"Apakah dia anakku?" Meski Titi berulang kali mengatakan keponakannya bukanlah anak mereka, tapi Ryan --mantan sekaligus atasannya itu tak percaya! Terlebih, Ryan juga sedang dikejar target untuk harus menikah dalam waktu 2 bulan. Kalau tidak, ia akan menikah dengan pilihan keluarganya. Lantas, bagaimana nasib Titi? Sebab, ia harusnya menyembunyikan identitas asli keponakannya itu dari keluarga Ryan ....
view more"Hentikan itu, Ryan! Hentikan!" Ryan terkejut dengan bentakkan Titi, ia sudah kelewat batas memang. "Keluar dari sini, sekarang juga!" perintahnya tegas. Ryan pun tak punya pilihan lain selain pergi dari sana. Ia benar-benar shock dengan kenyataan itu, tapi sekaligus bingung dengan jalan hidupnya selanjutnya. Sementara di Club tempatnya bertemu dengan Tristan, Tristan mengatakan kalau ia sudah tau soal ayah dan ibu kandung Sifa. "Kenapa lo gak cerita?" "Ada batas, Bro. Titi al ngizinin gue buat cerita." "Anjir, gue kayak orang tolol banget! Selama ini, gue gak bisa nemenin Titi di masa-masa sulitnya!" umpat Ryan pada diri sendiri. Tristan hanya bisa diam, menatap sahabatnya dengan prihatin. Setelah Ryan tenang, barulah Tristan mengajaknya bicara untuk pembahasan yang lebih serius. "Sebenernya gue juga nggak tau harus gimana. Gue merasa prihatin sama fakta kalau lu harus nikah sama orang yang nggak lu suka. Gue tahu pasti itu berat banget, tapi kalau dipikir-pikir
"Aku tahu siapa Ibu dan ayahnya, Ryan."Ryan datang ke kontrakan Titi dan Sifa malam-malam, terkejut dengan kehadirannya.kemudian Ryan dengan sadar malah mengungkapkan niatnya untuk melamar Titi untuk saja sifat sudah tidur jadi ini hanya. dan Rayan d ruang tamu karena itu titik langsung memutuskan untuk memberitahu Ryan Apa yang terjadi dan Kini giliran Ryan yang terkejut. "Sorry?"ayah dan ibu Syifa aku tahu siapa mereka "Jadi, Sifa bukan anak kandungmu?" "Yah..."Ryan mematung syok dengan semua itu."Jadi tolong berhentilah mengejarku," ujar Titi merasa putus asa."Tunggu-tunggu! Tolong jelasin siapa orang tuanya Sifa! Lalu kenapa dia sangat mirip denganku?""Ya karena ayahnya juga mirip denganmu," balas Titi cepat."Apakah yang kamu bilang adalah kakak sepupuku yang sedih diusir dari Keluargaku?""Itu benar ...""Dasar, brengsek!" umpat Ryan tanpa sadar."Jadi, tolong menjauhlah dariku. Aku ingin melindungi Sifa darinya. Apakah apakah dia keponakanmu?""Iya betul.""Pantas sa
"Bagaimana kalau anak wanita itu adalah anakku, Pi?" tanya Ryan dengan berani.Ia seolah menantang sang ayah.Maka, pria berusia 60 tahun itu pun mendelik ke arah putranya dan berkata.Apapun yang ingin kamu sampaikan, itu tidak berguna untukku.Anak itu, meskipun mirip denganmu, belum tentu adalah anakmu."Aku punya bukti kalau begitu!""Buang semua bukti itu, dan nikahi saja Queen secepatnya. Papi nggak perduli dengan apapun alasanmu, atau masalah di masa lalu kamu. Papi hanya ingin, kamu menikah dengannya. Itu sudah cukup." Ryan kehilangan ide jika ayahnya sudah tidak memperhatikan alasannya untuk terus mengejar Titi. Apa alasan yang akan ayahnya setujui?Ia pun memilih untuk istirahat dan memikirkan ide lainnya.Ia tidak akan menyerah begitu saja, karena kalau menyerah itu bukanlah Ryan.•••Kluntang! "Apa kekuasaan yang lo butuhin?" tanya Taufik. Pria yang berprofesi sebagai Mekanik Mobil itu, adalah salah satu sahabat Ryan yang tidak masuk circle gengnya yang isinya orang
Ryan benar-benar tidak nafsu makan melihat wajah Tristan. Meskipun mereka sepakat untuk bersaing secara sehat, tapi kebencian itu mulai tumbuh secara perlahan. Rasa pertemanan pun mulai pudar, tertinggal kejengkelan tiap melihat wajahnya. Ryan tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa bahwa Tristan adalah musuhnya sekarang, mereka jelas saingan cinta. "Enak nggak Sifa?" tanya Tristan dengan ceria. "Hem... enak banget Om! Ini pertama kalinya Sifa makan makanan seenak ini," ujar Sifa dengan bahagia. Bagaimana tidak? Ia memakan steak yang harganya Rp 100.000-an ke atas. Mana mungkin Titi membelikannya untuk Sifa, itu pemborosan. Sementara anggaran makan mereka setiap hari saja hanya Rp 30.000 - Rp 50.000. Mereka selalu bawa bekal dan tidak makan di luar, agar hemat. Kalau dihitung-hitung pengeluaran perhari itu cukup banyak bagi Titi dan Sifa. Transportasinya saja sudah 20.000, mengingat Titi harus ke sekolah Sifa dulu baru ke kantornya. Jadi, mereka menghabiskan uang
Saat Titi menoleh, ia pun langsung terkejut melihat wajah bosnya--Tristan. "Bapak lagi ngapain di sini?" tanyanya masih kaget. "Hem... tadi lagi jalan-jalan sama temen, terus pas lihat kamu, aku biarin dia pulang terlebih dahulu. Terus, kamu ngapain di sini?" tanyanya balik. Kemudian, Tristan melihat ke arah area ice skating dan melihat sosok yang ia kenal."Oh sama anakmu dan... Ryan juga," ujarnya tersenyum miring. "Dia gigih banget ya," lanjutnya."Iya gitu deh, aku nggak tahu harus gimana. Aku coba pakai banyak alasan, biar dia berhenti ngelakuin semua ini, tapi gak ada yang berhasil.""Kalau itu emang nggak ada solusi sih, Ryan adalah orang paling keras kepala yang pernah aku temui selama aku hidup.""Iya sih.""Eh... tapi aku denger-denger dari Steven, dia akan dipaksa buat nikah sama Queen.""Dalam waktu dekat?""Iya, Ryan kan udah berkali-kali menghindari pertemuan keluarga. Kalau bisa dihitung, itu sejak dia tau kamu kerja di kantornya," ujar Trista."Jadi alasannya, kare
Tristan pergi keluar untuk menemui seseorang yang tidak terlihat wajahnya, ia menggunakan kacamata hitam, masker, dan topi yang menutupi sebagian wajahnya. "Tuan." "Kau datang Tristan?" "Iya, Tuan.""Ada apa?" tanya orang itu."Hem... saya ingin menceritakan sesuatu, sekaligus meminta bantuan lada Anda.""Apa itu? Kuharap, aku mendapat yang setimpal dari bantuanku itu," ungkap orang misterius itu."Tentu saja, Tuan."••• "Papi!""Hai, Sayang. Gimana sekolahnya?""Seru, tadi ada Bu Guru baru!""Oh ya?"Titi menatap keduanya yang sibuk mengobrol di bangku taman dengan kesal, ini di ruang terbuka dan ia harus menjauh.Maka, ia mencoba duduk di kursi lain yang agak jauh taoi masih menjangkau pandangannya pada mereka berdua.Sifa terlihat bahagia mengobrol dengan sang ayah dalam panggilan itu, sementara Mira sedang berpikir keras lada solusi agar Ryan berhenti mengganggu mereka.Rasanya tidak mungkin, ia tak memiliki power untuk itu."Kata Mama, bulan depan udah puasa jadi aku harus la
Titi merasa dunianya berhenti sekarang, bagaimana tidak? Laporan tentang hasil tes DNA itu ternyata menunjukkan bahwa Ryan adalah ayah kandung dari Sifa. Padahal jelas-jelas SiFa merupakan anak yang lahir dari rahim kakaknya, tidak mungkin kan kakaknya berhubungan dengan Ryan. "Tidak, ini tidak mungkin!" "Apa yang tidak mungkin sekarang? Bukankah harusnya kamu yang jujur sama aku? Kenapa selama ini kamu ngotot menyembunyikan fakta bahwa Sifa adalah anakku!" "Bukan begitu, Yan. Aku...." "Kenapa kamu sekeras itu menolak aku dan mencoba memisahkan aku dengan anakku sendiri?" Titi merasa bahwa tekanan itu semakin terasa. Ia menatap mantan pacarnya dengan tatapan lelah. Tentu saja ia sanat kelelahan secara batin menghadapi semua ini. Ia sudah merasakan banyak cobaan hidup untuk menjaga kerahasiaan informasi kedua orang tua kandung Sifa dan kini. Apakah ia harus menyerah dan membongkar semuanya di hadapan sang mantan? "Dengar, ini tidak seperti yang kamu kira, Sifa buk
Sifa sangat bahagia karena kedatangan orang yang ia anggap ayah itu. "Papi!" Ryan memeluknya dan langsung menggendongnya dengan bahagia. Sejujurnya, ia ingin sekali selalu membicarakan tentangnya, tetapi sang Ibu rupanya tidak menyukai pria itu. Ia jadi penasaran kenapa sang Ibu begitu keras menolaknya? Padahal Ryan sangat baik pada mereka. Saat mereka sudah di dalam mobil, Sifa pun bertanya. "Papi!" panggil Sifa lagi. "Iya, Sayang?" "Pi... kenapa sih Mama tuh kayak nggak suka sama Papi? Padahal Papi baik banget sama kita," ujarnya lesu. Gadis itu sangat cerdas, membuat Ryan terkekeh mendengarnya. "Mama kamu cuma butuh waktu Sayang, buat menerima Papi lagi." "Maksudnya?" tanya Sifa. "Suatu saat nanti kamu bakal tahu, tapi yang pasti mami kamu belum siap," ujar Ryan. Ia tak pandai merangkai kata sederhana untuk dapat dipahami anak kecil. Untungnya Sifa penurut, jadi ia pun hanya mengangguk-angguk. "Terus kita mau ke mana Pih?" tanyanya sambil memakan cake
"Shit!" Lim si sekretaris terkejut ketika mendengar umpatan dari bosnya. Ia agak takut dan tidak berani bertanya, membiarkan bosnya larut dalam emosinya. Emosi Ryan timbul karena postingan Tristan yang membuatnya kesal bukan main. Setaunya Tristan jomblo, tapi mengingat aoa yang mereka sepakati waktu di club, sudahlah pasti perempuan dalam foto itu adalah Titi. Foto itu sebenarnya tidak spesifik memperlihatkan siapa orangnya, hanya saja sebuah tangan yang bersandar di atas meja yang seolah dari sudut pandangnya, Tristan sedang makan bersama Titi. Titi sangat terbuka sekali dengan Tristan, berbeda ketika menghadapinya. Padahal ketika ia yang memaksanya untuk pergi saja, Titi sangat sulit seolah dipaksa untuk masuk ke lubang buaya. Ia terlihat sangat tersiksa sekali waktu itu, ia benar-benar diculik bukan diajak dengan cara baik-baik. Ryan juga melihat, di kolom komentar dari postingan-postingan itu, Tristan tengah diledek oleh teman-temannya atau digoda, dan diberikan
“100 juta?” lirih Titi dengan tatapan kosong.Biaya penalti kontrak kerjanya bila mundur sebelum waktu yang ditentukan sungguh besar.Tapi, ia pun bingung karena perusahaan startup yang menjadi kantor barunya ternyata milik sang mantan kekasih yang ditinggalkannya tanpa alasan yang jelas.Haruskah dia bertahan di sana dan menebalkan muka saja demi Sifa, keponakan yang sejak bayi dititipkan sang kakak? Terlebih, tabungannya menipis dan sekarang sulit sekali mencari pekerjaan."Titi, sedang apa kamu di sini?"Deg!Mendengar suara bariton yang familiar itu, Titi yang sedang ingin menjemput Sifa–terkesiap.Bagaimana bisa Ryan–mantan kekasihnya–mendadak ada di depan teras TK ini?"Saya menjemput adik saya, Pak," jawab wanita itu cepat, mencari alasan.Namun, Ryan tampak mengernyitkan dahi. "Seingat saya, kamu anak bungsu?""Ya... em, Ibu saya menikah lagi dan mereka punya anak," ucap Titi sembari merutuki diri sendiri.Bagaimana bisa dia lupa jika Ryan tahu tentang seluruh latar belakangn...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments