Black Mirror (Indonesia)

Black Mirror (Indonesia)

last updateLast Updated : 2021-06-23
By:Ā  R. WardaniOngoing
Language:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
19Chapters
4.0Kviews
Read
Add to library

Share:Ā Ā 

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Adalah Lisa, siswi pemurung yang hanya memiliki segelintir teman, pelanggan ujian remedial, dan cenderung pesimis dengan hidupnya. Serenina adalah nama karakter dalam game online yang lisa mainkan dengan citra yang berbanding terbalik dengannya di dunia nyata. Pemain tersohor dan dapat diandalkan banyak orang. Hidupnya yang dikira akan begitu-begitu saja, ternyata berubah drastis setelah Lisa menyaksikan kematian sepupunya yang terbunuh karena berusaha melindunginya. Hal-hal tidak masuk akal mulai terjadi, membuatnya terjebak dalam permainan hidup dan mati. Semakin Lisa mencari, semakin dia tidak mengerti, semua kekalutan dan kebingungan seolah berujung pada satu pertanyaan. "Siapa di balik cerminmu?"

View More

Chapter 1

Misi Pertama_Identifikasi Pemain: Lisa # Aku & Serenina

ā€œSa, kamu baik-baik saja?ā€ tanya seorang gadis yang duduk di sebalahku dengan suara yang hanya bisa didengar oleh kami berdua. Ava terlihat cemas.

Aku hanya mengangguk setelah menghapus air mata sambil berusaha menampilkan ekspresi sewajar mungkin, meski nyatanya wajahku sekarang malah terkesan sangat kaku dan pasti aneh sekali, tapi setidaknya itu lebih baik daripada harus menunjukkan wajah menangis di depan banyak orang.

Aah, apa yang sedang aku lakukan, sih? Aku datang ke tempat ini karena menemani Ava sebagai perwakilan kelas yang mengikuti rapat bersama OSIS karena Amanda, si Ketua Kelas kami sedang absen hari ini. Ava memintaku datang dengan jurus andalan mata kucingnya hingga aku tidak mampu menolak lagi, dia berjanji kami hanya akan mengisi presensi kehadiran, duduk mendengarkan, lalu pulang.

Kami bahkan memilih kursi paling depan agar tidak melewatkan sedikit pun informasi tentang perayaan hari ulang tahun sekolah yang akan diselenggarakan bulan depan. Namun sekarang, situasi macam apa ini? Aku memang sangat ceroboh. Ya ampun! Aku bahkan terlalu malu untuk membuat alasan agar bisa keluar dari auditorium ini.

ā€œAyo, aku antar ke ruang kesehatan,ā€ ucap Ava lagi sambil menyentuh pundakku.

Aku menggeleng sembari menunduk dalam. Huuuh, memalukan, ini sangat memalukan, tapi aku masih tidak bisa menahan air mataku.

ā€œApa ada masalah?ā€ tanya seorang laki-laki yang entah sejak kapan sudah berdiri di depanku.

Aku memberanikan diri untuk mengangkat kepala setelah membereskan jejak basah di pipiku. Selama beberapa detik aku hanya bisa ternganga. Mataku silau menghadapi pemandangan indah yang seolah menjadi pusat dari pendaran cahaya terang yang memancar dan memenuhi ruangan ini.

Orang ini, Jovan Cakradara? Kak Jo yang itu? Dia bicara kepadaku? Ketua Osis SMA Cendekia yang sangat populer dan dipuja oleh seluruh siswi di sekolah ini. Murid teladan sekolah kami yang selalu dielu-elukan oleh para guru. Manusia yang katanya gambaran hidup dari kata "sempurna" sedang bicara kepada butiran debu seperti aku.

Dia memang terkenal sangat baik kepada semua orang. Bersikap ramah kepada salah satu siswa yang satu almamater dengannya adalah hal yang sangat wajar. Tapi masalahnya sekarang, orang itu tepat berada di depanku sembari sedikit merendahkan tubuhnya tepat ketika wajahku mendongak, membuat jarak di antara wajah kami menjadi terlalu dekat. Astaga! Aku bisa merasakan tatapan menusuk dari gadis-gadis di ruangan ini. Hawanya menjadi sangat dingin dan mencekam. Menakutkan.

ā€œBoleh lihat kartu pelajarmu?ā€ tanya Kak Jo sambil menengadahkan tangan kanannya tanpa berpindah posisi.

Aku merogoh ransel di pangkuanku, meraba isinya dengan sembarangan, karena mataku belum mampu berpaling dari senyum Kak Jo yang sangat nyaman untuk dilihat. Ini bukan seperti aku mendadak jatuh cinta karena ada pangeran tampan dan baik hati yang tiba-tiba bersikap ramah kepadaku, hanya saja keterkejutan ini sepertinya membuat gerak saraf motorikku melambat. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain menyerahkan benda pipih yang diminta Kak Jo dengan sikap seperti robot yang sudah berkarat.

ā€œCarlise Kirania Nareswari dari kelas I-D, dengan siapa namamu dipanggil?ā€ tanya Kak Jo setelah membaca nama yang tertera dikartu pelajarku.

Heh? Dia menanyakan namaku? Tapi, bagaimana ini? Memangnya siapa nama panggilanku? Siapa saja, tolong! Otakku tiba-tiba kosong.

ā€œLisa,ā€ sahut Ava karena aku tidak kunjung memberi jawaban.

ā€œBaiklah, Lisa. Jadi apa yang membuatmu terlihat begitu murung? Apakah ada yang membuatmu merasa terganggu di sini?ā€ tanya Kak Jo masih dengan posisinya

yang belum berubah.

ā€œBukankah seharusnya kamu bergeser dahulu sebelum bertanya lebih lanjut? Atau aku mungkin akan terus mematung seperti ini. Masalah utamanya sekarang justru keberadaanmu.ā€

Kira-kira begitulah bunyi protes dari suara yang menggema dalam kepalaku yang tentu saja tidak mungkin bisa kuungkapkan.

ā€œKatakan saja, siapa tau aku bisa membantumu sebelum rapat dimulai. Sepertinya masih ada waktu,ā€ imbuh Kak Jo sambil memundurkan wajahnya yang tampan.

Ya Tuhan! Akhirnya oksigen di sekitarku kembali. Walau tidak menolak kenyataan atmosfir di sekitar kami masih terasa aneh dan dingin, setidaknya aku bisa bernapas dengan normal.

ā€œBukan sesuatu yang serius,ā€ gumamku sambil berpaling agar tidak bertemu pandang dengan laki-laki itu.

Bukan maksud hati untuk bertindak tidak sopan karena menghindari kontak mata saat bicara dengan orang lain, hanya saja mengingat alasanku menangis beberapa saat yang lalu membuat rasa malu yang sempat aku lupakan kembali lagi. Aku tidak berpikir untuk bisa menyampaikan semua itu dengan jujur, apalagi ketika semua mata di ruangan ini sedang terfokus ke arahku. Ya ampun...yang benar saja! Jika ini adalah film kartun, aku yakin akan ada asap mengepul di sekeliling wajahku yang sudah memerah terbakar malu.

ā€œJika bukan masalah serius berarti tidak masalah untuk menceritakannya, kan.ā€ 

Kak Jo tampak sangat penasaran. Wajah tersenyumnya masih bertahan, namun aku bisa menangkap sedikit tekanan dalam nada bicaranya. Astaga, aku mulai terintimidasi hanya sikapnya itu. Haruskah aku menjawabnya? Kenapa dia harus memaksa, sih? Aku tidak bisa terus menerus begini seperti ini.

Aku melirik Ava berusaha mencari pertolongan, namun gadis itu hanya meringis bingung sembari mengangkat bahu. Sudah kuduga hadir di tengah keramaian selalu mendatangkan masalah.

ā€œLisa,ā€ panggil Kak Jo tampak menunggu membuatku menelan ludah kasar. Tenggorokanku menjadi sangat kering.

ā€œMo-Moza, meninggal,ā€ gumamku ragu-ragu. 

Astaga! aku mengatakannya. Kenapa aku tidak bisa membuat alasan selain bicara jujur, sih? Rasanya aku ingin menangis lagi.

Ekspresi Kak Jo berubah setelah mendengar jawabanku, tatapan menodongnya melunak. Tangan kananan laki-laki itu menyentuh tengkuknya dengan salah tingkah. Suasana tegang dan sunyi di sekitar kami berubah menjadi sangat canggung seketika.

ā€œMaaf, sudah memaksamu mengatakan hal yang menyakitkan,ā€ timpal Kak Jo terdengar menyesal.

ā€œTidak apa-apa, sudah terlanjur kukatakan,ā€ tukasku yang jadi tidak enak hati.

Jika meluruskan kronologi sebenarnya, seharusnya justru aku yang harus meminta maaf di sini karena telah membuat suasananya menjadi aneh. Terlebih tatapan semua orang ikut berubah mengikuti cara Kak Jo memandangku, aku yakin mereka tidak akan merasa baik-baik saja jika tahu kejadian yang sebenarnya.

ā€œKamu boleh menceritakannya jika itu membuatmu sedikit lebih baik,ā€ ucap Kak Jo membuatku melongo.

Aku tahu dia bernat baik dengan menghiburku. Terlepas dari fakta yang terjadi, bukankah sebagai sosok yang memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain, seharusnya dia tidak menodongku dengan hal seperti itu di depan publik? Tidakkah seharusnya dia lebih peka tentang bagaimana cara memperlakukan orang yang sedang bersedih? Atau sebenarnya dia hanya suka ikut campur urusan orang lain? Entahlah. Apa pun itu, apa gunanya jika aku hanya bisa memprotes dalam hati namun. Kenyataannya aku malah mati kutu tidak tau bagaimana menanggapi ini dengan cara yang normal.

ā€œLisa, aku mengira kita sudah cukup akrab, tapi kamu hanya menangis sendirian tanpa mengatakan apa pun kepadaku. Rasanya mengecewakan, tahu. Jika sedang mengalami kesulitan, setidaknya Kamu bisa berbagi cerita denganku, loh.ā€ Ava mendesah dengan mimik kecewa. Kenapa dia jadi terbawa suasana, sih? Ini akan semakin buruk.

ā€œJadi, apa Moza teman dekatmu?ā€ tanya Ava menyambung kalimatnya sambil manautkan alis. Hei, apa-apaan ekspresi menyedihkan itu? Aku jadi semakin merasa bersalah.

ā€œDia...rekanku,ā€ jawabku sedikit terbata sembari menatap Ava penuh isyarat berharap agar gadis itu memahaminya. Jika dilanjutkan siatuasinya bisa menjadi buruk. Kumohon mengertilah!

ā€œRekan? Rekan kerja? Atau, sesuatu yang lain?ā€ tanya Kak Jo menyambar pembicaraan lagi. Ah, jadi ketua OSIS kita yang sempurna ternyata orang yang sedikit menyebalkan.

Ditambah dipandang dengan tatapan seperti itu lagi dan didukung oleh seluruh pasang mata yang turut menyimak pembicaraan kami. Rasanya aku ingin pulang saja. Aku tidak sanggup bertahan lebih lama lagi dengan suasana ini, kepalaku pusing, perutku mual, aku tidak melakukan apapun tapi sangat melelahkan dan membuat stress.

Aku mulai mengambil napas panjang untuk menenangkan diri dan membasahi bibirku yang terasa begitu kering. Aku ingin adegan ini segera berakhir sebelum aku tiba-tiba pingsan karena terlalu banyak tekanan.

ā€œMozarella, rekanku bertempur, dia harimau betina dengan bulu perak yang berasal dari Celestial Kingdom.ā€ 

Aku menutup mata sambil menjawab pertanyaan Kak Jo dalam satu tarikan napas, dengan detail agar tidak ada pertanyaan lain lagi yang bisa membuatku benar-benar muntah sebelum berhasil menjawabnya.

Kira-kira, seperti apa reaksi mereka? Aku tidak sanggup membayangkannya, apalagi melihatnya langsung. Selesai sudah hari-hari SMA yang kumiliki, tidak ada masa depan untuk sisa dua setengah tahun yang harus kuhabiskan sebelum kelulusan. setelah ini aku bukan hanya murid penyendiri yang selalu terlihat murung, tetapi juga gadis aneh yang berbicara ngelantur di depan banyak orang.

ā€œMozarella?ā€

ā€œMkasudnya keju?ā€

ā€œHarimau?ā€

"Aku tidak mengerti."

ā€œBertempur?ā€

ā€œBulu perak?ā€

Gumam kebingungan silih berganti terdengar simpang siur di telingaku. Sudah jelas akan seperti ini, kan. Ayolah...aku hanya ingin menemani Ava dan mengikuti acara ini dengan tenang, namun sekarang aku malah menjadi pusat perhatian dengan mengadakan sebuah pertunjukan konyol. Hiks, apakah tidak boleh pulang sekarang saja? Seluruh tubuhku rasanya dicabik-cabik rasa malu.

ā€œAaah, mohon maaf semuanya. Aku sebenarnya sudah tahu jika Lisa suka bermain game online, tapi aku tidak menyangka jika sampai seperti ini,ā€ ujar Ava dengan senyum aneh, suaranya juga semakin memudar di akhir kalimat. Ekspresi canggungnya menunjukkan bahwa dia sudah menyadari sesuatu yang sangat sia-sia.

ā€œJadi yang mati adalah rekan harimaumu dalam game yang bernama Mozarella?ā€ tanya Kak Jo menegaskan dengan mimik wajah yang sulit dideskripsikan

Lagi? Kenapa harus dilanjutkan, sih? Aku ralat, Kak Jo bukan sedikit menjengkelkan, namun ternyata sangat menjengkelkan. Sayangnya aku tidak punya pilihan selain mengangguk karena reflek mengiyakan pertanyaannya. Aku tidak bohong mengatakan bahwa kepalaku bergerak sendiri.

ā€œYa Ampun, artinya sejak tadi kita berbelasungkawa atas kematian makhluk yang tidak nyata.ā€ 

Sebuah suara menyela dari kerumunan orang-orang di ruangan ini. Aku tidak tahu suara itu milik siapa, yang pasti kalimat itu telah memancing yang lain untuk tertawa. Dia memang tidak nyata? Memangnya kenapa? Meski Mozarella memang hanya makhluk 2D, namun saat kehilangan ini ditertawakan rasanya kematian Mozarella menjadi semakin menyakitkan. 

Tapi apa gunanya tersinggung atas reaksi mereka? Lagi pula di mata orang normal, menangisi makhluk 2D memang sudah aneh sejak awal, jadi menerima reaksi seperti ini seharusnya tidak lagi mengejutkan. aku juga tidak berharap mereka bisa mengerti maupun memaklumiku. Kini aku hanya bisa menunduk semakin dalam, menyesali kedatanganku kemari dan menekan kesedihan yang kumiliki.

ā€œJika Mozarellamu berasal dari Celestial Kingdom, maka game yang kamu mainkan pasti Black Mirror. Bagaimana jika dimulai dengan mengumpulkan soul fragment dari Harimau putih lalu coba gunakan sihir kamuflase agar mereka telihat mirip. Harimau berbulu perak adalah piaraan langka, tapi mungkin untuk sementara Kamu bisa menggunakan trik itu agar tidak kesepian selama berpetualang. Siapa tahu kapan-kapan Kamu bisa mendapatkan jenis yang sama lagi,ā€ tutur Kak Jo membuat kepalaku terangkat secara otomatis. Barusan itu, aku tidak salah dengar, kan?

Orang ini tampak sedang berpikir serius. Pemandangan itu sukses membuat semua orang terdiam, tidak terkecuali aku. Apakah dia juga seorang pemain? Black Mirror memang cukup terkenal tiga tahun terakhir ini, namun fakta jika seorang seperti Kak Jo bermain MMORPG adalah sesuatu yang bahkan tidak bisa muncul dalam bayangan ngawurku sekalipun. Maksudku, dia pasti sangat sibuk dengan tugasnya sebagai Ketua OSIS selagi menjaga nilainya agar tetap stabil dan tidak sempat untuk mengurusi kehidupan virtual di dunia maya yang menurut kebanyakan orang hanya akan membuang-buang waktu, kan.

ā€œBagaimana? Apa ide itu bisa menghiburmu?ā€ tanya Kak Jo sambil tersenyum menatapku. 

Ekspresinya sungguh berbanding terbalik dengan wajah melongo semua orang dan belum bangun dari keterkejutannya.

ā€œM-mungkin,ā€ gumamku sambil meringis aneh. Orang ini membuatku sangat kewalahan.

ā€œBaguslah kalau begitu, karena masalahmu sudah terpecahkan dan kebetulan juga sangat tepat waktu untuk kita memulai rapatnya. Jadi cerialah,ā€ ujar Kak Jo ramah sambil mengacak poniku sebelum berlalu kekursinya.

Heeeh? Tunggu! Apa yang barusan itu? Aku hanya bisa terpaku sambil menahan napas, bahkan untuk berkedip saja aku tak bisa. Bulu kuduku berdiri tegak. Tampaknya ada seseorang yang baru saja menurunkan suhu pendingin ruangannya, karena udara di sini terasa jauh lebih dingin dan menusuk dari pada sebelumnya. Terlalu mencekam untuk kulewati hingga dua jam berikutnya.

******

Aku menebaskan pedang dengan membabi buta ke arah Cyclops yang tiba-tiba saja muncul di depanku. Siapa peduli jika dia adalah monster langka yang muncul secara random dalam kurun waktu beberapa bulan sekali, lagipula aku sudah memiliki dua Healer Chrysoprase yang lebih dari cukup untuk meningkatkan sihir restorasiku.

Ngomog-ngomong, Healer Chrysoprase adalah batu yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan sihir penyembuh sebanyak 30% dan tergolong item yang cukup langka, apalagi tidak ada batasan dalam pemakaiannya. Batu itu bisa selalu diaktifkan ketika status kehidupan pemiliknya kurang dari 5%. Para pemain akan rela begadang berhari-hari untuk mengintai dan memburu Cyclops demi drop item kelas S itu.

Tapi lupakan tentang hal keren yang baru saja kuceritakan. Saat ini aku hanya ingin bermain-main makhluk besar ini demi melampiaskan rasa kesalku kepada si kecil Lisa sore tadi. Aku juga sengaja menggunakan senjata kelas standart dan membiarkan dia beberapa kali menjatuhkanku untuk sekedar membuang-buang waktu.

Cyclops yang malang, dia harus menjadi objek pelampiasanku hanya karena muncul di waktu yang tidak tepat.

Sebenarnya aku sudah dua kali mengalahkan monster ini sendiri dan beberapa kali membantu petualang asing yang mengirim signal bantuan untuk menghadapinya. Intinya tidak sulit jika aku memang berniat untuk membuatnya tumbang, cukup dengan sekali tebas oleh Lightning Sword milikku pasti akan membuatnya hancur tak bersisa. Pedang pusaka dari Celesetial itu benar-benar mampu membelah dan membakar apapun yang disentuhnya, namun aku akan menyimpannya saja untuk hari ini.

Aahh, terserah saja bagaimana keadaan di sekolah besok, sekarang aku ingin berhenti memikirkan Lisa yang ceroboh, dan hanya akan mengamuk. Aku adalah Serenina, seorang petualang yang gigih, dan selalu bisa diandalkan dari wilayah Zephyr di Barat.

ā€œMasih belum cukup.ā€

Aku berdiri untuk melakukan penyembuhan diri setelah monster itu melemparku dari ketinggian seratus kaki, dia benar-benar tanpa ampun ketika menghempaskanku di atas tanah yang keras dan tandus ini. 

Ngomong-ngomong, jika melihat pada peta maka aku sedang berada di tanah kosong daratan Barat Daya, wilayah merdeka bernama Sydvest yang dihuni oleh ras setengah manusia. Daerah ini merupakan batas teritorial antara kerajaan selatan Solum Empire dan Zephyr, kerajaan di barat yang sekaligus merupakan kampung halamanku. Sedikit perkenalan saja, kekuatan utamaku adalah tipe elemen angin.

ā€œGHRRROOAARR.ā€

Cyclops di depanku semakin menggila, hentakan kakinya sudah meretakkan area di sekitar kami. Ketika aku bersiap untuk melompat dan menyerang matanya, tiba-tiba saja monster itu melebur menjadi debu dan menjatuhkan sebongkah batu berwarna hijau yang kusebutkan sebelumnya.

Ayolah ... aku masih belum puas bermain-main dengan monster manis ini, sungguh menyebalkan. Aku sedang berusaha keras mengembalikan suasana hatiku yang buruk agar kembali stabil, tapi di seberang sana ada seorang pemain sedang berdiri menggenggam pedangnya yang masih terhunus setelah mengakhiri kesenanganku dengan semena-mena dan membuat usahaku sia-sia. Mau bagaimana lagi jika sudah terlanjur menghilang.

ā€œAku tidak tau atas alasan apa sehingga memilih untuk berlama-lama tidak menghabisinya meski kamu bisa memusnahkan monster itu dengan sekali tebas. Tapi yang aku tau pasti, memubadzirkan item langka yang diinginkan banyak pemain hanya demi kepuasan diri sendiri adalah perbuatan yang tidak etis.ā€

Aku hanya berdecak membaca pesan panjang yang berisi ceramahnya di ruang obrolan umum dan membuat pemain lain ikut menyumbang berbagai komentar. Aku tidak kenal siapa orang ini, melihat respon pemain lain dan nick name yang digunakannya cukup familiar mungkin dia termasuk penghuni lama, aku juga tidak terlalu peduli, namun yang pasti juga kuyakini adalah bahwa dia tidak hanya bersikap seenaknya, tapi juga menjengkelkan. Hei! Siapa yang bicara sekarang? Seenaknya saja membahas etika. Bukankah sikapnya barusan juga tidak etis? Orang sepertinya pasti tidak menyadari itu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Arsenerka
Nice narasi nya. Diksi ga berat dan ngalir Suka dah ini mah. Pembangunan karakter tokohnya juga kece. Semangat ya.
2021-07-07 20:38:45
0
user avatar
R. Wardani
Terima kasih untuk yang sudah bersedia mampir šŸ˜ŠšŸ™
2021-07-07 20:31:50
0
user avatar
Yarniati
Sabar ya Lisa. Kamu gadis yang kuat.
2021-07-07 15:17:06
0
user avatar
Yarniati
Mau dong kak Jovan.
2021-07-07 15:16:43
0
user avatar
Kyna
Kak Jovan idaman banget dah. Buat aku aja deh ya ThoršŸ˜†šŸ¤£
2021-07-07 12:44:40
0
user avatar
LaraSati
Kasian banget sih lisa disalahin sama tantenya atas kematian bella... Mana dikatain pembawa sial pula😭😭😭
2021-06-06 16:30:26
1
user avatar
Cathalea
Ya, ampun. Aku ikutan mikir keras, bertanya-tanya sendiri siapa itu Moza. Gak taunya šŸ˜‚ Nice story, thor. Bener-bener gak ketebak.
2021-06-06 15:21:37
1
user avatar
R. Wardani
Halo, Kak. Saya adalah author Black Mirro. Terima kasih karena telah bersedia untuk mampir ke cerita ini :)
2021-06-05 16:55:07
1
user avatar
Penerbit Kafein
Ditunggu kelanjutannya...
2021-06-05 16:37:38
0
19 Chapters
Misi Pertama_Identifikasi Pemain: Lisa # Aku & Serenina
“Sa, kamu baik-baik saja?” tanya seorang gadis yang duduk di sebalahku dengan suara yang hanya bisa didengar oleh kami berdua. Ava terlihat cemas.Aku hanya mengangguk setelah menghapus air mata sambil berusaha menampilkan ekspresi sewajar mungkin, meski nyatanya wajahku sekarang malah terkesan sangat kaku dan pasti aneh sekali, tapi setidaknya itu lebih baik daripada harus menunjukkan wajah menangis di depan banyak orang.Aah, apa yang sedang aku lakukan, sih? Aku datang ke tempat ini karena menemani Ava sebagai perwakilan kelas yang mengikuti rapat bersama OSIS karena Amanda, si Ketua Kelas kami sedang absen hari ini. Ava memintaku datang dengan jurus andalan mata kucingnya hingga aku tidak mampu menolak lagi, dia berjanji kami hanya akan mengisi presensi kehadiran, duduk mendengarkan, lalu pulang.Kami bahkan memilih kursi paling depan agar tidak melewatkan sedikit pun informasi tentang perayaan hari ulang tahun sekolah yang akan diselenggarakan b
last updateLast Updated : 2021-03-27
Read more
Misi Kedua_Identifikasi Pemain: Foxglove # Secangkir Kopi Untuk Sydvest
“Banyak dungeon yang masih tersembunyi di wilayah Helios, sebagian masih tersegel, ada juga beberapa yang sudah terbuka namun belum dipetakan karena yang membukanya kemungkinan besar adalah solo player. Menanganinya sendiri pasti cukup merepotkan.”Damian, sang leader dari serikat kami sedang memberikan instruksi terkait ekspedisi yang akan kami lakukan bulan depan. Black Mirror mengumumkan akan mengadakan event untuk merayakan pembukaan server barunya dengan hadiah berbagai macam item dan senjata langka, dan tema event kali ini adalah petualangan bawah tanah di wilayah kekaisaran Helios. Jika mengikuti peta dari dunia Black Mirror, maka wilayah itu berada di daratan sebelah timur. Game Master memberi waktu dua minggu kepada para pemain untuk menyelesaikan questnya dengan metode siapa cepat dia dapat. Persiapan yang matang sangat dibutuhkan untuk menghadapi ini, karena memasuki dungeon yang telah di ditaklukan oleh party lain hanya akan meninggalkan h
last updateLast Updated : 2021-03-27
Read more
Misi Ketiga_Identifikasi Pemain: Lisa # Cerita Di Antara Deret Buku
Hari ini adalah Rabu, aku sengaja datang lebih pagi karena jam pertama adalah olahraga. Bukan karena aku sangat berantusias, tapi labih karena harus menyempatkan diri untuk sarapan di kantin sekolah. Aku tidak ingin pingsan di depan semua orang seperti minggu lalu dan menambah kejadian memalukan dalam daftar kehidupan SMA yang masih berada di ujung ini. Yah, walau cukup memalukan, setidaknya karena kejadian itu aku jadi bisa memaksa diriku untuk duduk di sini dengan sepiring nasi goreng. Sepertinya makan di pagi hari bagus juga.Tidak ada yang mengurus makananku sebagai anak kos. Biasanya aku selalu menggabungkan sarapan dan makan siangku karena terlalu malas untuk mencari makan pagi-pagi. Lagipula dengan begitu rasanya jadi lebih praktis.“Seharusnya bilang padaku jika kamu akan berangkat lebih dulu, hampir saja aku mendobrak pintu kamarmu karena tidak ada yang merespon ketukanku.” Ava mengomel sambil menghampiri mejaku lalu mengambil kursi dengan posisi k
last updateLast Updated : 2021-03-27
Read more
Misi Keempat_Identifikasi Pemain: Nara # Gadis Dari Kelas Satu
Buram. Perlahan aku mulai bisa melihat cahaya terang menyapa pengelihatanku, menyilaukan. Aku tidak bisa mencerna keadaan hingga mataku akhirnya terbuka sempurna. Entah sudah berapa lama aku telah berhasil mempertahankan diri dalam kondisi setengah sadar. Selain hanya bisa mendengar hirukpikuk percakapan orang-orang, aku tidak melihat apapun yang terjadi di sekitarku. Mataku terlalu berat untuk dibuka. Pemandangan terakhir yang kulihat adalah sebuah telapak tangan yang menyentuh lenganku sebelum kegelapan kembali menyergap.Rasanya, tubuhku sedang tidak baik-baik saja. Lalu ini? Selang infus? Ruangan serba putih dengan aroma obat yang menyengat. Rumah sakit lagi. Aku sudah bosan lagi-lagi harus mampir ke tempat seperti ini.“Kamu sudah bangun?” tanya seorang gadis dengan rambut sebahu yang sedang duduk di samping tempatku berbaring.Dengan pandangan yang masih agak buram, aku memperhatikan gadis itu. Rok berwarna coklat kopi susu, kemaja putih dan bl
last updateLast Updated : 2021-03-27
Read more
Misi Kelima_Identifikasi Pemain: Lisa # Cermin Yang Retak
“Anak baru itu terlihat aneh.”“Kudengar dia tidak memiliki orang tua.”Sudah cukup! Hentikan!“Ibu melarangku berteman dengannya.”“Dia tinggal dekat rumahku, para tetangga sering membicarakannya.”“Tapi dia terlihat baik.”“Jangan bercanda! Bibinya saja menyebut gadis itu sebagai anak pembawa sial.”Aku mohon, berhentilah...“Menyeramkan.”“Jangan terlalu dekat dengannya.”Apa pun itu, apa pun salahku, aku minta maaf. Jadi kumohon berhenti.“Apa dia dikutuk? Nasibnya sangat tidak bagus.”“Anak itu menakutkan.”“Kejiwaannya mungkin terganggu.”“Tingkahnya juga sering tidak wajar.”"Yang pasti dia sangat aneh."BERHENTII!!!Aku membuka mata dengan pandangan berkunang-kunang, gelap. Jadi aku hanya bermimpi? Tanganku meraba se
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more
Misi Keenam_Identifikasi Pemain: Foxglove # Cahaya Bulan Yang Lahir Kembali
“Damian sangat pemilih, aku kagum karena Selene mampu menjadi partnernya selama bertahun-tahun. Jika mereka benar-benar bersama di dunia nyata juga, aku yakin Selene adalah gadis yang luar biasa sabar.”Rivera masih menggerutu setelah mendapat omelan Damian gara-gara dirinya salah mengambil serbuk bunga. Akibatnya dia harus mengulang pekerjaannya dan memaksaku untuk membantu menyelesaikan tugasnya itu."Selama ini dunia selalu menghakimi betapa rewelnya perempuan, kalau saja mereka semua bertemu dengan Damian, aku yakin stigma itu akan terpatahkan," ucap Rivera yang masih enggan menutup mulut."Dia hanya sedikit perfeksionis, bukan rewel," sahut sebuah suara yang menggema di antara kami."Selene juga menakutkan. Bagaimana dia tau bahwa kita sedang membicarakan suaminya?" ujar Rivera antara terkejut dan bingung."Sebenarnya bukan hanya Selene, tapi seluruh anggota serikat mendengarmu. Tadinya mau kuingatkan bahwa kamu lupa berpindah ruan
last updateLast Updated : 2021-06-06
Read more
Misi Ketujuh_Identifikasi Pemain: Lisa # Garis Imajiner
“Lisa! Di mana yang sakit?! Apa lukamu parah?!"Teriakan seseorang dan guncangan di tubuhku membuat kesadaranku tersedot kemudian terlempar ke sebuah tempat yang gelap. Perlahan mataku terbuka, meski tampak  kabur, namun masih aku masih bisa menemukan wajah panik Ava yang hampir menumpahkan air mata.Kedua tangan gadis itu mencengkerap erat bahuku seolah takut aku akan menghilang ketika dia melepasnya. Aku hanya berkedip beberapa kali untuk menetralkan pandanganku sembari mengumpulkan nyawa. Ah, Mozarella, mimpi indahku sudah berakhir. Sekarang aku telah kembali  ke sini, kembali ke dunia tanpa Kak Abel di dalamnya. Rasanya aku ingin kembali tidur dan tidak bangun lagi.“Lisa,” panggil Ava sekali lagi.“Kamu, di sini?” tanyaku lirih.“Sepulang sekolah kemarin aku kemari karena percakapan terakhir kita membuatku terganggu, tidak peduli berapa kali aku mengetuk pintu, namun tetap tidak ada jawaban. Semala
last updateLast Updated : 2021-06-07
Read more
Misi Kedelapan_Identifikasi Pemain: Foxglove # Carlise in Wonderland
Serenina baru mengirim koordinat lokasinya setelah aku membombardirnya dengan serentetan undangan party yang pasti cukup mengganggu jika muncul sampai puluhan kali. Orang itu sedang berada di central, katanya untuk membuat kalung yang baru setelah kehilangan Merkaba Diamond yang digunakannya sebagai persembahan demi menyatukan jiwa binatang piaraannya kemarin.“Jadi, kalung macam apa yang sedang dia buat kali ini,” ucapku setelah menembus portal yang langsung menuju koordinat tempat Serenina berada.“Aku ingin memanfaatkan Magical Amethyst yang kudapatkan dari monster ular yang menghancurkan jiwa Mozarella. Sebelumnya aku tidak ingin menggunakan benda itu karena merasa bersalah. Tapi karena sekarang Mozarella sudah kembali, jadi au sudah merasa baik-baik saja untuk memanfaatkannya,” ujar Serenina yang terdengar lebih santai dari biasanya. Ternyata dia mendengar gumamanku. Tampaknya mood gadis ini sedang baik.“Baguslah, aku juga pen
last updateLast Updated : 2021-06-09
Read more
Misi Kesembilan_Identifikasi Pemain: Lisa # Yang Dijanjikan
“Waaah, pertemuan kalian seperti dalam novel. Aku penasaran dengan kisah romantis macam apa yangterjadi selanjutnya,” sorak Ava menggodaku.Aku menatap kedua matanya yang terlihat berkilau seolah dipenuhi bintang. Senyumnya merekah begitu lebar seolah bisa bisa menyentuh kedua telinganya. Kenapa dia sebahagia itu hanya dengan mendengar cerita pertemuanku dengan Nara?“Kisah Romantis? Dari pada romatis, mungkin cerita kami lebih kepada genre komedi, misteri, dan fantasi. Jika kami tidak berhati-hati, mungkin genrenya bisa juga merambah ke arah thriller,” ujar Nara sambil menyangga dagu.“Meski tidak menemukan hantu, tapi aku memang bisa merasakan sensasi horornya juga,” timpalku sambil mengembuskan napas berat.Ava mengerutkan alis karena reaksi kami berdua. Kedua bola mata yang tadinya berbina-binar berubah menjadi tidak fokus anata ingin menatapku atau Nara. Bahkan sekilas aku bisa mendengar gumaman bingung yang lolos
last updateLast Updated : 2021-06-10
Read more
Misi Kesepuluh_Identifikasi Pemain: Nara # Bukan Nostalgian
ā€œJadi harimau macam apa yang makan buah aprikot? Bukannya mereka karnivora? Ini jelas-jelas menentang hukum alam.ā€ Aku protes sembari menghampiri Serenina yang pamit berburu di Hutan Seribu Musim wilayah Sydvest. Dia bilang akan mencari makanan untuk Mozarella, tapi sejauh yang kulihat sekarang, dia hanya sibuk mengumpulkan buah aprikot dalam sebuah keranjang besar. Kalau ini, sih namanya bukan berburu, tapi memanen. ā€œJika tidak berniat membantu, lebih baik pergi saja. Apakah Hari Minggumu sebegitu senggangnya hingga bisa bersantai seperti ini? Memangnya yang terjadi pada kita tidak menentang hukum alam?ā€ Ketus sekali reaksinya. Hmmmh, benar juga. Serenina dan Lisa berada di dunia yang berbeda. Walau mereka adalah orang yang sama, tapi kepribadiannya sangat jauh seperti langit dan sumur minyak. Sosok Lisa yang canggung dan kikuk, terkadang juga tampak pemalu benar-benar tidak berbekas paada Serenina. Jadi begini rasanya menemukan teman dalam game didunia
last updateLast Updated : 2021-06-11
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status