Share

Kecelakaan

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2024-10-13 11:36:43

Ruangan agak sempit yang tertutup rapat, menjadi pemandangan Mita pertama kali ketika membuka mata. Sebuah bilik berukuran satu setengah kali dua setengah meter dengan gorden berwarna biru muda tampak menutupi bilik. Bau karbol bercampur aroma desinfektan, mendominasi penciumannya saat ini. Ketika ia mencoba untuk bergerak mengangkat kepala, rasa sakit mendera dan menimbulkan efek sengatan listrik di keningnya.

"Aw!" pekik Mita, yang urung bergerak bangun.

Sedetik kemudian sosok laki-laki tampan dengan pakaian jas melekat di badannya yang sempurna, muncul dari balik bilik ruangan.

"Anda sudah siuman?" tanya lelaki itu dengan wajah nyata khawatir.

"Anda siapa? Dan kenapa saya ada di sini?" tanya Mita sembari menatap wajah tampan itu sedikit canggung.

Berada di dalam sebuah bilik kecil —yang Mita yakini adalah sebuah rumah sakit, bersama seorang lelaki yang tidak ia kenal, pastinya membuat wanita itu bersikap serbasalah.

Laki-laki itu pun melangkah maju dan mendekati Mita. Ekspresi khawatir masih tampak di wajahnya, seolah ada beban yang menghinggapi raga dan pikirannya.

"Perkenalkan, saya Amar. Dan saya adalah orang yang membawa Anda kemari ketika kecelakaan menimpa Anda."

"Kecelakaan?"

"Iya." Pria itu mengangguk lemah. "Anda pingsan sesaat menabrak pembatas jalan, lalu segera saya bawa kemari."

Mita berusaha mengingat atas apa yang terjadi dengannya beberapa waktu ke belakang.

Berawal dari mobil yang ia kendarai keluar rumah, yang akan membawanya ke butik untuk bertemu Ranti —sahabat sekaligus manajer butik. Ia yang akan pergi jalan-jalan bersama sahabatnya itu, tiba-tiba harus mengalami kecelakaan ketika bayangan sosok anak kecil berlari menyeberangi jalan di depannya.

"Ah! Saya ingat. Ada anak kecil hendak menyeberang jalan tadi," sahut Mita sembari memegang dahinya.

Namun, belum sepenuhnya mengetahui perihal kondisi di jalan paska kecelakaan terjadi, Mita dibuat terkejut ketika laki-laki di depannya itu melakukan sesuatu.

"Sebelumnya maafkan saya karena Anda harus mengalami kecelakaan tersebut." Laki-laki tampan itu sedikit membungkukkan tubuhnya meminta maaf kepada Mita.

Mita terhenyak. Mengapa laki-laki itu harus meminta maaf kepadanya? Memang dia salah apa?

"Maaf untuk apa, Tuan?"

"Panggil saya Amar saja, Bu Mita."

"Kalau begitu panggil juga saya Mita saja!" potong Mita cepat.

Laki-laki itu pun tersenyum. Mita melihat itu, sebuah senyum yang sangat manis dan begitu hangat.

"Mbak Mita, anak kecil yang tadi membuat konsentrasi Anda terganggu dan mengakibatkan kecelakaan, adalah putri saya. Maaf karena saya yang tidak bisa mengawasi anak saya dengan benar sehingga Anda harus terbaring di bilik rumah sakit ini. Sekali lagi, maafkan saya!" Kembali lelaki bernama Amar itu menunduk.

Rupanya beban yang menghinggapi pikiran Amar adalah karena putrinya? Begitu pikiran Mita pada akhirnya.

"Di mana putri Anda sekarang? Apakah ia baik-baik saja?" tanya Mita yang malah menanyakan keberadaan sosok anak kecil yang mengakibatkan dirinya terbaring lemah.

"Eh, putri saya ada di kantin rumah sakit bersama dengan adik saya. Dia baik-baik saja." Amar menjawab bingung.

"Maaf, kalau boleh tahu apakah ada luka atau rasa sakit yang Anda rasakan sekarang, maksudnya apakah ada efek dari kecelakaan yang menimpa Anda tadi?"

Mita berpikir sejenak. Lalu berusaha merasakan apakah tubuhnya bereaksi atas kecelakaan tadi.

Di depannya, Amar terus mengamati dalam diam. Bisa dipastikan lelaki itu pasti tengah menunggu jawaban atas kondisi yang saat ini ia alami.

Belum sempat menjawab pertanyaan yang Amar ajukan, seorang dokter wanita bersama perawat muncul ke bilik ruangan.

"Selamat siang, Ibu Mita. Anda sudah siuman rupanya?" sapa sang dokter ramah, yang kemudian memasang stetoskop ke telinganya.

"Iya, Dok."

Dokter wanita itu pun berjalan ke sisi yang berbeda di mana Amar berdiri. Lalu, mencoba memeriksa kondisi Mita yang masih dalam keadaan terbaring.

"Apa yang Anda rasakan saat ini, Bu Mita? Apa ada keluhan mengenai kondisi anggota tubuh Anda yang mungkin saja terkena benturan akibat kecelakaan?"

Mita menggeleng, "Tidak ada, Dok. Saya rasa saya baik-baik saja. Hanya rasa pusing di kepala saya yang masih saya rasakan ketika bangun dari pingsan tadi," jawab Mita sembari memegang kepalanya.

"Begitu. Apakah ada yang lain?"

Mita menggeleng, "Enggak ada, Dok!"

"Baiklah, kalau begitu kita lebih baik melakukan rontgen di kepala Anda. Jika ada hal yang sekiranya tidak baik, sepertinya Anda harus dirawat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi, seandainya rasa pusing yang Anda alami bukan karena sesuatu di kepala, maka Anda sudah diperbolehkan untuk pulang dan istirahat di rumah.

"Baik, Dok. Terima kasih!"

"Sama-sama," jawab sang dokter, kemudian memandang perawat di sebelahnya.

"Suster bisa tolong siapkan semuanya, agar Bu Mita bisa melakukan tindakan rontgen secepatnya!"

"Baik, Dok."

Suster itu pun mengangguk, mengerti. Kemudian ikut pergi ketika dokter hendak meninggalkan bilik.

"Anda keluarganya?" tanya sang dokter pada Amar sebelum melangkah keluar.

"Bukan, Dokter. Saya yang membawa Bu Mita dari tempat kejadian tadi."

"Oh begitu."

"Suster, apakah keluarga Bu Mita sudah ada yang datang atau ada yang bisa dihubungi?" tanya dokter lagi menatap suster.

Mita yang dari tadi hanya mendengar dan mengamati, langsung menginterupsi drama di depannya saat ini.

"Maaf, Dok. Saya rasa enggak ada yang harus dihubungi."

"Kenapa?" tanya dokter heran.

"I-itu karena ... karena keluarga saya semua ada di luar kota. Saya hanya sendirian di sini."

Tak ingin ada yang tahu mengenai kondisi dirinya saat ini yang terbaring lemah di rumah sakit, Mita berusaha agar pihak rumah sakit tidak menghubungi siapa pun, termasuk kedua orang tuanya apalagi Danu —suaminya.

"Begitu? Tapi bagaimana dengan pihak penanggung jawab? Maksud saya, kami membutuhkan tanda tangan untuk melakukan tindakan medis apapun."

"Saya yang —!" Jawaban Mita menggantung.

"Biar saya yang bertanggung jawab, Dok!" seru Amar menjawab cepat.

Mita sontak menengok laki-laki yang bertindak gentle dengan sikap dan perkataanya.

"Saya yang akan mengurus semuanya," lanjut Amar menambahkan.

Dokter melirik ke arah Mita, kemudian balik menatap Amar dan mengangguk.

"Baik. Kalau begitu Anda bisa ikut bersama kami untuk melakukan pendaftaran dan segala macamnya," ujar dokter wanita itu tersenyum.

"Baik, Dok!" jawab Amar.

Kali ini dokter dan perawat benar-benar pergi meninggalkan bilik. Amar yang juga akan menyusul dua perempuan itu, menatap sejenak ke arah Mita.

"Anda tidak perlu melakukan itu. Saya bisa bertanggung jawab untuk diri saya sendiri." Mita berkata canggung. Meski Amar bertanggung jawab atas perbuatan putrinya, tetap saja Mita merasa tak enak hati.

"Ini sudah menjadi tanggung jawab saya." Tak peduli dengan kalimat penolakan yang Mita katakan, Amar bicara penuh yakin terhadap wanita itu.

"T-tapi —?"

"Saya tinggal sebentar, Mbak Mita. Nanti saya akan kembali kalau pendaftarannya sudah selesai." Amar pun pamit dan meninggalkan Mita.

Ketika gorden akan lelaki itu buka, sosok Ranti muncul dari luar dengan wajah cemas dan panik.

"Mit! Mita!" seru wanita itu, tetapi segera terdiam ketika bersitatap dengan Amar yang hendak keluar dari bilik.

"Eh, Anda siapa, yah?"

Amar pun mengulurkan tangan dan tersenyum. "Saya Amar. Seseorang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa Mbak Mita. Anda pasti Mbak Ranti bukan, yang tadi saya hubungi?"

"E-eh, iya. Oh, jadi yang tadi menghubungi saya itu, Anda?"

"Iya, benar."

"Oh!" Ranti diam sejenak seolah terkejut akan pesona yang Amar miliki.

"Maaf, saya harus pergi ke bagian pendaftaran. Saya akan kembali dan berbincang dengan Anda kalau sudah selesai nanti." Amar pamit undur diri. Lelaki itu melangkah cepat meninggalkan dua wanita yang masih saling terdiam.

***

Related chapters

  • Bahagia Setelah Dimadu   Namanya Nina

    "Terima kasih!" Amar baru selesai mendaftarkan nama Mita ke bagian informasi dan pendaftaran untuk selanjutnya mengikuti pemeriksaan yang dokter sudah sarankan. Lelaki itu, sebelum kembali menuju bilik ruangan Mita, menyempatkan diri untuk menemui putrinya yang tengah bersama sang adik di kantin rumah sakit. Gadis kecil berusia lima tahun yang beberapa waktu lalu telah membuatnya panik dan khawatir, tampak duduk terdiam sembari menikmati makanan di depannya yang sepertinya tidak membuatnya tertarik. "Kenapa tidak dihabiskan?"Amar sudah berdiri di belakang sang putri ketika kemudian sikap terkejut bocah itu perlihatkan. "Ayah!" Bocah dengan rambut dikuncir kuda itu seketika beranjak, lalu memeluk Amar. "Ayah udah selesai? Apa Nina sudah boleh ketemu sama tante tadi?"Di tengah nada suara bocah perempuan itu yang terdengar sedikit bergetar, Amar sigap berjongkok demi menyejajarkan tinggi badannya dengan sang putri. "Nina sudah siap ketemu tante tadi? Enggak takut?"Bocah bernama

    Last Updated : 2024-11-15
  • Bahagia Setelah Dimadu   Kontrol Emosi

    Tidak sampai berjam-jam, Nina harus pamit dan pergi dari rumah sakit. Tempat yang memang tidak diperuntukan bagi anak kecil seusianya untuk berada di tempat tersebut, membuat bocah tersebut terpaksa menuruti perintah sang ayah. "Nina pamit dulu, Tante."Mita menatap tersenyum bocah perempuan itu. Keinginannya yang sudah lama ingin memiliki buah hati dengan pernikahannya bersama Danu, membuatnya secara cepat langsung jatuh hati pada sosok Nina. Baik dari sikap dan sifatnya yang menurut wanita itu baik dan menyenangkan. "Terima kasih, Nina, karena sudah menjenguk Tante. Pesan Tante, selalu ingat apa kata ayah, yah. Jangan marah-marah lagi supaya enggak bikin orang lain celaka."Mita bisa melihat Nina mengangguk di sisi ayahnya berdiri. Tampak ceria, lain dari sikap bocah itu datang pertama kali ke biliknya. "Iya, Tante. Nina akan denger apa kata ayah. Tapi Tante, boleh enggak kalau Nina jenguk Tante lagi nanti?" Bocah itu menatap Mita penuh harap, membuat Amar sedikit canggung mendap

    Last Updated : 2024-11-15
  • Bahagia Setelah Dimadu   Bentuk Tanggung Jawab

    Ranti memang sangat menyayangi Mita, terlebih saat ini sahabatnya itu sedang bersedih sebab rencana pernikahan yang akan suaminya langsungkan. Tapi, memarahi laki-laki lain sebab pelampiasan kekesalannya, bukanlah sebuah ide yang baik dan dibenarkan. "Iya, sorry, Ran."Berkali-kali Mita meminta maaf pada Ranti. "Bukan ke aku, yah, Mit, tapi ke Mas Amar.""Iya, iya. Nanti aku minta maaf sama dia kalau datang."Mita sungguh merasa bodoh sekarang. Bisa-bisanya ia marah pada laki-laki yang tulus dan ikhlas ingin membantu dan bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpanya. "Maaf sudah membuat kalian menunggu. Puji syukur, dokter tidak memaksa Mbak Mita untuk dirawat di sini. Tapi, dokter meminta Anda untuk rutin kontrol walau tidak ada keluhan apapun."Amar tiba-tiba muncul di saat Mita dan Ranti saling terdiam sebab suasana yang tidak mengenakan setelah protes yang Mita lakukan sebelumnya. "Eh, Mas Amar," ucap Mita ragu. Tapi, di sebelahnya Ranti kembali mencoleknya supaya bicara.

    Last Updated : 2024-11-16
  • Bahagia Setelah Dimadu   Sekelebat Hadir

    Amar Hadinata, ia adalah seorang pengusaha yang memiliki warisan perusahaan dari keluarganya. Lelaki berusia tiga puluh tahun itu, sebenarnya tidak memiliki keinginan untuk menjadi seorang eksekutif muda seperti yang sekarang ia jalani. Cita-citanya dahulu menjadi seorang Chef internasional. Meski keinginan orang tuanya menginginkan salah satu anak mereka meneruskan perusahaan, tetap membuat Amar tenang sebab ada sang kakak yang bisa diandalkan sehingga ia bisa menggapai cita-citanya tersebut.Namun, takdir Tuhan tidak selamanya sejalan dengan rencana manusia. Sang kakak yang waktu itu ikut mengantar kedua orang tua mereka menghadiri salah satu jamuan pesta salah seorang kolega, turut menjadi korban meninggal menyusul kedua orang tuanya yang dinyatakan pergi lebih dulu. Amar kehilangan tiga anggota keluarganya sekaligus. Membuat lelaki itu sempat limbung juga depresi, sehingga mau tak mau ia mengambil alih perusahaan yang waktu itu sama sekali belum menguasai ilmunya. Beruntungnya a

    Last Updated : 2024-11-16
  • Bahagia Setelah Dimadu   Munculnya Pengantin Baru

    Burung yang bebas terbang di alam sudah sibuk mencari makanan di waktu yang masih sangat pagi. Membangunkan seseorang di salah satu rumah yang pagi itu bangun sedikit kesiangan sebab tidur yang terlampau malam. Mita, semalam ia sibuk mengerjakan beberapa laporan akhir bulan usaha butiknya. Sempat dibantu oleh Ranti sampai jam sembilan malam, tetapi sahabatnya itu harus segera pulang karena urusan mendadak dengan calon suaminya. "Seharusnya kamu enggak harus ngerjain ini sampai malam, Mit."Ranti sempat protes karena kesibukan Mita paska kecelakaan yang sesungguhnya belum membuat tubuhnya pulih sempurna. Tapi, alasan ingin melupakan kesedihannya membuat Ranti tak lagi bisa berkata-kata. "Mungkin dengan begini aku bisa melupakan pernikahan yang Mas Danu jalani sama mantannya."Ah, andai saja Mita mau mendengarkan saran dari Ranti untuk menyudahi pernikahannya dengan Danu, mungkin sahabatnya itu tak akan merasa sedih. Tapi, seperti yang Mita katakan, biar semua keputusan ia yang mena

    Last Updated : 2024-11-17
  • Bahagia Setelah Dimadu   Ini Baru Awal

    Mita terpaksa kembali ke rumah setelah Danu memaksanya datang. Ia terpaksa meminta Ranti untuk meng-handle urusan butik setelah sebelumnya ia harus menerima kekesalan sahabatnya itu karena mau-maunya menuruti permintaan Danu. "Mau bagaimana pun juga dia masih suamiku, Ran. Setiap perintahnya adalah kewajiban yang harus aku tunaikan."'Iya, tapi kewajiban yang seperti apa dulu, Mit. Masalah pindah kamar, apa itu bukan hal gila namanya? Perempuan itu bisa pakai kamar tamu, kenapa jadi kamu yang harus pindah. Lagian, kalau mau istirahat mereka 'kan bisa pakai kamar lain untuk sementara waktu sampai kamu kembali nanti. Ini kok malah maksa. Enggak masuk akal tahu enggak!'"Iya, iya, aku tahu. Aku minta tolong banget, yah, Ran. Tapi, kalau kamu ada keperluan juga enggak apa-apa kok. Untuk meeting dan laporan bulanan, bisa ditunda dulu sampai besok."'Bukan gitu, Mita. Ah, sudahlah. Kamu tenang aja, aku bisa handle urusan butik. Kamu urus aja suami kamu sama istri barunya itu. Tapi ingat, y

    Last Updated : 2024-11-17
  • Bahagia Setelah Dimadu   Pindah Kamar

    Air mata sudah sejak tadi ingin tumpah keluar dari dua bola matanya yang bening. Tapi, sebisa mungkin Mita tahan sebab keberadaan Danu —suaminya dengan Selena yang terlihat kesal sebab pergerakan Mita yang dinilainya lamban. Tak tahu saja mereka jika Mita masih dalam masa pemulihan setelah insiden kecelakaan lusa kemarin. Siapa yang bisa tahan melihat suami sendiri berinteraksi mesra dengan perempuan lain di depan matanya tanpa sungkan. Begitu juga Mita yang meskipun keberadaannya sudah tak lagi dianggap oleh sang suami, tetap merasakan nyeri di hatinya sebab kebersamaan Danu dengan mantan kekasih yang kini sudah resmi menjadi istri keduanya tersebut. "Apakah tidak ada pembantu di rumah ini, Mas? Bukankah pekerjaan wanita itu bisa cepat selesai kalau dibantu? Aku udah lelah, pingin buru-buru istirahat." Tiba-tiba Selena nyeletuk. Selena mulai ngomel. Sengaja bicara di depan Mita yang saat itu tengah membawa koper berisi seluruh pakaiannya ke dalam kamar tamu. "Aku 'kan udah cerita

    Last Updated : 2024-11-18
  • Bahagia Setelah Dimadu   Mencoba Tak Peduli

    Mencoba tak peduli dengan keberadaan Selena yang sekarang tengah bersama Danu, Mita memilih untuk pergi dari rumah menuju butik. Sengaja tidak pamit pada laki-laki yang saat ini tengah berbahagia dengan istri keduanya, Mita buru-buru ke butik sebab ada pekerjaan penting yang harus ia kerjakan. Jam sudah menunjuk ke angka sebelas. Lebih dari dua jam Mita memindahkan barang pribadi dari kamar yang hampir tiga tahun ia tempati ke kamar tamu sebab seorang perempuan yang kini mengambil posisinya. Berusaha menahan tangis sejak melihat aksi gila yang Danu lakukan bersama Selena di ruang TV tadi, akhirnya pertahanan Mita jebol juga. Air mata mengalir deras tanpa ia minta demi mengingat kesakralan rumah tangganya yang kini telah sah dikhianati. Masuknya perempuan masa lalu sang suami di dalam kehidupannya menjadi awal penderitaan yang harus siap ia tanggung. 'Aku percaya Tuhan tidak pernah tidur. Kali ini mungkin Tuhan memang sedang memberiku penderitaan, tetapi siapa yang bisa meneb

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Bahagia Setelah Dimadu   Mereka Tahu

    Apa yang dikatakan Amar nyatanya betul-betul lelaki itu lakukan. Sudah sebulan lebih, Mita tidak bertemu dengan pengusaha itu. Setelah panggilan beberapa waktu lalu di mana Amar mengatakan ingin menjaga nama baik Mita sebagai seorang istri yang tengah hamil dan memiliki suami, lelaki itu tak pernah lagi terlihat batang hidungnya. Begitu pun Nina. Bocah kecil itu seperti dibuat menjauh oleh ayahnya.Namun, tidak bagi Yola. Gadis yang tengah kuliah itu, sempat mampir datang ke butik selama beberapa kali. Selain karena urusan bisnis milik Amar yang rupanya diserahkan kepada sang adik, gadis itu juga seperti sengaja ingin menyampaikan sesuatu yang selama ini disimpan. Seperti sore itu. Ranti yang sudah izin pulang duluan karena ada urusan dengan dijemput sang suami, Mita kedatangan Yola ketika hendak pamit pada para karyawannya. "Yola?""Sore, Mbak. Sudah mau pulang, yah?" tanya gadis itu tak enak hati. Setelah memeluk dan mencium pipi kanan kiri khas sapaan para wanita, Mita kemudian

  • Bahagia Setelah Dimadu   Tuduhan Selena

    Perkataan Amar semalam masih terbayang di pikiran Mita sampai ia tak nyenyak tidur. Bahkan, hingga pagi menjelang ketika ia memutuskan untuk pergi bekerja setelah dirasa kondisinya sudah lebih baik, kalimat Amar setelahnya membuat ia terus kepikiran. 'Tidak sepantasnya aku memiliki perasaan ini ke kamu. Perasaan yang hanya pantas dimiliki oleh insan yang bebas. Tidak seperti kamu yang masih terikat pernikahan dengan laki-laki lain. Bahkan, ada janin yang harus kamu pertahankan bersama laki-laki yang memang adalah ayahnya.'Amar telah jatuh cinta pada Mita. Begitu kesimpulan yang bisa perempuan itu ambil setelah mereka berbicara semalam. Kesedihan yang Amar rasakan mengenai berita kehamilan Mita, membuat lelaki itu merasa bersalah hingga memutuskan untuk menjauh dan menjaga jarak dari hubungan pertemanan yang selama ini terjalin. 'Kita tidak berbuat apapun selama ini, lantas kenapa Mas Amar berpikir untuk menjauh?''Karena perasaan aku yang tidak sepantasnya ada, Mita.'Mita jadi sed

  • Bahagia Setelah Dimadu   Tidak Senang

    Mita menatap Danu dengan tatapan nelangsa. Sungguh ingin ia berteriak dan mengatakan pada semua dunia betapa keras kepala suaminya itu. "Mas, bagaimana bisa kamu menuduhku berzina dengan laki-laki lain sedangkan kamu tahu tak mungkin aku melakukan hal tersebut.""Siapa yang tahu? Itu dulu.""Ya Tuhan, Mas. Apakah kedua mata hati kamu sudah tertutup sampai kamu tega menuduhku telah melakukan hal dosa itu."Danu benar-benar tak peduli dengan perkataan Mita. Baginya, kehamilan yang Mita alami sekarang bukan karena perbuatannya. "Apa yang harus aku katakan lagi supaya kamu mengerti dan mau menerima anak ini?" Mita bertanya pasrah. Namun, Danu seperti sudah tak semangat lagi untuk membahas perihal kabar kehamilan istri pertamanya tersebut. Tak lama ia beranjak bangun dari sofa ruang tamu dan berniat meninggalkan Mita sendirian dengan masalahnya. "Mas ...?" panggil Mita lemah. Danu menghentikan langkahnya, lalu menatap Mita dengan tatapan datar tanpa ekspresi. "Baiklah. Asal kamu tahu

  • Bahagia Setelah Dimadu   Tidak Mengakui

    Sosok perempuan itu terlihat lemah dan tak berdaya. Ia tampak melamun ketika sahabatnya mendekat. "Apa ada yang sakit?" tanya Ranti menatap Mita. Perempuan itu mengangguk lemah. "Pusing," jawabnya kemudian. "Apa dokter udah kasih obat?" tanya Ranti lagi sembari melihat ke sekeliling, tetapi tidak ditemukan apapun di dekatnya. "Belum. Dokter cuma kasih infus karena katanya aku terlalu lemas."Tak ada yang bersuara setelah ucapan Mita barusan. Ranti bahkan tak sanggup menatap lebih lama sahabatnya tersebut. Tapi, perlahan kemudian ia duduk di sisi ranjang, tempat Mita terbaring. Memberanikan diri mengulurkan tangan demi menggenggam tangan sang sahabat. "Apakah Tuhan sedang mempermainkan aku, Ran?""Shut! Enggak boleh kamu bicara begitu."Seketika air mata yang sejak tadi Mita tahan mengalir melewati kedua pipi. Memalingkan wajah ke arah lain, Ranti tahu bila perempuan itu sedang berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua memang takdir yang Tuhan berikan untuknya. Ranti tak bicara. Ha

  • Bahagia Setelah Dimadu   Berita Tak Masuk Akal

    Suasana restoran tempat Mita dan Amar makan siang —bersama Ranti, tampak ramai dengan para pengunjung yang juga tengah makan siang seperti mereka. Setelah membicarakan urusan bisnis atau kerja sama, Amar sengaja mengajak kedua wanita itu untuk makan di salah satu restoran yang letaknya bersebelahan dengan kantornya berada. "Apakah Nina sudah kembali dari jalan-jalannya dengan Yola?" tanya Mita yang baru selesai menghabiskan dessert di tangannya. "Sore ini mereka sampai. Mungkin sedikit mengalami keterlambatan karena weekend.""Ehm, iya." Mita menyahut sembari mengangguk. Namun, ketika ia baru meletakkan sendok setelah suapan terakhir ke mulutnya, tiba-tiba raut wajahnya berubah. Hal itu disadari oleh Amar yang duduk tepat di depannya, tetapi tidak dengan Ranti yang masih setia dengan es krim vanila di mulutnya. "Ada apa?" tanya Amar yang terdengar khawatir. Seketika Ranti menengok pada Mita yang duduk di sebelahnya. "Kenapa, Mit?" tanya Ranti yang juga melihat perubahan wajah san

  • Bahagia Setelah Dimadu   Cara Selena

    Setelah malam di mana Danu kembali menyentuh Mita, lelaki itu nyatanya tidak lagi peduli dengan keberadaan istri pertamanya tersebut. Alih-alih memberikan perhatian seperti dulu, ia kembali mengacuhkan sang istri dengan kembali pada sosok Selena, sang istri kedua.Bagi Mita sendiri itu bukan sesuatu yang aneh. Bukan juga spesial, yang harus ia kenang. Sikap cuek yang Danu tunjukkan memang hakikatnya adalah sifat sebenarnya lelaki itu setelah berhasil menikahi sang mantan kekasih. Mita yang telah kembali ke kamarnya sempat dibuat kaget dengan kemunculan Selena setelah kedua mertuanya kembali pulang. Madunya itu menatapnya penuh amarah. Entah apa yang telah terjadi sebenarnya, Mita sendiri tidak mengerti. Bahkan sebulan telah berlalu setelah peristiwa 'pemaksaan layanan' yang Danu lakukan terhadapnya, Selena masih menatapnya marah. Namun, Mita tampaknya tak ambil pusing. Kehamilan Selena yang masih muda, ia anggap reaksi dari sikap wanita itu kepadanya. Seperti hari itu, Mita yang sud

  • Bahagia Setelah Dimadu   Ribut

    "Bukankah aku udah bilang supaya kamu lebih hati-hati? Kamu itu tuli atau memang bodoh sih!" seru Danu sembari mendorong Mita ke dinding kamar. Sesampainya di rumah, aksi bungkam yang terjadi antara Mita dan Danu, nyatanya berlanjut. Danu yang marah karena melihat sosok Amar di pesta pernikahan Ranti, serta merta melampiaskan kemarahannya setelah kedua orang tua tidak bersama mereka. Di kamar Danu tampak membabi buta. Entah apa yang terjadi dengannya, emosi yang ia tengah tunjukkan seolah di luar nalar. Mita sampai diam tak membalas setiap ucapan suaminya tersebut. Ia bahkan hanya bisa bengong ketika hendak bermain fisik padanya. "Sebenarnya kamu itu kenapa sih, Mas? Marah kamu itu berlebihan banget tahu enggak." Mita mencoba bicara pelan, menahan emosi yang sama. "Berlebihan kata kamu?" Danu membalas kebingungan Mita seraya menatap tajam. "Ya ... terus apa kalau bukan berlebihan namanya? Datang-datang ke pesta orang, boro-boro ngucapin selamat kaya tamu undangan lain, ini malah

  • Bahagia Setelah Dimadu   Kembali Bertemu

    Hall tempat diadakannya pesta pernikahan Ranti dan Yudha terlihat penuh oleh tamu undangan. Beberapa waktu lalu sahabat Mita itu telah resmi dipersunting oleh sang kekasih hati. Lelaki kaya sederhana yang bisa menaklukan sosok perempuan yang selama ini terkenal sulit didekati.Mita sudah sejak pagi berada di tempat tersebut. Bersama kedua mertuanya, ia hadir bahkan menemani selama proses acara berlangsung hingga sekarang para tamu undangan memberikan ucapan selamat dan doa restu pada pasangan pengantin baru. "Ibu sama ayah duduk aja di sini. Aku mau ke situ dulu sebentar." Mita pamit pada kedua mertuanya yang terlihat duduk santai di area khusus keluarga. Kedua orang itu mengangguk dan membiarkan Mita pergi. Tujuannya tak lain karena sang menantu ingin menghampiri beberapa kawan yang hadir di pesta pernikahan sahabatnya tersebut. "Hai!"Sapaan dan seruan mewarnai suasana hiruk pikuk hall. Mita yang senang karena bisa bertemu dengan banyak teman yang sudah lama jarang bertemu, tak s

  • Bahagia Setelah Dimadu   Keresahan Amar

    Danu telah sukses membuat Mita menangis semalaman di hamparan sajadahnya. Mengadu ke Sang Pencipta setelah lelaki itu mengatainya dengan tuduhan yang tidak sepantasnya diucapkan oleh laki-laki yang pernah bersama selama dua tahun lamanya. 'Apakah salahku Tuhan jika Engkau belum memberiku keturunan? Apakah tuduhan itu memang pantas aku terima meski medis sendiri sudah membuktikan kalau kondisi rahimku baik-baik saja?'Mita bertanya terus tanpa henti meski Tuhan tidak memberinya jawaban. Tuduhan mandul yang Danu lontarkan, sejatinya sudah membuat rasa sakit di dalam hatinya kembali hadir setelah beberapa waktu kemarin coba ia lupakan. 'Ya, aku memang menyukai bocah itu, tetapi bukan karena aku merindukan sosok anak di kehidupanku. Juga bukan karena aku memiliki niat lain dengan sosok laki-laki itu,' batu Mita kembali bicara. Malam itu ia sama sekali tidak peduli dengan tangisannya yang memenuhi ruang kamar. Setelah mengatakan hal yang menyakitkan hatinya, lelaki itu pergi untuk menem

DMCA.com Protection Status