Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.
Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.
Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.
Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu yang baru bangun segera turun dari mobil tanpa melihat keluar. Ia baru mengucek matanya saat turun mobil. Menyadari bahwa tempat yang mereka datangi bukan klinik ataupun rumah sakit. Akan tetapi, rumah ruqyah. Terlihat dari tulisan besar yang berada di depan rumah tersebut.
"Ngapain kita kesini?" tanya Jojo.
"Berobat," jawab Sari santai. Ia menggandeng tangan Jojo untuk melangkah.
Namun, Jojo menahan. Tubuhnya menolak untuk masuk ke dalam. Sementara hatinya menangis, menjerit. Ingin sekali masuk. Apa daya, tubuhnya telah dikuasai oleh jin suruhan Emak. Begitu pun dengan bibirnya tertahan. Ingin sekali ia mengatakan pada Sari, bawa segera bawa masuk. Akan tetapi, tidak bisa.
Batin dan tubuhnya berperang tanpa bisa dilihat oleh manusia normal. Hingga menghasilkan teriakan-teriakan histeris dari mulut Jojo yang akhirnya mengundang perhatian dari orang-orang di sana. Sari yang panik hanya bisa mengguncang tubuh suaminya sambil mengajak Jojo istighfar. Namun, tidak berhasil. Jojo hanya bisa berteriak tanpa ucapan apapun.
Perlahan air matanya keluar dari setiap sudut mata. Menetes, membasahi pipi.
"Mas, istighfar…," ucap Sari berulang.
Seorang lelaki bergamis putih menghampiri Sari, ia menanyakan apa yang terjadi dengan Jojo. Dengan singkat, Sari menjelaskan tujuannya ke sana. Lelaki itu pun paham. Ia segera berdiri di belakang Jojo. Memegang pundak lelaki itu dengan membacakan ayat suci. Jojo semakin menjerit, tubuhnya kaku. Tidak dapat digerakkan. Kedua matanya membesar dan memerah. Ada amarah yang keluar dari wajahnya.
Dua orang lainnya yang datang dari dalam rumah ruqyah menghampiri. Salah satunya berdiri di depan Jojo dan mengusap wajah pasiennya itu. Dalam hitungan ketiga, tubuh Jojo telah lemas, tidak kaku seperti tadi. Perlahan jatuh, hampir tersungkur ke tanah. Ketiga pria yang mengelilinginya segera menangkap tubuh lelaki itu dan membawanya ke dalam ruangan.
Sari yang tidak paham hanya mengikuti dari belakang. Hingga ke ruangan. Ia duduk tak jauh dari tempat tubuh suaminya dibaringkan. Seorang lelaki yang tadi mengusap wajah Jojo, mulai menanyakan tujuan kedatangan Sari.
Sari pun menjelaskan secara rinci, hal aneh yang menimpa suaminya. Hubungan antara Erika dan keluarga kecilnya. Lalu, ia menyimpulkan bahwa suaminya itu telah terkena ilmu sihir.
Lelaki di hadapan Sari mengangguk. Ia meminta tolong pada seorang wanita mengambil sebuah plastik dan tisu. Menyiapkannya di dekat Sari dan mendampingi pasien wanitanya itu. Sari tak paham fungsi kedua benda itu. Namun, ia hanya bisa mengikuti. Seorang lelaki yang duduk di hadapannya itu, mulai membacakan surat-surat ruqyah. Belum sampai satu menit, ayat-ayat Tuhan dilantunkan sudah membuat Jojo seperti cacing kepanasan. Berguling-guling di lantai sambil berteriak dan menutup kedua telinganya.
Lelaki bergamis putih itu tak berhenti membacakan ayat suci. Ia terus melantunkan dengan nada indah. Namun, Sari pun perlahan tidak sanggup mendengarnya. Ia merasakan mual yang teramat pada perutnya. Hingga ingin muntah.
Seorang wanita berkerudung yang sejak awal ikut duduk di belakang Sari berbisik, "Muntahkan saja, ke pelastik itu."
Sari paham sekarang fungsi pelastik itu. Ia terus berusaha membuang mual yang tak henti membuat perutnya sakit. Namun, tak ada sedikit pun makanan yang keluar dari mulut Sari, meski mual begitu jelas mengusik. Hingga tubuhnya melemah dan tenggorokannya terasa sakit.
Sementara Jojo masih berjuang memuntahkan sesuatu yang tak terlihat dari mulutnya. Dibantu oleh seorang lelaki yang tadi memegang punggungnya. Kini lelaki itu pun menepuk pelan punggung Jojo.
***
Tubuh Jojo terlihat lemas, ia bersandar pada dinding sambil duduk di lantai dengan kaki diluruskan. Air matanya terus mengalir. Kesadarannya perlahan pulih. Terjawab sudah semua tanya dalam hati kecilnya. Bahwa Erika telah melakukan hal ini.
Tidak hanya kepada Jojo, gadis cantik nan seksi itu pun bermaksud mencelakai Sari. Membuat Sari terlihat buruk, jelek, bahkan bau saat di dekat Jojo. Hingga Jojo sangat jijik dan tidak mau mendekati istrinya lagi. Semua terbongkar saat proses ruqyah tadi Jin yang bersemayam di tubuh Jojo bercerita.
Tugas apa saja yang ia lakukan dan apa tujuannya. Sari mendengar jelas semuanya. Begitu pun Jojo. Meski matanya terpejam tetapi setengah kesadarannya ada. Ia bisa mendengar semua percakapan yang keluar dari mulutnya. Ada sesuatu yang menurut Jojo menggerakkan tubuhnya hingga memaksa berbicara ini dan itu.
"Sekarang yang dirasakan gimana, Mas Jojo dan Mbak Sari?" tanya seorang lelaki bergamis putih itu.
"Lemas," jawab Jojo.
"Kalau saya sudah enakan, Pak. Sebelum ke sini, ya, tangan sebelah kiri terasa sangat berat. Sekarang tidak."
"Alhamdulillah kalau begitu. Jangan tinggalkan solat lima waktunya, ya. Itu untuk benteng kalian. Dua minggu dari sekarang, kita akan ruqyah ulang. Melihat perkembangan. Apakah ada jin yang mencoba datang lagi atau tidak. Karena begitu, Mbak, terkadang pasien sudah diruqyah bersih. Tapi, tidak solat. Nah, itu yang membuat jin mudah kembali lagi. Maka, pesan saya satu. Dijaga solat lima waktunya. Bisa sunnah lebih bagus. Ditambah baca al-quran setiap hari apalagi."
Penjelasan panjang dari lelaki bergamis putih itu membuat Sari mengangguk paham. Sementara Jojo sudah lemas, ia hanya diam menyimak dan mengikuti.
Mereka pun pulang, setelah taksi online yang Sari order sudah datang. Jojo berjalan ke taksi dengan bantuan Sari dan seorang keamanan di rumah ruqyah itu. Ia masih merasa tubuhnya lemas. Bahkan sesekali air matanya menetes. Rasa bersalah terhadap wanita yang telah ia campakkan terus menghantui. Berulang meminta maaf dalam bisikkan.
"Mas, istirahat aja dulu. Aku sudah maafin kamu. Nanti kalau sudah sampai, aku bangunin, ya?"
Jojo pun menurut. Ia mulai terlelap saat di perjalanan hingga tiba di rumah. Ambar yang melihat Sari turun dari mobil segera menghampiri dan membantu menopang tubuh Jojo untuk masuk ke dalam rumah.
Jojo berbaring di ranjang, Sari memintanya untuk melanjutkan tidur agar tubuh lelaki itu segera fit dan pulih lagi.
"Besok kamu kerja. Jadi, harus sembuh. Sekarang istirahat yang cukup, ya? Kalau perlu apa-apa panggil aku. Aku duduk di ruang tamu." Jojo mengangguk. Sari pun beranjak menemui Ambar di ruang tamu.
"Wanita itu tidak hanya mengguna-guna Jojo, Mbar. Tapi, mencoba mencelakai aku juga," tutur Sari. Tangis yang sedari tadi tertahan. Luntur juga.
Sengaja di depan Jojo Sari sama sekali tidak menampakkan kesedihannya. Baru ia keluarkan rasa sedih itu di depan Ambar dan menceritakan semua yang terjadi selama proses ruqyah berlangsung.
"Alhamdulillah kalau sekarang sudah lebih baik, Mbak. Mbak Sari juga sekarang istirahat. Aku pulang, ya?"
"Sekali lagi, makasih banyak, ya, Mbar." Sari memeluk Ambar sebelum wanita di hadapannya itu beranjak dari sofa. "Aku nggak tahu nasib anakku kelak kalau melihat kami bercerai. Apa yang akan aku katakan, jika ia beranjak dewasa dan mulai mempertanyakan tentang ayahnya."
"Iya, Mbak. Ya sudah, Mbak Sari jangan banyak pikiran, ya? Kasihan calon dedeknya. Nanti ikutan sedih."
Ambar pun pamit pulang dan Sari kembali ke kamar, merebahkan tubuhnya di ranjang, di samping Jojo. Belum sempat ia memejamkan mata, dering gawai Jojo berbunyi. Sari mengambil gawai yang terletak di nakas. Ada beberapa kali panggilan telepon dari Erika di sana. Sari menolak panggilan dan membuka pesan yang menumpuk dari Erika.
Bersambung….
[Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua
Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka
Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia
Siapa yang tak memimpikan memiliki pasangan halal? Setiap insan pasti ingin. Namun, di zaman modern seperti sekarang apakah ada yang siap menikah dengan lelaki yang menginginkan memiliki istri lebih dari satu? Terlebih bukan karena alasan agama atau kekurangan yang dimiliki calon istrinya."Mah, batalkan saja semua persiapan pernikahanku."Seorang gadis berkacamata segera mempercepat langkah kaki menuju lantai dua rumahnya. Membiarkan wajah kedua orang tuanya terpaku tanpa penjelasan di ruang keluarga. Sesampainya di ruang kamar, segera ia mengunci pintu. Sendiri adalah obat penenang untuk saat ini.***Berulang, Sari mencoba menghubungi seseorang dari gawainya. Tak ada jawaban. Sudah minggu ke dua, lelaki yang ia harap menjadi im
Roni--lelaki yang sedang mencuci motor--bersedia mengantar Sari ke sebuah alamat yang menurutnya adalah rumah kekasih Jojo setelah Sari mengiba. Ketika tiba, Sari memintanya menunggu di luar, sedangkan ia akan masuk sendiri.Jantung Sari berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia menyusuri lorong indekos. Ragu, tetapi ia hanya ingin membuktikan apa yang dikatakan Roni. Dalam hati ia berdoa dan berharap semua kata dari Roni tidak benar.Sari semakin gugup kala tiba di depan sebuah kamar yang Roni beritahu. Berulang ia mengatur napas dan mengetuk pintu. Seorang gadis dengan celana hot pants dan tengtop merah membuka pintu. Seksi. Tersenyum, penuh tanya, mencoba
Empat hari berlalu, sejak percakapan senin lalu di telepon. Sari enggan menghubungi Jojo lebih dulu. Ia memilih menanti kabar kedatangan Jojo ke Jakarta. Memperjelas hubungan.Tiba-tiba Jojo mengirimkan foto tiket keberangkatannya ke Jakarta. Tertulis pada sebuah foto kertas itu, bahwa besok pagi ia berangkat ke Jakarta. Sari hanya membalas singkat, ia akan menjemput di bandar udara.Semalaman pikiran Sari melayang. Apa yang akan ia katakan besok ke Jojo? Seandainya harus berakhir, apa Sari bisa menjelaskan kepada kedua orang tua dan keluarga besarnya? Lalu, menanggung malu dan membuang uang dari Jojo yang terlanjur sudah membayar deposito.Jika lanjut, apa bisa Jojo cerita jujur tentang wanita itu dan mengakhirinya?
Empat hari berlalu, sejak percakapan senin lalu di telepon. Sari enggan menghubungi Jojo lebih dulu. Ia memilih menanti kabar kedatangan Jojo ke Jakarta. Memperjelas hubungan.Tiba-tiba Jojo mengirimkan foto tiket keberangkatannya ke Jakarta. Tertulis pada sebuah foto kertas itu, bahwa besok pagi ia berangkat ke Jakarta. Sari hanya membalas singkat, ia akan menjemput di bandar udara.Semalaman pikiran Sari melayang. Apa yang akan ia katakan besok ke Jojo? Seandainya harus berakhir, apa Sari bisa menjelaskan kepada kedua orang tua dan keluarga besarnya? Lalu, menanggung malu dan membuang uang dari Jojo yang terlanjur sudah membayar deposito.Jika lanjut, apa bisa Jojo cerita jujur tentang wanita itu dan mengakhirinya?
Sari menutup mulutnya dengan tangan. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Sesaat ia dan Jojo saling pandang. Ada kepanikan dari raut wajah Jojo di sana."Sar… aku bisa selesaikan ini semua. Aku janji. Tolong jangan pergi." Jojo ingin meraih tangan Sari. Namun, Sari tepis dan menggeleng. Sebagai isyarat bahwa ia tidak mau.Sari mencaci dirinya sendiri dalam hati. Ia sudah tidak tahu harus berkata apa. Tubuhnya terasa sangat lemas. Kini, Ia harus ikhlas melepas Jojo. Mengubur kembali cinta yang telah bangkit.Percuma dilanjutkan, jika harus mengorbankan bayi dalam kandungan Erika. Sari tidak mau dirinya terkena karma dikemudian hari. Mundur adalah jalan yang tepat. Meski harus mengorbankan rasa malu di hadapan keluarga.
Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia
Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka
[Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua
Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu
Dering gawai mengejutkan Sari yang tengah berpikir. Panggilan masuk datang dari orang tuanya di Jakarta. Ia segera mengangkat. Setelah saling menanyakan kabar, Sari memberikan kabar baik tentang tubuhnya yang telah berbadan dua tanpa memberitahu masalah yang sedang terjadi.Senyum mengembang dari wajah kedua orang tuanya, mendengar kabar itu. Sari pun ikut bahagia melihatnya.[Terus, sekarang Mas Jojo mana, Ndok?][Belum pulang, Ma. Lembur.][Kalau begitu kamu jangan capek-capek, ya. Jangan sering lembur juga.][Aku hari ini mengundurkan diri, Ma.][Lho, kenapa?]
Beberapa pesan singkat Erika masuk ke gawia Jojo, tetapi tak satupun yang dibalas. Jojo hanya melihatnya sebentar, lalu kembali ia masukan gawai ke dalam saku.Selama dalam perjalanan pulang, Jojo terdiam. Suara bising obrolan rekan-rekannya tak terdengar, seolah sunyi. Tanpa ada suara apapun. Pikirannya melayang, teringat bayang-bayang foto USG yang Sari kirimkan tadi siang. Bagaimana nasib bayi itu ketika lahir, pikirnya.Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya. Ada rasa sedih dalam hati, memikirkan jika calon anaknya nanti membencinya karena tahu ia telah mengkhianati Sari dan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Bayang-bayang rasa bersalah terus menghantui sepanjang perjalanan. Hingga Jojo tiba di halte tempatnya turun.Seturunnya dari bis, Joj
Erika berdeham. Menahan malu dan amarah yang bergelut dalam pikirannya. Ia meraih rokok dari nakas dan segera menyalakannya. Setelah satu hisapan bisa terlepas, ia merasakan sedikit lega dan bisa mengembalikan keberanian bicara lagi."To the point aja, tujuan anda kesini ada apa?" tanya Erika ketus.Sari masih mempertahankan senyum tipis pada bibirnya. Menatap gadis yang berani menggoda suaminya lagi. Sambil mengangguk ia pun menjawab, "Iya, pertanyaan bagus. Saya cuma mau tanya, benar kamu mencintai Jojo dan kalian akan segera menikah?"Erika kembali tergelak sambil menghisap batang racun nikotin yang berada di jarinya. Senyum sengit ia lontarkan, seolah meledek."Hmmm… sepertinya Jojo suda
Entah, hari itu mengapa Sari sama sekali menurut perkataan Jojo yang meminta segera membuang amplop cokelat, bukti perselingkuhannya. Perlahan, ingatan Sari mundur. Jojo seperti membakar sesuatu di halaman belakang. Bodohnya lagi, ia tidak curiga. Rasa lelah membuatnya tak peduli. Mempercayai apa saja yang keluar dari bibir Jojo.Bahkan keesokan pun Sari tidak memperhatikan sampah yang ia buang keluar. Apakah ada amplop itu atau tidak. Penyesalan sangat menusuk. Ternyata Jojo begitu lihai bermain lidah dan hati. Begitu pun dirinya yang sangat bodoh dan mudah dibohongi.Ambar menceritakan semua tentang pertemuan hari itu perlahan. Lalu, ia pun mengeluarkan gawainya dari saku. Mencari foto dan video yang pernah suaminya kirim untuk di cetak. Menurut Ambar, sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu Sari semuanya. Rasa kasi
Sari mengejar Jojo keluar rumah yang sudah tidak terlihat. Ia menghentikan langkahnya saat menyadari air mata yang telah membasahi wajah. Bagaimana mungkin bisa keluar rumah untuk mengejar Jojo. Apa pantas menyelesaikan masalah di tempat umum, tanyanya dalam hati. Pikiran waras masih dapat mengontrol emosi.Sementara Ambar yang sedang menyapu di teras rumahnya, melihat wajah sembab Sari. Ia yakin telah terjadi sesuatu dengan tetangganya itu.Ambar bergegas membuka pintu pagar dengan sedikit berlari menghampiri rumah Sari. Sari yang menyadari kedatangan Ambar segera menghapus semua tanda kesedihan yang sebenarnya sudah tidak bisa ia tutupkan."Mbak, nggak apa-apa?" Ambar berjalan menghampiri Sari.S