Home / Fantasi / Black Mirror (Indonesia) / Misi Keenam_Identifikasi Pemain: Foxglove # Cahaya Bulan Yang Lahir Kembali

Share

Misi Keenam_Identifikasi Pemain: Foxglove # Cahaya Bulan Yang Lahir Kembali

Author: R. Wardani
last update Last Updated: 2021-06-06 23:12:37

“Damian sangat pemilih, aku kagum karena Selene mampu menjadi partnernya selama bertahun-tahun. Jika mereka benar-benar bersama di dunia nyata juga, aku yakin Selene adalah gadis yang luar biasa sabar.”

Rivera masih menggerutu setelah mendapat omelan Damian gara-gara dirinya salah mengambil serbuk bunga. Akibatnya dia harus mengulang pekerjaannya dan memaksaku untuk membantu menyelesaikan tugasnya itu.

"Selama ini dunia selalu menghakimi betapa rewelnya perempuan, kalau saja mereka semua bertemu dengan Damian, aku yakin stigma itu akan terpatahkan," ucap Rivera yang masih enggan menutup mulut.

"Dia hanya sedikit perfeksionis, bukan rewel," sahut sebuah suara yang menggema di antara kami.

"Selene juga menakutkan. Bagaimana dia tau bahwa kita sedang membicarakan suaminya?" ujar Rivera antara terkejut dan bingung.

"Sebenarnya bukan hanya Selene, tapi seluruh anggota serikat mendengarmu. Tadinya mau kuingatkan bahwa kamu lupa berpindah ruang obrolan pribadi, tapi karena sudah terlanjur jadi kuperhatikan saja," jawabku disambut dengan beberapa sahutan tawa yang menggema dari pemain lain.

"Sepertinya aku harus berterima kasih kepada permainan ini karena sudah menunjukkan kepadaku betapa baiknya teman-temanku. Karena sudah terlanjur dengar, aku harap Damian juga ingat baik-baik keluhan dari para anggotamu. Juga kalian semua yang dengan daring, bukankah seharusnya kalian berterima kasih karena kuberikan hiburan gratis? kalian semua pasti senang, kan."

Alih-alih minta maaf, Rivera malah melanjutkan protesnya yang kini ditujukan kepada semua anggota dengan blak-blakan sebagaimana dia biasanya. Bukan, kami bukan sedang bertengkar. Hal yang seperti ini justru menjadi sesuatu yang sangat menghibur. Meski hanya permainan dan kehidupan virtual, namun tidak sedikit juga orang yang mendapatkan keluarga baru dari tempat ini.

“Mencari persediaan item sihir adalah tugasmu, bukankah sudah seharusnya Kamu lebih teliti,” celetukku agar kami mengganti topik pembahasan.

“Memangnya Kamu pikir ada berapa jenis anggrek di dunia ini? Dengan pilihan sebanyak itu, bukankah wajar jika terjadi kesalahan kecil? Tugasmu sendiri bagaimana? Apa semua rute dipetakan?”

Tampaknya Rivera masih sangat kesal, padahal semua ini adalah salahnya sendiri karena tidak memperhatikan instruksi dengan benar. Sifatnya itu tidak cocok dengan avatarnya yang didesain dengan sangat imut.

“Memangnya Kamu pikir ada berapa cabang rute yang harus kuperiksa? Sesekali cobalah memetakan suatu wilayah, Kamu akan tau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk itu.”

Rivera hanya tertawa menanggapi perkataanku. Astaga, apa orang ini lupa siapa yang telah memaksaku untuk pergi ke hutani ni sehingga tugasku harus tertunda.

“Bagaimanapun terimakasih, pekerjaan ini bisa cepat selesai karena bantuanmu. Ayo kembali ke markas.”

Aku tidak lagi memperhatikan tingkah Rivera karena ada tingkah pemain lain yang tampak lebih menarik untuk diperhatikan. Apa-apaan orang ini?

“Pergilah terlebih dulu, aku masih ada sedikit urusan di sini.”

“Baiklah, sampai jumpa.” Rivera membuka portal menuju markas kemudian menghilang.

Selepas kepergian Rivera, aku segera bergegas mendekati sosok yang baru saja menjatuhkan diri dari atas pohon. Melihat tingkahnya, aku tidak tahan untuk tidak tertawa. Kebetulan seperti ini ternyata bisa terjadi ya. Baguslah, aku jadi tidak perlu repot-repot menyisihkan waktu untuk mencarinya lagi.

“Sepertinya menjadi solo player membuatmu memiliki banyak waktu luang.”

Aku mendekatinya sambil sedikit memancing emosinya dengan sengaja. Tapi seperti biasa, player tersebut tidak langsung merespon sapaanku. Yah, walau aku sendiri tidak yakin apakah kalimat barusan dapat digolongkan sebagai sapaan.

“Kenapa harus ada orang ini juga, sih.”

Tunggu, gerutuan ini? Tumben sekali dia menggunakan vitur pesan suara. Tidak sengaja, kah? Aku menyalakan microphone dan ikut menggunakan pesan suara. Tampaknya ini akan semakin menarik, dan tentu saja lebih simpel.

“Ternyata Kamu memang perempuan ya. Banyak yang menyangka bahwa si kunci master adalah hode, loh. Kau tau, kan? Pemain laki-laki yang menggunakan karater perempuan. Coba saja sesekali mengeluarkan suaramu di ruang obrolan umum untuk meluruskan kesalah pahaman.”

“Aku tidak terlalu perduli, sih. Disamping itu, sebaiknya Kamu lebih memperhatikan diri sendiri meski hanya di dalam game. Dipertemuan pertama mengajakku mengikat sumpah, dan sekarang mengatakan aku hode secara terang-terangan. Tampaknya ada yang tidak beres dengan tatakramamu,” tukasnya ketus.

Persis seperti yang kubayangkan. Walau aku sudah pernah bicara dengannya, namun perbedaan antara membaca dan mendengar kata-kata ketus seperti itu secara langsung ternyata cukup menusuk ya.

“Hei, untuk ukuran seseorang yang berlidah tajam, apa baik-baik saja berbicara begitu mengenai tata krama seseorang?” sindirku.

“Terserah saja,” gumam Serenina yang tampak membuka portal bersiap untuk pergi.

“Jangan buru-buru. Aku masih ada urusan denganmu, loh. Lagipula, Kamu juga memiliki banyak waktu luang.”

Aku melompat untuk menghadangnya sehingga Serenina menutup kembali portalnya. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja.

“Aku ini orang yang sibuk, tau. Jadi berhentilah membuang-buang waktuku!” ujarnya terdengar sedikit geram.

“Menggoda Cyclops, terjun ke danau tiba-tiba, dan menjatuhkan diri sendiri dari atas pohon tanpa alasan. Kesibukanmu unik juga untuk ukuran pemain pro,” ledekku setengah bercanda.

“Apapun yang kulakukan bukan urusanmu,” jawabnya singkat.

“Padahal aku sudah berpikiran positif bahwa Kamu memiliki alasan tersendiri untuk melakukannya,” ucapku asal.

Serenina tidak menanggapi, cukup lama orang itu terdiam sampai aku bisa mendengar suara desisan malas darinya. Eh, jangan-jangan benar?

“Apa memang beralasan?” tanyaku ragu.

“Yah, kurang lebih seperti itu,” jawabnya tidak yakin. Apa ini? Aku jadi penasaran.

“Memangnya ada apa?” ujarku langsung pada intinya.

Serenina melompat ke atas dahan pohon yang sempat digunakannya untuk lepas landas dan terjun di atas rerumputan. Tanpa berkomentar apa-apa, aku mengikutinya untuk duduk di sana. Aku akan melanjutkan pemeriksaan di Helios nanti, sekarang adalah kesempatan bagus untuk membujuk Serenina agar mau menjadi partnerku.

“Jadi, ada apa dengan tingkah anehmu itu?” tanyaku lagi.

“Aku hanya melampiaskan kekesalanku saja setelah hewan piaraanku hancur, dan kebetulan Cyclops itu yang muncul di depanku,” jawab Serenina terdengar apa adanya.

“Ah, benar juga. Orang-orang cukup sering membicarakan harimau berbulu perak itu. Jadi dia hancur? Sayang sekali, itu adalah binatang yang sangat langka,” timpalku yang entah mengapa ikut menyesal. Makhluk itu adalah aset berharga.

“Benar, kan. Karena aku ceroboh, aku jadi sangat kesal,” timpal Serenina menyesal.

“Kamu memang terlihat sedikit konyol, sih, tapi sepertinya tidak ceroboh,” tukasku sambil menahan tawa.

“Apa yang barusan itu pujian? Entah mengapa rasanya aku malah jadi ingin marah,” tukasnya ketus.

“Anggap saja dua-duanya,” jawabku sambil terkekeh.

Teknologi masa kini memang sangat hebat. Aku hanya mendengar suara Serenina melalui Headset, namun karena melihat karakter kami duduk bersama dilayar monitor, rasanya seolah aku sedang berbincang dengannya secara langsung. Pemandangan yang ada di sekitar kami juga cukup bagus. Desain langit bertabur bintang dan refleksinya di permukaan air danau Bulan Perak, pepohonan raksasa yang dikelilingi oleh kunang-kunang dan berhiaskan berbagai macam jenis bunga yang sedang mekar dengan indah. Hutan yang tidak akan bisa terbakar, bunga yang tidak bisa layu, dan habitat yang tidak bisa duhancurkan kecuali server utama dari game ini dirusak. Ternyata Black Mirror bisa terlihat seindah ini. Sudah lama aku tidak menikmatinya karena terlalu sibuk bertarung untuk menjadi semakin kuat.

“Memangnya apa yang sudah Kamu lakukan sehingga bisa membuat piaraan sekuat itu sampai hancur?” tanyaku lagi setelah beberapa saat kami berdua sama-sama terdiam.

“Aku bertarung melawan monster ular raksasa yang muncul di wilayah Solum dengan terburu-buru. Selain karena memang tidak memiliki banyak waktu, aku juga tidak siap dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Aku benci makhluk melata, mereka sangat menggelikan. Aku tidak bisa berkonsentrasi, dan Mozarella terkena seranganfatal karena melindungiku. Jiwanya hancur berkeping-keping sebelum sihirku sempat menyembuhkannya,” tutur Serenina terdengar sedih.

“Mozarella? Nama yang unik. Tapi bukankah dia sangat kuat? Bagaimana bisa hancur dalam sekali serang?” tanyaku yang masih penasaran dengan harimau bernama Mozarella itu.

“Sudah kukatakan bahwa aku tidak fokus karena banyak hal. Aku tidak memperhatikan serangan monster itu, tidak memperhatikan Mozarella juga. Intinya, aku hanya menyerang secara membabi buta. Semua ini karena aku ceroboh, aku bermain sambil mengobrol dengan teman sekelasku,” timpal Serenina terdengar jengkel.

“Lalu, monster itu?” tukasku sebelum Serenina meledak.

“Dia juga hancur, Mozarella sempat melepaskan serangan sebelum jiwanya terpecah, drop item dari monster itu adalah Magical Amethys, batu mulia dengan sihir pemikat yang bisa menghipnotis dan memperdaya lawan dan memang merupakan item yang sangat langka.

Tapi karena kehilangan Mozarella, rasanya aku malah kalah telak. Sangat tidak sebanding.” Serenina terdengar sangat kehilangan. Haruskah aku mengambil keuntungan dari situasi ini? Tentu saja aku harus.

“Aku tau cara mengembalikan jiwa yang terpecah, aku bisa membantu mengembalikan Mozarellamu jika Kamu mau. Meski levelnya harus mulai dari awal, tapi skill yang pernah dia pelajari akan kembali seperti semula,” ujarku memancingnya.

“Aku sangat ingin mengembalikannya, sih, tapi sikapmu yang tiba-tiba menjadi peduli sangat mencurigakan,” timpal Serenina terdengar tidak yakin.

Ups, aku ketahuan. “Tidak perlu curiga, lagipula penawaranku juga tidak gratis,” jawabku apa adanya.

“Jadi, apa yang kamu minta sebagai gantinya?” tanya Serenina terdengar tidak yakin.

“Jadilah partnerku, aku tidak memiliki hal lain yang kuinginkan.”

Jawabanku membuatnya mengembuskan napas besar, terdengar seperti sedang menahan emosi. “Sudah kuduga. Kalau begitu terimakasih atas penawaranmu, aku akan mencari caranya sendiri,” tukas Serenina percaya diri.

“Kamu ini sangat keras kepala. Bagaimana jika aku mengajakmu untuk bergabung dalam ekspedisi Andromeda pada event yang akan datang. Apakah masih belum cukup sebagai ganti untuk menjadi partnerku? Jika Kamu hanya sendiri, pasti akanterlalu sulit, karena pemain lain pasti bergerak dalam kelompok. Akibatnya, Kamu malah berakhir tanpa mendapatkan apapun,” tuturku belum menyerah untuk bernegosiasi dengannya.

“Ucapanmu memang benar, tapi aku tetap tidak ingin menjadi partnermu. Bisakah kamu meminta hal lain saja? Pilihlah apapun dari penyimpananku,” timpal Serenina dengan tawaran yang cukup menggiurkan.

Jika aku tetap memaksanya untuk menjadi partnerku, kemungkinan besar Serenina pasti akan tetap bersikeras untuk menolak dan aku berakhir tanpa mendapatkan apapun darinya. Lagipula aku juga tidak bisa memikirkan hal lain yang bisa kutawarkan kepadanya lagi. Baiklah, sepertinya ini yang paling menguntungkan sekarang, lalu aku akan mencari kesempatan lain untuk membujuknya lagi nanti.

“Kalau begitu aku setuju, dua kesepakatan untuk dua barang. Bagaimana?” tawarku yang langsung disetujuinya dengan mantab.

“Kamu yakin? Dua koleksimu akan kuambil, loh. Aku akan memilih barang yang menurutku paling bagus,” ujarku memastikan.

“Apa pun itu, Mozarella tetap lebih berharga. Dia bukan hanya piaraan yang membantuku bertarung, tapi juga merupakan kenang-kenangan dari rekan lamaku. Lagipula, jika hanya dua barang tidak akan jadi masalah, aku bisa mendapat lebih banyak jika ikut dalam ekspedisi serikatmu nanti,” ujar Serenina ringan. Jiwa kolektornya seolah sudah mendarah daging.

“Baiklah, kita sepakat. Nanti aku akan bicara kepada Damian tentangmu yang akan menyertai kami. Sekarang kita kembalikan dulu Mozarellamu sembari aku memikirkan barang apa yang akan kuminta,” ucapku yang langsung disetujui oleh Serenina.

“Jadi bagaimana cara mengembalikan Mozarella?” tanya Serenina tidak sabar.

“Jika pecahan jiwanya masih ada yang tersisa, kita bisa mengembalikannya dengan bantuan kristal pengikat di lembah kehidupan, Kamu tau, kan? Sebuah tempat untuk menyatukan kehidupan di wilayah Celestial, kristal pengikat yang ada disana dapat memulihkan jiwa piaraan yang pecah dan mengikat sumpah pemain yang berkehendak untuk menjadi partner. Kemudian kita juga membutuhkan sesuatu dengan nilai sebanding sebagai persembahan. Karena harimaumu berasal dari Celesetial, kita membutuhkan item atau senjata dari sana. Apakah Kamu memiliki sesuatu yang bisa digunakan?” jelasku membuat Serenina berpikir.

“Ada sisa pecahan jiwa Mozarella yang kusimpan dalam Merkaba Diamond karena takut jiwanya akan menghilang, Berlian keabadian ini bisa membuat status kehidupan pemiliknya kembali seperti semula ketika dalam kondisi kritis, player yang menggunakannya hampir tidak bisa mati kecuali dengan sihir atau kekuatan agung dari Celestial. Sepertinya cukup berharga sebagai persembahan,” ujar Serenina membuat bola mataku hampir menggelinding dari tempatnya.

“Merkaba Diamond? Dari mana Kamu mendapatkan benda seperti itu? Tampaknya julukanmu sebagai kolektor memang bukan sekedar isapan jempol ya,” seruku yang masih terkejut dengan ucapan Serenina.

Apakah baik-baik saja menggukan harta karun seberharga itu sebagai persembahan? Harimau perak itu juga sama berharganya, sih, Jika disuruh memilih salah satunya, aku pasti tidak akan sanggup.

“Itu adalah hadiah dari salah satu sembilan malaikat agung setelah aku menyelesaikan event Kawah Tartarus tahun lalu.” Jawaban datar Serenina membuatku tercengang.

“Apa? Kawah Tartarus? Bukankah yang membunuh Naga Fafnir adalah para pemain dari serikat Black Rain? Aku masih ingat betapa kesalnya Damian karena rival kami mendahului Andromeda,” keluhku jadi sedikit merasa tidak adil.

Black Rain melakukan penipuan publik. Seharusnya game master mengumumkan nama player yang telah mengalahkan Boss atau menyelesaikan questnya agar hal ini tidak terjadi. Untung saja klaim drop item diprogram secara otomatis bagi pemain yang memberikan demage paling besar.

“Misi terakhir dari event itu sebenarnya teka-teki, loh. Seorang pahlawan yang bertarung dengan pedang tidak akan bisa menghentikan gajah dengan seekor semut. Seingatku seperti itu isi petunjuk terakhirnya,” ujar Serenina seolah sedang menerawang. Dia bahkan mengingat isi pesan dari misi tahun lalu.

“Lalu?” ucapku penasaran.

“Coba pikirkan! Sejak awal, misi utama dari event Kawah Tartarus adalah menghentikan serangan Naga Fafnir yang tertidur di bawah tanah. Setelah membaca quest terakhir aku sadar jika itu adalah teka-teki,” jelas Serenina yang belum bisa kupahami sepenuhnya.

“Jadi, bagaimana Kamu menyelesaikannya?” tanyaku belum puas.

“Sejak awal dikatakan bahwa pahlawan dengan pedang tidak akan mampu, dengan kata lain kita tidak perlu membunuhnya. Lalu garis besarnya adalah semut melawan gajah, kita hanya harus melumpuhkannya dengan seuatu yang sederhana. Aku tidak mengambil jantungnya karena itu bisa membunuh Fafnir. Selain terlalu berat dilakukan sendiri, membunuhnya berarti tidak memenuhi tuntutan quest. Jadi aku hanya memotong tanduknya dan mengirimkan benda itu kepada Game Master sebagai bukti. Naga itu tidak akan mampu menyerang sebelum tanduknya kembali tumbuh sempurna dalam kurun waktu ratusan tahun yang akan datang,” jawab Serenina gamblang dan membuatku ternganga.

“Jika hadiah event itu adalah Merkaba Diamond yang Kamu dapatkan, lalu bagaimana dengan Infero Spear yang diperoleh Serikat Black Rain? Tombak neraka yang dapat melepaskan seribu jarum api itu juga termasuk senjata yang langka, kan?” tanyaku yang masih sulit menerima kenyataan.

“Mungkin drop item biasa. Meski Infero Spear adalah senjata langka, tapi levelnya hanya kelas menengah. Tidak seperti hadiahku,” ujar Serenina.

“Astaga, seluruh pemain di server ini telah terkelabuhi,” desahku dengan keheranan yang masih tersisa.

“Aku pasti akan mendapatkannya lagi suatu hari, sekarang penuhi janjimu untuk mengembalikan Mozarella,” tegur Serenina mengingatkanku akan tujuan utama kami.

“Baiklah, ayo ke gerbang pelangi,” ajakku sambil melompat turun dari dahan pohon tempat kami berbincang.

Serenina mengikutiku turun, dan tanpa membuang banyak waktu, orang itu langsung membuka portalnya di depan gerbang pelangi yang merupakan pintu masuk ke lembah kehidupan, lalu segera berlari dengan tidak sabar. Lembah Kehidupan terletak di wilayah kekaisaran Celestial, sabuah pulau yang mengambang di atas langit Black Mirror. Petualang yang berasal dari sana menggunakan kekuatan dengan elemen cahaya, Selene adalah salah satu contohnya.

Mozarella juga begitu, harimau berbulu perak milik Serenina memiliki kekuatan suci dari cahaya bulan, tipe roh penjaga. Serenina bilang mendapatkan Mozarella dari rekan lamanya. Tapi siapapun dia, aku yakin pasti seorang pemain yang luar biasa karena berhasil mendapatkan salah satu dari 36 penjaga agung sebagai piaraannya.ngomong-ngomong mengenai namanya, Game Master pasti menangis mengetahui bahwa makhluk suci dan luar biasa yang dibuatnya sebagai penjaga dunia Black Mirror memiliki panggilan seperti keju Italia yang lembut dan mudah meleleh. Hehe, Mozarella ya?

“Dekatkan Merkaba Diamond ke arah kristal. Karena pecahan jiwa Mozarella sudah tersimpan di dalamnya, Kamu hanya perlu mengkonfirmasi keinginanmu.”

Aku memberi petunjuk kepada Serenina yang langsung dituruti tanpa bertanya. Batu yang telah menjadi liontin kalung itu perlahan terangkat dari telapak tangan Serenina, kamudian perlahan tertelan oleh kristal pengikat yang mulai bercahaya. Setelah Serenina menyentuh kristal itu untuk mengkonfirmasi keinginanannya, cahaya kristal itu semakin membesar, membentuk seekor harimau yang kemudian menjadi nyata wujudnya. Harimau berbulu perak dengan sihir suci cahaya bulan, cantik sekali.

Serenina melihat status kehidupan binatang itu dengan seksama, meneliti kemampuannya satu-persatu. “Dia benar-benar Mozarellaku,. Semua status dan kemampuannya sama persis meski levelnya harus mulai awal. Tapi setidaknya aku tidak perlu melatihnya lagi, dan yang paling penting dia adalah Mozarella yang sama. Pecahan jiwanya yang kusimpan pasti mengamankan semua data Mozarella sehingga tidak dihapus otomatis oleh server,” seru Serenina riang sembari berjongkok mendekati harimau kecil itu.

“Memang begitulah cara kerjanya. Dan aku punya ide bagus, mumpung sudah di sini, bagaimana jika sekalian saja kita mengikat sumpah?” candaku yang hanya membuatnya berdecih.

Dasar Serenina, lihat saja nanti! Suatu hari Kamu pasti akan menjadi Partnerku. Aku bersumpah atas nama lembah ini.

“Ngomong-ngomong...”

Serenina tidak melanjutkan kalimatnya dan langsung menghilang. Aku segera memeriksa ruang obrolan pribadi dan menemukan tanda bahwa dia sudah keluar dari permainan pada namanya. Hei, yang benar saja! Jika tidak tau caranya mengucapkan rterimakasih, setidaknya penuhi janjimu dulu sebelum pergi. Menyebalkan!

Related chapters

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Ketujuh_Identifikasi Pemain: Lisa # Garis Imajiner

    “Lisa! Di mana yang sakit?! Apa lukamu parah?!"Teriakan seseorang dan guncangan di tubuhku membuat kesadaranku tersedot kemudian terlempar ke sebuah tempat yang gelap. Perlahan mataku terbuka, meski tampak kabur, namun masih aku masih bisa menemukan wajah panik Ava yang hampir menumpahkan air mata.Kedua tangan gadis itu mencengkerap erat bahuku seolah takut aku akan menghilang ketika dia melepasnya. Aku hanya berkedip beberapa kali untuk menetralkan pandanganku sembari mengumpulkan nyawa. Ah, Mozarella, mimpi indahku sudah berakhir. Sekarang aku telah kembali ke sini, kembali ke dunia tanpa Kak Abel di dalamnya. Rasanya aku ingin kembali tidur dan tidak bangun lagi.“Lisa,” panggil Ava sekali lagi.“Kamu, di sini?” tanyaku lirih.“Sepulang sekolah kemarin aku kemari karena percakapan terakhir kita membuatku terganggu, tidak peduli berapa kali aku mengetuk pintu, namun tetap tidak ada jawaban. Semala

    Last Updated : 2021-06-07
  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kedelapan_Identifikasi Pemain: Foxglove # Carlise in Wonderland

    Serenina baru mengirim koordinat lokasinya setelah aku membombardirnya dengan serentetan undangan party yang pasti cukup mengganggu jika muncul sampai puluhan kali. Orang itu sedang berada di central, katanya untuk membuat kalung yang baru setelah kehilangan Merkaba Diamond yang digunakannya sebagai persembahan demi menyatukan jiwa binatang piaraannya kemarin.“Jadi, kalung macam apa yang sedang dia buat kali ini,” ucapku setelah menembus portal yang langsung menuju koordinat tempat Serenina berada.“Aku ingin memanfaatkan Magical Amethyst yang kudapatkan dari monster ular yang menghancurkan jiwa Mozarella. Sebelumnya aku tidak ingin menggunakan benda itu karena merasa bersalah. Tapi karena sekarang Mozarella sudah kembali, jadi au sudah merasa baik-baik saja untuk memanfaatkannya,” ujar Serenina yang terdengar lebih santai dari biasanya. Ternyata dia mendengar gumamanku. Tampaknya mood gadis ini sedang baik.“Baguslah, aku juga pen

    Last Updated : 2021-06-09
  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kesembilan_Identifikasi Pemain: Lisa # Yang Dijanjikan

    “Waaah, pertemuan kalian seperti dalam novel. Aku penasaran dengan kisah romantis macam apa yangterjadi selanjutnya,” sorak Ava menggodaku.Aku menatap kedua matanya yang terlihat berkilau seolah dipenuhi bintang. Senyumnya merekah begitu lebar seolah bisa bisa menyentuh kedua telinganya. Kenapa dia sebahagia itu hanya dengan mendengar cerita pertemuanku dengan Nara?“Kisah Romantis? Dari pada romatis, mungkin cerita kami lebih kepada genre komedi, misteri, dan fantasi. Jika kami tidak berhati-hati, mungkin genrenya bisa juga merambah ke arah thriller,” ujar Nara sambil menyangga dagu.“Meski tidak menemukan hantu, tapi aku memang bisa merasakan sensasi horornya juga,” timpalku sambil mengembuskan napas berat.Ava mengerutkan alis karena reaksi kami berdua. Kedua bola mata yang tadinya berbina-binar berubah menjadi tidak fokus anata ingin menatapku atau Nara. Bahkan sekilas aku bisa mendengar gumaman bingung yang lolos

    Last Updated : 2021-06-10
  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kesepuluh_Identifikasi Pemain: Nara # Bukan Nostalgian

    “Jadi harimau macam apa yang makan buah aprikot? Bukannya mereka karnivora? Ini jelas-jelas menentang hukum alam.” Aku protes sembari menghampiri Serenina yang pamit berburu di Hutan Seribu Musim wilayah Sydvest. Dia bilang akan mencari makanan untuk Mozarella, tapi sejauh yang kulihat sekarang, dia hanya sibuk mengumpulkan buah aprikot dalam sebuah keranjang besar. Kalau ini, sih namanya bukan berburu, tapi memanen. “Jika tidak berniat membantu, lebih baik pergi saja. Apakah Hari Minggumu sebegitu senggangnya hingga bisa bersantai seperti ini? Memangnya yang terjadi pada kita tidak menentang hukum alam?” Ketus sekali reaksinya. Hmmmh, benar juga. Serenina dan Lisa berada di dunia yang berbeda. Walau mereka adalah orang yang sama, tapi kepribadiannya sangat jauh seperti langit dan sumur minyak. Sosok Lisa yang canggung dan kikuk, terkadang juga tampak pemalu benar-benar tidak berbekas paada Serenina. Jadi begini rasanya menemukan teman dalam game didunia

    Last Updated : 2021-06-11
  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kesebelas_Identifikasi Pemain: Lisa # Ruang Berkabut

    *Minggu pagi di rumah sakit kota*“Sebenarnya Kenapa Kak Davin membawaku kemari? tanyaku bingung sambil memandangi seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri di depan kami berdua.“Aku pikir mungkin kamu penasaran dengan sikap Nara yang mendadak terlihat aneh. Sekadar inisiatifku saja untuk sedikit menjelaskan situasinya,” ujar Kak Davin yang membuatku menerka-nerka.“Aku memang sedikit penasaran, sih, tapi sebenarnya kamu juga tidak harus repot-repot. Toh bukan urusanku juga,” ucapku sambil tersenyum canggung.“Bagaimanapun juga keterlibatanmu dengan Nara akan menjadi cukup rumit jika tidak tau situasinya, dan melihat sifatmu yang begini, nantinya kamu pasti akan sangat ragu-ragu untuk bertanya sendiri kepadanya,” ucap Kak Davin yakin sembari menatapku dari atas ke bawah. Entah mengapa tatapan matanya mengingatkanku kepada adegan dalam film di mana ibu mertua ketus sedang menilai calom menantu

    Last Updated : 2021-06-14
  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kedua belas_Identifikasi Pemain: Nara # Arti Sebuah Nama

    Hari ini aku sangat mengantuk. Bukan hanya karena kurang tidur, tapi juga sudah terlalu lelah. Memang tidak sulit jika harus menghabiskan waktu berjam-jam bermain game di depan komputer, tapi akan berbeda cerita jika yang kutatap adalah deretan kalimat dari artikel-artikel bebas yang bahkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Aku bukan Feren yang cinta membaca.“Sudah kukatakan padamu bahwa tidak banyak informasi yang dapat kita peroleh. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan ini sebelumnya. Karena Black Mirror, aku jadi meyakini bahwa anggapan orang-orang mengenai internet yang serba tau adalah salah besar,” ucapku sambil merebahkan kepala di atas meja. “Pada akhirnya kita hanya remaja yang tidak tau apa-apa,” timpal Lisa dengan wajah lelah sembari meregangkan tubuhnya.“Informasi yang ada saat ini tidak banyak berubah dari yang kudapatkan tahun lalu. Ralat, informasinya masih sama. Black Mirror

    Last Updated : 2021-06-15
  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Ketiga Belas_Identifikasi Pemain: Lisa # Langkah Untuk Memulai

    “Dia tidak mengatakan apapun. Kami hanya melakukan penyusuran seperti bisa, membasmi beberapa monster level rendah yang menggnggu, dan menyempurnakan peta yang kubuat,” ucapku yang disimak Kak Davin dengan tampang serius.“Apa dia terlihat kesal? Atau seperti memikirkan sesuatu?” tanya Kak Davin sambil memajukan wajahnya menjadi lebih dekat. Hei, Telingaku cukup sehat untuk mendengar pertanyaanmu.Aku berusaha bergeser untuk menyesuaikan jarak di antara kami, namun sayangnya aku sudah duduk di pinggir sofa jadi tidak bisa berpindah lebih jauh lagi kecuali melompat turun. “Tidak juga, dia tetap terlihat menjengkelkan seperti biasa. Hehehe,” jawabku canggung.“Hanya karena orang tuaku tidak di rumah, bukan berarti kamu bisa bebas melakukan apa pun, loh. Lebih baik minum saja tehnya sebelum aku memanggil polisi,” tegur Ava yang baru kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan.Gad

    Last Updated : 2021-06-16
  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Keempat Belas_Identifikasi Pemain: Foxglove # Setipis Benang

    Malam ini aku dan Serenina melakukan penyusuran terakhir di wilayah Helios, lima member yang bertugas bersamaku sudah dipindahkan untuk membantu kelompok yang mengurus persenjataan. Peta yang kami buat juga sudah rampung. Untunglah jika semua dapat diselesaikan tepat waktu.“Sekarang mari coba aktifkan petanya,” ucapku yang langsung dituruti oleh Serenina.Gadis itu mengeluarkan layar kontrolnya lalu mengambil peta yang baru saja kami selesaikan. Setelah peta itu terbuka, muncul hologram yang menampilkan rute perjalanan kami dalam model 3D. Syukurlah karena hasilnya seperti yang diharapkan.“Langsung saja kita uji,” ujar Serenina sambil membuka portal yang telah dia sesuaikan dengan koordinat salah satu titik yang dipilihnya secara random dari peta baru kami.Kami berdua berpindah lokasi dalam sekejap ke dalam labirin Helios yang tampaknya tidak banyak dilewati oleh para pemain. Hal ini terlihat karena tidak adanya jejak sihir atau

    Last Updated : 2021-06-20

Latest chapter

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Tambahan_Identifikasi Pemain: Tidak Diketahui # Surat Untuk Tante Lili

    Kepada Tante Lili Di Surga Halo, Tante Lili. Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Feren Vanessa, Tapi Nara dan Davin biasanya hanya memanggil saya "Fe" agar berbeda dengan orang lain katanya. Tante Lili masih ingat Davin, kan? Anak laki-laki yang lebih muda satu tahun dari Nara, yang tinggal di sebelah rumahnya. Tante Lili juga boleh memanggil saya demikian bial berkenan. Mungkin surat ini tidak akan pernah dibaca oleh Tante Lili atau siapa pun selain saya sendiri sebagai penulisnya, pun apabila ternyata kalimat-kalimat dalam surat ini tersampiakan menembus langit sehingga Tante Lili mengetahuinya, mungkin Tante Lili akan merasa aneh karena seorang gadis asing tiba-tiba saja dengan sok akrab mengirim surat dan menceritakan banyak hal tentang dirinya. Sebenarnya saya hanya ingin berterima kasih kepada Tante karena telah

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kedelapan Belas_Identifikasi Pemain: Nara # Sepotong Cerita

    Rumah Nara 4 tahun yang lalu“Pada akhirnya nanti, semua yang pernah hilang atau diambil dari kita akan kembali lagi kepada kita. Walaupun dengan cara yang tidak pernah kita duga.” Aku mengangkat kepala yang tertunduk untuk menatap Feren yang sedang tersenyum samar sambil menyangga dagu.Aku menghabiskan waktu untuk duduk diam di ruang makan sejak pagi tadi selepas pulang dari pemakaman ibuku di kota sebelah. Papa pergi ke kantornya seperti biasa, pembantu terakhir yang bekerja di rumah ini sudah dipecat sekitar tiga hari yang lalu karena salah menaruh takaran gula pada kopi ayahku. Sekarang hanya ada kami berdua yang belum saling bicara sejak Davin dipanggil kakaknya untuk makan siang sekitar setengah jam yang lalu. Hanya ada Feren yang mau repot-repot menemaniku, namun aku malah mendiamkannya.Melihat wajahnya yang sedang berusaha keras membuatku tidak tega. “Rasanya aku cukup familiar dengan kutipan itu,” ucapku menang

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Ketujuh Belas_Identifikasi Pemain: Lisa # Kembang Api Dari Kotak Pandora

    Aku membulatkan mata sembari berusaha meraih apa pun yang dapat digapai oleh tangaku yang sayang sekali hasilnya nihil. Aku dikejutkan dengan air yang tiba-tiba saja membuatku tidak bisa bernapas bernapas, begitu sesak dan menyakitkan. Aku menggeleng berusaha menjernihkan isi kepala yang masih beku karena efek kejut dari sensasi dingin yang menyelimutiku secara mendadak, yang benar saja situasi ini! Aku tenggelam. Pengelihatanku mengabur karena mataku terendam, namun aku bisa merasakan jika yang kukenakan bukan lagi seragam olahraga sekolahku. Tubuhku terasa berat dan semakin jatuh e dalam. Aku pasti berada di Black Mirror. Dengan cepat aku berusaha menggerakkan tanganku untuk mengaktifkan layar kontrol, mengeluaran Shared Of Hope, permata berwarna biru ini dapat mengurai semua elemen di sekitarnya meski efeknya hanya bertahan kurang dari tiga menit. Walau tidak lama, setidaknya aku bisa memanfaatkannya untuk menyibak air di sekitarku sehingga aku bisa benapas dengan

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Keenam Belas_Identifikasi Pemain: Nara # Kisah Dua Musim

    Pagi ini aku dan Davin mampir ke rumah sakit sebelum berangkat sekolah untukmengucapkan selamat ulang tahun kepada Feren. Ini adalah ulang tahun kedua yangharus dilewatinya dalam keadaan seperti ini. Tahun lalu pada tanggal yang sama dengan hari ini adalah hari di mana aku terbangun setelah hampir dua pekan tidak sadarkan diri karena kecelakaan, hari di mana aku harus menerima fakta bahwa mungkin aku tidak bisa melihat Feren tersenyum lagi untuk waktu yang cukup lama. “Semoga di tahun berikutnya aku bisa melihatmu tersenyum lagi,” gumamku yang mungkin tidak didengar oleh gadis pucat ini. kulihat tidak ada banyak yang berubah dari tubuh mungilnya selain terus bertambah kurus dari waktu ke waktu. Tapi rambut hitamnya kini agak terlihat lebih pendek dari terakhir kali aku menemuinya. Rambut indah yang dulu tampak selalu bercahaya dan berkibar dengan merdeka ketika ditiup angin, kini sudah terlihat agak kusam. Mungkin perawat belum mencuci rambutnya setelah dipot

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kelima Belas_Identfikasi Pemain: Lisa # Ketuka

    “Akhir-akhir ini kamu tampak sangat kurang tidur, Sa. Semakin lama mata panda itu membuatmu terlihat seperti zombi. Aku bukan bermaksud menyuruhmu berhenti bermain game, sih. Aku juga tidak bermaksud mengomelimu. Tapi terlalu banyak begadang tidak baikuntuk kesehatan, loh. Apalagi setiap pagi kamu selalu terlihat panik dan gelisah ketika aku membangunkanmu. Sepertinya kualitas tidurmu sangat buruk,” tutur Ava dengan tatapan cemas. Aku hanya bisa tersenyum menerima kecemasan Ava. Sejujurnya, aku juga ingin tidur nyenyak, sayangnya setiap aku tertidur aku dipaksa untuk beraktifitas di Black Mirror agar bertahan hidup. Seperti semalam misalnya, bagaimana mungkin aku tidak lelah setelah bertarung seperti itu. Jelas tidak mungkin aku menjawab Ava dengan kalimat barusan, dia bisa diserang panik dan buru-buru membawaku ke rumah sakit untuk dipariksakan kepada psikiater.Jadi aku hanya meringis sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Aku merasa tidak enak merahasiakan sesuatu k

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Keempat Belas_Identifikasi Pemain: Foxglove # Setipis Benang

    Malam ini aku dan Serenina melakukan penyusuran terakhir di wilayah Helios, lima member yang bertugas bersamaku sudah dipindahkan untuk membantu kelompok yang mengurus persenjataan. Peta yang kami buat juga sudah rampung. Untunglah jika semua dapat diselesaikan tepat waktu.“Sekarang mari coba aktifkan petanya,” ucapku yang langsung dituruti oleh Serenina.Gadis itu mengeluarkan layar kontrolnya lalu mengambil peta yang baru saja kami selesaikan. Setelah peta itu terbuka, muncul hologram yang menampilkan rute perjalanan kami dalam model 3D. Syukurlah karena hasilnya seperti yang diharapkan.“Langsung saja kita uji,” ujar Serenina sambil membuka portal yang telah dia sesuaikan dengan koordinat salah satu titik yang dipilihnya secara random dari peta baru kami.Kami berdua berpindah lokasi dalam sekejap ke dalam labirin Helios yang tampaknya tidak banyak dilewati oleh para pemain. Hal ini terlihat karena tidak adanya jejak sihir atau

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Ketiga Belas_Identifikasi Pemain: Lisa # Langkah Untuk Memulai

    “Dia tidak mengatakan apapun. Kami hanya melakukan penyusuran seperti bisa, membasmi beberapa monster level rendah yang menggnggu, dan menyempurnakan peta yang kubuat,” ucapku yang disimak Kak Davin dengan tampang serius.“Apa dia terlihat kesal? Atau seperti memikirkan sesuatu?” tanya Kak Davin sambil memajukan wajahnya menjadi lebih dekat. Hei, Telingaku cukup sehat untuk mendengar pertanyaanmu.Aku berusaha bergeser untuk menyesuaikan jarak di antara kami, namun sayangnya aku sudah duduk di pinggir sofa jadi tidak bisa berpindah lebih jauh lagi kecuali melompat turun. “Tidak juga, dia tetap terlihat menjengkelkan seperti biasa. Hehehe,” jawabku canggung.“Hanya karena orang tuaku tidak di rumah, bukan berarti kamu bisa bebas melakukan apa pun, loh. Lebih baik minum saja tehnya sebelum aku memanggil polisi,” tegur Ava yang baru kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan.Gad

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kedua belas_Identifikasi Pemain: Nara # Arti Sebuah Nama

    Hari ini aku sangat mengantuk. Bukan hanya karena kurang tidur, tapi juga sudah terlalu lelah. Memang tidak sulit jika harus menghabiskan waktu berjam-jam bermain game di depan komputer, tapi akan berbeda cerita jika yang kutatap adalah deretan kalimat dari artikel-artikel bebas yang bahkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Aku bukan Feren yang cinta membaca.“Sudah kukatakan padamu bahwa tidak banyak informasi yang dapat kita peroleh. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan ini sebelumnya. Karena Black Mirror, aku jadi meyakini bahwa anggapan orang-orang mengenai internet yang serba tau adalah salah besar,” ucapku sambil merebahkan kepala di atas meja. “Pada akhirnya kita hanya remaja yang tidak tau apa-apa,” timpal Lisa dengan wajah lelah sembari meregangkan tubuhnya.“Informasi yang ada saat ini tidak banyak berubah dari yang kudapatkan tahun lalu. Ralat, informasinya masih sama. Black Mirror

  • Black Mirror (Indonesia)   Misi Kesebelas_Identifikasi Pemain: Lisa # Ruang Berkabut

    *Minggu pagi di rumah sakit kota*“Sebenarnya Kenapa Kak Davin membawaku kemari? tanyaku bingung sambil memandangi seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri di depan kami berdua.“Aku pikir mungkin kamu penasaran dengan sikap Nara yang mendadak terlihat aneh. Sekadar inisiatifku saja untuk sedikit menjelaskan situasinya,” ujar Kak Davin yang membuatku menerka-nerka.“Aku memang sedikit penasaran, sih, tapi sebenarnya kamu juga tidak harus repot-repot. Toh bukan urusanku juga,” ucapku sambil tersenyum canggung.“Bagaimanapun juga keterlibatanmu dengan Nara akan menjadi cukup rumit jika tidak tau situasinya, dan melihat sifatmu yang begini, nantinya kamu pasti akan sangat ragu-ragu untuk bertanya sendiri kepadanya,” ucap Kak Davin yakin sembari menatapku dari atas ke bawah. Entah mengapa tatapan matanya mengingatkanku kepada adegan dalam film di mana ibu mertua ketus sedang menilai calom menantu

DMCA.com Protection Status