A Few Years Later

A Few Years Later

last updateLast Updated : 2022-11-29
By:   Geanna Kim  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
35Chapters
3.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Ingatlah bagian tak terlupakan dari diriku untuk beberapa tahun yang akan datang." -Samuel Ariston . "Untuk beberapa tahun yang akan datang, rindukan saja aku sebanyak yang kamu bisa." -Dipta Mahendra . "Lupakan mereka untuk beberapa tahun yang akan datang dan kita akan terus bersama." -Yose Abirama ~ Sella Lorinia tak pernah menyangka mencintai Samuel Ariston akan membuatnya kehilangan orang tua. Kecelakaan tragis yang dimanipulasi keluarga Ariston membuat Sella terperangkap dalam labirin trauma tanpa jalan keluar. Ia pernah terluka karena Samuel. Tapi ia juga pernah mencintai Samuel sebelum akhirnya terbang jauh untuk melupakannya. . Begitu rasa sakitnya reda, Sella baru menyadari bahwa pelariannya bertahun-tahun telah melukai hati Dipta Mahendra, sahabat yang tulus mencintainya. Di sisi lain, Sella sudah telanjur nyaman menjalani kehidupan baru di Bali bersama Yose Abirama, laki-laki yang menyembuhkannya. . Sella ingin kembali pada Dipta seperti dulu tanpa melepaskan genggaman Yose di hidupnya. Sella berpikir hidupnya yang penuh ketakutan akan berubah menjadi lebih baik, sampai suatu hari takdir menyadarkannya bahwa ia terlalu serakah. . Pertemuan Dipta dan Samuel mengantarkan kedua laki-laki itu terlibat dalam masalah pelik yang mengancam hidup Yose. Hidup Sella jungkir balik, ia harus menyelamatkan tiga laki-laki yang ia cintai tanpa melukai satu pun mereka. Sanggupkah Sella melakukannya?

View More

Latest chapter

Free Preview

PROLOG

Intensitas hujan di Bandar Udara Soekarno-Hatta pagi ini semakin memperlihatkan puncaknya. Di ruang tunggu yang cukup lenggang, pria bertudung topi hitam dengan jaket kulit warna senada yang membebat tubuh terlihat muram. Gelas kopi dari kedai ternama dianggurkannya di kursi tak bertuan, suhu cairan kental kehitaman itu turun drastis saat derak air hujan terdengar menampar-nampar tanah. Mulutnya mendesah, hujan di Jakarta tak jauh berbeda dengan hujan di Denpasar. Hujan baginya adalah penantian tak berujung. Seperti serbuk-serbuk magis yang saat ini tengah mendekap bumi dengan suara bergemuruh. Petrikor dan kopi hitam hambar di kursi ruang tunggu menyempurnakan diamnya, melanjutkan penantiannya, menyudahi aksi menunggunya yang hampir melewati ambang batas. Sebuah suara melengking menyeruak...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
35 Chapters
PROLOG
         Intensitas hujan di Bandar Udara Soekarno-Hatta pagi ini semakin memperlihatkan puncaknya. Di ruang tunggu yang cukup lenggang, pria bertudung topi hitam dengan jaket kulit warna senada yang membebat tubuh terlihat muram. Gelas kopi dari kedai ternama dianggurkannya di kursi tak bertuan, suhu cairan kental kehitaman itu turun drastis saat derak air hujan terdengar menampar-nampar tanah. Mulutnya mendesah, hujan di Jakarta tak jauh berbeda dengan hujan di Denpasar.            Hujan baginya adalah penantian tak berujung. Seperti serbuk-serbuk magis yang saat ini tengah mendekap bumi dengan suara bergemuruh. Petrikor dan kopi hitam hambar di kursi ruang tunggu menyempurnakan diamnya, melanjutkan penantiannya, menyudahi aksi menunggunya yang hampir melewati ambang batas.            Sebuah suara melengking menyeruak
last updateLast Updated : 2021-04-19
Read more
Terlambat
           Berhentilah sejenak. Putar tubuhmu dan pandangi aku seperti yang pernah kau lakukan dulu. Kau tahu, aku merasa takut sekarang. Melihat tanganmu yang masih ragu membalas uluran tanganku membuatku tenggelam lebih dalam dari apa yang pernah aku bayangkan. Sangat sulit. Bahkan hanya dengan memperkirakan semua ini akan segera terjadi.             Berhentilah berjalan. Untuk beberapa saat berikan aku senyum menawan itu. Senyum yang tersungging rapi di garis bibirmu. Bibir ranum yang selalu teroles lipstik berwarna cerah itu. Ya, lampirkan senyum memabukkan itu. Sekali lagi. Maka aku akan benar-benar kehilangan kendali untuk mencintai. Karena kau begitu sempurna.             Jadi, apakah kau masih berpikir bahwa aku adalah kesalahan terbaik? Yang datang ke hidupmu tanpa diminta dan menghancurkannya tanpa p
last updateLast Updated : 2021-04-21
Read more
Kecelakaan
          Samuel menyesap kopi panasnya. Membiarkan kehangatan yang ditimbulkan oleh secangkir minuman itu meresap dan membakar hatinya. Sepasang mata menawannya yang mendadak gelap itu memandang pantulan dirinya di kaca kedai. Seorang pria menyedihkan berambut pirang yang termangu tanpa alasan. Ya, tanpa alasan. Karena setinggi apa pun rindu menerbangkan hasrat cintanya yang kian meninggi. Sekejam apa pun takdir merampasnya tanpa pamit. Sella akan tetap berjalan pergi, meninggalkan remah kenangan dan luka. Sama seperti sebelumnya. Padahal Samuel jelas tahu, tak ada alasan baginya untuk datang dengan segaris senyum di wajah. Atau dengan puluhan sajak yang terlepas dari bibirnya.            Karena Sella akan tetap pergi. Dengan takdir yang tak akan mempersatukan kembali.            “Ingin memesan varian kopi t
last updateLast Updated : 2021-04-21
Read more
Tanggung Jawab
          “Akh! Aduh! Sial banget gue hari ini!”            Samuel tidak tahu benda keras apa yang menghantam lengannya hingga membuat keseimbangan tubuhnya goyah. Kini ia berakhir tersungkur di aspal setelah menjerit kesakitan. Seingatnya, lima menit yang lalu otaknya mengepul seperti sedang mengeluarkan asap tebal. Jadi karena tak tahan, ia berlari keluar restoran tanpa menghiraukan keadaan sekitar yang tengah ramai dan padat oleh kendaraan. Lalu beginilah akhirnya.            “Hei, lo nggak apa-apa? Waduh, gawat!”            Samuel mengangkat kepalanya. Mengabaikan rasa nyeri di pergelangan kakinya saat suara asing dari pria berjaket gombrong itu menyapa. Bobby berjalan ketar-ketir mengelilingi Samuel yang terduduk lemas di te
last updateLast Updated : 2021-04-22
Read more
Masalah Besar
          “Bob, gue nabrak anak konglomerat! Gue nabrak anak konglomerat, Bob! Yang gue tabrak anak pemilik firma hukum terkenal! Bob, gue nabrak anak konglomerat!”            Celotehan panik Dipta memenuhi telinga Bobby sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Bobby merasa ingin muntah saat Dipta berteriak untuk yang kesekian kali bahwa ia baru saja menabrak anak konglomerat. Nahasnya nyanyian putus asa Dipta adalah fakta. Fakta yang menjerumuskan mereka ke dalam masalah besar. Catat! Masalah besar, bukan masalah biasa.            “Gi-gimana nih, Bob?” tanya Dipta gemetar. Mobilnya sedang mengantre di depan pintu masuk rumah sakit.             Bobby melirik Samuel yang setengah terlelap di jok tengah. Penampilan laki-laki itu sangat mewah, bertolak belakang
last updateLast Updated : 2021-04-22
Read more
Alibi Dipta
          Misi bunuh diri berkedok perlarian sementara itu tak berjalan mulus. Koridor RSU Jakarta yang cukup tenang pagi ini mendadak gaduh. Bobby lari pontang-panting mencari tempat persembunyian. Di belakangnya, Dipta—yang cukup payah dalam berlari—mulai sesak napas karena mengimbangi langkah Bobby. Tubuh Bobby yang ringan dan gerakan gesitnya sulit diikuti oleh Dipta yang sejak kecil sering mimisan.             “Ta, cepetan dikit! Ayo!” Bobby berseru gemas sembari menarik-narik tangan Dipta yang tiba-tiba tergolek lemah di lantai.             “Istirahat sebentar, Bob. Gue bisa mati kehabisan napas sebelum ketemu tuan dan nyonya Ariston,” jawab Dipta terengah-engah.             Dipta berjalan setengah bungkuk didampingi Bobby. Bobby yang sudah bercuc
last updateLast Updated : 2021-04-23
Read more
Kesepakatan Dipta dan Samuel
        Apa yang harus ia pilih di saat-saat genting ini?         Dipta merenung dikelilingi tatapan penasaran teman-temannya. Kepalanya menunduk seakan tak sanggup melihat wajah mereka. Mengakui Sella sebagai tunangannya secara sepihak saja sudah terdengar seperti mimpi buruk. Ditambah Dipta harus berbohong di depan tuan dan nyonya Ariston, bahkan di hadapan Samuel sendiri. Tanpa sadar hembusan napas berat lolos dari mulutnya.         Mendadak Dipta jadi teringat Sella. Perempuan itu hanya terlihat lemah karena penyakit mentalnya. Sebenarnya Sella jauh lebih tenang dan bijak dari dirinya saat menghadapi masalah. Dipta berpikir apa yang akan dilakukan Sella jika diperhadapkan dalam situasi seperti ini.         “Ta, lo harus coba rencana ini.”         Seruan Juna membuyarkan lamun
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more
Misi Penyelamatan Samuel
            Dipta ditimpuki rasa penyesalan saat ia menjabat tangan Samuel dan mengesahkan kesepakatan maut berkedok misi penyelamatan itu. Bobby, Juna, dan Roni yang berdiri di belakangnya kehabisan kata-kata. Saat ini Dipta juga nyaris tak bisa membuka mulut tanpa menelan sesal. Mamanya selalu memberinya banyak nasihat, satu yang paling diingat Dipta adalah nasihat untuk selalu berpikir panjang saat ingin mengambil sebuah pilihan.             Akan tetapi, pagi ini Dipta melanggar nasihat kesukaannya itu. Dipta baru saja mengambil pilihan yang bagai dua sisi koin, bisa berujung baik atau justru berakhir buruk.             “Ta, lo serius mau bawa Samuel kabur dari sini?” tanya Roni sembari cengar-cengir tak percaya. Dipta yang Roni kenal tak pernah gegabah sepert ini.      
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more
Juna Sang Penyelamat
          Seumur hidup Dipta, ia tak pernah menyetir mobil secepat ini. Dipta tumbuh dengan label anak baik dan julukan siswa teladan. Ia tak pernah menyentuh rokok atau terlibat tawuran pelajar. Bahkan jumlah presensinya yang kosong hanya bisa dihitung jari. Dipta selalu jadi bahan pujian kepala sekolah saat pidato upacara bendera karena tak pernah bolos kelas. Kesimpulannya hidup Dipta Mahendra adalah irisan kesempurnaan.             Tapi hari ini Dipta sedang bersiap melepas status “anak baik” saat ia mendapati kecepatan mobilnya kian melambung tinggi.             Sebenarnya Dipta menjerit-jerit sepanjang perjalanan melarikan diri ini. Ia tak mau tertangkap pengawasan mobil patroli polisi sedang menyetir ugal-ugalan. Tapi desakan dari arah belakang membuatnya terpaksa menginjak pedal gas lebih dalam. Tersangka u
last updateLast Updated : 2021-05-04
Read more
Pertengkaran di Tengah Hujan
           Tak pernah terduga dalam benak Dipta, Jakarta yang selalu bergerak dengan layar besar tanpa henti itu akan terguyur hujan. Aktivitas di dalamnya memang tak berhenti. Deru klakson yang bersahutan dan ketukan tumit sepatu para pekerja saling mengisi ruang kosong di jalanan yang kadang tergenang air. Derit ban sepeda motor anak-anak sekolah yang bergesekan dengan aspal yang licin. Juga ketenangan di dalam mobil Dipta.            Sebenarnya keadaan saat ini tak tepat jika dibilang ketenangan yang menghanyutkan jiwa. Terlihat jelas dari raut wajah Dipta yang tegang saat membaca pesan Whatsapp di ponselnya. Hanya melihat ekspresi Dipta saja Bobby dapat menebak dengan akurat seperti apa nasib Roni dan Juna.            “Kita bisa kabur sampai sejauh ini pasti karena Juna dan Roni, kan?”
last updateLast Updated : 2021-05-06
Read more
DMCA.com Protection Status