Hidup bertiga dalam satu atap setelah Danu —suaminya, memutuskan untuk menikahi sang mantan kekasih sebab pernikahan mereka yang tak kunjung diberi keturunan, hidup seorang wanita bernama Mita hanya berisi kepahitan dan kepiluan. Hatinya selalu tersakiti setiap melihat kemesraan yang kerap kali ditunjukkan Danu dan istri keduanya itu, di hadapannya. Hingga kehadiran sosok seorang duda dengan anak satu bernama Amar, tiba-tiba membuat hati Mita kembali bahagia dan sejenak mampu melupakan rasa sakit hatinya terhadap tingkah mesra pasangan Danu dan Selena. Lantas, bagaimana kehidupan rumah tangga Mita selanjutnya setelah sang madu akhirnya hamil anak dari suaminya? Bagaimana juga hubungan Mita dengan Amar yang sepertinya mulai ada percikan cinta yang hadir di hati tanpa mereka sadari? ***
Lihat lebih banyakNisa mematut wajahnya di depan cermin. Sudah lebih dari lima kali ia bolak balik di depan kaca besar yang memantulkan dirinya di sana. Beberapa kali juga ia berganti pakaian hanya demi terlihat sempurna saat makan malam nanti. Lebih tepatnya di depan keluarganya Danu. Danu benar kalau ibunya sudah dihubungi oleh orang tua Nisa mengenai undangan makan malam yang sepertinya memiliki arti. Sebab itulah Nisa melakukan persiapan yang sangat luar biasa agar penampilannya nanti tidak mengecewakan. Ah, mungkin bukan tidak mengecewakan bagi orang tua Danu atau Danu, tapi baginya sendiri yang tidak mau terlihat jelek di depan calon suaminya itu. Berbicara tentang calon suami, itu semua tak lepas karena perkataan Danu tadi siang saat keduanya berbicara di kantor. Danu yang tiba-tiba beranjak bangun setelah menanyakan satu hal sensitif, membuat Nisa sadar jika ada sesuatu pada diri Danu dahulu yang masih melekat padanya sekarang. Danu berdiri, lalu duduk di pegangan kursi setelah mendorong lem
Pekerjaan yang banyak tidak membuat Danu melupakan pesan-pesan yang Selena kirimkan semalam. Setelah hampir setengah tahun ia mengubur kisah masa lalunya, sosok itu kembali hadir di saat Danu sudah mulai membuka lembaran baru di dalam kehidupannya. Sepanjang malam Selena mencoba menghubungi, tapi tidak ada satu pun yang ia pedulikan sampai akhirnya Danu mematikan ponsel hingga ia bangun pagi. 'Dua puluh panggilan! Apa dia sengaja mau menerorku?' batin Danu yang kembali teringat dengan panggilan tak terjawab dari mantan istrinya itu. 'Aku salah, tapi kamu juga salah, Danu!''Seharusnya kamu tidak menceraikan aku.''Anak ini mungkin saja anakmu!''Apakah sekarang kamu sudah mulai berkelana dengan perempuan baru? Tidak akan aku biarkan!'Danu benar-benar kehilangan konsentrasinya karena ulah Selena tersebut. Tak mau sakit kepalanya berkelanjutan, Danu akhirnya memilih untuk memblokir nomor Selena tersebut. Ia ubah pengaturan supaya tidak ada panggilan dari nomor yang tidak dikenal. K
Danu sampai di rumahnya sebelum makan malam. Ibunya sudah stand by di dapur menemani pelayan yang sedang menyiapkan makanan. "Malam, Bu!" sapa Danu menyempatkan masuk ke dapur. "Eh, Nu. Malam. Baru pulang?" jawab sang ibu seraya mengulurkan tangan saat Danu menariknya. "Iya, Bu. Banyak banget kerjaan." Danu berkata seraya menghempaskan tubuhnya ke kursi di ruang makan. Danu melepas ikatan dasinya, lalu menggulung lengan kemejanya. "Ini apa, Bu?" tanya Danu saat matanya melihat bungkusan di atas meja. Sang ibu menoleh, lalu tersenyum. "Itu oleh-oleh dari Mita.""Oleh-oleh? Mereka memang udah pulang?" tanya Danu seraya membuka bungkusan tersebut, lalu mengambil sebungkus kecil kacang pistachio kesukaannya. "Udah kemarin. Tadi Ibu dan ayah mampir ke sana.""Ibu ke sana?" Danu menoleh sambil mengunyah kacang yang ia pegang. "Iya," kata ibunya Danu yang sudah menata makanan di meja makan. "Ayah yang ajakin. Bapaknya Mita kasih kabar pas ayah kirim pesan. Terus ayah langsung deh aj
Nisa tengah menunggu seseorang di sebuah kafe. Pulang dari bekerja, ia sengaja menghubungi seseorang untuk berkonsultasi tentang masalahnya sekarang. Seorang perempuan datang, lalu menyalami Nisa —bahkan mencium pipi kanan dan kiri. "Maaf, ya, Mba Mita. Baru pulang umroh langsung aku ajak ketemuan.""Enggak apa-apa, Nisa. Santai saja."Seseorang yang Nisa ajak ketemuan ternyata Mita, mantan istri Danu. "Tapi, Mba 'kan butuh istirahat," sahutnya tak enak hati. "Iya, sih. Ya sudah, kalau gitu aku pulang lagi, ya?" Mita tampak meledek Nisa. "Ya-ya udah. Kalau Mba Mita mau pulang, enggak apa-apa kok!"Mita menghela napas panjang. "Kamu ini gimana sih! Tadi ngajak ketemuan, tapi sekarang malah ngusir," ucapnya seraya duduk tanpa diminta. "Eh, itu. Habis enggak enak, Mba." Nisa ikut duduk berhadapan dengan Mita. "Udah, enggak usah dipikirin. Aku belain datang, karena berpikir kalau ada hal penting yang mau kamu tanyain." Mita tersenyum menatap Nisa. "Tapi, harus penting, ya? Jangan
Pekerjaan membuat Danu melupakan momen pertemuan Nisa dan Amar kemarin. Terlebih Nisa yang menjabat sebagai sekretaris-nya juga terlihat acuh dan bersikap biasa. Nisa mampu menguasai pekerjaannya dengan sangat baik dan cepat. Belum ada dua pekan pekerjaan yang ia kerjakan selalu berakhir sempurna. Hal itulah yang membuat Danu puas. Kekhawatiran akan sekretaris baru, seketika terlupakan dengan kinerja Nisa yang mumpuni. Siang saat seharusnya istirahat, Danu memilih untuk memesan makanan. Masih ada laporan yang belum ia selesaikan, membuatnya terpaksa makan di dalam ruangan. "Pesankan saja saya makanan dan minuman!"Nisa yang berdiri di depan Danu sekarang mengangguk paham. Kegiatan rutin yang ia lakukan di setiap jam istirahat, adalah menanyakan kebutuhan makan siang untuk Danu, manajernya. "Baik, Pak. Bapak mau pesan makanan dan minuman apa?"Danu berpikir sejenak. Beberapa detik ia berpikir, lalu menjawab."Sop buntut aja, sama nasi putihnya jangan lupa. Minumannya es jeruk saja.
Danu akhirnya kembali bertemu dengan orang tua yang pernah ia buat kecewa. Perasaan yang sejak tadi tak tenang karena khawatir akan membuat suasana tak nyaman, berubah seratus delapan puluh derajat kala orang tua itu tersenyum dan memeluknya. "Apa kabar, Nu?" tanya seorang wanita yang tak lain adalah ibunya Mita. Seketika Danu menangis dan memeluk wanita paruh baya itu lagi dengan perasaan yang tak bisa digambarkan. Terlebih saat lelaki tua di sebelahnya menepuk punggungnya lembut. "Aku belum sempat meminta maaf kepada Ibu dan Bapak secara langsung. Hukumlah aku, Bu, Pak, karena tidak punya nyali untuk menghampiri kalian dan meminta maaf atas kesalahanku kepada Mita.""Sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Tuhan sudah memberikan teguran atas kesalahanmu itu. Sekarang Mita sudah hidup baik dengan Amar. Ibu dan Bapak do'akan semoga kamu juga segera bisa melewati dan melupakan semua masalah yang ada." Ibu Mita menatap Danu dan tersenyum, membuat mantan menantunya itu kembali memeluk pe
"Seharusnya kamu jangan bicara begitu sama ibumu." Danu mencoba menegur Nisa saat mereka sedang menikmati sarapan pagi di salah satu restoran yang tak jauh dari rumah gadis itu. Danu sengaja mengajak gadis itu mampir sebentar, sebab perutnya yang tiba-tiba keroncongan. Ia tak mau pada saat rapat nanti tidak fokus karena lapar. Beruntung Nisa mau. Karena kalau tidak, mungkin Danu akan membiarkan gadis itu turun dan melanjutkan perjalanan ke kantor dengan naik taksi. Mendapat teguran dari Danu, Nisa merasa jika lelaki di depannya tengah menunjukkan rasa perhatiannya sebagai seorang kekasih. "Memang apa yang salah sama ucapanku, Mas?" Sepertinya Nisa tidak lupa dengan panggilan 'mas' yang ayahnya sarankan. Gadis itu selalu memanggil Danu demikian ketika sedang berduaan. Mulai memahami sifat Nisa yang iseng, membuat Danu terbiasa. Sehingga ia tak lagi kaget saat panggilan yang terkesan akrab itu diucapkan. "Bagaimana pun kita tidak setuju atau tidak suka dengan apa yang orang tua ki
Sepanjang malam Danu tidak bisa tidur setelah kembali dari mengantar Nisa pulang. Obrolan dengan gadis itu masih terngiang di benaknya. "Aku memang sudah lost contact dengan Mas Amar sejak dia menikah."'Dia bilang cuma mengidolakannya, tapi kenapa ia memutuskan untuk tidak pernah menghubunginya lagi?' batin Danu bertanya. 'Mungkinkah kalau sebenarnya Nisa mencintai Mas Amar?' tanya Danu dalam hati. Hatinya tiba-tiba gelisah memikirkan ucapan gadis itu. Memikirkan apa yang Nisa katakan, Danu jadi teringat dengan pertanyaannya mengenai apakah Nisa mengenal Amar atau tidak. Saat itu Nisa tidak langsung mengakui. Meski Danu memberinya clue, tetap saja Nisa tidak ingat. Baru setelah disodorkan sebuah poto —itupun setelah beberapa detik mengamati, Nisa bisa mengenali. "Apakah selama ini ia memang telah melupakan sosok Mas Amar?" tanya Danu sembari menatap layar ponselnya. Di fitur galeri ada potonya dengan Nisa saat berpose dengan pengantin. "Aku bahkan lupa menanyakan tentang lelaki
Suasana pesta pernikahan kawan Nisa berlangsung cukup mewah. Beberapa orang yang yang hadir bukanlah orang sembarangan karena pemilik hajat adalah salah satu orang penting di negeri ini. "Apa ayah kamu enggak diundang?" tanya Danu setelah tahu siapa keluarga dari kedua mempelai. "Ayah sebetulnya diundang, tapi beliau ada keperluan. Jadi, ya ... aku sekalian mewakilkan.""Ada keperluan, tapi tadi masih kelihatan santai saja di rumah." Danu berkata heran. Namun, Nisa malah tertawa melihat kebingungan Danu. "Kan berangkatnya malam. Habis maghrib baru berangkat. Lagian ayah memang bukan orang yang ribet.""Oh. Sendiri atau sama ibu kamu?""Sama ibu."Danu mengangguk, paham. "Berarti ibumu juga orang yang santai, ya?""Ya, gitu deh." Nisa sepertinya mengerti kemana arah pembicaraan Danu. "Kamu enggak seneng, ya, Mas?" Tiba-tiba saja Nisa memanggil Danu dengan panggilan yang ayahnya sarankan. Seketika Danu tersedak minuman yang tengah ditenggaknya. Hal itu membuat Nisa tertawa terbahak
"Lusa aku akan menikahi Selena!" Bak suara petir di siang bolong, kalimat yang Danu ucapkan membuat sang istri —Mita, terkejut setengah mati. "A-apa, Mas? Apa yang kamu katakan barusan?""Kamu mendengarnya, Mita. Tak perlu aku mengulanginya lagi bukan?" sinis Danu menatap wanita yang sudah ia nikahi selama hampir tiga tahun lamanya itu. "Tapi kenapa, Mas? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?""Mita, sejak setahun yang lalu kamu sudah tahu alasannya bukan. Kamu itu tidak bisa memberiku keturunan. Selain itu, Selena adalah kekasihku yang akhirnya aku putuskan karena aku harus menikah dengan kamu, yaitu wanita yang orang tuaku jodohkan karena hutang balas budi."Tak sanggup lagi Mita menahan air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuk matanya. Danu, yang baru saja pulang dari kantor tiba-tiba mengatakan hal yang —sebenarnya— sering kali ia katakan belakangan ini. Menikahi Selena sudah lama Danu dengungkan di setiap kebersamaannya dengan sang istri bila sedang berada di rumah. Mi...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen