"Ndok, taksinya sudah datang," teriak Jojo dari depan pintu masuk. Lelaki bermata sipit itu menghampiri mobil yang terparkir di depan rumah dinas dan meminta supir menanti sebentar.
Tak lama Sari berjalan keluar tanpa tas besar karena memang kepergian ke Jakarta hari ini untuk mengambil barang-barang yang masih ada di rumah orang tuanya. Jadi dia tidak membawa banyak barang agar kepulangan ke Kalimantan pun tidak terlalu banyak bawaan lagi.
Ia menghampiri suaminya lalu mencium dengan takzim punggung tangan Jojo yang telah membukakan pintu taksi.
"Kamu, hati-hati di jalan, kabarin aku kalau sudah sampai, ya?"
"Iya, Mas."
"Jangan lupa salam untuk Mama Papa."
Sari mengangguk dan Jojo pun menutup pintu taksi. Tak lama istrinya pun berlalu dengan mobil tumpangan itu, bibir Jojo tersenyum lebar, menyaksikan kendaraan roda empat yang membawa istrinya telah berlalu dari hadapan. Ia bergegas berangkat kerja dan siap menyambut pertemuan dengan Erika sepulang kerja nanti.
"Ah, beres. Tinggal susun rencana buat nanti malam," gumamnya.
***
Jojo telah tiba di depan kos Erika, gadis berambut ikal itu telah siap dengan gaun merah muda selutut menanti. Saat Jojo masuk ke kamar kosnya, Erika memasang wajah manis dengan senyuman menawan dan bau parfum pelet yang khas. Membuat lelaki di hadapannya terpesona dan tak henti menatap penuh cinta.
Jojo memegang erat tangan Erika, gadis itu segera jatuh dalam pelukannya penuh manja. Menyatakan rindu yang tak terbendung dan meminta maaf atas sikapnya kemarin.
"Jangan diulangi lagi," bisik Jojo. Kini kedua netra mereka terpaku saling pandang. "Aku punya kejutan buat kamu, malam ini kita bersenang-senang."
Erika mengangkat satu alisnya, menerka-nerka kejutan apa yang akan ia dapat. Gadis berambut ikal itu berpikir bahwa Jojo akan marah atau paling tidak mereka membahas masalah kemarin terlebih dulu sesaat. Namun, tidak. Justru akan ada kejutan untuknya. Apa?
"Maksud kamu malam ini?" tanyanya penasaran. Lelaki yang ia cinta itu hanya tersenyum.
"Istriku sedang pulang ke Jakarta. Jadi malam ini kita bisa habiskan waktu bersama."
Erika tersenyum lebar, meski hatinya sedikit kecewa. Jojo mengajaknya bersenang-senang karena tidak ada Sari. Gadis seksi itu benar-benar merasa hanya sebagai wanita simpanan atau pelarian dari lelaki yang haus syahwat. Namun, ia menahan sebentar semua untuk kebahagiaan di masa depan yang akan mereka lewati.
"Oke, aku berkemas dulu."
***
Langit sudah gelap. Namun, suasana tempat Jojo memarkirkan motornya tampak ramai. Erika tak sabar berlari menginjak pasir putih di depan mata dengan pohon cemara yang penuh hammock.
"Kita nginap disini?" tanya Erika. Jojo menarik bibirnya meninggalkan senyum sebelum menelpon seseorang dari balik gawai.
[Saya sudah di parkiran, Pak. Pakai baju biru, ya.]
[Oh, iya. Saya sudah lihat.]
Seseorang melambaikan tangan dan menghampiri. Lalu Jojo dan Erika mengikuti orang tersebut. Sebuah tenda yang jauh dari tenda lain ada sepasang kursi dengan meja di sampingnya.
"Selamat datang dan silakan duduk, Pak, Bu," ucap lelaki yang tadi menuntun mereka. Lalu lelaki itu menyebutkan menu makanan ikan laut segar yang siap mereka sajikan.
Sesaat Jojo dan Erika berdiskusi makan dan minuman yang akan mereka pesan. Setelah memesan, Erika kembali dikejutkan oleh musisi jalanan yang menyanyikan lagu romantis mengiringi kemesraan mereka.
"Honey, ini semua rencanamu?" tanyanya pelan dengan bibir yang terus mengembang.
"Iya, sebagai permintaan maaf untuk wanita terindah yang selalu sabar menghadapiku." Tawa Jojo mengiringi. Jemarinya meremas tangan Erika penuh cinta.
Suasana malam yang indah, yang tidak dapat mereka dapatkan dari sebuah restoran manapun. Menampilkan atap langit bertabur bintang dan angin sepoi-sepoi khas pantai. Terlebih hidangan ikan segar hasil tangkapan laut yang menggoda. Sebuah rayuan manis Jojo yang mampu membuat Erika terpukau.
Namun, tiba-tiba wanita yang syah menjadi istri Jojo melakukan panggilan video. Membuat lelaki di hadapan Erika bingung. Bagaimana ia harus menjawab. Erika sedikit kesal tetapi ia mencoba tersenyum dan meminta Jojo untuk beralasan sedang di toilet jadi tidak bisa mengangkat panggilan. Jojo pun menuruti dan melanjutkan memadu kasih bersama gadis seksi yang tengah mengajaknya bergurau.
"Hon, boleh aku bertanya?"
Kini keduanya duduk di dalam tenda yang terbuka menghadap laut. Saling berpelukkan menghangatkan tubuh, mesra. Jojo memberi ciuman pada jemari Erika sebagai jawaban sambil mengangguk.
"Mengapa kau tidak secepatnya menceraikan wanita itu?" Jojo mengambil napas panjang dan menyalakan sebuah batang nikotin yang baru saja ia ambil dari dalam kantong celananya. Ia menatap wajah cantik Erika setelah mengembuskan satu kali kepulan asap ke depan.
"Mengapa harus cepat-cepat? Bukankah yang lebih lama, kau suka?" Hati Erika kini mencair dengan candaan konyol Jojo. "Sabar, Hon, sabar. Aku masih jauh, yang lama, oke?" ucap Jojo menirukan gaya suara Erika setiap kali mereka tengah memadu kasih.
"Ya beda dong kalau yang itu?" Protes Erika sambil meninggalkan cubitan di lengan Jojo yang meringis.
"Tapi, Honey… hubungan kita itu lebih nikmat dengan adanya hubungan terlarang ini. Seperti ada sebuah tantangan tersendiri untuk aku. Kau rasakan tidak, kita pun semakin romantis semenjak aku menikah. Berbeda dengan sebelumnya, 'kan?"
Sejenak Erika terdiam, setuju dengan ucapan Jojo. Namun, bagaimanapun Erika pun menginginkan kasih sayang yang penuh dan sebuah hubungan resmi. Gadis seksi itu merebut rokok yang tengah terapit oleh bibir Jojo. Ia mencoba menghisap untuk menetralkan pikiran.
"Jujur, ya, Hon. Aku ingin kamu seutuhnya. Seperti dulu tanpa ada wanita lain. Sungguh, aku muak dengan pekerjaan ini, menjadi gadis simpanan dan tidur dengan pria berganti-ganti. Kau tahu, aku telah lama meninggalkan pekerjaan haram itu? Semua karenamu."
Erika kembali menghisap batang nikotin itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Tangan Jojo mencoba merangkulnya, menempatkan kepala gadis seksi itu pada dada bidang sambil ia elus berulang. Jojo merasa kembali terjebak oleh cinta gadis seksi di sampingnya. Ia tak tahu harus menjawab apa. Namun, bagaimana bisa ia menceraikan Sari? Ia telah berjanji tidak akan menyakiti hati wanita itu.
Meski sebenarnya Jojo pun telah menikam wanita yang ia nikahi secara syah itu diam-diam.
"Erika… maaf telah menyakitimu terlalu dalam. Namun yang harus kau tahu, aku sangat mencintaimu lebih dari dia."
"Tapi, cinta ini membuat aku tak henti cemburu. Apa kau akan mengakhiri rasa cemburuku?"
"Jujur, aku tidak bisa menjawab sekarang. Tapi, janjiku adalah kita akan menikah. Kamu harus bersabar untuk menanti waktu bahagia itu." Erika pun larut dalam sebuah janji yang entah apakah benar akan Jojo tepati kelak atau hanya sebuah bualan belaka.
Jojo mengambil alih batang nikotin dalam apitan jemari Erika. Ia menyesap sekali hisapan lalu mematikannya dalam pasir putih. Lelaki berkulit putih itu pun menutup tenda mereka, mengajak Erika untuk berbagi kasih memuaskan nafsu bersama.
Sementara Sari menanti balasan pesan dari Jojo hingga terlelap. Rasa curiga sama sekali tidak menghantui pikirannya. Ia yakin bahwa suaminya telah berubah dan menjadi lelaki baik yang akan menjaga hati mereka.
Bersambung….
[Sayang, maaf. Semalam kamu video call aku sedang di toilet. Terus lupa mau balas karena ketiduran. Kamu sudah sarapan?]Sari tersenyum membaca pesan singkat Jojo. Baru juga satu malam mereka berjauhan, tetapi rasa rindu telah bergejolak mengusik hati. Ingin segera kembali bertemu.[Aku lagi buat sarapan. Kamu sarapan apa, Mas?][Kamu masak apa? Aku lagi cari sarapan sambil lari pagi.]"Pagi, Pak, Bu. Silakan menikmati sarapannya," ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja menyajikan nasi goreng seafood ke meja tempat Jojo dan Erika duduk. Jojo pun segera meletakkan gawai dan menikmati sarapan bersama pacar gelapnya di tepi pantai.Tentu jaw
Panggilan telepon dari Erika tak henti, mencari kabar tentang kekasihnya yang belum juga memberi jawaban. Hilang tanpa sebab. Bukankah kemarin baru saja mereka bersenang-senang? Apa yang direncanakan Jojo sekarang? Apa lelaki itu sengaja?Semua tanya mengguncang hati Erika. Kegelisahan akan kehilangan lagi pun merasuk. Namun, Erika mencoba bersikap baik dan wajar. Ia mengirim pesan manis meski amarah telah terlontar dengan kasar dari bibir berulang."Ah! Ada apalagi, sih? Lihat saja kau wanita perebut pacar orang, aku akan membuatmu menderita juga. Tak 'kan aku biarkan dengan mudah Jojo kembali," ucap Erika dengan bibir bergetar.Ia yakin, pasti ada sesuatu lagi yang terjadi dengan Jojo. Namun, pikiran Erika tidak dapat menebak. Ia hanya bisa melontarkan am
Rumah masih tampak sepi, Jojo baru saja selesai membersihkan diri setelah bekerja seharian. Ia duduk di pinggir ranjang. Mengecek beberapa pesan masuk. Embusan napas kencang keluar dari hidungnya, merasa lega. Tidak ada satu pun pesan dari Erika atau Femi yang menandakan gadis itu baik-baik saja, pasti. Pikiran Jojo melayang. Ia masih tak menemukan jawaban atas sikapnya kemarin yang telah tega menduakan Sari. Perasaan bersalah pun terus mengusik. Hingga jemarinya mulai menghapus jejak tentang hubungan terlarang. Dimulai dari percakapan pesan, panggilan, struk booking hotel dan lain-lain. Jojo terlelap dalam tidur setelah menyelesaikan semua. Kurangnya beristirahat membuat ia begitu cepat pulas malam ini. Sementara Erika bersama beberapa temannya, asik
Sari meraih kotak merah muda yang terjatuh di lantai. Mencari apakah ada pesan di dalamnya. Nihil. Bahkan di plastik hitam pembungkus kotak pun hanya ada nama dan alamat lengkap Sari. Ia hanya bisa mengelus dada berulang, mencoba memahami maksud dari semua. Kira-kira siapa pelakunya?Wanita itu menggeleng, menolak pikiran yang langsung tertuju pada Erika. Sari memilih mengambil gawai dan ia memfoto kotak itu. Lalu mengirimkannya kepada Jojo dan menceritakan kejadian aneh yang baru saja terjadi. Mungkin, Jojo mengetahui pelakunya.Orang yang mengetahui alamat baru mereka hanya teman-teman kerja Jojo. Tidak mungkin Erika tahu, pikir Sari.Sementara Jojo yang baru membuka pesan Sari, terdiam. Tentu, pikirannya langsung tertuju ke Erika, sama seperti Sari. Ia s
"Sayang, hari ini kita liburan di rumah, ya? Aku lagi capek banget. Seminggu ini banyak lembur," ucap Jojo. Tangannya memeluk lingkar pinggang Sari yang sedang berdiri di dapur, mencuci piring."Iya, Mas. Ya sudah kamu istirahat saja.""Oh, ya. Gimana lamaran kerja kamu, apa sudah ada balasan?""Belum, Mas.""Ya sudah, kamu sabar saja dulu. Biasanya maksimal satu bulan. Nanti aku cari tahu info lowongan kerja di tempat lain juga."Sari mengeringkan tangan dengan kain yang berada di dinding di sampingnya. Lalu, ia membalikkan badan, melingkarkan tangan pada leher Jojo."Iya, Sayang. Teri
Buntu. Jojo tidak bisa berpikir jernih. Pesan yang dikirim ke Erika pun tidak kunjung ada balasan. Kenapa wanita ini? Ia kembali mengirim pesan ke Erika, mencaci wanita itu. Menyalahkan semua kepadanya. Satupun pesan dari Jojo tidak direspon, hanya tawa Erika yang semakin geli membaca pesan-pesan itu.Jojo putus asa, meninggalkan gawainya begitu saja di meja ruang tamu. Ia berjalan menghampiri Sari yang berada di kamar. Namun, pintu terkunci. Ia mengetuk pintu dan memanggil nama istrinya. Beberapa kali tidak ada jawaban, sunyi."Sar… tolong buka. Ayo, kita bicarakan." Rayu Jojo mengiba."Apa lagi, Mas? Kebohongan lagi?" teriak Sari."Sar, kita sudah dewasa. Ayo, kita bicarakan. Jangan
Selama seharian, Jojo tak henti memikirkan Erika. Bayang wajah gadis itu mengusik terus. Senyumnya menggoda, seolah membuat Jojo tak tahan ingin memeluk. Bau parfum, masih terasa melekat di hidung. Hingga Jojo merasakan hadir Erika setiap detik harinya.Ia tak paham, meski sudah berusaha menepis semua tetapi Erika sangat nyata dalam pikirannya. Bahkan tawanya sesekali terdengar, suara lembut Erika pun selalu berbisik kata cinta. Apa yang terjadi? Apa ini kejadian lagi seperti kemarin saat dia berusaha melepas Erika. Akan tetapi, kali ini rasanya lebih ada tarikan yang memperkuat.Tatapan Jojo kosong, mengedarkan pandangan ke jendela bis yang menampilkan hutan dengan pepohonan di sepanjang perjalanan. Bahkan suara bising dari teman-teman yang sedang mengobrol selama perjalanan pulang tidak dapat ia dengar. Hanya ada suara Erika
Seperti biasa, selepas melaksanakan Solat Subuh, Jojo bersiap berangkat kerja. Saat ia membuka pintu, percikan merah di teras mengganggu pandangannya. Matanya terbelalak menyaksikan."Sar, Sari…," teriak Jojo. Istrinya bergegas menghampiri sumber suara. Matanya ikut terbelalak saat mengarahkan pandangan ke tempat jari telunjuk Jojo."Apa itu, Mas?" Mereka saling pandang. Percikan itu tidak sedikit tetapi dari teras hingga ke pintu pagar. Bahkan ada bau anyir yang berseliweran.Segera Jojo menghampiri salah satu percikan merah itu. Mencoba mencium bau dan menerka."Amis," ucap Jojo. Pikiran negatif Jojo kembali merasuk, apa ada hubungan dengan Erika? "Kalau di kampung ini namanya&hellip
Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia
Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka
[Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua
Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu
Dering gawai mengejutkan Sari yang tengah berpikir. Panggilan masuk datang dari orang tuanya di Jakarta. Ia segera mengangkat. Setelah saling menanyakan kabar, Sari memberikan kabar baik tentang tubuhnya yang telah berbadan dua tanpa memberitahu masalah yang sedang terjadi.Senyum mengembang dari wajah kedua orang tuanya, mendengar kabar itu. Sari pun ikut bahagia melihatnya.[Terus, sekarang Mas Jojo mana, Ndok?][Belum pulang, Ma. Lembur.][Kalau begitu kamu jangan capek-capek, ya. Jangan sering lembur juga.][Aku hari ini mengundurkan diri, Ma.][Lho, kenapa?]
Beberapa pesan singkat Erika masuk ke gawia Jojo, tetapi tak satupun yang dibalas. Jojo hanya melihatnya sebentar, lalu kembali ia masukan gawai ke dalam saku.Selama dalam perjalanan pulang, Jojo terdiam. Suara bising obrolan rekan-rekannya tak terdengar, seolah sunyi. Tanpa ada suara apapun. Pikirannya melayang, teringat bayang-bayang foto USG yang Sari kirimkan tadi siang. Bagaimana nasib bayi itu ketika lahir, pikirnya.Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya. Ada rasa sedih dalam hati, memikirkan jika calon anaknya nanti membencinya karena tahu ia telah mengkhianati Sari dan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Bayang-bayang rasa bersalah terus menghantui sepanjang perjalanan. Hingga Jojo tiba di halte tempatnya turun.Seturunnya dari bis, Joj
Erika berdeham. Menahan malu dan amarah yang bergelut dalam pikirannya. Ia meraih rokok dari nakas dan segera menyalakannya. Setelah satu hisapan bisa terlepas, ia merasakan sedikit lega dan bisa mengembalikan keberanian bicara lagi."To the point aja, tujuan anda kesini ada apa?" tanya Erika ketus.Sari masih mempertahankan senyum tipis pada bibirnya. Menatap gadis yang berani menggoda suaminya lagi. Sambil mengangguk ia pun menjawab, "Iya, pertanyaan bagus. Saya cuma mau tanya, benar kamu mencintai Jojo dan kalian akan segera menikah?"Erika kembali tergelak sambil menghisap batang racun nikotin yang berada di jarinya. Senyum sengit ia lontarkan, seolah meledek."Hmmm… sepertinya Jojo suda
Entah, hari itu mengapa Sari sama sekali menurut perkataan Jojo yang meminta segera membuang amplop cokelat, bukti perselingkuhannya. Perlahan, ingatan Sari mundur. Jojo seperti membakar sesuatu di halaman belakang. Bodohnya lagi, ia tidak curiga. Rasa lelah membuatnya tak peduli. Mempercayai apa saja yang keluar dari bibir Jojo.Bahkan keesokan pun Sari tidak memperhatikan sampah yang ia buang keluar. Apakah ada amplop itu atau tidak. Penyesalan sangat menusuk. Ternyata Jojo begitu lihai bermain lidah dan hati. Begitu pun dirinya yang sangat bodoh dan mudah dibohongi.Ambar menceritakan semua tentang pertemuan hari itu perlahan. Lalu, ia pun mengeluarkan gawainya dari saku. Mencari foto dan video yang pernah suaminya kirim untuk di cetak. Menurut Ambar, sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu Sari semuanya. Rasa kasi
Sari mengejar Jojo keluar rumah yang sudah tidak terlihat. Ia menghentikan langkahnya saat menyadari air mata yang telah membasahi wajah. Bagaimana mungkin bisa keluar rumah untuk mengejar Jojo. Apa pantas menyelesaikan masalah di tempat umum, tanyanya dalam hati. Pikiran waras masih dapat mengontrol emosi.Sementara Ambar yang sedang menyapu di teras rumahnya, melihat wajah sembab Sari. Ia yakin telah terjadi sesuatu dengan tetangganya itu.Ambar bergegas membuka pintu pagar dengan sedikit berlari menghampiri rumah Sari. Sari yang menyadari kedatangan Ambar segera menghapus semua tanda kesedihan yang sebenarnya sudah tidak bisa ia tutupkan."Mbak, nggak apa-apa?" Ambar berjalan menghampiri Sari.S