Di masa depan saat dunia dilanda caruk-maruk dan huru-hara berkepanjangan. Saat angkara murka adalah sang raja dan saat kegelapan menjadi momok menakutkan sepanjang hari seperti tiada beda gelap dan terang. Di saat kekacauan yang maha dahsyat yang terjadi seantero negeri. Terbentuklah sebuah organisasi rahasia bernama Obor Java yang dibentuk oleh orang berjuluk MR. D. MR. D adalah sosok yang sangat misterius dimana iya selalu ada dimana-mana. Demi mencari sosok-sosok pilihan di antara sekian ribu pemuda dan pemudi yang berjiwa besar dan bermental baja. Untuk iya bina menjadi sosok kesatria mumpuni. MR. D yang kemunculannya selalu di tandai dengan nyanyian tembang-tembang kuno yang berasal entah dari mana. Merencanakan pemberontakan besar-besaran dan dalam rencananya tersebut iya membina beberpa pemuda dari kalangan rakyat jelata yang selalu tertindas. Di saat ketimpangan dan kesenjangan serta kemelaratan menyeluruh di pelosok negeri. Apa lagi kelaparan yang berkepanjangan membuat kejahatan semakin menjamur. Di saat seperti itulah terbentuk kelompok Obor Java. Terbentuk dari perpaduan antara Pemuda dan Pemudi yang berkemampuan khusus akan kelebihan mereka tentang pemahaman hal gaib. Sebab yang mereka lawan bukan hanya manusia pembawa setan, tetapi dari golongan bangsa jin dan siluman. Dan beginilah cerita dari MR. D atau yang sering dipanggil oleh teman sejawat dengan panggilan Mas Dalang. Beginilah cerita itu bermula berawal dari goresan pena gaib yang telah di rapalanmantra mantra dan diberi doa-doa khusus ditulis di atas kertas putih yang bernama Altar.
Lihat lebih banyakProlog,
Simaklah baik-baik ceritaku bahwa cerita ini adalah penggambaran sebuah peperangan antara si batil dan si baik. Bahwa kisah ini adalah penggambaran pertempuran antara angkara murka dan kebaikan.Sebuah kisah penempaan sekelompok pemuda untuk di jadikan yang paling unggul dan berpengetahuan gaib setrata tinggi. Mereka yang kelak akan menjadi kelompok pendobrak ketimpangan umum demi menyelaraskan yang sudah tidak seimbang.
Mereka di sebut kelompok Obor Java. Bagaikan magnet dimana ada mereka pasti di situ jua ada angkara murka. Sistematik dan skema otomatis dari alam terjadi bergesekan antara kenyataan dan kaum khayalan. Merekalah yang bertugas menata hal demikian menjadi utuh semula agar tiada ketimpangan sehingga terjadi keseimbangan.
Ini kisah tentang mereka para pemuda yang berjuang tidak terlihat dan melawan yang tak terlihat. Dalam masyarakat umum mereka adalah pemenang, dielu-elukan bak pahlawan tapi tiada tahu siapa mereka sebab semua adalah rahasia.
Ini adalah ceritaku, sebuah cerita tentang pesona alam gaib. Sebuah elegi dunia maya yang sebenarnya. Sebuah ilusi dari halusinasi alam bawah sadar tanpa kenyataan. Sebuah pertempuran tanpa batas akhir dengan kelompok musuh bebuyutan manusia pembawa setan. Sebuah pertarungan dimasa akhir dunia, di mana tiada lagi bernama negara, di mana tiada lagi satu kekuasaan wilayah dan kasta atau tingkatan dalam masyarakat.
Aku adalah MR. D, aku adalah Mas Dalang, aku adalah penanggung jawab cerita penuh. Bergerak di bawah layar serupa gerak bawah tanah. Aku bergerak sunyi perlahan namun mematikan.Ceritaku ku persembahkan pada masa dimana paceklik sanggatlah panjang. Pena ku menari dari arti si angkara murka dengan gila melahap para kaum awam. Mencicipinya beramai-ramai hingga habis sedangkan penduduk yang lain hanya menonton bak pelaku sinetron atau drama kolosal pada sebuah layar raksasa di atas muka bumi.
Ini ceritaku sebuah cerita tentang sekelompok yang mencoba melawan dari kisah kehancuran fatal bahkan sangat fatal. Saat dunia berteriak lapar dan haus, saat begitu sulitnya bertahan hidup walau hanya untuk meringis sejenak.
Ini kisah cerita dimana kegelapan adalah rajanya, dimana kegelapan yang sangat petang berkuasa seantero negeri. Siapa membangkang besok akan hilang tiada jejak tiada nama dan tak pulang selamanya. Siapa bersuara di bungkam, disumpal mulutnya hingga bisu tak mampu berbicara kembali.
Siapa yang mengangkat tangan terpenggal, dikuliti dan dipatahkan tangan yang diangkat. Sehingga buntung sudah pasti hingga akhirnya. Mereka yang menentang tergantung di tiang-tiang gantungan. Hingga akhirnya mereka yang membangkang terpenggal di atas altar-altar persembahan. Hingga akhirnya mereka yang berseberangan pemahaman dan menentang dan membangkang diperkosa, di bunuh, di cincang dan di kuliti lalu di makan anjing atau buaya peliharaan.
Ini ceritaku di mana kehancuran adalah perkataan lumrah. Di mana kematian adalah sebagai bahan candaan, di mana membeli nyawa seperti membeli kacang rebus begitu mudahnya dan gampang sekali diperoleh.
Aku adalah MR. D, aku adalah Mas Dalang, dengan pena gaib ku tulis kata-per kata, dengan tinta tabu tidak kewajaran ku toreh kisah jeritan setiap malam. Ku tulis tangisan istri menjadi janda akan kematian suaminya yang menangis meratapi nasib sial kala apes menghampiri di samping jasad suami yang telah tak dapat di kenali sebab terlalu sadis mereka yang mengaku malaikat tapi berwajah iblis sebagai petugas algojo atau pelaksana pembantaian dari sang penguasa.
Akan ku tulis kisah seorang anak kecil yang mondar-mandir di tengah hiruk-pikuk kecemasan dan ketakutan. Ketika iya berkata, “Ayah ku dimana? Ibuku dimana?” tetapi semua mulut telah terkunci. Takut akan bersuara sebab bila satu kata meluncur mulus tentang mereka yang bertopeng setan. Barang tentu sudah di pastikan kematian adalah kenyataan.
Tapi tidak serta merta gelap tiada terang, pasti ada walau sekelip cahaya dari damar templek atau lampu tembok yang tetap menyala tak terang dan tak gelap hanya remang. Terang damar jua hampir mati tertiup angin oleh badai di dalam kenyataan.
Tapi tidak serta merta malam tiada siang dan jahat tiada kebaikan. Bahwa mereka yang bernaung di atas singgasana kegelapan. Mereka yang tengah memerintah dengan keji dan menggunakan alat manusia pembawa setan untuk membantai setiap pembangkang. Untuk menjalankan pemerintahan dengan sistim diktator dan monopoli kekuasaan di setiap lini penjuru negeri.
Ada sedikit harapan yang masih ditempa, masih dipersiapkan sejak usia dini. Mereka-mereka yang bakal menjadi sebuah kelompok peneriakan perubahan di segala lini. Tengah dipersiapkan sedemikian rupa, dididik oleh keadaan pahit dan lemah mental masyarakat. Di bina langsung oleh pengalaman paling buruk yang pernah dialami bangsa manusia. Ditempa langsung oleh alam dan takdir yang berkata selalu sepihak pada yang berkuasa setara raja.
Merekalah nanti yang disebut kelompok Obor Java. Sebuah kelompok pemberontak yang terbentuk akibat kesenjangan yang terlalu jauh dari si miskin dan si kaya. Kesenjangan yang terlalu jauh dari si Raja Diraja dan rakyatnya.
Mereka yang berperang dengan sistim gerilya dengan cara datang tak diundang dan pulang tiada bayangan. Mereka datang melalui kegelapan bergerak cepat secara sistematis dan senyap seolah tiada suara. Membereskan bagai topan dan badai angin, begitu rapi dan terorganisir bahkan tanpa bekas dan tanpa jejak.
Mereka yang di pimpin oleh sang panglima Jaka Ireng. Bergerak tanpa ada yang tahu, berjalan saat mereka semua sedang terlelap tiada terjaga seakan mati membatu tiada daya. Merekalah para pemuda perusak dan pengorak-arik tatanan yang ditetapkan penguasa kegelapan. Sehingga perlahan tatanan baru kembali muncul di tengah masyarakat dari sistim yang lama yakni paham ketimuran.
Aku adalah MR. D dan aku adalah Mas dalang, dan ini ceritaku dari sebuah pena gaib yang telah ku beri japa mantra serta komat-kamit doa. Aku toreh untuk menari-nari di atas kertas yang aku beri nama altar medan perang. Akan kuguratkan di atas kertas dengan banyak kisah pesona kehancuran dan kenestapaan serta kemelaratan berkepanjangan.
Bahwa ini adalah kisah fase perubahan dari kehancuran menuju kejayaan. Bahwa ini adalah kisah kebinasaan berganti ketenangan dengan pelakon para pemuda tangguh dari sebuah negeri nun jauh di timur.
Bahwa ini adalah kisah para pejuang mandat rakyat yang tengah di dera kelaparan berkepanjangan, kemelaratan tidak berkesudahan dan kemiskinan tiada ujung.
Bahwa ini adalah cerita pertempuran tiada batas hingga salah satu dari mereka tewas. Bahwa kisah ini adalah kisah di mana perang berkecamuk tiada akhir dan seakan damai adalah kata mustahil sebab tipu daya dan tipu muslihat adalah lumrah adalah cerita kewajaran semata. Selayaknya bumbu penyedap dapur kalau kurang satu tiada nikmat rasanya.
Sebuah cerita kisah sekelompok pemuda yang telah di tempa bernama Obor Java. Mereka di gawangi oleh sang panglima berjuluk Jaka Ireng yang memiliki nama asli Aden Bagus. Dengan patih tertinggi yang bergelar si pisau terbang Sapto Aji Diningrat. Dengan pemimpin dari clan para pemuda bergelar panah petir bernama Rahmad Dayan.
Masing-masing dari mereka membawa sepuluh pasukan perubahan di bawah satu bendera Obor Java. Yang bertugas meneror, mengobrak-abrik dam memporak-porandakan sistim baku yang berpusat pada menara-menara hitam yang dijaga para manusia pembawa setan bernama kelompok dukun atau cenawan.
Aku adalah MR. D dan aku adalah Mas dalang, aku adalah sang penanggung jawab keseluruhan cerita dati pesona seni kehancuran total dari setiap lini kehidupan. Dengan sepucuk pena gaib yang telah ku beri japa mantra dan doa-doa dalam sebuah kertas bernama altar medan perang.
Dan ini adalah sebuah kisah dimana angkara murka berbenturan dan berperang dengan pemikir perubahan sebab ketimpangan yang melanda di seluruh pelosok negeri.
Maka dengarkanlah dan berhati-hatilah dalam menyikapi ceritaku. Sebab tabu bukan berarti nyata dan kenyataan bukan berarti yang sebenarnya. Kisah ini membolak-balikkan fakta, bisa jadi yang nyata berarti tidak nyata atau sebaliknya.
Kisahku terselubung apik dari kisah para pejuang senyap. Beraroma getir, bernuansa pahit dan mengecap getah pilunya kehidupan.
Baiklah mari kita mulai kisah ini, duduklah dan dengarkan dengan baik saat penaku berbicara dan mari kita mulai bercerita. Tentang sebuah negeri yang sudah seharusnya berlabel tamat tapi tak serta merta dan tak benar-benar berakhir, bahwa masih ada harapan di balik keputusasaan.
Tengah malam lewat 15 menit sudah Jaka baru pulang dan baru sampai di teras rumahnya pas berdiri di depan pintu depan rumah berbentuk kupu-kupu atau orang Jawa menyebutnya pintu berbentuk kupu tarung. Entah apa maksudnya kupu tarung yang kalau di buat menjadi arti bahasa Indonesia artinya kupu berkelahi mungkin bentuknya yang seperti kupu-kupu saling berhadapan.“Eh ketok enggak ya, ah terobos sajalah,” gerutu Jaka melewati Pintu dengan gampangnya seakan Jaka selalu dengan mudah menembus pintu tebal yang terbuat dari pohon jati hasil karya Mbah Raji tersebut.“Hehe, sudah masuk dong ke dalam rumah, eh percuma dong istriku mengunci pintu kalau aku gampang masuk. Dan oh tidak orang yang bisa kayak aku juga gampang masuk dong. Haduh Putri jadi ngeri meninggalkan kamu lama-lama sayang, ah kok jadi parno begini ya cus ke kamar,” gerutu Jaka melangkah ke kamar dengan langkah di percepat.Sampai pintu kamar ternyata keadaan pintu tak tertutup se
Krek..., blek...,Suara pintu kamar Vivi terbuka perlahan dari luar oleh Jaka dan Bagus yang hendak mengecek keadaan Vivi dan Wahyu.“Rupanya mereka sudah pulas Mas,” ucap Jaka tersenyum kecil melihat tingkah lucu anaknya yang tengah memeluk erat Vivi sambil terus mengusap perut Vivi sambil terus mengigau Mas Dewa.“Eh sebentar deh Dek Jaka coba dengar igauan anakmu itu,” kata Bagus masih berdiri di depan pintu bersama Jaka.“Sebentar Mas, diam lah dulu aku tidak begitu jelas coba aku dengar sekali lagi,” ujar Jaka mendekatkan daun telinganya agak menjorok ke dalam pintu sambil melonggokkan kepala ke dalam kamar.“Mas Dewa cepat lahir ya,” kembali igauan Wahyu terdengar kali ini agak jelas.“Eh benar kan firasatku Mas,” celetuk Jaka menatap Bagus dan Bagus yang tak tahu menahu akan maksud dari Jaka hanya bengong tak mengerti.“Maksudnya bagaimana ini Dek aku jadi penasa
“Tante, tante Vivi, halo dimanakah dirimu Tanteku yang cantik dan perutnya gendut, hehe. Namanya hamil ya memang gendut ya ah aku ini bagaimana,” teriak Wahyu sambil menggerutu menertawakan diri sendiri terus berlari ke arah kamar Vivi.“Nah ini kamar Tante sama Om ini, gedor ah kerjai Tante biar langsung bangun tidur melulu Si Tante ah aku kan kangen,” gerutu Wahyu mulai usil dengan rencana-rencana nakalnya.“Duor,” sekali tendang pas di tengah dengan kakinya membuat suara sangat kencang namun tetap tak terbuka pintu tetap tertutup rapat terkunci dari dalam.“Loh kok enggak bangun juga ini Tante wah tidur apa pingsan sih ini orang, Tante aku kangen!” teriak Wahyu di depan pintu kamar Vivi.“Pakai apa ya biar bunyinya jadi kayak ada ritmenya gitu pas mukul-mukul ini pintu, hem, ahay ini ada palu ini di atas meja kok pas ya ada palu namanya juga novel campur komedi ia kan haha, eh jangan deh nanti
“Brem, brem, tengteng teng, sit hop stop,” celetuk Wahyu langsung lompat dari atas motor bergegas lari menuju dalam rumah Pak Bupati Bagus yang memang sudah terbuka pintu depannya.“Hey, Wahyu hati-hati Nak jangan lari nanti jatuh,” teriak Jaka namun Wahyu tak menggubris dan terus berlari dengan kaki-kaki kecilnya yang menggemaskan.“Assalamualaikum tante, oh tante,” teriak Wahyu sambil terus berlari melewati Omnya yakni Pak Bupati Bagus beserta petinggi T O H yang lain yang tengah asyik mengobrol di ruang tamu.“Eh Wahyu jangan lari-lari Nak nanti jatuh,” teriak Bagus mengingatkan Wahyu namun Wahyu melewatinya begitu saja karena saking rindunya pada tantenya Vivi.Sebentar kemudian Wahyu kembali ke tempat para peringgi T O H yang sedang duduk-duduk seraya menyalami satu persatu dari mereka. Sampai pada tempat bagus duduk Wahyu menyalami Bagus sambil mencium punggung tangannya seraya bertanya, “Om tant
Kelompok Hendrik Wijaya dari golongan hitam telah pergi beberapa menit yang lalu. Tapi masyarakat kota Jombang yang sudah kadung melihat tontonan yang begitu mengerikan menjadi trauma tik sangat ketakutan akan adanya perang kembali.Sejenak Wahyu mengamati ada yang aneh dari kejauhan tempatnya berdiri. Setelah mengalahkan Hendra Wijaya dengan hanya sekali sentuh. Wahyu tampak gelisah, karena sekejap ia seperti melihat sepasang mata menyeramkan yang tengah mengintainya.Wahyu terus memandang ke arah timur jauh tempatnya berdiri agak bingung mematung. Melihat apa sebenarnya yang ia rasakan benar adanya. Si kecil Wahyu yang masih begitu polos tak mengerti bentuk makhluk apa yang membuat desir dalam dadanya sampai bergetar kencang. Seperti ada sesuatu benturan hawa atau aura antara dia dengan makhluk tak kasat mata lain.Sedangkan para petinggi T O H yang sangat senang dapat membatalkan perang setidaknya damai akan tercipta sampai sepuluh tahun ke depan. Masih teram
“He, apa itu?” kata ibu-ibu yang berkerumun di pinggir trotoar.“He, iya kenapa itu ada orang berhadapan di tengah jalan?” sahut ibu satunya.“Eh, itu bukannya Bupati kita ya Pak Bagus?” timpal bapak-bapak yang ikut nimbrung bersama ibu-ibu.“Loh itu di sampingnya bukannya Mas Haji Lurah Dava dari desa Mbanjar Kerep ya?" teriak ibu-ibu yang lain.“Eh ada apa ini Ya Allah, bahaya apa lagi yang akan terjadi di kota kita ini, kenapa para petinggi T O H berkumpul. Lalu siapa mereka yang berpakaian seperti dukun itu. Jangan-jangan mau hendak perang lagi, haduh mbok yo jangan lagi,” ucap beberapa ibu-ibu saling menyahut pertanyaan dengan kekhawatiran akan adanya perang lagi seperti sepuluh tahun yang lalu.“Hei, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sudah-sudah agak menjauh ya ini sangat berbahaya lebih baik pulang deh,” celetuk Gus Pendik yang tiba-tiba ada duduk santai di trotoar di antara kerumunan w
Sumilir Angin wengi kang tumetesAnnambaih kangen ku sangsoyo gediTitipan Rindu Iki sangsoyo akehAmung biso dedungo angenku nggo koweSlirahmu siji Tresnoku Yo mung sijiTak simpen lan tak jogo tekaning patiPanyuwunku kanggo Riko njogo tresno nisunSayang... Aku tulus Tresno slirahmu... HuuuTresno Ra bakal ilyangKangen sangsoyo mbekasTembang rindu kanggo rikoJanji suci tekaning patiSalam Tresno di jogoSnadyan adoh panggonanmuSumpah tulus kanggo rikoSalam rindu neng slirahmu***Petikan dawai gitar dari jemari Halilintar mengalun menyeberangi pintu ke pintu dan mengetuk kaca pintunya. Merayu-rayu penuh ritme agar beberapa orang yang tengah membuka kaca selaras dengan harapan Halilintar mengulurkan sedikit rezeki untuknya makan hari ini.Gitar klasik warna hitam tua terus setia menemani perjuangan sang musisi jalanan. Setia menemani kala hujan tiba atau panas
Sore ini bunga anggrek di halaman rumah Bagus masih saja segar dari air yang disiramkan oleh bik Amanah sejam yang lalu. Mekarnya sangat sempurna dan harumnya semakin semerbak menempel anggun pada inang induknya batang pohon mangga.Tertata rapi bak kebun bunga istana raja dibalut bekas kupasan kulit kelapa yang sering disebut orang sepet di tali rapi dengan tali sejenis kawat kecil. Bunga anggrek lurus tertanam di depan rumah seindah sang pemilik yang selalu memperhatikannya setiap sore sebelum magrib menjelang ayu sama cantiknya.Namun kali ini sang pemilik tampak bermuka murung, gundah gulana dan terpaut seribu pikiran dengan pengembaraan lamunan di atas awang langit senja yang sudah mulai tampak memerahkan langit.Di atas kursi roda Vivi merenung memandang sang bunga lekat menatapnya berlama-lama. Andai saja aku seperti bunga anggrek itu begitu terlihat sempurna di mata siapa saja yang memandangnya menarik hati, ujar dalam hati Vivi yang semakin hari semakin
Pagi gelisah tergambar pada raut wajah Halilintar. Iya masih terpikir seraut wajah dengan senyum anggun. Seorang ibu muda di dalam sebuah mobil warna merah maru, dimanah sang ibu muda tengah di sopiri seorang yang gagah rupawan. Entah itu sopirnya atau sang suami Halilintar tak mau berpikir jauh ke arah sana.Wajah Si Ibu muda membuatnya semakin gelisah. Otaknya semakin pening terpikir siapakah Si Ibu muda tersebut kenapa iya begitu baik dan yang paling membuatnya bingung seorang bapak-bapak yang juga masih muda yang menyopiri Si Ibu muda tersebut sempat memanggil namanya. Padahal iya sangat yakin tak pernah bertemu walau sekejap.Pagi ini Halilintar semakin resah duduk di atas trotoar lampu merah pas perempatan sebelah utara kebun raja. Matanya memang menatap beberapa kendaraan yang berhenti saat lampu tengah menyala merah namun seluruh badan serasa kaku tak ingin beranjak dari lamunan.Ada apa denganku ujarnya dalam benak, seharusnya aku berdiri memainkan gita
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen