Serenina baru mengirim koordinat lokasinya setelah aku membombardirnya dengan serentetan undangan party yang pasti cukup mengganggu jika muncul sampai puluhan kali. Orang itu sedang berada di central, katanya untuk membuat kalung yang baru setelah kehilangan Merkaba Diamond yang digunakannya sebagai persembahan demi menyatukan jiwa binatang piaraannya kemarin.
“Jadi, kalung macam apa yang sedang dia buat kali ini,” ucapku setelah menembus portal yang langsung menuju koordinat tempat Serenina berada.
“Aku ingin memanfaatkan Magical Amethyst yang kudapatkan dari monster ular yang menghancurkan jiwa Mozarella. Sebelumnya aku tidak ingin menggunakan benda itu karena merasa bersalah. Tapi karena sekarang Mozarella sudah kembali, jadi au sudah merasa baik-baik saja untuk memanfaatkannya,” ujar Serenina yang terdengar lebih santai dari biasanya. Ternyata dia mendengar gumamanku. Tampaknya mood gadis ini sedang baik.
“Baguslah, aku juga penasaran dengan kemampuannya. Sihir pemikat tampaknya tidak terlalu berbahaya, sih. Jika kemampuannya hanya sebatas untuk mengelabuhi musuh, bukankah itu setara dengan sihir kamuflase? Teknik itu adalah skill dasar yang sangat mudah dipelajari bahkan oleh pemain pemula,” timpalku sambil membidik Magical Amethyst yang sedang diolah oleh NPC pengerajin.
“Awalnya aku juga berpikir demikian. Tapi mengingat batu ini adalah barang yang tergolong langka, bukankah kemungkinan ada kemampuan yang cukup berbahaya? Apalagi biaya pengelolaannya juga cukup mahal. Aku sendiri tidak memiliki banyak informasi tentang batu ini,” ucap Serenina sepakat.
Tunggu dulu. Entah mengapa rasanya ada yang janggal. Aku memperhatikan sekitar, tidak ad yang berubah dari kota pusat. Aku berganti memperhatikan Serenina, dia tidak menggerutu seperi biasanya hari ini, tidak terdengar ketus dan tidak menyerangku dengan kalimat-kalimat yang menusuk, dia tampak cukup tenang.
Hei! Itu dia. Jika diingat lagi, ini adalah pertama kalinya kami bisa ngobrol dengan normal tanpa perdebatan maupun berusaha saling memojokkan satu sama lain seperti yang sudah-sudah. Pantas saja sejak tadi aku merasa ada yang tidak beres dengan atmosfirnya, ternyata kata-kata tajam Serenina tidak keluar. Jika kami terus dalam situasi ini, maka bukan hal mustahil untuk membujuknya lagi, kan.
“Batu ini hanya ada beberapa di setiap Server, sepertinya kamu adalah orang pertama yang mendapatkannya di server ini. Tapi Merkaba Diamond lebih populer karena hanya ada satu disetiap server, jadi informasi tentangnya juga lebih banyak,” ujarku yang hanya diberi tanda jempol kuning.
Entah hanya perasaanku saja, atau Serenina menjadi lebih pendiam. Apa orang ini baik-baik saja? Aku bukan mencemaskannya, hanya saja aku butuh waktu yangg benar-benar tepat untuk membujuknya menjadi pasrtnerku secara resmi. Aku harus bisa mewujudkan itu.
“Akhirnya selesai, levelnya juga tinggi,” ucap Serenina sambil memasang kalung itu pada karakternya.
“Mau mencoba kekuatannya? Aku benar-benar penasaran,” tawarku yang ikut merasa tidak sabar. Aku penasaran dengan kekuatan item ini. Kalau ternyata sangat berguna untuk menjadi lebih kuat, paling tida aku harus meminjamnya.
“Boleh juga, tapi kita harus mencari tempat lain terlebih dahulu. Aku tidak ingin detektor keamanan berbunyi karena kita saling menyerang di zona aman,” ucap Serenina sambil membuka portal menuju suatu tempat.
Aku mengikutinya saja tanpa protes. Rupanya dia membawa kami ke Zaphyr, kekaisaran wilayah selatan penguasa elemen sihir angin. Rasanya sudah cukup lama aku tidak ke tampat ini, misi yang kudapatkan kebanyakan di wilayah Utara, ditambah tugas persiapan ekspedisi di wilayah Helios.
“Kita coba di sini saja. Karena ini kampung halamanku, jadi status kekuatan sihirku juga meningkat secara otomatis,” jelas Serenina membeberkan alasannya membawa kami ke tanah suku angin.
“Seharusnya kita ke Helios jika Kamu memang berniat mencoba kekuatannya. Bukankah semakin besar kekuatan musuh akan...”
Kalimatku belum sempat selesai karena Serenina tiba-tiba melepaskan serangannya kepadaku. Perisai api yang kubuat dihempaskan begitu saja dengan tiupan angginnya yang selevel badai. Hei, mencuri start itu curang, tau! Serangannya juga berlebihan.
“Terlalu mamban,” tukas Serenina dengan suara dingin yang terdengar menyeramkan. Apa-apaan dia ini? berubahnya cepat sekali.
“Gadis ini sangat berbahaya,” timpalku yang sedikit kuwalahan menghadapi serangannya.
“Akan kuberi apresiasi atas pujianmu itu.”
Serenina menciptakan tornado yang membuat semuanya memburam. Tiba-tiba sebuah cahaya berwarna Ungu secara lambat laun mulai mendekat. Entah apa yang terjadi, untuk beberapa saat aku tidak bisa mengendalikan karakterku. Kemudian tiba-tiba saja aku melakukan serangan bunuh diri dengan meledakkan diri sendiri dan semuanyacberakhir.
“Jadi rupanya begini kekuatan Magical Amethyst. Seperti yang diharapkan dari atribut level SS, sangat berbahaya,” ucapku sambil memulihkan diri.
“Sebenarnya hanya perkiraanku saja, sih, tapi ternyata benar-benar bisa menghipnotis lawan. untuk sesaat, rasanya seolah aku benar-benar mengambil alih karaktermu tanpa kehilangan kontrol dari karakterku sendiri. Tampaknya selagi status kekuatan sihir lawan tidak lebih tinggi dariku, pasti akan sangat mudah mengambil alih kontrolnya untuk beberapa detik,” ujar Serenina terdengar senang.
“Tapi status kekuatan sihirku masih lebih tinggi darimu, loh. Hanya karena ini kampung halamanmu jadi kekuatanmu bisa meningkat drastis. Seharusnya kita ke area netral agar hasil percobaannya lebih valid,” tuturku merasa kurang puas.
“Mungkin ada benarnya,” tukas Serenina setuju. “Sebagian atribut memiliki fungsi meningkatkan kemampuan penggunanya seperti Healer Chrysoprase, ada yang mengikuti level kekuatan pemakainya seperti Magical Amethys ini, dan ada juga yang memiliki kekuatan absolutnya seperti Merkaba Diamond. Tapi yang pasti, jika Kamu ingin mengukur kekuatan sebenarnya dari setiap item, lebih baik jangan di kampung halaman sendiri,” tuturku panjang lebar.
“Sejujurnya ini adalah pertama kalinya aku melakukan uji coba, biasanya aku langsung menggunakannya atau mencari tau melalui forum daring. Mungkin karena terbiasa mengumpulkan item langka dan senjata legendaris, jadi aku langsung percaya dengan kekuatan mereka tanpa mengujinya terlebih dahulu. Dan yang paling penting, aku sangat percaya dengan kemampuanku,” timpal Serenina terdengar sedikit bangga. Tampaknya si gadis yang menyebalkan sudah kembali.
“Baiklah, karena urusanmu dengan batu itu sudah selesai, sekarang mari selesaikan urusanmu denganku. Aku sudah bicara kepada Damian dan semua orang sangat setuju untuk mengajakmu bergabung dalam ekspedisi serikat kami. Jadi setelah ini mari pergi ke markas Andromeda agar aku bisa memberimu akses ke ruang obrolan kami. Lalu, sesuai perjanjian, berikan aku dua barang dari penyimpananmu,” ujarku langsung kepada intinya.
“Baiklah, apa yang Kamu minta? Akan kuberikan keduanya sebelum kita ke markasmu,” tukas Serenina dengan nada ketusnya yang benar-benar sudah kembali.
Ya, meski versi kalemnya cukup menyenangkan, tapi Serenina yang seperti ini terasa lebih normal. Aku juga tidak harus berpikir dulu sebelum bicara dengannya.
“Pertama, Aku menginginkan Lyre Eastren Sky yang Kamu dapatkan dari event terbuka Puncak Akropilis musim lalu, kemenanganmu yang sangat mudah untuk ukuran harpa yang suaranya bisa menghancurkan atau membangkitkan sesuatu yang dituju oleh sihir pemakainya telah membuat banyak orang kesal. Kedua, aku menginginkan kalung Magical Amethyst yang berbahaya itu,” timpalku setengah menyindir membuatnya berdecak.
Aku tidak bohong, Serenina telah membuat setidaknya pemain satu server kesal bukan main.. Gadis ini menang hanya dengan menemukan nama bintang yang hilang dari tiga rasi bintang yang membentuk segitiga musim panas ketika para pemain lain berusaha mati-matian melawan dewa yang mengambilnya demi mengambil bintang-bintang itu untuk dikembalikan kepada tempatnya. Pada akhirnya misi dari event tersebut adalah teka-teki, dan Serenina adalah pemain yang paling cepat menyadari itu dan dengan cepat pula menemukan jawabannya. Diakui atau tidak, ketelitian itu juga merupakan kemampuannya, sih.
“Tidak masalah dengan Lyre Eastren Sky, tapi kalung Magical Amethys? Aku baru saja selesai membuatnya beberapa saat lalu, dan sekarang Kamu memintanya? Yang benar saja? Aku sangat menyesal karena menunjukan benda berharga itu kepada perampok.”
Serenina menggerutu kesal namun tetap melakukan transfer dari penyimpanannya kepadaku. Walau sangat ketus dan keras kepala, tenyata orang ini bukan tipe orang yang akan mengingkari janji.
“Selesai. Ayo ke Andromeda,” ajakku setelah melakukan konfirmasi penerimaan.
Kedatangan kami disambut oleh banyak orang. Pemain individual yang keras kepala seperti Serenina sudah pasti cukup menarik perhatian. Sebagaimana kesepakatan awal, aku segera menyesuaikan status dan perizinan agar Serenina bisa mengakses ruang obrolan serikat kami.
“Jadi, ini adalah tamu kita yang akan bergabung dalam ekspedisi,” ucapku sedikit berbasa-basi untuk memperkenalkannya kepada member yang lain.
“Terimakasih sudah mengizinkanku bergabung.”
Hei, dia bicara? kukira orang ini hanya akan memakai fitur pesan suara ketika di ruang obrolan
pribadi. Suarnya membuat member lain berisik karena peristiwa ini telah menjelaskan bahwa Serenina adalah perempuan, sekaligus menghapus mentah-mentah atas rumor yang beredar selama ini. Apa dia memutuskan untuk mulai terbuka?“Keberadaanmu pasti akan banyak membantu, jadi santai saja dan tidak perlu besikap
formal. Ngomong-ngomong, aku adalah Damian, pemimpin dari Serikat Andromeda,” sapa Damian yang ikut menggunakan pesan suara.“Aku Rivera, sebenarnya kita pernah berburu bersama, loh, di labirin Imperial Night. Anggap saja karena lokasinya di bawah tanah, jadi aku akan memaklumi jika Kamu melupakannya,” sela Rivera dengan suara menggelikan. Astaga, apa yang dilakukan orang ini?!
“Oh, maafkan aku. Karena selalu bergabung dengan party secara random ketika mengambil misi kelompok, jadi aku tidak mengingat satu persatu pemain yang berburu denganku,” ucap Serenina terus terang, walau begitu suaranya terdengan sangat canggung, dia pasti merasa tidak enak. Rivera berhasil membuatnya bingung, aku sangat berterimakasih.
“Jangan merasa bersalah, Kamu cukup berlatih denganku sebagai gantinya. Banyak hal yang ingin kucoba denganmu.”
Sesaat kemudian, tiba-tiba saja Rivera membekukan area di sekitar kami. Ketika orang itu menghentakkan kakinya, sebilah pisau keluar dari bagian tumit sepatunya yang kemudian meretakkan es ke arah Serenina lalu membekukan avatarnya. Namun belum sampai setengah badan membeku, Serenina mengeluarkan jarum api dari Infero Spear yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya. Jarum api itu mencairkan semua es yang diciptakan Rivera dalam sekejap. Serenina melompat ke udara lalu melepaskan anak panah sihir mengelilingi Rivera seperti penjara sehingga dia tidak mampu bergerak. Serenina mendarat dengan anggun, mengibarkan Magic Butterfly Cloack yang berubah menjadi warna biru gelap. Bahkan jubahnya bisa menangkal berbagai macam serangan elemen. Serenina sangat cepat. Mungkinkah
karena sepatunya?“Whohoho, keren sekali. Aku minta maaf atas sambutan Rivera yang aneh, tapi reflekmu sungguh luar biasa. Ngomong-ngomong aku Selene, partner Damian. Jadi, apa hubunganku dengan wakil ketua? Padahal selama ini belum ada yang berhasil megajakmu bergabung dengan serikat, tapi hari ini kamu mau bergabung dengan kami. Meski hanya dalam ekspedisi, sih. Tapi ini akan sangat seru, aku sungguh tidak sabar,” sorak Selene antara kagum dan kegirangan.
“Seperti yang diharapkan dari kunci master,” puji Rivera yang hanya ditanggapi dengan emoticon senyum.
“Aku tidak kaget jika kamu memiliki Hark Hije, tapi ternyata Kamu juga menyimpan Infero Spear. Sebenarnya sebanyak apa muatan penyimpananmu, sih? setiap item atau senjata yang kamu keluarkan selalu berbeda di setiap kesempatan,” ucapku setengah menyindir. Jujur saja, rasanya seperti sedang dipameri hal-hal yang sudah lama kuinginkan meski aku yakin Serenina tidak berniat begitu.
“Aku tidak pernah bilang bahwa aku tidak punya, kan. Kenapa? Menginginkannya juga? Kamu hanya perlu membuka segel dungeon di Helios, jika beruntung Kamu juga bisa mendapatkannya juga. Ada baiknya untuk tidak selalu terkagum-kagum dengan apa yang Kamu lihat padaku,” jawab Serenina dengan bahasa yang menjengkelkan seperti biasa.
“Cih, kepercayaan dirimu itu sangat merepotkan,” tukasku membuatnya terkekeh kecil.
Gadis ini tidak berhenti membuatku kesal. Sikap tak acuhnya itu terkadang membuatku sangat geram. Dan sekarang ketika kami berdua sibuk saling melempar argumen, Rivera malah mempelopori member yang lain untuk sibuk bertaruh secara terang-terangan atas siapa yang keluar sebagai pemenang dari perdebatan kami berdua, meski mereka tau persis bahwa semua percakapan di ruang obrolan serikat secara otomatis akan diarsipkan. Sangat tidak sopan. Lupakan tentang martabat dan harga diri dari wakil ketua serikat terbesar kedua di server ini, tampaknya setelah ini aku tidak akan memilikinya lagi.
“Baiklah, karena Serenina sudah bergabung dengan kita, dia bisa membantumu untuk memeriksa rute ekspedisi,” sela Damian sebelum perdebatanku dan Serenina diumumkan di ruang obrolan umum oleh para member iseng yang setipe dengan Rivera.
“Jika tentang pemetaan, sebenarnya aku memiliki model kasar dari beberapa dungeon yang pernah kubuka. Awalnya aku membuatnya untuk mengisi waktu, tapi sepertinya aku bisa menyempurnakan modelnya agar dapat digunakan nanti,” ujar Serenina disambut sorakan semangat dari para member.
"Inilah kenapa kita harus merekrut lebih banyak pemain yang berguna. Bagaimana ini? Aku sangat menyukai keberadaanmu di antara kami," seloroh Selene yang terdengar lebih ceria dari biasanya. Mengapa kehadiran Serenina membuatnya sebahagia itu?
“Itu adalah sesuatu yang bagus, kenapa Kamu tidak pernah mengatakan apa pun?” ucapku sedikit menuntut.
“Kamu tidak pernah menanyakan apa pun,” tukas Serenina yang terdengar tidak begitu peduli disambut dengan tawa banyak orang.
“Baiklah, aku tidak akan bicara lagi, terlalu merugikan ketika para anggota serikat sedang memihakmu. Lebih baik kita ke Helios untuk melanjutkan pemetaan rute.” ujarku sambil membuka portal.
“Karena aku bersama Serenina, sisanya bisa pergi ke arah lain, kita berkumpul di markas dalam waktu tiga jam. Masing-masing dari kalian juga sebaiknya berpencar dan membawa rekan agar lebih efisien. Setelah ini aku akan membagikan peta yang sudah kutandai sebagai rute perjalanan. Periksalah pada koordinat yang masih menyala,” imbuhku memberikan instruksi kepada lima orang lain yang sebelumnya membantu tugasku.
Kami pergi setelah mendengar persetujuan dari mereka. Namun baru saja kami mencapai pintu masuk dungeon, tiba-tiba ada golem yang muncul dan menyerang tanpa peringatan. Serangan kejutan selalu merepotkan, tampaknya kami membuka portal menuju tempat yang salah, atau hanya waktunya saja yang tidak tepat. Apa pun alasannya tapi bukan itu yang penting sekarang.
Tubuh golem ini sangat keras dan bisa mengeluarkan lahar panas ketika kami berhasil menggoresnya. Sihir angin milik Serenina tidak banyak memberi pengaruh pada area bertarung yang sempit, begitu juga sihir apiku yang sangat tidak diuntungkan oleh kekuatan musuh kami. Akan lebih mudah jika pemilik sihir air seperti Rivera ada di sini. Aku mencoba mengakalinya dengan Magical Amethyst yang baru kudapatkan dari Serenina, namun pengaruhnya bahkan tidak bisa bertahan lebih dari dua detik.
Aku membidik monster itu untuk memastikan statusnya. Astaga! Sepertinya tanpa sengaja kami menghadapi musuh level mitologi yang biasanya hanya muncul pada event tertentu. Kecelakaan macam apa ini? Sekuat apa pun kami berdua, kekuatan makhluk ini setara dengan kekuatan satu serikat. Mustahil untuk mengalahkannya.
"Rasanya tidak beres. Apa yang terjadi padaku?" ucap Serenina yang tanpa sengaja justru menarik perhatianku.
Aku membuat perisai api untuk sedikit menghalangi serangan makhluk itu sebelum membidikkan fokus radaku kepada Serenina. Kepalaku merekam dengan jelas pertanyaan Serenina barusan, tapi aku masih berusaha berpikir positif. Namun suara napasnya masih menggangguku. Aku mengeraskan volume agar pelantang yang kugunakan dapat menghantarkan suara Serenina yang terdistrupsi oleh efek suara dari game agar lebih keras dan jelas. Aku berusaha memfokuskan pendengaran kepada suara samar itu. Serenina tidak hanya ngos-ngosan, tapi sesekali dia terdengar seperti sedang merintih.
Demage yang diterimanya pasti cukup besar sampai membuatnya terpental walau dilindungi oleh Magic Butterfly Cloack. Tapi sebenarnya bukan itu yang menggangguku. Serenina terdengar sangat lelah, padahal belum sampai tiga menit sejak kemunculan makhluk ini. Apakah menjalankan avatarmu bisa membuat selelah itu? Suaranya terdengar seperti peserta lari maraton yang sudah berlari ribuan meter. Jangan-jangan? Tidak mungkin Serenina juga, kan?
“Hei, Fox. Apa menurutmu masuk akal jika seseorang mengatakan telah masuk kedalam game yang dimainkannya ketika tidur?” ucap Serenina terengah-engah sambil menyangga dirinya menggunakan Lightning Sword agar tidak ambruk.
“Aku sangat percaya jika ada orang yang mengatakan hal seperti itu kepadaku. Lalu aku akan memberitahunya bahwa tubuh fisiknya di dunia nyata bisa dalam bahaya jika dia terluka dalam tidurnya,” ujarku membuat Serenina memekik. Obrolan di tengah-tengah pertarungan biasanya tidak sesulit ini.
“Benarkah?” tanya Serenina sambil melompat ke atas Golem itu berusaha memecahkan kepalanya dengan serangan Infero Spear.
“Tempo hari aku secara tidak sengaja membuka segel di daerah ini dan membuat Behemoth menyerangku habis-habisan. Andai saja seorang junior yang melihatku tidak menarik kesadaranku kembali, mungkin aku akan ditemukan dalam kondisi tewas karena serangan jantung di perpustakaan sekolah sore itu,” ujarku terus terang sambil berusaha membatasi gerak Golem itu menggunakan anak panah dari Hark Hije.
Aku mengatakan yang sebenarnya. Siapa peduli. Bila Serenina menganggapku gila, aku hanya tinggal beralasan bahwa aku sedang bercanda. Bukan tanpa alasan aku mengatakannya. Diam-diam aku berharap semoga Serenina menganggap ceritaku aneh. Sebab dengan begitu asumsi yang menggangguku ini akan terbukti keliru.
“Nara?” tanya Serenina lirih dengan nada tidak percaya.
Astaga! Ini sangat buruk. Tidak banyak orang yang tau tentang kejadian itu. Hanya Davin, dan dua orang lain. Jika dimungkinkan Serenina adalah salah satu dari mereka berdua, maka dapat kupastikan bahwa dia adalah...
“Lisa! Katakan dengan siapa kamu tinggal sekarang!” seruku dengan tangan bergetar menggenggam mouse.
“Aku tinggal sendiri di sebuah indekos dekat sekolah,” jawab Serenina terbata-bata.
*******
Aku berlari keluar rumah tanpa banyak berpikir setelah mengirim signal bantuan sebanyak mungkin di seluruh ruang obrolan, beruntungnya Selene langsung datang sehingga aku bisa pergi meninggalkan Serenina.
Alamat yang diberikan Serenina memang tidak jauh dari sekolah kami, namun sayangnya berlawanan arah dari rumahku. Aku bisa menempuhnya dalam waktu kurang dari setengah jam jika berjalan santai, tapi sekarang aku harus berlari. Semoga Serenina dan Selene bisa bertahan lebih lama sampai para member yang lain tiba. Kumohon bertahanlah, kau harus kuat bertahan sedikit lagi.
Aku menyeka bulir-bulir keringat di pelipisku setelah berhenti di depan bangunan dua lantai dengan pagar setinggi dua meter yang mengelilinginya. Kamar Lisa ada di lantai dua, dia bilang ada sebuah lonceng angin bambu yang tergantung di depan balkon kamarnya. Aku memanjat pagar itu dan dengan mudah menemukan letak dari kamar yang dia maksudkan.
Setelah berusaha merambat melalui pagar, dan melompati satu balkon ke balkon yang lain sampai akhirnya aku sampai di balkon kamar Lisa. Aku merasa telah menjadi kriminal
karena diam-diam menerobos properti orang lain pukul tiga dini hari demi bisa masuk ke kamar seorang gadis yang tinggal sendiri, tapi setidaknya aku tau seberapa pentingnya aku harus melakukan pelanggaran ini.Seperti yang dikatakan Serenina, jendelanya tidak terkunci. Ya ampun...gadis macam apa dia? Sangat sembrono. Aku melompat ke dalam kamar yang gelap tanpa penerangan, satu-satunya cahaya yang ada di tempat ini berasal dari layar laptop yang masih menyala di atas kasur. Aku menemukan Lisa tertidur dengan posisi terduduk di lantai dan bersandar kepada tempat tidurnya. Dia pasti jatuh tertidur di tengah permainan.
“Lisa!! Lisa kembalilah! Kamu harus bangun sekarang! Lisa!!” seruku sambil mengguncang kedua bahu mungil milik gadis di depanku ini.
Dengan napas tersenggal, perlahan gadis itu membuka matanya. Dapat kurasakan tubuhnya gemetar. Tanganku berpindah dari bahunya ke pergelangan tangan, merasakan detak jantungnya yag sangat tidak stabil. Lisa tampak ingin mengatakan sesuatu, namun suaranya tidak keluar.
Aku tidak memaksanya bicara, pun tidak mengeluarkan kata-kata penghiburan untuk meredam keterkejutannya. Lisa tidak seharusnya dipaksa untuk bersikap tenang, itulah yang kuyakini sekarang. Namun aku tidak tau sejak kapan, tubuhnya yang kecil sudah tenggelam dalam pelukanku sembari bergetar hebat melepaskan tangisnya yang seolah melampiaskan begitu banyak ketakutan yang tidak bisa dijelaskan.
“Waaah, pertemuan kalian seperti dalam novel. Aku penasaran dengan kisah romantis macam apa yangterjadi selanjutnya,” sorak Ava menggodaku.Aku menatap kedua matanya yang terlihat berkilau seolah dipenuhi bintang. Senyumnya merekah begitu lebar seolah bisa bisa menyentuh kedua telinganya. Kenapa dia sebahagia itu hanya dengan mendengar cerita pertemuanku dengan Nara?“Kisah Romantis? Dari pada romatis, mungkin cerita kami lebih kepada genre komedi, misteri, dan fantasi. Jika kami tidak berhati-hati, mungkin genrenya bisa juga merambah ke arah thriller,” ujar Nara sambil menyangga dagu.“Meski tidak menemukan hantu, tapi aku memang bisa merasakan sensasi horornya juga,” timpalku sambil mengembuskan napas berat.Ava mengerutkan alis karena reaksi kami berdua. Kedua bola mata yang tadinya berbina-binar berubah menjadi tidak fokus anata ingin menatapku atau Nara. Bahkan sekilas aku bisa mendengar gumaman bingung yang lolos
“Jadi harimau macam apa yang makan buah aprikot? Bukannya mereka karnivora? Ini jelas-jelas menentang hukum alam.” Aku protes sembari menghampiri Serenina yang pamit berburu di Hutan Seribu Musim wilayah Sydvest. Dia bilang akan mencari makanan untuk Mozarella, tapi sejauh yang kulihat sekarang, dia hanya sibuk mengumpulkan buah aprikot dalam sebuah keranjang besar. Kalau ini, sih namanya bukan berburu, tapi memanen. “Jika tidak berniat membantu, lebih baik pergi saja. Apakah Hari Minggumu sebegitu senggangnya hingga bisa bersantai seperti ini? Memangnya yang terjadi pada kita tidak menentang hukum alam?” Ketus sekali reaksinya. Hmmmh, benar juga. Serenina dan Lisa berada di dunia yang berbeda. Walau mereka adalah orang yang sama, tapi kepribadiannya sangat jauh seperti langit dan sumur minyak. Sosok Lisa yang canggung dan kikuk, terkadang juga tampak pemalu benar-benar tidak berbekas paada Serenina. Jadi begini rasanya menemukan teman dalam game didunia
*Minggu pagi di rumah sakit kota*“Sebenarnya Kenapa Kak Davin membawaku kemari? tanyaku bingung sambil memandangi seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri di depan kami berdua.“Aku pikir mungkin kamu penasaran dengan sikap Nara yang mendadak terlihat aneh. Sekadar inisiatifku saja untuk sedikit menjelaskan situasinya,” ujar Kak Davin yang membuatku menerka-nerka.“Aku memang sedikit penasaran, sih, tapi sebenarnya kamu juga tidak harus repot-repot. Toh bukan urusanku juga,” ucapku sambil tersenyum canggung.“Bagaimanapun juga keterlibatanmu dengan Nara akan menjadi cukup rumit jika tidak tau situasinya, dan melihat sifatmu yang begini, nantinya kamu pasti akan sangat ragu-ragu untuk bertanya sendiri kepadanya,” ucap Kak Davin yakin sembari menatapku dari atas ke bawah. Entah mengapa tatapan matanya mengingatkanku kepada adegan dalam film di mana ibu mertua ketus sedang menilai calom menantu
Hari ini aku sangat mengantuk. Bukan hanya karena kurang tidur, tapi juga sudah terlalu lelah. Memang tidak sulit jika harus menghabiskan waktu berjam-jam bermain game di depan komputer, tapi akan berbeda cerita jika yang kutatap adalah deretan kalimat dari artikel-artikel bebas yang bahkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Aku bukan Feren yang cinta membaca.“Sudah kukatakan padamu bahwa tidak banyak informasi yang dapat kita peroleh. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan ini sebelumnya. Karena Black Mirror, aku jadi meyakini bahwa anggapan orang-orang mengenai internet yang serba tau adalah salah besar,” ucapku sambil merebahkan kepala di atas meja. “Pada akhirnya kita hanya remaja yang tidak tau apa-apa,” timpal Lisa dengan wajah lelah sembari meregangkan tubuhnya.“Informasi yang ada saat ini tidak banyak berubah dari yang kudapatkan tahun lalu. Ralat, informasinya masih sama. Black Mirror
“Dia tidak mengatakan apapun. Kami hanya melakukan penyusuran seperti bisa, membasmi beberapa monster level rendah yang menggnggu, dan menyempurnakan peta yang kubuat,” ucapku yang disimak Kak Davin dengan tampang serius.“Apa dia terlihat kesal? Atau seperti memikirkan sesuatu?” tanya Kak Davin sambil memajukan wajahnya menjadi lebih dekat. Hei, Telingaku cukup sehat untuk mendengar pertanyaanmu.Aku berusaha bergeser untuk menyesuaikan jarak di antara kami, namun sayangnya aku sudah duduk di pinggir sofa jadi tidak bisa berpindah lebih jauh lagi kecuali melompat turun. “Tidak juga, dia tetap terlihat menjengkelkan seperti biasa. Hehehe,” jawabku canggung.“Hanya karena orang tuaku tidak di rumah, bukan berarti kamu bisa bebas melakukan apa pun, loh. Lebih baik minum saja tehnya sebelum aku memanggil polisi,” tegur Ava yang baru kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan.Gad
Malam ini aku dan Serenina melakukan penyusuran terakhir di wilayah Helios, lima member yang bertugas bersamaku sudah dipindahkan untuk membantu kelompok yang mengurus persenjataan. Peta yang kami buat juga sudah rampung. Untunglah jika semua dapat diselesaikan tepat waktu.“Sekarang mari coba aktifkan petanya,” ucapku yang langsung dituruti oleh Serenina.Gadis itu mengeluarkan layar kontrolnya lalu mengambil peta yang baru saja kami selesaikan. Setelah peta itu terbuka, muncul hologram yang menampilkan rute perjalanan kami dalam model 3D. Syukurlah karena hasilnya seperti yang diharapkan.“Langsung saja kita uji,” ujar Serenina sambil membuka portal yang telah dia sesuaikan dengan koordinat salah satu titik yang dipilihnya secara random dari peta baru kami.Kami berdua berpindah lokasi dalam sekejap ke dalam labirin Helios yang tampaknya tidak banyak dilewati oleh para pemain. Hal ini terlihat karena tidak adanya jejak sihir atau
“Akhir-akhir ini kamu tampak sangat kurang tidur, Sa. Semakin lama mata panda itu membuatmu terlihat seperti zombi. Aku bukan bermaksud menyuruhmu berhenti bermain game, sih. Aku juga tidak bermaksud mengomelimu. Tapi terlalu banyak begadang tidak baikuntuk kesehatan, loh. Apalagi setiap pagi kamu selalu terlihat panik dan gelisah ketika aku membangunkanmu. Sepertinya kualitas tidurmu sangat buruk,” tutur Ava dengan tatapan cemas. Aku hanya bisa tersenyum menerima kecemasan Ava. Sejujurnya, aku juga ingin tidur nyenyak, sayangnya setiap aku tertidur aku dipaksa untuk beraktifitas di Black Mirror agar bertahan hidup. Seperti semalam misalnya, bagaimana mungkin aku tidak lelah setelah bertarung seperti itu. Jelas tidak mungkin aku menjawab Ava dengan kalimat barusan, dia bisa diserang panik dan buru-buru membawaku ke rumah sakit untuk dipariksakan kepada psikiater.Jadi aku hanya meringis sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Aku merasa tidak enak merahasiakan sesuatu k
Pagi ini aku dan Davin mampir ke rumah sakit sebelum berangkat sekolah untukmengucapkan selamat ulang tahun kepada Feren. Ini adalah ulang tahun kedua yangharus dilewatinya dalam keadaan seperti ini. Tahun lalu pada tanggal yang sama dengan hari ini adalah hari di mana aku terbangun setelah hampir dua pekan tidak sadarkan diri karena kecelakaan, hari di mana aku harus menerima fakta bahwa mungkin aku tidak bisa melihat Feren tersenyum lagi untuk waktu yang cukup lama. “Semoga di tahun berikutnya aku bisa melihatmu tersenyum lagi,” gumamku yang mungkin tidak didengar oleh gadis pucat ini. kulihat tidak ada banyak yang berubah dari tubuh mungilnya selain terus bertambah kurus dari waktu ke waktu. Tapi rambut hitamnya kini agak terlihat lebih pendek dari terakhir kali aku menemuinya. Rambut indah yang dulu tampak selalu bercahaya dan berkibar dengan merdeka ketika ditiup angin, kini sudah terlihat agak kusam. Mungkin perawat belum mencuci rambutnya setelah dipot
Kepada Tante Lili Di Surga Halo, Tante Lili. Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Feren Vanessa, Tapi Nara dan Davin biasanya hanya memanggil saya "Fe" agar berbeda dengan orang lain katanya. Tante Lili masih ingat Davin, kan? Anak laki-laki yang lebih muda satu tahun dari Nara, yang tinggal di sebelah rumahnya. Tante Lili juga boleh memanggil saya demikian bial berkenan. Mungkin surat ini tidak akan pernah dibaca oleh Tante Lili atau siapa pun selain saya sendiri sebagai penulisnya, pun apabila ternyata kalimat-kalimat dalam surat ini tersampiakan menembus langit sehingga Tante Lili mengetahuinya, mungkin Tante Lili akan merasa aneh karena seorang gadis asing tiba-tiba saja dengan sok akrab mengirim surat dan menceritakan banyak hal tentang dirinya. Sebenarnya saya hanya ingin berterima kasih kepada Tante karena telah
Rumah Nara 4 tahun yang lalu“Pada akhirnya nanti, semua yang pernah hilang atau diambil dari kita akan kembali lagi kepada kita. Walaupun dengan cara yang tidak pernah kita duga.” Aku mengangkat kepala yang tertunduk untuk menatap Feren yang sedang tersenyum samar sambil menyangga dagu.Aku menghabiskan waktu untuk duduk diam di ruang makan sejak pagi tadi selepas pulang dari pemakaman ibuku di kota sebelah. Papa pergi ke kantornya seperti biasa, pembantu terakhir yang bekerja di rumah ini sudah dipecat sekitar tiga hari yang lalu karena salah menaruh takaran gula pada kopi ayahku. Sekarang hanya ada kami berdua yang belum saling bicara sejak Davin dipanggil kakaknya untuk makan siang sekitar setengah jam yang lalu. Hanya ada Feren yang mau repot-repot menemaniku, namun aku malah mendiamkannya.Melihat wajahnya yang sedang berusaha keras membuatku tidak tega. “Rasanya aku cukup familiar dengan kutipan itu,” ucapku menang
Aku membulatkan mata sembari berusaha meraih apa pun yang dapat digapai oleh tangaku yang sayang sekali hasilnya nihil. Aku dikejutkan dengan air yang tiba-tiba saja membuatku tidak bisa bernapas bernapas, begitu sesak dan menyakitkan. Aku menggeleng berusaha menjernihkan isi kepala yang masih beku karena efek kejut dari sensasi dingin yang menyelimutiku secara mendadak, yang benar saja situasi ini! Aku tenggelam. Pengelihatanku mengabur karena mataku terendam, namun aku bisa merasakan jika yang kukenakan bukan lagi seragam olahraga sekolahku. Tubuhku terasa berat dan semakin jatuh e dalam. Aku pasti berada di Black Mirror. Dengan cepat aku berusaha menggerakkan tanganku untuk mengaktifkan layar kontrol, mengeluaran Shared Of Hope, permata berwarna biru ini dapat mengurai semua elemen di sekitarnya meski efeknya hanya bertahan kurang dari tiga menit. Walau tidak lama, setidaknya aku bisa memanfaatkannya untuk menyibak air di sekitarku sehingga aku bisa benapas dengan
Pagi ini aku dan Davin mampir ke rumah sakit sebelum berangkat sekolah untukmengucapkan selamat ulang tahun kepada Feren. Ini adalah ulang tahun kedua yangharus dilewatinya dalam keadaan seperti ini. Tahun lalu pada tanggal yang sama dengan hari ini adalah hari di mana aku terbangun setelah hampir dua pekan tidak sadarkan diri karena kecelakaan, hari di mana aku harus menerima fakta bahwa mungkin aku tidak bisa melihat Feren tersenyum lagi untuk waktu yang cukup lama. “Semoga di tahun berikutnya aku bisa melihatmu tersenyum lagi,” gumamku yang mungkin tidak didengar oleh gadis pucat ini. kulihat tidak ada banyak yang berubah dari tubuh mungilnya selain terus bertambah kurus dari waktu ke waktu. Tapi rambut hitamnya kini agak terlihat lebih pendek dari terakhir kali aku menemuinya. Rambut indah yang dulu tampak selalu bercahaya dan berkibar dengan merdeka ketika ditiup angin, kini sudah terlihat agak kusam. Mungkin perawat belum mencuci rambutnya setelah dipot
“Akhir-akhir ini kamu tampak sangat kurang tidur, Sa. Semakin lama mata panda itu membuatmu terlihat seperti zombi. Aku bukan bermaksud menyuruhmu berhenti bermain game, sih. Aku juga tidak bermaksud mengomelimu. Tapi terlalu banyak begadang tidak baikuntuk kesehatan, loh. Apalagi setiap pagi kamu selalu terlihat panik dan gelisah ketika aku membangunkanmu. Sepertinya kualitas tidurmu sangat buruk,” tutur Ava dengan tatapan cemas. Aku hanya bisa tersenyum menerima kecemasan Ava. Sejujurnya, aku juga ingin tidur nyenyak, sayangnya setiap aku tertidur aku dipaksa untuk beraktifitas di Black Mirror agar bertahan hidup. Seperti semalam misalnya, bagaimana mungkin aku tidak lelah setelah bertarung seperti itu. Jelas tidak mungkin aku menjawab Ava dengan kalimat barusan, dia bisa diserang panik dan buru-buru membawaku ke rumah sakit untuk dipariksakan kepada psikiater.Jadi aku hanya meringis sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Aku merasa tidak enak merahasiakan sesuatu k
Malam ini aku dan Serenina melakukan penyusuran terakhir di wilayah Helios, lima member yang bertugas bersamaku sudah dipindahkan untuk membantu kelompok yang mengurus persenjataan. Peta yang kami buat juga sudah rampung. Untunglah jika semua dapat diselesaikan tepat waktu.“Sekarang mari coba aktifkan petanya,” ucapku yang langsung dituruti oleh Serenina.Gadis itu mengeluarkan layar kontrolnya lalu mengambil peta yang baru saja kami selesaikan. Setelah peta itu terbuka, muncul hologram yang menampilkan rute perjalanan kami dalam model 3D. Syukurlah karena hasilnya seperti yang diharapkan.“Langsung saja kita uji,” ujar Serenina sambil membuka portal yang telah dia sesuaikan dengan koordinat salah satu titik yang dipilihnya secara random dari peta baru kami.Kami berdua berpindah lokasi dalam sekejap ke dalam labirin Helios yang tampaknya tidak banyak dilewati oleh para pemain. Hal ini terlihat karena tidak adanya jejak sihir atau
“Dia tidak mengatakan apapun. Kami hanya melakukan penyusuran seperti bisa, membasmi beberapa monster level rendah yang menggnggu, dan menyempurnakan peta yang kubuat,” ucapku yang disimak Kak Davin dengan tampang serius.“Apa dia terlihat kesal? Atau seperti memikirkan sesuatu?” tanya Kak Davin sambil memajukan wajahnya menjadi lebih dekat. Hei, Telingaku cukup sehat untuk mendengar pertanyaanmu.Aku berusaha bergeser untuk menyesuaikan jarak di antara kami, namun sayangnya aku sudah duduk di pinggir sofa jadi tidak bisa berpindah lebih jauh lagi kecuali melompat turun. “Tidak juga, dia tetap terlihat menjengkelkan seperti biasa. Hehehe,” jawabku canggung.“Hanya karena orang tuaku tidak di rumah, bukan berarti kamu bisa bebas melakukan apa pun, loh. Lebih baik minum saja tehnya sebelum aku memanggil polisi,” tegur Ava yang baru kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan.Gad
Hari ini aku sangat mengantuk. Bukan hanya karena kurang tidur, tapi juga sudah terlalu lelah. Memang tidak sulit jika harus menghabiskan waktu berjam-jam bermain game di depan komputer, tapi akan berbeda cerita jika yang kutatap adalah deretan kalimat dari artikel-artikel bebas yang bahkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Aku bukan Feren yang cinta membaca.“Sudah kukatakan padamu bahwa tidak banyak informasi yang dapat kita peroleh. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan ini sebelumnya. Karena Black Mirror, aku jadi meyakini bahwa anggapan orang-orang mengenai internet yang serba tau adalah salah besar,” ucapku sambil merebahkan kepala di atas meja. “Pada akhirnya kita hanya remaja yang tidak tau apa-apa,” timpal Lisa dengan wajah lelah sembari meregangkan tubuhnya.“Informasi yang ada saat ini tidak banyak berubah dari yang kudapatkan tahun lalu. Ralat, informasinya masih sama. Black Mirror
*Minggu pagi di rumah sakit kota*“Sebenarnya Kenapa Kak Davin membawaku kemari? tanyaku bingung sambil memandangi seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri di depan kami berdua.“Aku pikir mungkin kamu penasaran dengan sikap Nara yang mendadak terlihat aneh. Sekadar inisiatifku saja untuk sedikit menjelaskan situasinya,” ujar Kak Davin yang membuatku menerka-nerka.“Aku memang sedikit penasaran, sih, tapi sebenarnya kamu juga tidak harus repot-repot. Toh bukan urusanku juga,” ucapku sambil tersenyum canggung.“Bagaimanapun juga keterlibatanmu dengan Nara akan menjadi cukup rumit jika tidak tau situasinya, dan melihat sifatmu yang begini, nantinya kamu pasti akan sangat ragu-ragu untuk bertanya sendiri kepadanya,” ucap Kak Davin yakin sembari menatapku dari atas ke bawah. Entah mengapa tatapan matanya mengingatkanku kepada adegan dalam film di mana ibu mertua ketus sedang menilai calom menantu