Priscilla si gadis polos yang tertipu cinta kekasihnya, Stefan.Terjebak dalam rayuan Stefan hingga melakukan hubungan terlarang, dan berakhir ditinggalkan dalam keadaan hamil. Priscilla frustasi, hidupnya hancur karena ulah Stefan. Dalam kehancurannya, seorang lelaki dengan gayanya yang urakan datang dan menjadi penyelamat hidupnya.
View MorePriscilla menutup kancing baju tidurnya yang tadi sempat dilepas oleh Stefan, ia masih syok dengan tingkah liar Stefan. Priscilla menduga Stefan tengah mabuk, dari mulutnya tercium bau alkohol yang cukup menyengat.
"Aku bakal tanggung jawab kok, kamu gak percaya sama aku?"
Bujuk Stefan, membuat Priscilla bingung. Lima tahun Priscilla mengenal Stefan, dan sudah lima tahun pula mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Stefan yang Priscilla kenal sangat baik dan sangat menjaga dirinya entah mengapa malam ini sangat berbeda, stefan meminta hal yang diluar batas dalam hubungan berpacaran.
"Kamu takut apa si Sil? Kamu kenal mami aku, mereka welcome sama kamu. Kalo kamu sampe hamil aku pasti bakal tanggung jawab Sil,"
"Tapi kamu janji Stef?"
Stefan mengangguk dan terus meyakinkan Priscilla, dengan setengah hati Priscilla mengiyakan permintaan Stefan. Ia hanya berharap jika suatu saat nanti terjadi sesuatu padanya Stefan akan menepati janjinya.
Cukup lama mereka bergelut dalam aktifitas panas ini, hingga pukul satu dini hari mereka baru selesai melakukannya. Ada noda darah di sela area intim Priscilla dan rasanya sangat menyakitkan untuknya, Stefan menciumi Priscilla berkali-kali dan terus mengatakan i love you padanya.
"Stef tolong tepatin janji kamu kalo sampe aku kenapa-kenapa ya?" Pinta Priscilla.
"Iya sayang, makasih ya untuk malam ini. Aku pulang ya?"
Priscilla mengangguk dan mengantar Stefan ke garasi untuk mengambil motor kesayangannya, setelah keadaan aman barulah Stefan pergi dari rumah Priscilla. Priscilla tidak bisa tenang, ia terus memikirkan hal yang barusan ia lakukan dengan Stefan. Perasaan menyesal terus membayangi hati dan pikirannya.
"Gak usah dipikirin Sil, Stefan pasti tanggung jawab kok." Gumam Priscilla guna menyingkirkan rasa khawatirnya.
*****
Setelah kejadian malam itu gaya pacaran Stefan dan Priscilla berubah, mereka yang tadinya berpacaran secara sehat kini sering melakukan having sex dan pergi ke klub malam. Tentu Priscilla tidak dengan senang hati melakukannya, ia mau melakukan itu semua karena tekanan dari Stefan. Ia takut Stefan akan meninggalkannya.
"Ayolah kamu gak asik banget, temen aku udah open table nih Sil."
"Tapi aku lagi gak enak badan Stef, mami papi aku juga ada dirumah."
"Terserah kamu lah, kamu gak asik banget Sil jadi cewek."
Melihat Stefan marah Priscilla langsung panik dan berusaha memenuhi keinginan Stefan, ia terpaksa membohongi orang tuanya lagi agar bisa pergi ke klub bersama Stefan.
Sesampainya disana mereka disambut oleh teman-teman Stefan yang tidak Priscilla kenal, dan sepertinya mereka juga bukan orang baik-baik.
"Wah jadi nih kayaknya, bagus banget bro mulus." Ucap salah seorang teman Stefan.
Ia terus memandangi tubuh Priscilla dan membuatnya risih, tapi Stefan malah secara sengaja menyuruhnya duduk di samping temannya itu.
Segelas minuman datang dipesan khusus untuk Priscilla, ia tidak ingin meminumnya namun lagi-lagi Stefan mengancamnya. Tegukan demi tegukan hingga akhirnya minuman itu lenyap, tidak butuh waktu lama minuman itu berhasil membuat Priscilla tidak sadarkan diri dan terus meracau tidak jelas.
"Sikat nih!"
Teriak Stefan sambil mendorong Priscilla ke dalam pelukan lelaki itu, tanpa Priscilla sadari ia sudah ditukar oleh Stefan dan Stefan menikmati pacar temannya di tempat lain.
*****
Mentari pagi menyeruak masuk dari jendela dan menyilaukan Priscilla yang tengah tidur terlelap, beberapa menit kemudian ia terbangun. Priscilla masih belum tau apapun tentang kejadian semalam, ia masih merasakan sakit di kepalanya dan terus berusaha memulihkan kesadarannya penuh.
Priscilla menyingkirkan selimut yang dipakai untuk menutupi tubuhnya, betapa terkejutnya saat ia tau tidak ada sehelai benangpun yang menempel di badannya.
"Stefan! Stefan!" Priscilla gelagapan, ia berusaha memanggil Stefan.
Namun bukan Stefan yang datang padanya melainkan teman Stefan, ia keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk untuk menutupi area intimnya. Ia menghampiri Priscilla dan terus menampilkan senyum menjijikkannya.
"Gue gak nyangka hebat juga permainan lo, padahal tampang lo polos banget." Ia menyentuh dagu Priscilla dan berusaha mencium Priscilla.
"Mana stefan?!" Tanya Priscilla dengan intonasi nada tinggi.
Ia tertawa, "Stefan? Ada tuh di Hotel Amarys sama cewek gue. Mau gue anter kesana biar kita bisa nge-sex bareng?"
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat di pipinya, Priscilla menangis dan nafasnya berderu kencang menahan sesak amarah di dada. Tamparan dari Priscilla membuatnya naik pitam, ia membalas tamparan Priscilla dengan beberapa pukulan di wajah Priscilla.
"Dasar lonte!" Bentaknya sambil meludahi Priscilla lalu pergi.
Wajah Priscilla memerah akibat pukulan kencang tadi dan di sudut bibirnya ada luka robekan kecil, ia meringis kesakitan dan terus memanggil nama Stefan. Priscilla mencoba menghubungi Stefan berkali-kali tapi nihil, ia tau kalau Stefan telah mengabaikannya.
"Stefan brengsek!" Rutuk Priscilla.
Hotel ini sangat dekat dengan rumah Priscilla, ia takut jika ada orang yang melihatnya keluar dari hotel. Apalagi semalam ia sudah membohongi orang tuanya demi Stefan.
Priscilla keluar dari hotel dengan menundukkan wajah dan menutupinya dengan sehelai tissue, tapi sepertinya nasib buruk memang sedang senang mengelilinginya. Priscilla tanpa sengaja berpapasan dengan tantenya, ia terkenal usil dan sering membicarakan masalah keluarga pada orang lain.
"Sil? Kamu ngapain di Hotel?" Tanya Amelia.
"Oh tante Amelia, aku cuma lewat aja kok tan."
Amelia sepertinya tidak percaya dengan alasan Priscilla, terlihat dari sorot matanya. Senyumnya sinis dan memandangi Priscilla dari atas hingga bawah, lalu mendekati Priscilla.
"Kamu bau alkohol, mami papi kamu pasti gatau kan?" Bisik Amelia.
Priscilla membulatkan kedua matanya, jantungnya berdegup kencang dan wajahnya mulai terlihat sangat panik.
"Ma- maaf tante, Sila pergi dulu." Tanpa menengok Amelia lagi Priscilla langsung pergi menggunakan taksi.
Amelia tertawa sinis, "haha bahan gosip baru nih, Julie pasti gak tau kalau anaknya main ke hotel murahan kayak gini."
****
Hingga kini Stefan masih belum bisa Priscilla hubungi, ia harus meminta penjelasan Stefan tentang apa yang terjadi kemarin malam.
"Sayang, are you okay?" Tanya Julie.
Melihat Priscilla yang terus melamun sejak kemarin membuat Julie khawatir, bahkan makanan favorit Priscilla yang Julie buatkan tidak disentuhnya sama sekali. Naluri keibuan Julie berkata bahwa putrinya sedang tidak baik-baik saja, namun Julie tidak akan bertanya kalau bukan putrinya sendiri yang bersedia bicara. Bukan Julie tidak perduli, kalau Julie yang bertanya lebih dulu mungkin Priscilla tidak akan jujur padanya.
"Okay mi, aku cuma lagi gak nafsu makan aja karena sariawan." Ucapnya berbohong seraya menunjuk sudut bibirnya yang luka.
"Bener?" Tegas Julie.
Priscilla hanya mengangguk dan menampilkan senyumnya, jelas Julie tau kalau Priscilla sedang berbohong. Julie menebak kalau Priscilla sedang ada masalah dengan Stefan.
"Kamu gak ada masalah sama Stefan kan?"
Priscilla yang sedang mengunyah pisang keju tersedak saat mendengar nama Stefan disebut, memang salah ia berbohong pada maminya.
"Cuma masalah kecil mi."
"Selesaikan ya? Sekecil apapun masalah harus diselesaikan."
Julie mengusap kepala Priscilla, meski sudah mendengar jawaban Priscilla tapi hatinya masih tetap tidak tenang.
Priscilla tidak nafsu lagi untuk melanjutkan makannya, Priscilla membuka sosial media miliknya dan mencari sedikit hiburan. Namun Priscilla syok saat sebuah foto muncul di timeline-nya, Stefan bersama dua orang perempuan berpakaian minim sedang berpose di atas ranjang kamar hotel. Secepatnya Priscilla menghubungi Stefan, tapi lagi-lagi Stefan mengabaikannya.
Notifikasi chat masuk berurutan ke dalam ponselnya, semua teman Priscilla yang juga mengenal Stefan bertanya padanya tentang foto yang Stefan unggah.
Malam hari, Di bawah temaramnya lampu balkon kamar, Priscilla berdiri menatap ke arah bintang yang tengah bersinar dengan indahnya. Rambut panjangnya tergerai indah ke belakang tersapu angin malam, bulu matanya yang lentik menciptakan sebuah bayangan di bawah matanya. Priscilla berbalik dan tersenyum hangat ke arah Jay, salah satu tangannya mengulur untuk menyambut Jay ke dalam pelukannya. Gadis yang dulu ia tolong saat ingin bunuh diri, ternyata adalah jodohnya. Rasa kasihan di hati Jay yang dulu ada untuk Priscilla, kini sudah berganti menjadi rasa cinta yang begitu mendalam untuk perempuan yang ada di hadapannya. Jay tidak pernah menyangka bahwa ia akan mencintai seorang perempuan sampai seperti ini, Priscilla benar-benar membuat Jay tergila-gila padanya. Jay menyambut uluran tangan Priscilla dan menggenggamnya erat, netra mereka saling bertemu dan mengisyaratkan betapa mereka saling mencintai satu sama lain. Jay memeluk Priscilla erat, dan menjamah tiap inci
Sesampainya mereka di bandara, seketika suasana langsung berubah haru. Priscilla yang sedari kemarin berusaha untuk tetap tenang akhirnya menangis juga saat tinggal beberapa waktu lagi Jay akan pergi, begitu juga Niko yang nampak galau karena akan ditinggal Jay padahal mereka baru saja dekat belum lama ini. "Kamu baik-baik ya disana, makan dan tidur yang teratur. Rajin-rajin hubungin aku, terus jangan genit sama cewek-cewek bule. inget!" Priscilla menyentil hidung Jay, Jay hanya bisa tertawa pelan saat mendengar ucapan terakhir istrinya. "Iya istriku sayang, kamu juga jaga diri ya selama jauh dari aku." Jay mengecup ujung kepala Priscilla. "Nik, gue titip anak sama istri gue ya. Jangan sampe ada yang berani godain dia," "Tenang aja Jay, saya bakal jagain Priscilla dan Sera dengan baik." "Kamu tenang aja Jay, papi ada disini buat menantu dan cucu papi. Gak akan ada yang berani ganggu mereka selama ada papi," ujar Andrew. Jay memeluk Priscilla sejenak, dan
Tiga hari kemudian, Jay dan Priscilla akhirnya pulang dari masa honeymoonnya. Mereka nampak semakin lengket seakan sulit untuk dipisahkan satu sama lain, mereka baru tau tentang gagalnya pernikahan Stefan saat sedang mengunjungi Andrew dan dugaan Priscilla benar adanya kalau Shaelana memang tengah hamil. Priscilla tidak menyangka kalau ayah dari bayi yang Shaelana kandung adalah Hendrick, pantas saja kemarin Shaelana nampak gelagapan saat Hendrick meneleponnya. Semenjak batal menikah, Stefan hanya mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tidak pergi ke kantor, bahkan tidak ingin makan apapun jika Lilyana tidak memaksanya sembari menangis. Andrew tidak melakukan apapun untuk membujuknya, ia ingin memberi pelajaran kepada Stefan agar otaknya bisa lebih cerdas dalam menghadapi perempuan. Untungnya pernikahan kemarin tidak mengundang banyak orang, jika sampai mengundang banyak orang maka Andrew akan merasa sangat malu di hadapan para tamu karena mempelai wanita di bawa pergi oleh le
Keesokan paginya, Stefan langsung menyiapkan semua kebutuhan untuk pernikahannya dengan Shaelana. Andrew sempat tidak setuju dengan pernikahan mendadak ini, karena Andrew yakin ada yang tidak beres dengan Shaelana. Namun Stefan nampaknya tidak perduli dengan kekhawatiran Andrew, ia tetap mengurus pernikahannya dengan Shaelana tanpa persetujuan Andrew. Dengan menggunakan gaun pengantin dan tuxedo yang tersedia di butik, Stefan dan Shaelana menikah dengan hanya dihadiri oleh Andrew, Lilyana dan beberapa kerabat Shaelana yang ada di Indonesia. Shaelana berjalan menuju altar di dampingi oleh sepupu jauhnya, kedua orang tua Shaelana tentu tidak tau tentang pernikahan ini. Shaelana menutupi dari seluruh kerabatnya dengan berkata kalau kedua orangtuanya berhalangan hadir hari ini, jika kedua orangtuanya tau kalau Shaelana menikah dengan lelaki lain tentu mereka akan menentang keras pernikahan ini. Bisnis keluarga Shaelana bergantung pada Hendrick, jika ia sampai gagal m
Keesokan harinya, di pagi-pagi buta. Priscilla, Jay dan juga Desti sudah bersiap-siap untuk berangkat ke pulau Bali. Menempuh perjalanan selama hampir dua jam, mereka kini akhirnya sampai di bandar udara Gusti Ngurah Rai. Desti yang tidak pernah berlibur sejauh ini, nampak sangat senang sampai terus mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Priscilla dan juga Jay. Karena Priscilla suka dengan suasana pantai, jadi Stefani memesankan resort yang berada dekat dengan pantai. Begitu melihat hamparan air laut di depan matanya, Priscilla langsung lupa diri dan ingin cepat-cepat sampai ke resort agar bisa bermain di pantai. Benar saja, saat mereka sampai di resort Priscilla langsung mengganti pakaiannya dan keluar menuju pantai dengan menggunakan celana hotpants dan kaus oblong oversize. Jay padahal sudah berantisipasi dengan menyembunyikan semua bikini milik Priscilla, tapi ternyata istrinya itu pintar menjaga keindahan badannya tanpa perlu Jay nasihati. Priscilla nampak b
Setelah mengemasi barang untuk honeymoon besok, Priscilla merebahkan dirinya di atas ranjang Jay. Mulai hari ini ia akan tidur di kamar Jay, sedangkan kamar sebelah akan ditempati oleh Sera dan Desti. Heni, art yang mengurus rumah ini akan tinggal di paviliun. Paviliun itu tadinya hanya di gunakan sebagai gudang, namun sekarang sudah di renovasi senyaman mungkin agar Heni betah menempatinya. Tapi hingga menjelang sore Heni belum juga terlihat di rumah ini, ia juga tidak mengabari siapapun kemana ia pergi.Pada sore hari, Heni baru sampai di rumah entah darimana. Di tangannya menjinjing beberapa buku, dan wajahnya nampak sangat kelelahan. Heni sangat terkejut saat mendapati Priscilla sudah tiba di rumah dan tengah duduk di ruang keluarga, pasalnya yang Heni tau mereka baru akan pulang esok hari dan sekarang Heni tidak menyiapkan makan karena Niko biasanya sudah makan di luar."Heni, kamu darimana?" tanya Priscilla."Heni abis main ke rumah temen
Priscilla mengerjapkan kedua matanya saat mencium wangi aroma kopi menyeruak masuk ke dalam hidungnya, saat kedua matanya terbuka lebar ia melihat siluet Jay yang tengah berdiri di dekat jendela sembari memegang secangkir kopi. Handuk melilit bagian tubuh bawahnya, dan rambutnya yang masih setengah basah mengalirkan air ke bahunya yang bidang. "Sil, kamu udah bangun?" sapanya. "Baru bangun kok, aku ke kamar sebelah dulu ya liat Sera." Priscilla hendak bangkit dari tempat tidur, tapi Jay menjegal tengannya pelan. "Sera udah aku tengokin kok tadi, dia masih tidur. Stok ASI juga masih banyak, kamu gak perlu kesana." "Oh iya udah, aku mandi aja deh kalo gitu." Karena pertempuran semalam, badan Priscilla terasa tidak nyaman dan lengket sekali. Priscilla sudah mengambil kimono handuk miliknya, tapi tiba-tiba Jay mengambil kimono itu dan melemparkannya jauh. "Gak usah pake handuk," Jay menaikkan satu sudut bibirnya. Dal
Setelah menyusui dan menyetok ASI untuk Sera, Priscilla kembali ke kamarnya karena ia sudah meninggalkan Jay hampir dua jam lamanya. Priscilla mendadak gugup saat ingin masuk ke dalam kamar, karena mulai malam ini ia akan tidur satu ranjang dengan Jay dan mungkin malam ini juga ia akan menunaikan kewajibannya sebagai istri untuk Jay. Saat Priscilla masuk ke dalam kamar, ternyata Jay sudah tertidur lelap di atas ranjang karena kemarin malam ia tidak tidur dengan nyenyak. Priscilla yang belum mandi sejak acara resepsi selesai, kini memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menyusul Jay tidur. Priscilla membuka koper miliknya untuk mencari piyama yang akan ia kenakan malam ini, namun entah kenapa semua piyamanya kini sudah tidak ada di tempatnya dan berganti dengan beberapa lingerie seksi. Karena tidak ada yang bisa dipakai dengan layak malam ini, mau tidak mau Priscilla akhirnya memakai salah satu lingerie tersebut yang modelnya masih lebih baik daripada yang
Empat jam lagi Jay akan resmi mempersunting Priscilla, rasa gugup di hatinya semakin menggebu-gebu. Sejak semalam Jay tidak bisa tidur dengan nyenyak, setiap akan memejamkan mata bayangan wajah Priscilla selalu melintas di depan wajahnya membuat Jay jadi salah tingkah. Suara tangisan Sera terdengar dari kamar sebelah, biasanya Jay akan langsung pergi kesana jika mendengar Sera menangis tapi kali ini rasanya ia tidak mampu untuk melangkah kesana. Untungnya bayi kecil itu tidak lama menangisnya, Jay kembali merebahkan dirinya di atas ranjang berharap bisa tidur sejenak agar tidak mengantuk nanti saat menjalankan prosesi pernikahan. Suara bel terdengar dari luar rumah, tidak lama kemudian suara langkah beberapa orang naik ke lantai atas. "Sebelah sini kamar pengantin wanitanya," ucap Niko, lalu mengetuk kamar Priscilla pelan. Setelah MUA dan beberapa asistennya masuk ke kamar Priscilla, gantian Niko yang masuk ke kamar Jay. Saat melihat raut wajah Jay Nik
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments