Adalah Lisa, siswi pemurung yang hanya memiliki segelintir teman, pelanggan ujian remedial, dan cenderung pesimis dengan hidupnya. Serenina adalah nama karakter dalam game online yang lisa mainkan dengan citra yang berbanding terbalik dengannya di dunia nyata. Pemain tersohor dan dapat diandalkan banyak orang. Hidupnya yang dikira akan begitu-begitu saja, ternyata berubah drastis setelah Lisa menyaksikan kematian sepupunya yang terbunuh karena berusaha melindunginya. Hal-hal tidak masuk akal mulai terjadi, membuatnya terjebak dalam permainan hidup dan mati. Semakin Lisa mencari, semakin dia tidak mengerti, semua kekalutan dan kebingungan seolah berujung pada satu pertanyaan. "Siapa di balik cerminmu?"
View MoreāSa, kamu baik-baik saja?ā tanya seorang gadis yang duduk di sebalahku dengan suara yang hanya bisa didengar oleh kami berdua. Ava terlihat cemas.
Aku hanya mengangguk setelah menghapus air mata sambil berusaha menampilkan ekspresi sewajar mungkin, meski nyatanya wajahku sekarang malah terkesan sangat kaku dan pasti aneh sekali, tapi setidaknya itu lebih baik daripada harus menunjukkan wajah menangis di depan banyak orang.
Aah, apa yang sedang aku lakukan, sih? Aku datang ke tempat ini karena menemani Ava sebagai perwakilan kelas yang mengikuti rapat bersama OSIS karena Amanda, si Ketua Kelas kami sedang absen hari ini. Ava memintaku datang dengan jurus andalan mata kucingnya hingga aku tidak mampu menolak lagi, dia berjanji kami hanya akan mengisi presensi kehadiran, duduk mendengarkan, lalu pulang.
Kami bahkan memilih kursi paling depan agar tidak melewatkan sedikit pun informasi tentang perayaan hari ulang tahun sekolah yang akan diselenggarakan bulan depan. Namun sekarang, situasi macam apa ini? Aku memang sangat ceroboh. Ya ampun! Aku bahkan terlalu malu untuk membuat alasan agar bisa keluar dari auditorium ini.
āAyo, aku antar ke ruang kesehatan,ā ucap Ava lagi sambil menyentuh pundakku.
Aku menggeleng sembari menunduk dalam. Huuuh, memalukan, ini sangat memalukan, tapi aku masih tidak bisa menahan air mataku.
āApa ada masalah?ā tanya seorang laki-laki yang entah sejak kapan sudah berdiri di depanku.
Aku memberanikan diri untuk mengangkat kepala setelah membereskan jejak basah di pipiku. Selama beberapa detik aku hanya bisa ternganga. Mataku silau menghadapi pemandangan indah yang seolah menjadi pusat dari pendaran cahaya terang yang memancar dan memenuhi ruangan ini.
Orang ini, Jovan Cakradara? Kak Jo yang itu? Dia bicara kepadaku? Ketua Osis SMA Cendekia yang sangat populer dan dipuja oleh seluruh siswi di sekolah ini. Murid teladan sekolah kami yang selalu dielu-elukan oleh para guru. Manusia yang katanya gambaran hidup dari kata "sempurna" sedang bicara kepada butiran debu seperti aku.
Dia memang terkenal sangat baik kepada semua orang. Bersikap ramah kepada salah satu siswa yang satu almamater dengannya adalah hal yang sangat wajar. Tapi masalahnya sekarang, orang itu tepat berada di depanku sembari sedikit merendahkan tubuhnya tepat ketika wajahku mendongak, membuat jarak di antara wajah kami menjadi terlalu dekat. Astaga! Aku bisa merasakan tatapan menusuk dari gadis-gadis di ruangan ini. Hawanya menjadi sangat dingin dan mencekam. Menakutkan.
āBoleh lihat kartu pelajarmu?ā tanya Kak Jo sambil menengadahkan tangan kanannya tanpa berpindah posisi.
Aku merogoh ransel di pangkuanku, meraba isinya dengan sembarangan, karena mataku belum mampu berpaling dari senyum Kak Jo yang sangat nyaman untuk dilihat. Ini bukan seperti aku mendadak jatuh cinta karena ada pangeran tampan dan baik hati yang tiba-tiba bersikap ramah kepadaku, hanya saja keterkejutan ini sepertinya membuat gerak saraf motorikku melambat. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain menyerahkan benda pipih yang diminta Kak Jo dengan sikap seperti robot yang sudah berkarat.
āCarlise Kirania Nareswari dari kelas I-D, dengan siapa namamu dipanggil?ā tanya Kak Jo setelah membaca nama yang tertera dikartu pelajarku.
Heh? Dia menanyakan namaku? Tapi, bagaimana ini? Memangnya siapa nama panggilanku? Siapa saja, tolong! Otakku tiba-tiba kosong.
āLisa,ā sahut Ava karena aku tidak kunjung memberi jawaban.
āBaiklah, Lisa. Jadi apa yang membuatmu terlihat begitu murung? Apakah ada yang membuatmu merasa terganggu di sini?ā tanya Kak Jo masih dengan posisinya
yang belum berubah.āBukankah seharusnya kamu bergeser dahulu sebelum bertanya lebih lanjut? Atau aku mungkin akan terus mematung seperti ini. Masalah utamanya sekarang justru keberadaanmu.ā
Kira-kira begitulah bunyi protes dari suara yang menggema dalam kepalaku yang tentu saja tidak mungkin bisa kuungkapkan.
āKatakan saja, siapa tau aku bisa membantumu sebelum rapat dimulai. Sepertinya masih ada waktu,ā imbuh Kak Jo sambil memundurkan wajahnya yang tampan.
Ya Tuhan! Akhirnya oksigen di sekitarku kembali. Walau tidak menolak kenyataan atmosfir di sekitar kami masih terasa aneh dan dingin, setidaknya aku bisa bernapas dengan normal.
āBukan sesuatu yang serius,ā gumamku sambil berpaling agar tidak bertemu pandang dengan laki-laki itu.
Bukan maksud hati untuk bertindak tidak sopan karena menghindari kontak mata saat bicara dengan orang lain, hanya saja mengingat alasanku menangis beberapa saat yang lalu membuat rasa malu yang sempat aku lupakan kembali lagi. Aku tidak berpikir untuk bisa menyampaikan semua itu dengan jujur, apalagi ketika semua mata di ruangan ini sedang terfokus ke arahku. Ya ampun...yang benar saja! Jika ini adalah film kartun, aku yakin akan ada asap mengepul di sekeliling wajahku yang sudah memerah terbakar malu.
āJika bukan masalah serius berarti tidak masalah untuk menceritakannya, kan.ā
Kak Jo tampak sangat penasaran. Wajah tersenyumnya masih bertahan, namun aku bisa menangkap sedikit tekanan dalam nada bicaranya. Astaga, aku mulai terintimidasi hanya sikapnya itu. Haruskah aku menjawabnya? Kenapa dia harus memaksa, sih? Aku tidak bisa terus menerus begini seperti ini.
Aku melirik Ava berusaha mencari pertolongan, namun gadis itu hanya meringis bingung sembari mengangkat bahu. Sudah kuduga hadir di tengah keramaian selalu mendatangkan masalah.
āLisa,ā panggil Kak Jo tampak menunggu membuatku menelan ludah kasar. Tenggorokanku menjadi sangat kering.
āMo-Moza, meninggal,ā gumamku ragu-ragu.
Astaga! aku mengatakannya. Kenapa aku tidak bisa membuat alasan selain bicara jujur, sih? Rasanya aku ingin menangis lagi.
Ekspresi Kak Jo berubah setelah mendengar jawabanku, tatapan menodongnya melunak. Tangan kananan laki-laki itu menyentuh tengkuknya dengan salah tingkah. Suasana tegang dan sunyi di sekitar kami berubah menjadi sangat canggung seketika.
āMaaf, sudah memaksamu mengatakan hal yang menyakitkan,ā timpal Kak Jo terdengar menyesal.
āTidak apa-apa, sudah terlanjur kukatakan,ā tukasku yang jadi tidak enak hati.
Jika meluruskan kronologi sebenarnya, seharusnya justru aku yang harus meminta maaf di sini karena telah membuat suasananya menjadi aneh. Terlebih tatapan semua orang ikut berubah mengikuti cara Kak Jo memandangku, aku yakin mereka tidak akan merasa baik-baik saja jika tahu kejadian yang sebenarnya.
āKamu boleh menceritakannya jika itu membuatmu sedikit lebih baik,ā ucap Kak Jo membuatku melongo.
Aku tahu dia bernat baik dengan menghiburku. Terlepas dari fakta yang terjadi, bukankah sebagai sosok yang memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain, seharusnya dia tidak menodongku dengan hal seperti itu di depan publik? Tidakkah seharusnya dia lebih peka tentang bagaimana cara memperlakukan orang yang sedang bersedih? Atau sebenarnya dia hanya suka ikut campur urusan orang lain? Entahlah. Apa pun itu, apa gunanya jika aku hanya bisa memprotes dalam hati namun. Kenyataannya aku malah mati kutu tidak tau bagaimana menanggapi ini dengan cara yang normal.
āLisa, aku mengira kita sudah cukup akrab, tapi kamu hanya menangis sendirian tanpa mengatakan apa pun kepadaku. Rasanya mengecewakan, tahu. Jika sedang mengalami kesulitan, setidaknya Kamu bisa berbagi cerita denganku, loh.ā Ava mendesah dengan mimik kecewa. Kenapa dia jadi terbawa suasana, sih? Ini akan semakin buruk.
āJadi, apa Moza teman dekatmu?ā tanya Ava menyambung kalimatnya sambil manautkan alis. Hei, apa-apaan ekspresi menyedihkan itu? Aku jadi semakin merasa bersalah.
āDia...rekanku,ā jawabku sedikit terbata sembari menatap Ava penuh isyarat berharap agar gadis itu memahaminya. Jika dilanjutkan siatuasinya bisa menjadi buruk. Kumohon mengertilah!
āRekan? Rekan kerja? Atau, sesuatu yang lain?ā tanya Kak Jo menyambar pembicaraan lagi. Ah, jadi ketua OSIS kita yang sempurna ternyata orang yang sedikit menyebalkan.
Ditambah dipandang dengan tatapan seperti itu lagi dan didukung oleh seluruh pasang mata yang turut menyimak pembicaraan kami. Rasanya aku ingin pulang saja. Aku tidak sanggup bertahan lebih lama lagi dengan suasana ini, kepalaku pusing, perutku mual, aku tidak melakukan apapun tapi sangat melelahkan dan membuat stress.
Aku mulai mengambil napas panjang untuk menenangkan diri dan membasahi bibirku yang terasa begitu kering. Aku ingin adegan ini segera berakhir sebelum aku tiba-tiba pingsan karena terlalu banyak tekanan.
āMozarella, rekanku bertempur, dia harimau betina dengan bulu perak yang berasal dari Celestial Kingdom.ā
Aku menutup mata sambil menjawab pertanyaan Kak Jo dalam satu tarikan napas, dengan detail agar tidak ada pertanyaan lain lagi yang bisa membuatku benar-benar muntah sebelum berhasil menjawabnya.
Kira-kira, seperti apa reaksi mereka? Aku tidak sanggup membayangkannya, apalagi melihatnya langsung. Selesai sudah hari-hari SMA yang kumiliki, tidak ada masa depan untuk sisa dua setengah tahun yang harus kuhabiskan sebelum kelulusan. setelah ini aku bukan hanya murid penyendiri yang selalu terlihat murung, tetapi juga gadis aneh yang berbicara ngelantur di depan banyak orang.
āMozarella?ā
āMkasudnya keju?ā
āHarimau?ā
"Aku tidak mengerti."
āBertempur?ā
āBulu perak?ā
Gumam kebingungan silih berganti terdengar simpang siur di telingaku. Sudah jelas akan seperti ini, kan. Ayolah...aku hanya ingin menemani Ava dan mengikuti acara ini dengan tenang, namun sekarang aku malah menjadi pusat perhatian dengan mengadakan sebuah pertunjukan konyol. Hiks, apakah tidak boleh pulang sekarang saja? Seluruh tubuhku rasanya dicabik-cabik rasa malu.
āAaah, mohon maaf semuanya. Aku sebenarnya sudah tahu jika Lisa suka bermain game online, tapi aku tidak menyangka jika sampai seperti ini,ā ujar Ava dengan senyum aneh, suaranya juga semakin memudar di akhir kalimat. Ekspresi canggungnya menunjukkan bahwa dia sudah menyadari sesuatu yang sangat sia-sia.
āJadi yang mati adalah rekan harimaumu dalam game yang bernama Mozarella?ā tanya Kak Jo menegaskan dengan mimik wajah yang sulit dideskripsikan
Lagi? Kenapa harus dilanjutkan, sih? Aku ralat, Kak Jo bukan sedikit menjengkelkan, namun ternyata sangat menjengkelkan. Sayangnya aku tidak punya pilihan selain mengangguk karena reflek mengiyakan pertanyaannya. Aku tidak bohong mengatakan bahwa kepalaku bergerak sendiri.
āYa Ampun, artinya sejak tadi kita berbelasungkawa atas kematian makhluk yang tidak nyata.ā
Sebuah suara menyela dari kerumunan orang-orang di ruangan ini. Aku tidak tahu suara itu milik siapa, yang pasti kalimat itu telah memancing yang lain untuk tertawa. Dia memang tidak nyata? Memangnya kenapa? Meski Mozarella memang hanya makhluk 2D, namun saat kehilangan ini ditertawakan rasanya kematian Mozarella menjadi semakin menyakitkan.
Tapi apa gunanya tersinggung atas reaksi mereka? Lagi pula di mata orang normal, menangisi makhluk 2D memang sudah aneh sejak awal, jadi menerima reaksi seperti ini seharusnya tidak lagi mengejutkan. aku juga tidak berharap mereka bisa mengerti maupun memaklumiku. Kini aku hanya bisa menunduk semakin dalam, menyesali kedatanganku kemari dan menekan kesedihan yang kumiliki.
āJika Mozarellamu berasal dari Celestial Kingdom, maka game yang kamu mainkan pasti Black Mirror. Bagaimana jika dimulai dengan mengumpulkan soul fragment dari Harimau putih lalu coba gunakan sihir kamuflase agar mereka telihat mirip. Harimau berbulu perak adalah piaraan langka, tapi mungkin untuk sementara Kamu bisa menggunakan trik itu agar tidak kesepian selama berpetualang. Siapa tahu kapan-kapan Kamu bisa mendapatkan jenis yang sama lagi,ā tutur Kak Jo membuat kepalaku terangkat secara otomatis. Barusan itu, aku tidak salah dengar, kan?
Orang ini tampak sedang berpikir serius. Pemandangan itu sukses membuat semua orang terdiam, tidak terkecuali aku. Apakah dia juga seorang pemain? Black Mirror memang cukup terkenal tiga tahun terakhir ini, namun fakta jika seorang seperti Kak Jo bermain MMORPG adalah sesuatu yang bahkan tidak bisa muncul dalam bayangan ngawurku sekalipun. Maksudku, dia pasti sangat sibuk dengan tugasnya sebagai Ketua OSIS selagi menjaga nilainya agar tetap stabil dan tidak sempat untuk mengurusi kehidupan virtual di dunia maya yang menurut kebanyakan orang hanya akan membuang-buang waktu, kan.
āBagaimana? Apa ide itu bisa menghiburmu?ā tanya Kak Jo sambil tersenyum menatapku.
Ekspresinya sungguh berbanding terbalik dengan wajah melongo semua orang dan belum bangun dari keterkejutannya.
āM-mungkin,ā gumamku sambil meringis aneh. Orang ini membuatku sangat kewalahan.
āBaguslah kalau begitu, karena masalahmu sudah terpecahkan dan kebetulan juga sangat tepat waktu untuk kita memulai rapatnya. Jadi cerialah,ā ujar Kak Jo ramah sambil mengacak poniku sebelum berlalu kekursinya.
Heeeh? Tunggu! Apa yang barusan itu? Aku hanya bisa terpaku sambil menahan napas, bahkan untuk berkedip saja aku tak bisa. Bulu kuduku berdiri tegak. Tampaknya ada seseorang yang baru saja menurunkan suhu pendingin ruangannya, karena udara di sini terasa jauh lebih dingin dan menusuk dari pada sebelumnya. Terlalu mencekam untuk kulewati hingga dua jam berikutnya.
******
Aku menebaskan pedang dengan membabi buta ke arah Cyclops yang tiba-tiba saja muncul di depanku. Siapa peduli jika dia adalah monster langka yang muncul secara random dalam kurun waktu beberapa bulan sekali, lagipula aku sudah memiliki dua Healer Chrysoprase yang lebih dari cukup untuk meningkatkan sihir restorasiku.
Ngomog-ngomong, Healer Chrysoprase adalah batu yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan sihir penyembuh sebanyak 30% dan tergolong item yang cukup langka, apalagi tidak ada batasan dalam pemakaiannya. Batu itu bisa selalu diaktifkan ketika status kehidupan pemiliknya kurang dari 5%. Para pemain akan rela begadang berhari-hari untuk mengintai dan memburu Cyclops demi drop item kelas S itu.
Tapi lupakan tentang hal keren yang baru saja kuceritakan. Saat ini aku hanya ingin bermain-main makhluk besar ini demi melampiaskan rasa kesalku kepada si kecil Lisa sore tadi. Aku juga sengaja menggunakan senjata kelas standart dan membiarkan dia beberapa kali menjatuhkanku untuk sekedar membuang-buang waktu.
Cyclops yang malang, dia harus menjadi objek pelampiasanku hanya karena muncul di waktu yang tidak tepat.
Sebenarnya aku sudah dua kali mengalahkan monster ini sendiri dan beberapa kali membantu petualang asing yang mengirim signal bantuan untuk menghadapinya. Intinya tidak sulit jika aku memang berniat untuk membuatnya tumbang, cukup dengan sekali tebas oleh Lightning Sword milikku pasti akan membuatnya hancur tak bersisa. Pedang pusaka dari Celesetial itu benar-benar mampu membelah dan membakar apapun yang disentuhnya, namun aku akan menyimpannya saja untuk hari ini.
Aahh, terserah saja bagaimana keadaan di sekolah besok, sekarang aku ingin berhenti memikirkan Lisa yang ceroboh, dan hanya akan mengamuk. Aku adalah Serenina, seorang petualang yang gigih, dan selalu bisa diandalkan dari wilayah Zephyr di Barat.
āMasih belum cukup.ā
Aku berdiri untuk melakukan penyembuhan diri setelah monster itu melemparku dari ketinggian seratus kaki, dia benar-benar tanpa ampun ketika menghempaskanku di atas tanah yang keras dan tandus ini.
Ngomong-ngomong, jika melihat pada peta maka aku sedang berada di tanah kosong daratan Barat Daya, wilayah merdeka bernama Sydvest yang dihuni oleh ras setengah manusia. Daerah ini merupakan batas teritorial antara kerajaan selatan Solum Empire dan Zephyr, kerajaan di barat yang sekaligus merupakan kampung halamanku. Sedikit perkenalan saja, kekuatan utamaku adalah tipe elemen angin.
āGHRRROOAARR.ā
Cyclops di depanku semakin menggila, hentakan kakinya sudah meretakkan area di sekitar kami. Ketika aku bersiap untuk melompat dan menyerang matanya, tiba-tiba saja monster itu melebur menjadi debu dan menjatuhkan sebongkah batu berwarna hijau yang kusebutkan sebelumnya.
Ayolah ... aku masih belum puas bermain-main dengan monster manis ini, sungguh menyebalkan. Aku sedang berusaha keras mengembalikan suasana hatiku yang buruk agar kembali stabil, tapi di seberang sana ada seorang pemain sedang berdiri menggenggam pedangnya yang masih terhunus setelah mengakhiri kesenanganku dengan semena-mena dan membuat usahaku sia-sia. Mau bagaimana lagi jika sudah terlanjur menghilang.
āAku tidak tau atas alasan apa sehingga memilih untuk berlama-lama tidak menghabisinya meski kamu bisa memusnahkan monster itu dengan sekali tebas. Tapi yang aku tau pasti, memubadzirkan item langka yang diinginkan banyak pemain hanya demi kepuasan diri sendiri adalah perbuatan yang tidak etis.ā
Aku hanya berdecak membaca pesan panjang yang berisi ceramahnya di ruang obrolan umum dan membuat pemain lain ikut menyumbang berbagai komentar. Aku tidak kenal siapa orang ini, melihat respon pemain lain dan nick name yang digunakannya cukup familiar mungkin dia termasuk penghuni lama, aku juga tidak terlalu peduli, namun yang pasti juga kuyakini adalah bahwa dia tidak hanya bersikap seenaknya, tapi juga menjengkelkan. Hei! Siapa yang bicara sekarang? Seenaknya saja membahas etika. Bukankah sikapnya barusan juga tidak etis? Orang sepertinya pasti tidak menyadari itu.
Kepada Tante Lili Di Surga Halo, Tante Lili. Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Feren Vanessa, Tapi Nara dan Davin biasanya hanya memanggil saya "Fe" agar berbeda dengan orang lain katanya. Tante Lili masih ingat Davin, kan? Anak laki-laki yang lebih muda satu tahun dari Nara, yang tinggal di sebelah rumahnya. Tante Lili juga boleh memanggil saya demikian bial berkenan. Mungkin surat ini tidak akan pernah dibaca oleh Tante Lili atau siapa pun selain saya sendiri sebagai penulisnya, pun apabila ternyata kalimat-kalimat dalam surat ini tersampiakan menembus langit sehingga Tante Lili mengetahuinya, mungkin Tante Lili akan merasa aneh karena seorang gadis asing tiba-tiba saja dengan sok akrab mengirim surat dan menceritakan banyak hal tentang dirinya. Sebenarnya saya hanya ingin berterima kasih kepada Tante karena telah
Rumah Nara 4 tahun yang lalu“Pada akhirnya nanti, semua yang pernah hilang atau diambil dari kita akan kembali lagi kepada kita. Walaupun dengan cara yang tidak pernah kita duga.” Aku mengangkat kepala yang tertunduk untuk menatap Feren yang sedang tersenyum samar sambil menyangga dagu.Aku menghabiskan waktu untuk duduk diam di ruang makan sejak pagi tadi selepas pulang dari pemakaman ibuku di kota sebelah. Papa pergi ke kantornya seperti biasa, pembantu terakhir yang bekerja di rumah ini sudah dipecat sekitar tiga hari yang lalu karena salah menaruh takaran gula pada kopi ayahku. Sekarang hanya ada kami berdua yang belum saling bicara sejak Davin dipanggil kakaknya untuk makan siang sekitar setengah jam yang lalu. Hanya ada Feren yang mau repot-repot menemaniku, namun aku malah mendiamkannya.Melihat wajahnya yang sedang berusaha keras membuatku tidak tega. “Rasanya aku cukup familiar dengan kutipan itu,” ucapku menang
Aku membulatkan mata sembari berusaha meraih apa pun yang dapat digapai oleh tangaku yang sayang sekali hasilnya nihil. Aku dikejutkan dengan air yang tiba-tiba saja membuatku tidak bisa bernapas bernapas, begitu sesak dan menyakitkan. Aku menggeleng berusaha menjernihkan isi kepala yang masih beku karena efek kejut dari sensasi dingin yang menyelimutiku secara mendadak, yang benar saja situasi ini! Aku tenggelam. Pengelihatanku mengabur karena mataku terendam, namun aku bisa merasakan jika yang kukenakan bukan lagi seragam olahraga sekolahku. Tubuhku terasa berat dan semakin jatuh e dalam. Aku pasti berada di Black Mirror. Dengan cepat aku berusaha menggerakkan tanganku untuk mengaktifkan layar kontrol, mengeluaran Shared Of Hope, permata berwarna biru ini dapat mengurai semua elemen di sekitarnya meski efeknya hanya bertahan kurang dari tiga menit. Walau tidak lama, setidaknya aku bisa memanfaatkannya untuk menyibak air di sekitarku sehingga aku bisa benapas dengan
Pagi ini aku dan Davin mampir ke rumah sakit sebelum berangkat sekolah untukmengucapkan selamat ulang tahun kepada Feren. Ini adalah ulang tahun kedua yangharus dilewatinya dalam keadaan seperti ini. Tahun lalu pada tanggal yang sama dengan hari ini adalah hari di mana aku terbangun setelah hampir dua pekan tidak sadarkan diri karena kecelakaan, hari di mana aku harus menerima fakta bahwa mungkin aku tidak bisa melihat Feren tersenyum lagi untuk waktu yang cukup lama. āSemoga di tahun berikutnya aku bisa melihatmu tersenyum lagi,ā gumamku yang mungkin tidak didengar oleh gadis pucat ini. kulihat tidak ada banyak yang berubah dari tubuh mungilnya selain terus bertambah kurus dari waktu ke waktu. Tapi rambut hitamnya kini agak terlihat lebih pendek dari terakhir kali aku menemuinya. Rambut indah yang dulu tampak selalu bercahaya dan berkibar dengan merdeka ketika ditiup angin, kini sudah terlihat agak kusam. Mungkin perawat belum mencuci rambutnya setelah dipot
āAkhir-akhir ini kamu tampak sangat kurang tidur, Sa. Semakin lama mata panda itu membuatmu terlihat seperti zombi. Aku bukan bermaksud menyuruhmu berhenti bermain game, sih. Aku juga tidak bermaksud mengomelimu. Tapi terlalu banyak begadang tidak baikuntuk kesehatan, loh. Apalagi setiap pagi kamu selalu terlihat panik dan gelisah ketika aku membangunkanmu. Sepertinya kualitas tidurmu sangat buruk,ā tutur Ava dengan tatapan cemas. Aku hanya bisa tersenyum menerima kecemasan Ava. Sejujurnya, aku juga ingin tidur nyenyak, sayangnya setiap aku tertidur aku dipaksa untuk beraktifitas di Black Mirror agar bertahan hidup. Seperti semalam misalnya, bagaimana mungkin aku tidak lelah setelah bertarung seperti itu. Jelas tidak mungkin aku menjawab Ava dengan kalimat barusan, dia bisa diserang panik dan buru-buru membawaku ke rumah sakit untuk dipariksakan kepada psikiater.Jadi aku hanya meringis sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Aku merasa tidak enak merahasiakan sesuatu k
Malam ini aku dan Serenina melakukan penyusuran terakhir di wilayah Helios, lima member yang bertugas bersamaku sudah dipindahkan untuk membantu kelompok yang mengurus persenjataan. Peta yang kami buat juga sudah rampung. Untunglah jika semua dapat diselesaikan tepat waktu.“Sekarang mari coba aktifkan petanya,” ucapku yang langsung dituruti oleh Serenina.Gadis itu mengeluarkan layar kontrolnya lalu mengambil peta yang baru saja kami selesaikan. Setelah peta itu terbuka, muncul hologram yang menampilkan rute perjalanan kami dalam model 3D. Syukurlah karena hasilnya seperti yang diharapkan.“Langsung saja kita uji,” ujar Serenina sambil membuka portal yang telah dia sesuaikan dengan koordinat salah satu titik yang dipilihnya secara random dari peta baru kami.Kami berdua berpindah lokasi dalam sekejap ke dalam labirin Helios yang tampaknya tidak banyak dilewati oleh para pemain. Hal ini terlihat karena tidak adanya jejak sihir atau
“Dia tidak mengatakan apapun. Kami hanya melakukan penyusuran seperti bisa, membasmi beberapa monster level rendah yang menggnggu, dan menyempurnakan peta yang kubuat,” ucapku yang disimak Kak Davin dengan tampang serius.“Apa dia terlihat kesal? Atau seperti memikirkan sesuatu?” tanya Kak Davin sambil memajukan wajahnya menjadi lebih dekat. Hei, Telingaku cukup sehat untuk mendengar pertanyaanmu.Aku berusaha bergeser untuk menyesuaikan jarak di antara kami, namun sayangnya aku sudah duduk di pinggir sofa jadi tidak bisa berpindah lebih jauh lagi kecuali melompat turun. “Tidak juga, dia tetap terlihat menjengkelkan seperti biasa. Hehehe,” jawabku canggung.“Hanya karena orang tuaku tidak di rumah, bukan berarti kamu bisa bebas melakukan apa pun, loh. Lebih baik minum saja tehnya sebelum aku memanggil polisi,” tegur Ava yang baru kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan.Gad
Hari ini aku sangat mengantuk. Bukan hanya karena kurang tidur, tapi juga sudah terlalu lelah. Memang tidak sulit jika harus menghabiskan waktu berjam-jam bermain game di depan komputer, tapi akan berbeda cerita jika yang kutatap adalah deretan kalimat dari artikel-artikel bebas yang bahkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Aku bukan Feren yang cinta membaca.“Sudah kukatakan padamu bahwa tidak banyak informasi yang dapat kita peroleh. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan ini sebelumnya. Karena Black Mirror, aku jadi meyakini bahwa anggapan orang-orang mengenai internet yang serba tau adalah salah besar,” ucapku sambil merebahkan kepala di atas meja. “Pada akhirnya kita hanya remaja yang tidak tau apa-apa,” timpal Lisa dengan wajah lelah sembari meregangkan tubuhnya.“Informasi yang ada saat ini tidak banyak berubah dari yang kudapatkan tahun lalu. Ralat, informasinya masih sama. Black Mirror
*Minggu pagi di rumah sakit kota*“Sebenarnya Kenapa Kak Davin membawaku kemari? tanyaku bingung sambil memandangi seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri di depan kami berdua.“Aku pikir mungkin kamu penasaran dengan sikap Nara yang mendadak terlihat aneh. Sekadar inisiatifku saja untuk sedikit menjelaskan situasinya,” ujar Kak Davin yang membuatku menerka-nerka.“Aku memang sedikit penasaran, sih, tapi sebenarnya kamu juga tidak harus repot-repot. Toh bukan urusanku juga,” ucapku sambil tersenyum canggung.“Bagaimanapun juga keterlibatanmu dengan Nara akan menjadi cukup rumit jika tidak tau situasinya, dan melihat sifatmu yang begini, nantinya kamu pasti akan sangat ragu-ragu untuk bertanya sendiri kepadanya,” ucap Kak Davin yakin sembari menatapku dari atas ke bawah. Entah mengapa tatapan matanya mengingatkanku kepada adegan dalam film di mana ibu mertua ketus sedang menilai calom menantu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments