenyum penuh misteri.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita mencoba sesuatu yang sedikit lebih ... nyata?"

Josie mengerutkan kening, sedikit bingung.

"Maksudnya apa, Kak?"

Harvey hanya tersenyum lebih lebar.

“Ayo, ikut aku. Aku punya sesuatu yang spesial untukmu.”

Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Harvey pun membawa Josie keluar dari mall menuju area parkir. Mereka masuk ke mobil sport mewah milik Harvey, dan Josie mulai merasa penasaran.

“Kak Harvey, memangnya ke mana kita akan pergi?”

Harvey hanya tertawa kecil. “He-he-he. Sabar, kamu akan segera tahu, kok.”

Mereka lalu meninggalkan Jakarta dan mulai menuju Bogor. Josie masih mencoba menebak-nebak, akan tetapi Harvey tetap bungkam tentang tujuan mereka. Sekitar satu jam kemudian, keduanya pun tiba di Sirkuit Sentul. Begitu mereka melewati gerbang masuk, mata Josie membelalak penuh kegembiraan.

“Kak Harvey! Kita di Sirkuit Sentul?” seru Josie dengan penuh antusias.

Harvey tersenyum puas melihat reaksi Josie.

“Iya, tepat sekali! Aku ingin kamu merasakan balapan mobil sungguhan. Aku sering balapan di sini, dan kupikir kamu mungkin ingin mencobanya.”

Josie hampir melompat kegirangan.

“Serius? Kamu sering balapan di sini, Kak?”

Harvey mengangguk.

"Betul sekali. Aku punya teman di sini. Dia membiarkanku menggunakan sirkuit kapan saja. Kamu akan melihat kebolehanku sebentar lagi."

Mereka pun keluar dari mobil, dan Harvey segera menuju ke area garasi untuk berganti pakaian balap. Josie berdiri di luar, tidak sabar menunggu. Setelah beberapa menit, Harvey keluar mengenakan pakaian balap lengkap dengan helm, terlihat sangat profesional dan siap untuk balapan.

Josie bertepuk tangan.

"Kamu terlihat sangat keren, Kak Harvey!"

Harvey tertawa dan membungkuk.

"Ha-ha-ha! Terima kasih, Josie. Sekarang, lihat aku beraksi."

Harvey pun segera masuk ke dalam mobil balapnya, sebuah mobil sport berwarna hitam mengkilap, dan mulai mengitari sirkuit. Dia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, dengan setiap tikungan dan gerakan yang begitu mulus. Josie menonton dari tepi sirkuit, kagum dengan keterampilan Harvey. Suara deru mesin dan ban yang berdecit di aspal membuat adrenalinnya berdegup kencang.

Setelah beberapa putaran, Harvey kembali ke tempat Josie menunggu. Wajahnya bersinar penuh semangat, dan Josie bertepuk tangan penuh antusias.

“Sungguh luar biasa, Kak Harvey! Kamu benar-benar hebat!” seru Josie.

“Terima kasih,” ucap Harvey sambil membuka helmnya dan tersenyum.

“Tapi itu belum semuanya. Sekarang, giliran kamu. Aku ingin kamu ikut denganku di dalam mobil sebagai navigator.”

Josie tampak terkejut.

“Aku? Di dalam mobil balap denganmu?”

Harvey mengangguk, matanya memancarkan semangat.

“Iya, aku akan mengajarimu beberapa hal tentang balap mobil, dan kita bisa merasakan kecepatan bersama.”

Josie tersenyum lebar, antusiasme jelas terlihat di wajahnya.

“Okay, aku akan melakukannya!”

Harvey pun membantu Josie mengenakan pakaian pelindung dan helm. Setelah siap, mereka masuk ke dalam mobil. Harvey lalu menjelaskan beberapa hal dasar tentang bagaimana menjadi navigator, dan Josie mendengarkannya dengan penuh perhatian.

“Apakah kamu siap?” tanya Harvey sambil menyalakan mesin mobil.

Josie mengangguk dengan penuh semangat.

“Aku siap, Kak!”

Harvey lalu memacu mobilnya keluar dari pit lane dan langsung memasuki trek. Josie merasakan dorongan ke belakang ketika mobil melaju kencang. Adrenalin Josie meningkat tajam saat Harvey mengambil tikungan dengan kecepatan tinggi, membuatnya merasakan setiap goncangan dan getaran mobil.

Mereka melaju cepat di lintasan, dan Harvey dengan tenang memberi instruksi kepada Josie kapan harus melihat ke arah tikungan berikutnya dan bagaimana memperkirakan kecepatan. Josie mengikuti arahannya dengan baik, merasa benar-benar hidup di dalam momen itu.

"Wow, Kak Harvey! Ini luar biasa! Aku tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya!" teriak Josie di tengah deru suara mesin.

Harvey tersenyum di balik helmnya.

“Aku senang kamu menikmatinya, Josie! Kita akan melakukan beberapa putaran lagi. Pegang erat-erat, ya!”

Mereka pun melanjutkan balapan, melewati beberapa putaran dengan kecepatan yang luar biasa. Harvey menunjukkan teknik-teknik balap yang mengesankan, membuat Josie merasa seperti mereka sedang terbang di atas aspal. Setelah beberapa putaran lagi, Harvey akhirnya melambatkan mobil dan kembali ke pit lane.

Setelah mobil berhenti, Josie keluar dengan hati yang masih berdebar-debar, senyum lebar menghiasi wajahnya.

“Balapannya sungguh luar biasa, Kak Harvey! Terima kasih banyak! Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa begitu tenang saat mengemudi secepat itu!”

Harvey tertawa kecil sambil melepas helmnya.

“He-he-he. Itu hanya butuh latihan dan banyak pengalaman. Tapi aku senang kamu menikmatinya.”

Josie mendekat dan memeluk Harvey dengan erat tanpa sadar.

“Terima kasih, Kak Harvey. Ini adalah pengalaman terbaik yang pernah aku alami.”

Harvey membalas pelukannya, merasakan kehangatan dari tubuh Josie yang begitu dekat. "Aku senang bisa berbagi ini denganmu, Josie. Semoga kita bisa melakukan lebih banyak hal seperti ini bersama."

Josie tersenyum, melepaskan pelukannya, dan menatap Harvey dengan mata berkilau.

“Aku harap begitu. Aku sangat menikmati waktu kita bersama.”

Tanpa keduanya sadari mereka berdua telah berpelukan. Entah apa arti dari pelukan itu. Akan tetapi dengan perasaan bahagia yang masih menggema di hati keduanya, Harvey dan Josie menghabiskan sisa hari itu di sirkuit Sentul, Bogor. Berbicara dan tertawa, merayakan pengalaman luar biasa yang baru saja mereka alami bersama.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 8 Keinginan Terdalam Josie

    Setelah menikmati tantangan adrenalin di sirkuit Sentul yang penuh dengan tikungan tajam dan kecepatan tinggi, Harvey dan Josie meninggalkan lintasan dengan penuh semangat. Keduanya memutuskan untuk melanjutkan sore mereka di Teras Sentul, sebuah kafe yang menawarkan pemandangan pegunungan dan suasana tenang. Cuaca yang teduh dengan angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan mereka.Sepasang muda-mudi itu memilih untuk duduk di sudut kafe yang menghadap langsung ke perbukitan hijau. Harvey lalu memesan dua mocktail jus buah, sementara Josie memilih beberapa camilan khas Indonesia antara lain klepon dengan gula merah yang meleleh di dalamnya, moci yang kenyal, dan beberapa kue tradisional lainnya seperti kue putu dan lemper. Josie tersenyum kepada pria tampan itu sambil menyantap kue klepon, “Kamu tahu, Kak Harvey, hari ini benar-benar sangat menyenangkan! Rasanya sudah lama aku tidak merasa se-excited ini.”Harvey mengangguk sambil tersenyum. “Oh, yeah?” tutur Harvey sambil tersenyum.“

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 9 Sehari Bersama Kiran

    Setelah berpisah dengan Harvey dan Josie di Mall Senayan City, Fritz mengarahkan mobilnya ke area Jakarta Utara. Di sampingnya duduk Kiran, gadis yang selama ini diam-diam disukai olehnya. Saat ini Kiran mengenakan gaun sederhana berwarna pastel yang membuatnya terlihat anggun dan bersahaja. Di dalam mobil, suasana awalnya sedikit canggung. Fritz mencoba mengalihkan perhatiannya dari kecantikan Kiran dengan memusatkan pandangannya ke jalan. “Oh iya, Kiran,” kata Fritz akhirnya, memecah keheningan.“Kamu bilang tadi bawa mobil sendiri bersama Josie, ya?”Kiran menoleh dan tersenyum kecil. “Iya, tadi aku memang bawa mobil sendiri. Tapi sekarang Josie sama Harvey. Jadi mobilku masih di parkiran.”Fritz mengangguk. “Kalau begitu, biar asistennya aku, Arga, yang urus mobilmu. Nanti dia bisa jemput mobil kamu di sana dan bawakan ke rumahmu.”Kiran tampak terkejut tapi senang mendengar tawaran itu. “Wah, terima kasih banyak, Fritz. Kamu benar-benar baik.”“Apa sih yang nggak buat kamu, Ki

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 10 Menikmati Waktu Bersama

    Kembali kepada Isaac dan Leticia,Setelah puas menikmati pemandangan hamparan kebun teh di puncak Bogor, Isaac dan Leticia pun lalu melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pas Cisarua. Mereka menyusuri jalan yang berkelok dengan suasana pegunungan yang sejuk, diselingi dengan percakapan ringan di dalam mobil.“Sampai juga kita di Puncak Pas, Leticia,” ucap Isaac dengan nada semangat setelah mereka memasuki area tersebut.Leticia, yang duduk di sebelahnya, tersenyum tipis. “Iya, akhirnya. Setelah perjalanan panjang, ya,” jawabnya sambil memandang ke luar jendela mobil, melihat pemandangan yang begitu memukau dengan kabut tipis yang mulai turun, menambah suasana sore yang syahdu.Isaac memarkir mobil di sebuah area parkir dekat kafe yang cukup terkenal di kalangan wisatawan. Kafe ini dikenal dengan suasananya yang nyaman dan menyajikan berbagai camilan khas Bogor yang menggugah selera. “Ayo, kita nongkrong sebentar di kafe itu. Aku dengar kafe tersebut menyajikan makanan khas Bogor yang e

    Huling Na-update : 2025-04-11
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 11 Kemarahan Tuan King

    Di Kediaman Elwood, Suasana terasa tegang. Sore itu, matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menciptakan bayangan panjang di sepanjang teras rumah mewah milik Keluarga Elwood. Tuan King Elwood, seorang pengusaha kaya raya dengan rambut yang mulai memutih di pelipisnya, tampak mondar-mandir dengan penuh kemarahan. Matanya tajam menatap ke arah Asisten Arga, yang berdiri dengan gelisah di pintu depan rumah. Arga, seorang pria muda dengan setelan rapi, tampak canggung dan sedikit gemetar. Dia baru saja mengembalikan mobil Kiran, putri kesayangan Tuan King, setelah mengantarnya pergi bersama Fritz, CEO muda yang ambisius dan penuh percaya diri. “Kenapa kamu yang mengembalikan mobil ini?” tanya Tuan King dengan suara berat dan penuh curiga. “Di mana Kiran? Dan di mana Fritz?” Arga menelan ludah, merasa tekanan semakin besar. “Maaf, Tuan King. Saya hanya diminta oleh Bos Fritz untuk mengembalikan mobil Nona Kiran. Saat ini mereka masih di luar, seperti ada sedikit urusan penting,” ja

    Huling Na-update : 2025-04-11
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 12 Jacob Dimarahi

    Matahari sudah hampir tenggelam ketika Jacob dan Evanora, yang akrab dipanggil Eva, akhirnya sampai di kediaman Keluarga Eva setelah hampir seharian berjalan-jalan mengelilingi Kota Jakarta. Hari ini, mereka mengunjungi berbagai tempat menarik, termasuk Aquarium Safari, menikmati pemandangan kota, dan mencicipi kuliner lokal. Bagi Jacob, hari ini adalah kesempatan berharga untuk bisa menghabiskan waktu bersama Eva, sahabat sekaligus gadis yang diam-diam dirinya cintai.Sesampainya di depan rumah, Jacob keluar dari mobil dan bergegas membukakan pintu mobil untuk Eva. "Terima kasih, Jacob. Hari ini benar-benar menyenangkan," ucap Eva sambil tersenyum hangat.Jacob membalas senyuman itu. "Sama-sama, Eva. Aku senang kamu menikmatinya."Ketika mereka berjalan menuju pintu rumah, Nyonya Arlyn, ibunda dari Eva, sudah menunggu di depan dengan senyum lebar. "Oh, kalian akhirnya pulang juga! Bagaimana hari kalian?" tanyanya dengan penuh antusias.Jacob tersenyum sopan. "Kami baru saja pulan

    Huling Na-update : 2025-04-12
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 13 Harvey Dimarahi Uncle Edward

    Malam hampir tiba di kediaman megah Keluarga Edward, namun suasana di dalam rumah terasa tegang. Tuan Edward mondar-mandir di ruang tamu, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Putri kesayangannya, Josie, belum juga pulang dari kampus, padahal langit sudah mulai gelap.Nyonya Agnes, istri Tuan Edward, duduk di sofa dengan ponsel di tangannya. Dia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Josie, akan tetapi tidak ada jawaban. Sang nyonya rumah menghela napas, menatap suaminya yang tampak semakin gelisah.“Mas Edward, tenanglah. Mungkin Josie sedang sibuk dan lupa waktu,” ujar Nyonya Agnes dengan nada menenangkan, meskipun di dalam hatinya, dia juga merasa cemas.Tuan Edward berhenti berjalan dan menatap istrinya dengan mata yang tajam. “Sibuk apa, Agnes? Ini sudah hampir malam! Seharusnya dia sudah pulang. Baiklah aku akan menelepon Isaac dan Jacob,” serunya sambil mengambil ponsel dari saku celananya.Dengan cepat, Tuan Edward menekan nomor Isaac, putra sulungnya. Nada sambun

    Huling Na-update : 2025-04-12
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 14 Strategi Jitu Isaac

    Malam semakin larut ketika Isaac dan Leticia memutuskan untuk meninggalkan puncak Bogor dan kembali ke Jakarta. Mereka berdua baru saja menghabiskan waktu bersama, menikmati suasana sejuk dan pemandangan indah di puncak. Namun, Isaac sadar bahwa waktu sudah terlalu malam. Sang pria sangat tahu bahwa Tuan Rahez, ayah Leticia, adalah orang yang sangat disiplin dan tidak menyukai jika putrinya pulang terlambat. Isaac segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Fritz, sahabatnya sekaligus kakak dari Leticia. Isaac :"Fritz, ini sudah malam. Aku rasa lebih baik kita bertemu di sebuah kafe di Jakarta Selatan. Itu searah dengan rumahmu dan aku bisa mengantarkan Leticia ke sana. Jujur aku takut jika Uncle Rahez marah karena Leticia pulang telat. Kita bisa mengatakan jika kita sedang membahas revisi skripsinya."Tak berapa lama, ponsel Isaac bergetar pertanda ada pesan teks yang masuk. Ternyata sahabatnya membalas dengan cepat.Fritz :"Ide yang sangat bagus, Isaac. Baik, aku akan me

    Huling Na-update : 2025-04-13
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 15 Menunjukkan Kebolehan Dalam Dunia Bisnis

    Pagi yang cerah,Di sebuah hotel mewah di pusat Kota Jakarta, sebuah seminar tingkat nasional tentang kepemimpinan sedang berlangsung. Pagi itu, ruangan seminar dipenuhi oleh para CEO muda dan pengusaha sukses yang berpengalaman, semuanya hadir untuk berbagi pandangan dan memperluas jaringan koneksi usaha mereka. Di antara peserta yang menonjol adalah empat CEO muda yang masih baru di dunia bisnis, namun sudah menunjukkan potensi luar biasa. Mereka adalah Fritz, Isaac, Harvey, dan Jacob.Keempat pria tampan tersebut duduk di barisan depan, mengenakan setelan jas yang sangat rapi dengan raut wajah yang sedikit gugup. Bagaimana tidak, di antara para peserta, ada beberapa tokoh besar dunia bisnis yang mereka sangat hormati, termasuk ayah dari gadis-gadis yang pria-pria itu sukai. Fritz melirik ke arah belakang, di mana Tuan King, ayah dari Kiran, gadis yang diam-diam disukainya sedang duduk, dan tampak tenang namun penuh wibawa.Isaac juga tak bisa menahan diri untuk sesekali melihat ke

    Huling Na-update : 2025-04-13

Pinakabagong kabanata

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 15 Menunjukkan Kebolehan Dalam Dunia Bisnis

    Pagi yang cerah,Di sebuah hotel mewah di pusat Kota Jakarta, sebuah seminar tingkat nasional tentang kepemimpinan sedang berlangsung. Pagi itu, ruangan seminar dipenuhi oleh para CEO muda dan pengusaha sukses yang berpengalaman, semuanya hadir untuk berbagi pandangan dan memperluas jaringan koneksi usaha mereka. Di antara peserta yang menonjol adalah empat CEO muda yang masih baru di dunia bisnis, namun sudah menunjukkan potensi luar biasa. Mereka adalah Fritz, Isaac, Harvey, dan Jacob.Keempat pria tampan tersebut duduk di barisan depan, mengenakan setelan jas yang sangat rapi dengan raut wajah yang sedikit gugup. Bagaimana tidak, di antara para peserta, ada beberapa tokoh besar dunia bisnis yang mereka sangat hormati, termasuk ayah dari gadis-gadis yang pria-pria itu sukai. Fritz melirik ke arah belakang, di mana Tuan King, ayah dari Kiran, gadis yang diam-diam disukainya sedang duduk, dan tampak tenang namun penuh wibawa.Isaac juga tak bisa menahan diri untuk sesekali melihat ke

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 14 Strategi Jitu Isaac

    Malam semakin larut ketika Isaac dan Leticia memutuskan untuk meninggalkan puncak Bogor dan kembali ke Jakarta. Mereka berdua baru saja menghabiskan waktu bersama, menikmati suasana sejuk dan pemandangan indah di puncak. Namun, Isaac sadar bahwa waktu sudah terlalu malam. Sang pria sangat tahu bahwa Tuan Rahez, ayah Leticia, adalah orang yang sangat disiplin dan tidak menyukai jika putrinya pulang terlambat. Isaac segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Fritz, sahabatnya sekaligus kakak dari Leticia. Isaac :"Fritz, ini sudah malam. Aku rasa lebih baik kita bertemu di sebuah kafe di Jakarta Selatan. Itu searah dengan rumahmu dan aku bisa mengantarkan Leticia ke sana. Jujur aku takut jika Uncle Rahez marah karena Leticia pulang telat. Kita bisa mengatakan jika kita sedang membahas revisi skripsinya."Tak berapa lama, ponsel Isaac bergetar pertanda ada pesan teks yang masuk. Ternyata sahabatnya membalas dengan cepat.Fritz :"Ide yang sangat bagus, Isaac. Baik, aku akan me

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 13 Harvey Dimarahi Uncle Edward

    Malam hampir tiba di kediaman megah Keluarga Edward, namun suasana di dalam rumah terasa tegang. Tuan Edward mondar-mandir di ruang tamu, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Putri kesayangannya, Josie, belum juga pulang dari kampus, padahal langit sudah mulai gelap.Nyonya Agnes, istri Tuan Edward, duduk di sofa dengan ponsel di tangannya. Dia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Josie, akan tetapi tidak ada jawaban. Sang nyonya rumah menghela napas, menatap suaminya yang tampak semakin gelisah.“Mas Edward, tenanglah. Mungkin Josie sedang sibuk dan lupa waktu,” ujar Nyonya Agnes dengan nada menenangkan, meskipun di dalam hatinya, dia juga merasa cemas.Tuan Edward berhenti berjalan dan menatap istrinya dengan mata yang tajam. “Sibuk apa, Agnes? Ini sudah hampir malam! Seharusnya dia sudah pulang. Baiklah aku akan menelepon Isaac dan Jacob,” serunya sambil mengambil ponsel dari saku celananya.Dengan cepat, Tuan Edward menekan nomor Isaac, putra sulungnya. Nada sambun

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 12 Jacob Dimarahi

    Matahari sudah hampir tenggelam ketika Jacob dan Evanora, yang akrab dipanggil Eva, akhirnya sampai di kediaman Keluarga Eva setelah hampir seharian berjalan-jalan mengelilingi Kota Jakarta. Hari ini, mereka mengunjungi berbagai tempat menarik, termasuk Aquarium Safari, menikmati pemandangan kota, dan mencicipi kuliner lokal. Bagi Jacob, hari ini adalah kesempatan berharga untuk bisa menghabiskan waktu bersama Eva, sahabat sekaligus gadis yang diam-diam dirinya cintai.Sesampainya di depan rumah, Jacob keluar dari mobil dan bergegas membukakan pintu mobil untuk Eva. "Terima kasih, Jacob. Hari ini benar-benar menyenangkan," ucap Eva sambil tersenyum hangat.Jacob membalas senyuman itu. "Sama-sama, Eva. Aku senang kamu menikmatinya."Ketika mereka berjalan menuju pintu rumah, Nyonya Arlyn, ibunda dari Eva, sudah menunggu di depan dengan senyum lebar. "Oh, kalian akhirnya pulang juga! Bagaimana hari kalian?" tanyanya dengan penuh antusias.Jacob tersenyum sopan. "Kami baru saja pulan

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 11 Kemarahan Tuan King

    Di Kediaman Elwood, Suasana terasa tegang. Sore itu, matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menciptakan bayangan panjang di sepanjang teras rumah mewah milik Keluarga Elwood. Tuan King Elwood, seorang pengusaha kaya raya dengan rambut yang mulai memutih di pelipisnya, tampak mondar-mandir dengan penuh kemarahan. Matanya tajam menatap ke arah Asisten Arga, yang berdiri dengan gelisah di pintu depan rumah. Arga, seorang pria muda dengan setelan rapi, tampak canggung dan sedikit gemetar. Dia baru saja mengembalikan mobil Kiran, putri kesayangan Tuan King, setelah mengantarnya pergi bersama Fritz, CEO muda yang ambisius dan penuh percaya diri. “Kenapa kamu yang mengembalikan mobil ini?” tanya Tuan King dengan suara berat dan penuh curiga. “Di mana Kiran? Dan di mana Fritz?” Arga menelan ludah, merasa tekanan semakin besar. “Maaf, Tuan King. Saya hanya diminta oleh Bos Fritz untuk mengembalikan mobil Nona Kiran. Saat ini mereka masih di luar, seperti ada sedikit urusan penting,” ja

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 10 Menikmati Waktu Bersama

    Kembali kepada Isaac dan Leticia,Setelah puas menikmati pemandangan hamparan kebun teh di puncak Bogor, Isaac dan Leticia pun lalu melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pas Cisarua. Mereka menyusuri jalan yang berkelok dengan suasana pegunungan yang sejuk, diselingi dengan percakapan ringan di dalam mobil.“Sampai juga kita di Puncak Pas, Leticia,” ucap Isaac dengan nada semangat setelah mereka memasuki area tersebut.Leticia, yang duduk di sebelahnya, tersenyum tipis. “Iya, akhirnya. Setelah perjalanan panjang, ya,” jawabnya sambil memandang ke luar jendela mobil, melihat pemandangan yang begitu memukau dengan kabut tipis yang mulai turun, menambah suasana sore yang syahdu.Isaac memarkir mobil di sebuah area parkir dekat kafe yang cukup terkenal di kalangan wisatawan. Kafe ini dikenal dengan suasananya yang nyaman dan menyajikan berbagai camilan khas Bogor yang menggugah selera. “Ayo, kita nongkrong sebentar di kafe itu. Aku dengar kafe tersebut menyajikan makanan khas Bogor yang e

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 9 Sehari Bersama Kiran

    Setelah berpisah dengan Harvey dan Josie di Mall Senayan City, Fritz mengarahkan mobilnya ke area Jakarta Utara. Di sampingnya duduk Kiran, gadis yang selama ini diam-diam disukai olehnya. Saat ini Kiran mengenakan gaun sederhana berwarna pastel yang membuatnya terlihat anggun dan bersahaja. Di dalam mobil, suasana awalnya sedikit canggung. Fritz mencoba mengalihkan perhatiannya dari kecantikan Kiran dengan memusatkan pandangannya ke jalan. “Oh iya, Kiran,” kata Fritz akhirnya, memecah keheningan.“Kamu bilang tadi bawa mobil sendiri bersama Josie, ya?”Kiran menoleh dan tersenyum kecil. “Iya, tadi aku memang bawa mobil sendiri. Tapi sekarang Josie sama Harvey. Jadi mobilku masih di parkiran.”Fritz mengangguk. “Kalau begitu, biar asistennya aku, Arga, yang urus mobilmu. Nanti dia bisa jemput mobil kamu di sana dan bawakan ke rumahmu.”Kiran tampak terkejut tapi senang mendengar tawaran itu. “Wah, terima kasih banyak, Fritz. Kamu benar-benar baik.”“Apa sih yang nggak buat kamu, Ki

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 8 Keinginan Terdalam Josie

    Setelah menikmati tantangan adrenalin di sirkuit Sentul yang penuh dengan tikungan tajam dan kecepatan tinggi, Harvey dan Josie meninggalkan lintasan dengan penuh semangat. Keduanya memutuskan untuk melanjutkan sore mereka di Teras Sentul, sebuah kafe yang menawarkan pemandangan pegunungan dan suasana tenang. Cuaca yang teduh dengan angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan mereka.Sepasang muda-mudi itu memilih untuk duduk di sudut kafe yang menghadap langsung ke perbukitan hijau. Harvey lalu memesan dua mocktail jus buah, sementara Josie memilih beberapa camilan khas Indonesia antara lain klepon dengan gula merah yang meleleh di dalamnya, moci yang kenyal, dan beberapa kue tradisional lainnya seperti kue putu dan lemper. Josie tersenyum kepada pria tampan itu sambil menyantap kue klepon, “Kamu tahu, Kak Harvey, hari ini benar-benar sangat menyenangkan! Rasanya sudah lama aku tidak merasa se-excited ini.”Harvey mengangguk sambil tersenyum. “Oh, yeah?” tutur Harvey sambil tersenyum.“

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 7 Kejutan Untuk Josie

    Setelah bertemu di sebuah kafe, di Mall Senayan City, Harvey dan Fritz langsung menyapa Josie dan Kiran. Mereka berempat berbicara sejenak, mengobrol tentang rencana mereka untuk hari itu. Fritz kemudian memutuskan untuk mengajak Kiran ke suatu tempat yang tidak disebutkan, meninggalkan Harvey dan Josie untuk tetap berada di dalam mall.Josie, dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Harvey berdegup lebih cepat, menatapnya dengan penuh semangat. "Kak Harvey, aku ingin ke toko buku. Ada beberapa novel yang ingin aku beli. Kamu mau ikut?"Harvey, seorang pengusaha sukses yang sudah lama menyukai Josie, tentu saja tidak menolak. “Tentu saja, Josie. Aku akan senang menemanimu,” jawabnya dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya. Mereka berdua lalu berjalan berdampingan menuju toko buku, melewati keramaian mall dengan percakapan ringan.Setibanya di toko buku, Josie langsung menuju ke rak novel favoritnya. Dia tampak sangat antusias, matanya berbinar saat melihat der

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status