“Banyak dungeon yang masih tersembunyi di wilayah Helios, sebagian masih tersegel, ada juga beberapa yang sudah terbuka namun belum dipetakan karena yang membukanya kemungkinan besar adalah solo player. Menanganinya sendiri pasti cukup merepotkan.”
Damian, sang leader dari serikat kami sedang memberikan instruksi terkait ekspedisi yang akan kami lakukan bulan depan. Black Mirror mengumumkan akan mengadakan event untuk merayakan pembukaan server barunya dengan hadiah berbagai macam item dan senjata langka, dan tema event kali ini adalah petualangan bawah tanah di wilayah kekaisaran Helios.
Jika mengikuti peta dari dunia Black Mirror, maka wilayah itu berada di daratan sebelah timur. Game Master memberi waktu dua minggu kepada para pemain untuk menyelesaikan questnya dengan metode siapa cepat dia dapat. Persiapan yang matang sangat dibutuhkan untuk menghadapi ini, karena memasuki dungeon yang telah di ditaklukan oleh party lain hanya akan meninggalkan harta sisa yang mungkin bisa didapatkan dengan memburu kelinci atau rusa di hutan sebelah.
“Hai, Fox. Lokasi event kali ini adalah kampung halamanmu, jadi aku yakin kamu tidak akan keberatan untuk memeriksa rute demi serikat kita.”
Nah,itu dia intinya. Damian memberi perintah dengan cara yang cukup berbelit-belit. Padahal aku sangat tidak keberatan jika dia langsung saja mengatakan aku harus pergi kesana. Sejujurnya aku sangat bersemangat, karenakekuatanku akan jauhlebih besar jika digunakan di sana. Begitulah hukum dunia ini, Kamu akan menjadi lebih kuat di wilayahmu. Karakterku adalah seorang petualang dari Helios, dengan kekuatan elemen api. Jadi firasatku sangat bagus, sepertinya kami akan mendapat banyak harta karun.
“Baiklah, aku akan membawa lima atau enam orang member serikat yang juga berasal dari Helios agar pemeriksaaannya lebih cepat selesai.”
Persetujuanku mendapatkan sambutan baik dari semua orang, mereka juga mengikuti usulku tanpa banyak protes. Benar begitu,lebih capat memang lebih baik.
“Seperti yang diharapkan dari seorang wakil pemimpin. Kalau begitu sisanya akan dibagi dalam beberapa kelompok yang bertanggung jawab atas pasokan dan senjata. Jadi semua bisa dibereskan tepat waktu,” ucap Damian yang suaranya terganggu oleh sedikit noise yang samar-samar terdengar. Sepertinya dia belum membeli mic baru.
Aku tidak menyangka bila diskusi ini bisa berakhir lebih cepat dari perkiraanku. Padahal aku sudah siap jika Damian akan memberikan perkuliahan panjang seperti biasanya. Dia memang leader yang kuat, kompeten, dan diakui baik oleh para member Serikat Andromeda maupun serikat lain. Akan tetapi, dibalik sifat keren tersebut, Damian juga memiliki sisi rewel yang kadang merepotkan dan terkesan seperti ibu-ibu.
“Baiklah, Fox, beri tau aku jika sudah menentukan siapa saja yang akan ikut bersamamu, setelah itu aku akan mengurus sisanya. Sekarang aku harus pergi.”
Karakter Damian menghilang setelah meninggalkan pesannya melalui ruang obrolan. Sepertinya aku juga harus segera bergegas.
“Aku akan memikirkan siapa yang akan ikut, besok akan kuberi tau rinciannya. Sekarang aku harus ke Sydvest untuk mengambil beberapa tumbuhan beracun.”
Aku membuka portal dan keluar dari markas setelah meninggalkan pesan untuk para member. Hanya butuh waktu kurang dari tiga detik dan aku sudah berpindah ke dataran tandus yang kosong di wilayah Sydvest. Tapi, heh? Aku salah tempat. Seharusnya aku menggunakan koordinat agar langsung tembus ke hutan seribu musim. Ngomong-ngomong, sebelumnya memang aku menyebut bahwa dataran ini kosong, namun tampaknya tempat tidak terlihat begitu sekarang, tempat ini telah menjadi arena pertempuran.
Ada seorang pemain sedang bertarung dengan Cyclops, monster yang terbilang cukup langka karena kemunculannya yang random dan hanya mucul selama beberapa bulan sekali. Sepertinya orang itu bertemu si monster secara kebetulan, selain terlihat bertarung sendiri dan dihajar habis-habisan, di sekitar sini juga tidak terlihat bekas-bekas pengintaian. Haruskah aku membantunya? Tapi HP pemain itu cukup tinggi, jadi dia pasti bukan pemula. Lalu kenapa diam saja? Mungkinkah jaringan internetnya buruk?
Aku membidik pemain itu untuk memeriksa identitasnya. Dari avatar yang muncul, hanya ada sedikit informasi dan ada tanda privasi di sana-sini. Bahkan senjata utama dan tipe elemen juga terkunci. Nama karakternya Serenina? Mungkinkah Serenina yang itu? Memangnya ada berapa Serenina dalam server ini? Tentu saja banyak. Tapi jika dia adalah Serenina yang itu, maka ini adalah hari keberuntunganku.
Serenina terkenal sebagai kolektor item langka dan senjata legendaris di server ini, dia juga dijuluki sebagai kunci master karena hobinya membuka segel dungeon baru seorang diri. Mungkin karena namanya sering menjadi bahan perbincangan, jadi membuat banyak orang tertarik membuat karakter dengan nama serupa walau ejaannya sedikit berbeda. Jika melihat status kekuatannya yang lumayan tinggi dan kolom serikatnya yang kosong, mungkin orang ini memang benar Serenina yang asli.
Selain sebagai kolektor dan kunci master, Serenina juga memiliki cap sebagai solo player yang keras kepala karena tidak mau bergabung dalam serikat manapun meski sudah dirayu sana-sini, dia juga jarang mau diajak membuat party. Akan tetapi, sesekali ada yang secara kebetulan bisa berburu dengan Serenina ketika memilih party random untuk quest harian, itu juga tidak pernah lebih dari lima pemain. Kurang lebih seperti itu yang aku dengar dari cerita banyak orang. Bukannya apa-apa, hanya saja koleksi milik Serenina akan sangat bermanfaat bagi rekan-rekannya meski hanya sementara.
Tampaknya aku bisa menomor duakan tujuan utamaku di Hutan Seribu Musim karena menemukan sesuatu yang lebih menarik. Aku memutuskan untuk masuk ke arena dan menyerang Cyclops itu dalam sekali tebas, tubuhnya yang melebur menjadi debu menjatuhkan sebongkah Healer Chrysoprase sebagai hadiahnya. Annggap saja hal ini merupakan caraku untuk memastikan identitas pemain ini.
“Aku tidak tau alasan apa yang Kamu miliki sehingga memilih untuk berlama-lama diam meski tampaknya Kamu bisa memusnahkan monster itu dengan sekali serang, namun yang pasti memubadzirkan item langka yang diinginkan banyak pemain hanya demi kepuasan diri sendiri adalah perbuatan yang tidak etis.”
Aku sengaja menulis pesan profokasi di ruang obrolan umum, namun sayangnya tidak mendapat respon dari pemain itu, justru yang ramai membalas adalah pemain lain yang sedang online. Dia juga tidak pergi ke mana-mana, hanya diam di tempat tanpa melakukan apa-apa. Hei, tolong jangan seperti ini. Apakah aku telah menginjak ranjau? Jika terus begini aku tidak bisa memulai topik pembicaraan utamanya.
“Apa yang membuat orang penting sepertimu mengganggu acaraku di tempat seperti ini?”
Akhirnya, dia membalas pesanku. Ini akan lebih mudah untuk mengetahui keasliannya.
“Kamu tau siapa aku?”
Aku membalas pesannya tanpa mengindahkan kebisingan ruang obrolan yang berjalan semakin cepat karena kami berdua.
“Wakil Pemimpin dari serikat terbesar di server ini cukup terkenal. Apalagi kalian, para member Andromeda sering mendominasi ruang obrolan umum.”
Wooahh ... orang yang sangat terang-terangan. Dia bahkan secara jujur menyindir para member serikat kami yang sekarang sedang berisik mengomentari kami berdua. Dengan begini aku tau jika dia bukan orang yang merepotkan dengan tipe berbelit-belit seperti seseorang yang kukenal.
“Ngomong-ngomong tentang serikat, kulihat kolom serikatmu masih kosong. Bagaimana dengan Andromeda? Kebetulan masih ada tempat karena salah satu member kami berhenti bermain.”
Pancingan yang bagus. Banyak pemain yang ingin bergabung dengan Andromeda, namun karena Damian sangat pemilih, sehingga dia cukup ketat sebelum menerima mereka. Intinya, tidak ada seorangpun yang akan menolak kesempatan langka ketika diajak untuk bergabung dengan Andromeda.
“Tidak usah repot. Aku lebih suka berjalan-jalan sendiri.”
Aku ditolak. Bingo! Sekarang tingkat keyakinanku bertambah setelah mendengar jawabannya yang tidak ragu-ragu. Aku langsung mengajukan permintaan pertemanan yang langsung disetujinya. Sepertinya orang ini tidak pilih-pilih.
“Sendirian saja apakah tidak terlalu sulit? Sepertinya Kamu agak kerepotan menghadapi Cyclops yang tadi, jadi aku membantumu.”
“Apa yang Kamu lakukan tadi akan lebih tepat dikatan mengganggu daripada membantu. Sejak awal aku hanya menggodanya tanpa niat membunuh makhluk itu. Aku berencana meninggalkannya setelah puas bermain agar ditangani oleh player lain yang menginginkan hadiahnya, tapi Kamu datang tanpa permisi dan menghancurkan Cyclops itu dengan seenak hati.”
Ahh, jadi itu alasan sebenarnya. Sejak awal aku memang sudah tau jika dia cukup kuat untuk membunuh Cyclops itu, tapi tak kusangka jika ada rencana demikian. Orang ini terlihat sangat jengkel. Kami terus berbalas pesan tanpa peduli dengan hingar bingar komentar pemain lain. Entah kenapa kami juga tidak tertarik untuk pindah ke ruang obrolan pribadi dan tetap menggunakan ruang obrolan umum.
“Maaf karena telah mengganggu kesenanganmu.”
“Mau bagaimana lagi, karena Kamu sudah membunuhnya jadi bawalah Healer Chrysoprase itu bersamamu. Aku tidak ingin ada benda yang sama memenuhi penyimpananku sebelum mencapai dungeon yang baru.”
Ini dia, 100% aku yakin jika orang ini adalah Serenina yang asli. Saatnya menuju pada pokok pembicaraan yang sebenarnya.
“Baiklah, aku akan membawa batunya. Lalu tentang serikat, apa tidak bisa kamu pikirkan lagi? Akan menjadi suatu kehormatan bagi kami jika kamu bersedia untuk bergabung.”
“Tidak.”
Langsung dijawab tanpa pertimbangan ya ...hehehe. Lalu bagaimana nasib permintaanku selanjutnya? Dicoba saja selagi ada kesempatan.
“Jika tidak ingin bergabung dengan Andromeda, bagaimana jika menjadi partnerku?Aku ingin mengambil sumpah denganmu.”
Akhirnya kukatakan. Aku cukup percaya diri dengan status kekuatanku yang layak menjadi bahan pertimbangan, jadi kemungkinan besar dia pasti akan menerimanya, kan.
“Terimakasih atas tawaranmu. Tapi aku tidak tertarik untuk menjadi seorang isteri di dunia virtual.”
Eh? Apakah aku baru saja ditolak mentah-mentah? Tunggu dulu! Jadi begini perasaan orang-orang yang proposalnya tidak aku terima. Sangat menjengkelkan, memalukan, dan sekali lagi, ini terjadi di ruang obrolan umum.
“Tapi kenapa?”
Sial. Aku tidak tau bagaiaman harus menanggapinya. Apakah aku sudah salah pada langkah pertama?
“Seharusnya aku yang bertanya kenapa. Meski hanya dalam game, tapi mengajak seseorang mengambil sumpah denganmu pada pertemuan pertama itu sangat tidak etis.”
Sekarang dia malah membalikkan kata-kataku. Tidak bisa begini, bagaimanapun caranya aku harus meyakinkan Serenina untuk menjadi partnerku. Koleksinya akan sangat berguna. Ayo berusaha lebih keras.
“Pertemuan pertama sudah lebih dari cukup.”
“Hmmm?”
Okey. Mari gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk membujuknya. Haruskah aku merayunya? Tidak, itu sangat konyol. Pemain yang satu ini tampaknya bukan tipe orang yang akan termakan oleh bujuk rayu dan iming-iming begitu saja. Lalu, bagaimana dengan sebuah alasan? Ide buruk, beralasan pada pertemuan pertama akan menjadi sangat tidak masuk akal. Dia adalah sosok yang sangat terus terang, juga kritis, rasanya tidak ada pilihan lagi selain berkata jujur.
“Aku sudah melihat statusmu dan aku yakin jika Kamu adalah Serenina si Kunci Master. Jadi, bukankah bagus jika kita menjadi partner? Kita akan menjadi tim yang kuat, kita juga bisa saling berbagi perlengkapan.”
Tidak ada respon.
“Aku memiliki banyak hal dalam penyimpananku yang pasti bisa membuatmu tertarik. ika kita menjadi partner, maka kamu bisa menggunakannya juga. Sejujurnya aku juga ingin meminjam beberapa hal dari kolektor terkenal di server ini.”
Aku mohon mengertilah. Aku sudah berusaha sebaik mungkin dengan mengatakan apa adanya. Tidakkah Kamu tau bahwa itu cukup sulit? Aku benar-benar membutuhkanmu.
“Oh, terus terang sekali. Jadi, dengan kata lain berarti Kamu ingin memanfaatkanku?”
Aah, harus kujawab apa pertanyaan berbahaya ini? Mengapa dia harus menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya. Mungkinkah dia memang sengaja membuat situasi ini agar aku tetap menjadi pihak yang bersalah tidak perduli apapun yang akan kukatakan nanti? Coba pikirkan sebuah solusi!
“Aku tidak bisa sepenuhnya mengelak ketika kamu berpikir aku akan memanfaatkanmu. Tapi menurutku hal ini lebih cocok disebut dengan simbiosis mutualisme karena kita saling diuntungkan.”
Sepertinya aman. Setidaknya aku berhasil sedikit memperhalus kata-katanya.
“Kamu bisa saja melakukan itu dengan orang orang lain, masih banyak pemain hebat yang belum memiliki partner dalam server ini, kenapa Kamu harus ngeyel untuk menjadi partnerku, sih? Lagipula kita tidak saling mengenal. Untuk menjadi partner setidaknya kita harus sedikit memahami satu sama lain untuk bisa membentuk kerja sama yang baik sehingga perjanjiannya tidak menjadi sia-sia. cara bertarung, karakter kekuatan, senjata utama, dan sebagainya. Akan tetapi, aku sangat tidak tertarik dengan hal-hal merepotkan seperti itu.”
Dia sudah membalas dengan kalimat sepanjang itu. Berarti, inilah ujungnya. Kalimatku selanjutnya mungkin menjadi penentu sebelum Serenina benar-benar memutuskan jawabannya.
“Aku tidak peduli dengan yang lain, yang terpenting bagiku adalah statusmu. Aku hanya harus menjadi lebih kuat. Keberadaanmu sebagai partnerku pasti akan sangat membantu karena semua item dan perlengkapan yang Kamu miliki. Kamu juga bisa meningkatkan status kekuatanmu, loh. Bagaimanapun juga aku adalah pemain yang masih layak untuk diperhitungkan dalam server ini.”
Tik ... Tok ... Tik ... Tok ...
Apakah jaringan internetku mengalami gangguan? Atau, ada yang tidak beres dengan komputerku? Kali ini Serenina membutuhkan waktu lama untuk memberi balasan, sedangkan penghuni Black Mirror semakin malam menjadi semakin gaduh. Bahkan ada yang mulai bergosip karena banyak pemain yang baru log in dan tidak menyimak awal pembicaraan ini. Ngomong-ngomong, Serenina tidak ketiduran dan meninggalkan percakapan ini menggantung begitu saja, kan?
“Kamu sangat terus terang, alasan dan penjelasanmu cukup logis juga akurat. Walau begitu, sayangnya aku belum cukup tertarik untuk menerima tawaranmu. Maaf, Fox, tapi aku harus pergi.”
Serenina menghilang begitu saja sebelum aku sempat memberi respon atas keputusannya. Setelah menolak mentah-mentah, dia offline dan membiarkanku menjadi bahan ledekan orang-orang. Ternyata benar seperti rumor yang beredar, Serenina adalah pemain yang keras kepala. Tunggu saja, aku tidak akan menyerah dengan mudah. Bagiku, tidak ada kata berhenti sebelum Kamu bersedia untuk mengambil sumpah denganku. Bagaimanapun caranya aku pasti bisa mengatasi sikapmu itu. Lagipula, namanu sudah ada dalam daftar temanku. Meski aku tau tidak akan mudah, tapi aku yakin ini juga tidak mustahil.
*******
Aku menengok cangkir kosong yang batal kusesap isinya, cangkir itu adalah cangkir kedua kopi malam ini. Ternyata daratan Sydvest bisa membuatku begitu fokus sampai lupa waktu. Aku keluar kamar untuk mengambil cangkir baru dan bermaksud mengisinya dengan kopi hitam yang lebih kental dari sebelumnya, aku tidak boleh jatuh tertidur.
Ketika berjalan menuju dapur, kulihat lampu di ruang kerja papa masih menyala. Dasar ... kalimat “manusia akan berubah seiring berjalannya waktu” pasti tidak berlaku bagi orang itu.
Sekarang sudah jam satu dini hari, tapi dia masih belum bisa meninggalkan urusan duniawinya untuk sekedar beristirahat. Sebagai seseorang yang tidak bisa tidur dengan bebas walau sangat ingin, aku merasa iri dengan kesempatan yang dimilikinya itu. Kesempatan berharga yang telah disia-siakan begitu saja. Ya sudahlah ... lagi pula tidak alasan bagiku untuk ikut campur urusannya lebih jauh.
Aku hanya harus menyelesaikan urusan kopiku, lalu kembali ke kamar dengan tenang dan melanjutkan niat untuk mengambil tumbuhan beracun di Hutan Seribu Musim. Aku juga harus menempelkan beberapa memo baru untuk tugas-tugas sekolah. Dan karena sudah tidak ada lagi pembantu rumah tangga di sini, semoga aku tidak lupa untuk mengirim pesan kepada Davin agar membangunkanku besok pagi.
Hari ini adalah Rabu, aku sengaja datang lebih pagi karena jam pertama adalah olahraga. Bukan karena aku sangat berantusias, tapi labih karena harus menyempatkan diri untuk sarapan di kantin sekolah. Aku tidak ingin pingsan di depan semua orang seperti minggu lalu dan menambah kejadian memalukan dalam daftar kehidupan SMA yang masih berada di ujung ini. Yah, walau cukup memalukan, setidaknya karena kejadian itu aku jadi bisa memaksa diriku untuk duduk di sini dengan sepiring nasi goreng. Sepertinya makan di pagi hari bagus juga.Tidak ada yang mengurus makananku sebagai anak kos. Biasanya aku selalu menggabungkan sarapan dan makan siangku karena terlalu malas untuk mencari makan pagi-pagi. Lagipula dengan begitu rasanya jadi lebih praktis.“Seharusnya bilang padaku jika kamu akan berangkat lebih dulu, hampir saja aku mendobrak pintu kamarmu karena tidak ada yang merespon ketukanku.” Ava mengomel sambil menghampiri mejaku lalu mengambil kursi dengan posisi k
Buram. Perlahan aku mulai bisa melihat cahaya terang menyapa pengelihatanku, menyilaukan. Aku tidak bisa mencerna keadaan hingga mataku akhirnya terbuka sempurna. Entah sudah berapa lama aku telah berhasil mempertahankan diri dalam kondisi setengah sadar. Selain hanya bisa mendengar hirukpikuk percakapan orang-orang, aku tidak melihat apapun yang terjadi di sekitarku. Mataku terlalu berat untuk dibuka. Pemandangan terakhir yang kulihat adalah sebuah telapak tangan yang menyentuh lenganku sebelum kegelapan kembali menyergap.Rasanya, tubuhku sedang tidak baik-baik saja. Lalu ini? Selang infus? Ruangan serba putih dengan aroma obat yang menyengat. Rumah sakit lagi. Aku sudah bosan lagi-lagi harus mampir ke tempat seperti ini.“Kamu sudah bangun?” tanya seorang gadis dengan rambut sebahu yang sedang duduk di samping tempatku berbaring.Dengan pandangan yang masih agak buram, aku memperhatikan gadis itu. Rok berwarna coklat kopi susu, kemaja putih dan bl
“Anak baru itu terlihat aneh.”“Kudengar dia tidak memiliki orang tua.”Sudah cukup! Hentikan!“Ibu melarangku berteman dengannya.”“Dia tinggal dekat rumahku, para tetangga sering membicarakannya.”“Tapi dia terlihat baik.”“Jangan bercanda! Bibinya saja menyebut gadis itu sebagai anak pembawa sial.”Aku mohon, berhentilah...“Menyeramkan.”“Jangan terlalu dekat dengannya.”Apa pun itu, apa pun salahku, aku minta maaf. Jadi kumohon berhenti.“Apa dia dikutuk? Nasibnya sangat tidak bagus.”“Anak itu menakutkan.”“Kejiwaannya mungkin terganggu.”“Tingkahnya juga sering tidak wajar.”"Yang pasti dia sangat aneh."BERHENTII!!!Aku membuka mata dengan pandangan berkunang-kunang, gelap. Jadi aku hanya bermimpi? Tanganku meraba se
“Damian sangat pemilih, aku kagum karena Selene mampu menjadi partnernya selama bertahun-tahun. Jika mereka benar-benar bersama di dunia nyata juga, aku yakin Selene adalah gadis yang luar biasa sabar.”Rivera masih menggerutu setelah mendapat omelan Damian gara-gara dirinya salah mengambil serbuk bunga. Akibatnya dia harus mengulang pekerjaannya dan memaksaku untuk membantu menyelesaikan tugasnya itu."Selama ini dunia selalu menghakimi betapa rewelnya perempuan, kalau saja mereka semua bertemu dengan Damian, aku yakin stigma itu akan terpatahkan," ucap Rivera yang masih enggan menutup mulut."Dia hanya sedikit perfeksionis, bukan rewel," sahut sebuah suara yang menggema di antara kami."Selene juga menakutkan. Bagaimana dia tau bahwa kita sedang membicarakan suaminya?" ujar Rivera antara terkejut dan bingung."Sebenarnya bukan hanya Selene, tapi seluruh anggota serikat mendengarmu. Tadinya mau kuingatkan bahwa kamu lupa berpindah ruan
“Lisa! Di mana yang sakit?! Apa lukamu parah?!"Teriakan seseorang dan guncangan di tubuhku membuat kesadaranku tersedot kemudian terlempar ke sebuah tempat yang gelap. Perlahan mataku terbuka, meski tampak kabur, namun masih aku masih bisa menemukan wajah panik Ava yang hampir menumpahkan air mata.Kedua tangan gadis itu mencengkerap erat bahuku seolah takut aku akan menghilang ketika dia melepasnya. Aku hanya berkedip beberapa kali untuk menetralkan pandanganku sembari mengumpulkan nyawa. Ah, Mozarella, mimpi indahku sudah berakhir. Sekarang aku telah kembali ke sini, kembali ke dunia tanpa Kak Abel di dalamnya. Rasanya aku ingin kembali tidur dan tidak bangun lagi.“Lisa,” panggil Ava sekali lagi.“Kamu, di sini?” tanyaku lirih.“Sepulang sekolah kemarin aku kemari karena percakapan terakhir kita membuatku terganggu, tidak peduli berapa kali aku mengetuk pintu, namun tetap tidak ada jawaban. Semala
Serenina baru mengirim koordinat lokasinya setelah aku membombardirnya dengan serentetan undangan party yang pasti cukup mengganggu jika muncul sampai puluhan kali. Orang itu sedang berada di central, katanya untuk membuat kalung yang baru setelah kehilangan Merkaba Diamond yang digunakannya sebagai persembahan demi menyatukan jiwa binatang piaraannya kemarin.“Jadi, kalung macam apa yang sedang dia buat kali ini,” ucapku setelah menembus portal yang langsung menuju koordinat tempat Serenina berada.“Aku ingin memanfaatkan Magical Amethyst yang kudapatkan dari monster ular yang menghancurkan jiwa Mozarella. Sebelumnya aku tidak ingin menggunakan benda itu karena merasa bersalah. Tapi karena sekarang Mozarella sudah kembali, jadi au sudah merasa baik-baik saja untuk memanfaatkannya,” ujar Serenina yang terdengar lebih santai dari biasanya. Ternyata dia mendengar gumamanku. Tampaknya mood gadis ini sedang baik.“Baguslah, aku juga pen
“Waaah, pertemuan kalian seperti dalam novel. Aku penasaran dengan kisah romantis macam apa yangterjadi selanjutnya,” sorak Ava menggodaku.Aku menatap kedua matanya yang terlihat berkilau seolah dipenuhi bintang. Senyumnya merekah begitu lebar seolah bisa bisa menyentuh kedua telinganya. Kenapa dia sebahagia itu hanya dengan mendengar cerita pertemuanku dengan Nara?“Kisah Romantis? Dari pada romatis, mungkin cerita kami lebih kepada genre komedi, misteri, dan fantasi. Jika kami tidak berhati-hati, mungkin genrenya bisa juga merambah ke arah thriller,” ujar Nara sambil menyangga dagu.“Meski tidak menemukan hantu, tapi aku memang bisa merasakan sensasi horornya juga,” timpalku sambil mengembuskan napas berat.Ava mengerutkan alis karena reaksi kami berdua. Kedua bola mata yang tadinya berbina-binar berubah menjadi tidak fokus anata ingin menatapku atau Nara. Bahkan sekilas aku bisa mendengar gumaman bingung yang lolos
“Jadi harimau macam apa yang makan buah aprikot? Bukannya mereka karnivora? Ini jelas-jelas menentang hukum alam.” Aku protes sembari menghampiri Serenina yang pamit berburu di Hutan Seribu Musim wilayah Sydvest. Dia bilang akan mencari makanan untuk Mozarella, tapi sejauh yang kulihat sekarang, dia hanya sibuk mengumpulkan buah aprikot dalam sebuah keranjang besar. Kalau ini, sih namanya bukan berburu, tapi memanen. “Jika tidak berniat membantu, lebih baik pergi saja. Apakah Hari Minggumu sebegitu senggangnya hingga bisa bersantai seperti ini? Memangnya yang terjadi pada kita tidak menentang hukum alam?” Ketus sekali reaksinya. Hmmmh, benar juga. Serenina dan Lisa berada di dunia yang berbeda. Walau mereka adalah orang yang sama, tapi kepribadiannya sangat jauh seperti langit dan sumur minyak. Sosok Lisa yang canggung dan kikuk, terkadang juga tampak pemalu benar-benar tidak berbekas paada Serenina. Jadi begini rasanya menemukan teman dalam game didunia
Kepada Tante Lili Di Surga Halo, Tante Lili. Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Feren Vanessa, Tapi Nara dan Davin biasanya hanya memanggil saya "Fe" agar berbeda dengan orang lain katanya. Tante Lili masih ingat Davin, kan? Anak laki-laki yang lebih muda satu tahun dari Nara, yang tinggal di sebelah rumahnya. Tante Lili juga boleh memanggil saya demikian bial berkenan. Mungkin surat ini tidak akan pernah dibaca oleh Tante Lili atau siapa pun selain saya sendiri sebagai penulisnya, pun apabila ternyata kalimat-kalimat dalam surat ini tersampiakan menembus langit sehingga Tante Lili mengetahuinya, mungkin Tante Lili akan merasa aneh karena seorang gadis asing tiba-tiba saja dengan sok akrab mengirim surat dan menceritakan banyak hal tentang dirinya. Sebenarnya saya hanya ingin berterima kasih kepada Tante karena telah
Rumah Nara 4 tahun yang lalu“Pada akhirnya nanti, semua yang pernah hilang atau diambil dari kita akan kembali lagi kepada kita. Walaupun dengan cara yang tidak pernah kita duga.” Aku mengangkat kepala yang tertunduk untuk menatap Feren yang sedang tersenyum samar sambil menyangga dagu.Aku menghabiskan waktu untuk duduk diam di ruang makan sejak pagi tadi selepas pulang dari pemakaman ibuku di kota sebelah. Papa pergi ke kantornya seperti biasa, pembantu terakhir yang bekerja di rumah ini sudah dipecat sekitar tiga hari yang lalu karena salah menaruh takaran gula pada kopi ayahku. Sekarang hanya ada kami berdua yang belum saling bicara sejak Davin dipanggil kakaknya untuk makan siang sekitar setengah jam yang lalu. Hanya ada Feren yang mau repot-repot menemaniku, namun aku malah mendiamkannya.Melihat wajahnya yang sedang berusaha keras membuatku tidak tega. “Rasanya aku cukup familiar dengan kutipan itu,” ucapku menang
Aku membulatkan mata sembari berusaha meraih apa pun yang dapat digapai oleh tangaku yang sayang sekali hasilnya nihil. Aku dikejutkan dengan air yang tiba-tiba saja membuatku tidak bisa bernapas bernapas, begitu sesak dan menyakitkan. Aku menggeleng berusaha menjernihkan isi kepala yang masih beku karena efek kejut dari sensasi dingin yang menyelimutiku secara mendadak, yang benar saja situasi ini! Aku tenggelam. Pengelihatanku mengabur karena mataku terendam, namun aku bisa merasakan jika yang kukenakan bukan lagi seragam olahraga sekolahku. Tubuhku terasa berat dan semakin jatuh e dalam. Aku pasti berada di Black Mirror. Dengan cepat aku berusaha menggerakkan tanganku untuk mengaktifkan layar kontrol, mengeluaran Shared Of Hope, permata berwarna biru ini dapat mengurai semua elemen di sekitarnya meski efeknya hanya bertahan kurang dari tiga menit. Walau tidak lama, setidaknya aku bisa memanfaatkannya untuk menyibak air di sekitarku sehingga aku bisa benapas dengan
Pagi ini aku dan Davin mampir ke rumah sakit sebelum berangkat sekolah untukmengucapkan selamat ulang tahun kepada Feren. Ini adalah ulang tahun kedua yangharus dilewatinya dalam keadaan seperti ini. Tahun lalu pada tanggal yang sama dengan hari ini adalah hari di mana aku terbangun setelah hampir dua pekan tidak sadarkan diri karena kecelakaan, hari di mana aku harus menerima fakta bahwa mungkin aku tidak bisa melihat Feren tersenyum lagi untuk waktu yang cukup lama. “Semoga di tahun berikutnya aku bisa melihatmu tersenyum lagi,” gumamku yang mungkin tidak didengar oleh gadis pucat ini. kulihat tidak ada banyak yang berubah dari tubuh mungilnya selain terus bertambah kurus dari waktu ke waktu. Tapi rambut hitamnya kini agak terlihat lebih pendek dari terakhir kali aku menemuinya. Rambut indah yang dulu tampak selalu bercahaya dan berkibar dengan merdeka ketika ditiup angin, kini sudah terlihat agak kusam. Mungkin perawat belum mencuci rambutnya setelah dipot
“Akhir-akhir ini kamu tampak sangat kurang tidur, Sa. Semakin lama mata panda itu membuatmu terlihat seperti zombi. Aku bukan bermaksud menyuruhmu berhenti bermain game, sih. Aku juga tidak bermaksud mengomelimu. Tapi terlalu banyak begadang tidak baikuntuk kesehatan, loh. Apalagi setiap pagi kamu selalu terlihat panik dan gelisah ketika aku membangunkanmu. Sepertinya kualitas tidurmu sangat buruk,” tutur Ava dengan tatapan cemas. Aku hanya bisa tersenyum menerima kecemasan Ava. Sejujurnya, aku juga ingin tidur nyenyak, sayangnya setiap aku tertidur aku dipaksa untuk beraktifitas di Black Mirror agar bertahan hidup. Seperti semalam misalnya, bagaimana mungkin aku tidak lelah setelah bertarung seperti itu. Jelas tidak mungkin aku menjawab Ava dengan kalimat barusan, dia bisa diserang panik dan buru-buru membawaku ke rumah sakit untuk dipariksakan kepada psikiater.Jadi aku hanya meringis sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Aku merasa tidak enak merahasiakan sesuatu k
Malam ini aku dan Serenina melakukan penyusuran terakhir di wilayah Helios, lima member yang bertugas bersamaku sudah dipindahkan untuk membantu kelompok yang mengurus persenjataan. Peta yang kami buat juga sudah rampung. Untunglah jika semua dapat diselesaikan tepat waktu.“Sekarang mari coba aktifkan petanya,” ucapku yang langsung dituruti oleh Serenina.Gadis itu mengeluarkan layar kontrolnya lalu mengambil peta yang baru saja kami selesaikan. Setelah peta itu terbuka, muncul hologram yang menampilkan rute perjalanan kami dalam model 3D. Syukurlah karena hasilnya seperti yang diharapkan.“Langsung saja kita uji,” ujar Serenina sambil membuka portal yang telah dia sesuaikan dengan koordinat salah satu titik yang dipilihnya secara random dari peta baru kami.Kami berdua berpindah lokasi dalam sekejap ke dalam labirin Helios yang tampaknya tidak banyak dilewati oleh para pemain. Hal ini terlihat karena tidak adanya jejak sihir atau
“Dia tidak mengatakan apapun. Kami hanya melakukan penyusuran seperti bisa, membasmi beberapa monster level rendah yang menggnggu, dan menyempurnakan peta yang kubuat,” ucapku yang disimak Kak Davin dengan tampang serius.“Apa dia terlihat kesal? Atau seperti memikirkan sesuatu?” tanya Kak Davin sambil memajukan wajahnya menjadi lebih dekat. Hei, Telingaku cukup sehat untuk mendengar pertanyaanmu.Aku berusaha bergeser untuk menyesuaikan jarak di antara kami, namun sayangnya aku sudah duduk di pinggir sofa jadi tidak bisa berpindah lebih jauh lagi kecuali melompat turun. “Tidak juga, dia tetap terlihat menjengkelkan seperti biasa. Hehehe,” jawabku canggung.“Hanya karena orang tuaku tidak di rumah, bukan berarti kamu bisa bebas melakukan apa pun, loh. Lebih baik minum saja tehnya sebelum aku memanggil polisi,” tegur Ava yang baru kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan.Gad
Hari ini aku sangat mengantuk. Bukan hanya karena kurang tidur, tapi juga sudah terlalu lelah. Memang tidak sulit jika harus menghabiskan waktu berjam-jam bermain game di depan komputer, tapi akan berbeda cerita jika yang kutatap adalah deretan kalimat dari artikel-artikel bebas yang bahkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Aku bukan Feren yang cinta membaca.“Sudah kukatakan padamu bahwa tidak banyak informasi yang dapat kita peroleh. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan ini sebelumnya. Karena Black Mirror, aku jadi meyakini bahwa anggapan orang-orang mengenai internet yang serba tau adalah salah besar,” ucapku sambil merebahkan kepala di atas meja. “Pada akhirnya kita hanya remaja yang tidak tau apa-apa,” timpal Lisa dengan wajah lelah sembari meregangkan tubuhnya.“Informasi yang ada saat ini tidak banyak berubah dari yang kudapatkan tahun lalu. Ralat, informasinya masih sama. Black Mirror
*Minggu pagi di rumah sakit kota*“Sebenarnya Kenapa Kak Davin membawaku kemari? tanyaku bingung sambil memandangi seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri di depan kami berdua.“Aku pikir mungkin kamu penasaran dengan sikap Nara yang mendadak terlihat aneh. Sekadar inisiatifku saja untuk sedikit menjelaskan situasinya,” ujar Kak Davin yang membuatku menerka-nerka.“Aku memang sedikit penasaran, sih, tapi sebenarnya kamu juga tidak harus repot-repot. Toh bukan urusanku juga,” ucapku sambil tersenyum canggung.“Bagaimanapun juga keterlibatanmu dengan Nara akan menjadi cukup rumit jika tidak tau situasinya, dan melihat sifatmu yang begini, nantinya kamu pasti akan sangat ragu-ragu untuk bertanya sendiri kepadanya,” ucap Kak Davin yakin sembari menatapku dari atas ke bawah. Entah mengapa tatapan matanya mengingatkanku kepada adegan dalam film di mana ibu mertua ketus sedang menilai calom menantu