Home / Fantasi / MR. D / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of MR. D: Chapter 1 - Chapter 10

86 Chapters

Prolog

Prolog, Simaklah baik-baik ceritaku bahwa cerita ini adalah penggambaran sebuah peperangan antara si batil dan si baik. Bahwa kisah ini adalah penggambaran pertempuran antara angkara murka dan kebaikan.Sebuah kisah penempaan sekelompok pemuda untuk di jadikan yang paling unggul dan berpengetahuan gaib setrata tinggi. Mereka yang kelak akan menjadi kelompok pendobrak ketimpangan umum demi menyelaraskan yang sudah tidak seimbang.Mereka di sebut kelompok Obor Java. Bagaikan magnet dimana ada mereka pasti di situ jua ada angkara murka. Sistematik dan skema otomatis dari alam terjadi bergesekan antara kenyataan dan kaum khayalan. Merekalah yang bertugas menata hal demikian menjadi utuh semula agar tiada ketimpangan sehingga terjadi keseimbangan.Ini kisah tentang mereka para pemuda yang berjuang tidak terlihat dan melawan yang tak terlihat. Dalam masyarakat umum mereka adalah pemenang, dielu-elukan bak pahlawan tapi tiada tahu siapa mereka sebab
Read more

Masa Goro-goro

Saat dunia menantikan kedatangan sang pengadil, di kala itu pergolakan alam semesta terus terjadi. Di setiap sisi dan di setiap lini muka bumi tiada lain adalah perpanjangan tangan dari kata huru-hara.Saat dunia merindukan kebebasan bertindak, alam semakin suram menampakkan wujud remang dan mendung selalu menyelimuti. Saat itu bencana demi bencana seakan membabi buta.Masyarakat di ombang-ambing harapan yang tak jelas. Rakyat di dera kelaparan menahun tiada berkesudahan dan pergolakan ketidakadilan bersatu padu merongrong sifat baik di setiap penjuru pelosok negeri. Bahkan musim tak tentu berganti, bahkan cuaca sebentar berubah-ubah. Seakan alam mengamini apa pun yang terjadi adalah benar. Bukan rekayasa manusia atau genetika ilmu sains semata.Hingga setiap pelosok dunia dicekam ketakutan akan adanya bahaya perang terakhir dunia lalu berkesudahan akhir riwayat bumi. Membunuh di masa ini sudah biasa, bahkan saking terbiasanya anak berusia tujuh sam
Read more

Longsor di desa Ujung Batu

“Bargowo setelah kota kita kuasai dan kau serta anak buahmu telah menancapkan bendera pertama dengan membuat kehancuran di desa awal pintu masuk gunung Anjasmara yakni desa Kembang Sri. Malam ini kau dan anak buahmu harus bergerak cepat hancurkan desa paling atas bernama desa Ujung Batu itu. Hal ini saya maksudkan agar seluruh penduduk di desa-desa sekitar gunung Anjasmara tahu kengerian goro-goro yang kita ciptakan. Kalau desa awal dam desa akhir kita musnahkan, tentu desa-desa yang berada di tengah-tengahnya akan gampang kita hancurkan,” kata sebuah bayangan tanpa rupa dan tak berwujud hanya sebuah bayangan bercula dua.“Sendiko dawuh (Sendiko dawuh adalah bahasa Jawa yang dalam arti bahasa Indonesia adalah mengiyakan dengan sangat hormat dan tunduk setunduk-tunduknya) raja ku, raja para setan yang sangat sakti tiada tandingan. Saya bersama rekan-rekan malam ini akan berangkat melaksanakan perintah tuan,” ucap Ki Bargowo pimpinan para dukun dengan po
Read more

Raja dan Arum

“Kita harus cepat Dek terus berlari, aku mendengar kabar bahwa desa-desa di sekitar gunung Anjasmara mulai dihancurkan,” teriak Raja pada Arum yang terus berlari di depan Raja sambil terus melontarkan panah api dari busur api yang Arum pegang ke arah puluhan anjing setan yang terus mengejar dan menyerang mereka.Sedangkan Raja terus menghantam dan memukul serta menendang para anjing setan yang melompat hendak menerkam ke arahnya. Mereka berdua menghindar jauh dan mundur terlalu jauh dari medan peperangan kota Jombang. Sebab kota itu sudah dikuasai oleh para manusia pembawa setan dengan makhluk-makhluk ganas yang disebut kodam dari jenis setan berbagai macam bentuk dan rupa. Raja dan Arum bukan satu-satunya pasangan pejuang yang terus melawan demi merebut kembali kota mereka Jombang tercinta. Ada beberapa lagi seperti mereka yang tersebar di seluruh kota yang terus berjuang. Namun kali ini mereka harus mundur dan mau tak mau mereka melepas
Read more

D dan Garuda

“Hai D, lama tak berjumpa,” suara berintonasi besar dan berat menggaung dari langit.Bersamaan itu mendung yang menggelayut kelam seusai badai dan masih tersisa petangnya perlahan terbelah. Ada cahaya terang menyeruak dari belahan awan, ada cahaya memancar bagai petir lurus menghunjam ke bawah jatuh di atas bukit Tunggorono.Ada sayap berbulu emas besar menyeruak dari balik awan. Dengan panjang tiada dapat di ukur dan lebar sudah tak dapat di jangkau. Sosok dari atas langit dengan kaki-kakinya yang kekar berkuku tajam turun perlahan.Lalu berdiri pas di belakang pak tua bertopi caping mirip pak tani yang sedari tadi hanya berdiri terus mengawasi kehancuran kota Jombang di bawah tebing curam bukit Tunggorono.“Kau Garuda memang benar sudah terlalu lama kita tiada berjumpa kembali,” Pak tua bertopi caping hanya mematung terus menatap lekat kotanya yang tinggal sisa puing-puing. “Apa yang kau lihat D, kotamu sudah h
Read more

MR. D

Seorang tua bertopi caping mirip topi pak tani berjalan membawa tongkat dari kayu cendana. Bibir keriputnya terus bersuara berulang-ulang dengan lafaz Allahuma Shalli Ala Muhammad. Wajahnya tertunduk ke bawah tak mau menatap apa saja yang ada di depannya. Berjubah serba hitam memegang tasbih ditangan kanan yang terus diputar perbutir. “Allahuma Shalli Ala Muhammad,” terus berulang keluar dari lisan dan bibir si pak tua bertopi caping. Sedangkan hari semakin gelap saja di sekitar sungai Konto. Namun seakan tiada peduli apa saja yang mewujud dari gelapnya malam tepian sungai iya terus menyusuri sungai Konto. Sejenak langkahnya terhenti saat bayangan rembulan pas di tengah sungai pertanda petang telah sempurna di tengah-tengah malam. Ada sebuah wujud menghentikan langkahnya, menghadangnya dari depan dan tiba-tiba ada menghalangi jalan si pak tua bertopi caping mirip topi pak tani.Sebuah wujud yang lebih tua dari dirinya. Wujud
Read more

Nyai Sekar Arum

 “Assalamualaikum Nyi Sekar Arum,” MR. D berjalan perlahan menuju sebuah rumah berdinding papan di atas bukit Tunggorono Sebuah rumah sederhana yang iya buat ala kadarnya bersama sang istri tercinta Nyi Sekar. Sebuah gubuk tua berdinding dari papan separuh anyaman bambu. Beratap dari dedaunan rumbia dan beberapa daun lain yang diambil dari hutan sekitar bukit Tunggorono. Sebuah gubuk tanpa listrik dan hanya lampu templek mirip jaman dahulu kala menempel di ruang tamu. Bahkan lampu tersebut dibuat sendiri oleh Nyi Sekar.MR. D dahulu pernah tinggal di sebuah desa pinggiran kota Jombang. Sebuah desa bernama Mojokembang, desa besar sebagai pusat peradaban para pejuang atau pendekar kebatinan dari organisasi lama dan anak keturunan. Namun sebab peristiwa besar memilukan dua puluh sampai tiga puluh tahun yang lalu membuat iya dan sang istri harus terusir dari tempat asal desa mereka. Mereka memilih tinggal jauh dari kota yang kali ini tengah m
Read more

Mundur Bukan Berarti Kalah

“Assalamualaikum, halo disini Gilang ketua divisi dua kelompok anak keturunan. Kita sudah habis, tetapi bukannya tanpa harapan. Sekali lagi disini Gilang putra Elang ketua divisi dua kelompok anak keturunan. Terus berjuang kawan sambil terus bergerak mundur ke pinggiran kota. Bukan untuk menyerah dan membiarkan mereka para setan terus membabi buta memusnahkan kita. Tetapi untuk mengatur ulang strategi sesuai yang diperintahkan Raja sang panglima seluruh divisi. Sekali lagi disini Gilang putra Elang ketua divisi dua wakil dari Raja ketua divisi pertama. Bagi semua divisi yang mendengarkanku terus melawan namun perlahan kita mundur kita berkumpul di titik koordinat yang telah di tentukan,” ucap Gilang pada sebuah alat komunikasi yang para kelompok anak keturunan rancang sendiri. Serupa HT namun agak lebih canggih di lengkapi sensor pelacak keberadaan setan.  Aaa...!  Sebuah teriakan terdengar dari sisi utara dari kelompok gilang yang tengah berjuang melawan t
Read more

Puncak Penanggungan

“Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh,” ucap lirih MR. D dari dua kalimat salam setelah menunaikan fardu subuh. Kali ini tiada MR. D tiada memakai jas kebesaran atau baju yang biasa iya kenakan saat berkelana menyusuri sudut-sudut kota Jombang hingga ke pelosok pinggiran. MR. D tengah khusyuk di atas sajadah lusuh warna merah bata pemberian sang ayah dahulu kala. Memakai sarung hitam kotak-kotak dipadu-padankan dengan baju kokoh warna putih serta peci hitam tersemat di atas kepala menutupi rambutnya. MR. D terus memutar tasbih butir demi butir dalam genggaman jemari tangan kanan. “Allahuma Shalli Ala Muhammad,” lafaz Shalawat Rasullah terus bergetar lirih walau perlahan tapi pasti mengudara dari bibirnya. Matanya memang terpejam, tetapi hati dab batin bersahutan menghimpun udara-udara murni dari alam. Sesekali nafas iya hirup perlahan di sela-sela zikir lalu meng
Read more

Serangan Balik Kemenangan Kali Kembar

“Ah kurang ajar, kenapa setan tengkorak ini tidak bisa dihancurkan? Seakan mereka bisa hidup kembali walau tulang belulang mereka berserakan di tanah,” teriak Michael Ucup begitu marah tak terkendali. Wajahnya teramat kalut memerah seakan tenggelam dalam api amarah kelam. Semua ini sebenarnya luapan emosi Ucup akan kepedihan sebuah perpisahan dari sang kekasih yang mati di tangan setan api.Tangan Ucup terus mengeluarkan api dari dalam tubuhnya. Sebuah api kemarahan yang terbentuk dari gesekan partikel magnetik dalam tubuh yang melampaui batas. Bergesekan dengan aura negatif yang di sebar oleh otak kala manusia tengah marah secara lampaui batas kemarahan. Tetapi sejatinya tenaga dalam bola api yang dilontarkan dari efek jurus kemarahan seperti demikian tiada begitu kuat. Karena terlampau banyak muatan aura negatif yang disalurkan oleh otak. Sehingga api cenderung tak berbentuk dan hanya sedapatnya menyambar lawan. “Ucup
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status