Share

Alibi Dipta

Author: Geanna Kim
last update Last Updated: 2021-04-23 21:01:38

          Misi bunuh diri berkedok perlarian sementara itu tak berjalan mulus. Koridor RSU Jakarta yang cukup tenang pagi ini mendadak gaduh. Bobby lari pontang-panting mencari tempat persembunyian. Di belakangnya, Dipta—yang cukup payah dalam berlari—mulai sesak napas karena mengimbangi langkah Bobby. Tubuh Bobby yang ringan dan gerakan gesitnya sulit diikuti oleh Dipta yang sejak kecil sering mimisan.

            “Ta, cepetan dikit! Ayo!” Bobby berseru gemas sembari menarik-narik tangan Dipta yang tiba-tiba tergolek lemah di lantai.

            “Istirahat sebentar, Bob. Gue bisa mati kehabisan napas sebelum ketemu tuan dan nyonya Ariston,” jawab Dipta terengah-engah.

            Dipta berjalan setengah bungkuk didampingi Bobby. Bobby yang sudah bercucuran keringat itu hanya bisa pasrah melihat Dipta berubah jadi kakek-kakek sakit punggung. Sayangnya mereka berdua tidak tahu, bahwa bibir Dipta yang mengucapkan nama tuan dan nyonya Ariston dikira doa pemanggil hujan oleh malaikat. Hujan dengan intensitas besar seperti pagi tadi kembali turun, diikuti sayup-sayup percakapan dua orang.

            “Pokoknya mami mau orang yang nabrak Samuel dihukum seberat-beratnya, Pi!”

            “Harus, Mi! Berani sekali dia nabrak putra kebanggaan Ariston di hari penting ini!”

            Dipta dan Bobby seketika mematung. Bola mata mereka bermanuver serentak, mencari sumber suara yang ternyata berasal dari balik tembok lorong di ujung koridor. Dipta dan Bobby menajamkan pendengaran mereka berkali-kali. Dari lubuk hati terdalam mereka berharap salah mendengar kata “Samuel” dan “Ariston” yang terucap dari percakapan dua orang itu. Tapi ternyata telinga mereka tidak tuli.

            “Itu tuan dan nyonya Ariston, Bob!” jerit Dipta kelabakan.

            Bobby melihat pintu tangga darurat di belakang mereka. Tanpa berpikir panjang, Bobby menyeret tangan Dipta dan menerobos pintu tangga darurat. Mereka berhasil menghindari pertemuan sakral dengan orang tua Samuel. Tapi Bobby dan Dipta masih perlu melarikan diri lebih jauh lagi. Alhasil mereka berlari turun ke bawah menuju basement tempat parkir mobil. Dipta merasakan kedua kakinya tersiksa karena berpacu dengan anak tangga. Sesampai di bawah, Dipta langsung tersungkur lemas.

            “Fiuuh, hampir aja. Kalau sampai ketemu di lantai atas tadi, langsung skak mat kita!”

            Gerutuan Bobby memang benar, mereka nyaris saja skak mat di tangan tuan dan nyonya Ariston. Walau jempol kakinya bengkak, Dipta masih bersyukur ia tak jadi sasak tinju orang tua Samuel. Sekarang mereka tinggal menunggu Juna dan Roni tiba.

            “Bob, lo denger ‘kan ucapan nyonya Ariston tadi?” tanya Dipta kalut.

            Sebetulnya Dipta sudah tahu jawabannya, begitu pula Bobby. Mereka bisa mendengar sangat jelas karena kondisi koridor sepi. Pernyataan maut yang berisi perintah“dihukum seberat-beratnya” menciutkan nyali Dipta. Bobby membawa Dipta ke sudut basement parkir yang terpencil dan merengkuh pundak Dipta erat-erat.

            “Ta, yang udah terjadi cukup disesali sekali. Sekarang kita hadapi masalah ini bareng Juna dan Roni. Kalau lo merasa takut, ingat aja kalau Ikon Bee lebih penting di hidup lo.”

            Dipta bengong. Ia kaget setengah mati mendapati Bobby yang biasanya bertingkah tengil tiba-tiba menjadi bijak seperti ini. Mungkinkah Bobby ingin berganti nama menjadi Bobby Teguh? Ah, mustahil. Nama belakangnya, Julian adalah nama sakral. Ya, sakral karena Julian adalah mantan mama Bobby.

            “Tumben lo bijak, Bob.” Dipta tertawa geli. “Omong-omong, Juna sama Roni mana?”

            Dua makhluk yang ditanya Dipta tiba-tiba muncul dari pintu masuk basement. Dipta memandang kedua sahabatnya itu dengan tatapan haru. Mereka datang di waktu yang tepat bagai pahlawan. Dipta semakin terharu melihat kaos Juna dan Roni yang basah karena keringat. Tapi sekejap perasaan terharunya luntur saat Juna menyodorkan telapak tangan.

            “Ta, minta duit. Ongkos taksi kurang.”

            “Sialan,” maki Dipta sembari mengeluarkan uang pecahan sepuluh ribu dari dompet.

            Juna kembali ke taksi yang menunggu di depan pintu masuk. Laki-laki mungil itu sempat beradu mulut dengan Roni perihal kurangnya ongkos taksi.

            “Kita buru-buru banget berangkat ke sini. Eh, si bogel yang bego itu malah lupa bawa dompet.” Roni melampiaskan kekesalannya dengan marah-marah.

            Bobby yang kepalanya sudah mumet langsung membungkam mulut laki-laki cerewet itu dengan jurus andalannya. Roni beringsut mundur tatkala Bobby menyibak jaket dan mengangkat tangan, bulu ketiaknya melambai indah bagai nyiur kelapa. Apesnya baunya agak asam, tidak harum seperti kelapa.

            “Kurang aja lo, Bob!” umpat Roni. “Gue hampir mabok, tau! Juna maksa sopir taksinya ngebut. Lo ‘kan tau gue gampang—“

            “Ssst! Tahan dulu sebentar hobi pidato lo, Ron.” Dipta menyela, kepanikan kembali menyerangnya. “Situasi gue udah masuk zona waspada tingkat tiga, nih! Tadi di atas kita nyaris berpapasan sama orang tua Samuel! Mereka udah sampai di sini.”

            Roni memijit dagu, sikunya bertumpu di tangan kiri yang memeluk pinggang. Gaya Roni kalau sedang berpikir memang keren seperti pebisnis kelas atas. Sayangnya otak Roni diciptakan untuk menampung ide-ide sinting. Yang terlalu gila untuk dipraktikkan. Apalagi bagi Dipta yang notabene cengeng dan mudah panik.

            “Lo harus cari alibi, Ta. Alibi yang kuat dan nggak bisa dibantah!” kata Roni penuh keyakinan, sepasang matanya melotot lebar.

            “Oke, tapi apa?” tanya Dipta panik. “Alibi apa yang kuat buat lawan keluarga Ariston yang jago hukum?”

            “Intinya alibi itu harus masuk akal sama alasan lo bersembunyi saat ini.” Roni menimpali dengan mimik serius.

            “Bilang aja lo pasien RSJ, Ta.” Juna yang baru datang tiba-tiba menyahut.

            Cengiran tak berdosa Juna membuat Roni mencak-mencak marah.

            “Nggak, ah! Ogah! Masa gue bohong kalau gue orang gila!” protes Dipta.

            “Iya, Jun. Dipta itu kelihatan normal banget. Nggak kayak lo!” semprot Bobby.

            Keempat sahabat itu kemudian saling diam. Mereka tenggelam dalam renungan masing-masing. Di tengah hawa panas basement yang mendera, para anggota Ikon Bee berusaha memikirkan alibi terbaik untuk menyelamatkan Dipta. Sampai akhirnya Juna mengangkat kepala yang sedari tadi menunduk, lalu menjetikkan jari.

            “Ah, gue ada ide!” Juna lompat-lompat kegirangan, lebih mirip anak kecil yang dibelikan gulali ketimbang laki-laki berusia dua puluh tahun.

            Ketiga temannya memandangi laki-laki bernama lengkap Juna Mahabarata—iya Mahabarata yang film India itu—dengan tatapan aneh dan meragukan. Pasalnya selama lima tahun bersahabat,  mereka tak pernah mendengar ada satu pun ide bagus terlontar dari kepala mungil Juna.

           “Ta, lo ke bandara buat ketemu Sella, kan?” tanya Juna, matanya berbinar cerah.

           Ditanya begitu membuat Dipta kikuk. Ia jadi memikirkan apakah terlalu bodoh mengorbankan Young Bee dan tiga temannya hanya untuk perempuan yang selalu meningalkannya. Dipta menghembuskan napas berat.

          “Iya. Kenapa?” Dipta bertanya balik, nada suaranya mengalun sedih.

          “Bagus!” Juna memekik kegirangan, teman-temanya semakin ragu. “Lo bisa pakai Sella sebagai alibi. Tau nggak? Tadi gue nanya kondisi cuaca Denpasar sama sepupu gue yang tinggal di sana. Ternyata Denpasar lagi hujan badai!”

          “Hah! Lo serius?” Dipta menjerit lebih panik dari sebelumnya. “Aduh, keadaan Sella gimana ya?”

         “Nah, itu!” tuding Juna. “Lo bisa memelas ke orang tua Samuel kalau Sella dalam bahaya karena pesawatnya mau mendarat di Denpasar yang lagi hujan badai. Jadi, lo langsung pergi ke bandara setelah dapat kabar dari teman Sella di Denpasar. Saking khawatirnya sama keadaan Sella, tanpa sadar lo langsung pergi ke bandara.”

         Semua orang terdiam setelah mendengar penjelasan menggebu-gebu Juna. Perlahan Bobby dan Roni mengangguk dan mulai menyetujui rencana Juna. Hanya Dipta yang diam tanpa suara seolah jatuh dalam kekosongan. Juna yang menyadari Dipta berdiri bagai patung hidup itu langsung menyikut lengannya.

         “Ta, gimana? Ide gue bagus, kan? Bobby sama Roni udah setuju,” kata Juna.

         “Gue nggak bisa,” gumam Dipta lesu. “Memangnya gue siapanya Sella? Sepenting apa Sella buat gue sampai gue ninggalin korban tabrak lari gue? Gue cuma sahabat lama Sella. Kalau gue bilang begini, orang tua Samuel pasti ngamuk.”

         Dari balik lensa kacamatanya, Dipta dapat melihat raut putus asa bercampur kebingungan di wajah teman-temannya. Sayangnya yang baru saja ia katakan adalah kebenaran. Kebenaran yang tak terbantahkan mengingat Dipta dan Sella bahkan tak pernah lagi menghabiskan waktu bersama-sama seperti dulu. Hubungan persahabatan mereka telah berubah, kini menjadi sejauh Jakarta dan Bali.

         “Kalau begitu, siapa yang lebih penting antara pacar dan tunangan?” Juna tiba-tiba menanyakan pertanyaan tak masuk akal.

         Bobby dan Roni mengernyit keheranan. Dipta mulai merasakan firasat buruk.

         “Ya, jelas tunangan.” Roni yang lebih berpengalaman soal pacaran pun menjawab.

         Juna menyeringai lebar. Sangat lebar sampai-sampai Bobby dan Roni yang semula tak menyadari ide jenius Juna akhirnya tersentak penuh kekaguman. Ketiga laki-laki itu pun menoleh serentak ke arah Dipta. Dipta yang dipandangi dengan tatapan penuh napsu itu tak bisa menahan luapan kepanikan di dalam dirinya.

         “Ta, lo harus ngaku kalau Sella tunangan lo!” seru Bobby, Juna, dan Roni serempak.

         “A-apa? Yang bener aja! Gila lo semua! Lo bertiga udah nggak waras!” Dipta berteriak kesetanan.

         “Tapi cuma ini rencana terbaik, Ta!” Juna meneriaki tak kalah gemas. “Perempuan yang jadi tunangannya pasti penting banget buat seorang laki-laki. Lo bisa pakai alibi ini.”

         “Pikirin Sella juga, dong! Dia pasti marah kalau tiba-tiba diakui sebagai tunangan gue! Apalagi yang mengakui gue sendiri!” Dipta menggeleng, menentang keras.

         “Ta, pikirin Ikon Bee juga,” kata Bobby pelan. “Lo mau lihat Ikon Bee gagal manggung di Jakarta Dream Concert, tempat impian kita selama ini?”

         Pertanyaan Bobby menohok hati Dipta. Ia memandangi wajah teman-temannya. Mereka sudah berjuang dua tahun lebih bersamanya dan membangun Young Bee. Jakarta Dream Concert yang dihadiri ratusan ribu penonton dan band-band terkenal itu akan menjadi pintu pembuka bagi kesuksesan Young Bee. Dipta menghela napas. Apa yang harus ia pilih?

***

Related chapters

  • A Few Years Later   Kesepakatan Dipta dan Samuel

    Apa yang harus ia pilih di saat-saat genting ini? Dipta merenung dikelilingi tatapan penasaran teman-temannya. Kepalanya menunduk seakan tak sanggup melihat wajah mereka. Mengakui Sella sebagai tunangannya secara sepihak saja sudah terdengar seperti mimpi buruk. Ditambah Dipta harus berbohong di depan tuan dan nyonya Ariston, bahkan di hadapan Samuel sendiri. Tanpa sadar hembusan napas berat lolos dari mulutnya. Mendadak Dipta jadi teringat Sella. Perempuan itu hanya terlihat lemah karena penyakit mentalnya. Sebenarnya Sella jauh lebih tenang dan bijak dari dirinya saat menghadapi masalah. Dipta berpikir apa yang akan dilakukan Sella jika diperhadapkan dalam situasi seperti ini. “Ta, lo harus coba rencana ini.” Seruan Juna membuyarkan lamun

    Last Updated : 2021-04-30
  • A Few Years Later   Misi Penyelamatan Samuel

    Dipta ditimpuki rasa penyesalan saat ia menjabat tangan Samuel dan mengesahkan kesepakatan maut berkedok misi penyelamatan itu. Bobby, Juna, dan Roni yang berdiri di belakangnya kehabisan kata-kata. Saat ini Dipta juga nyaris tak bisa membuka mulut tanpa menelan sesal. Mamanya selalu memberinya banyak nasihat, satu yang paling diingat Dipta adalah nasihat untuk selalu berpikir panjang saat ingin mengambil sebuah pilihan. Akan tetapi, pagi ini Dipta melanggar nasihat kesukaannya itu. Dipta baru saja mengambil pilihan yang bagai dua sisi koin, bisa berujung baik atau justru berakhir buruk. “Ta, lo serius mau bawa Samuel kabur dari sini?” tanya Roni sembari cengar-cengir tak percaya. Dipta yang Roni kenal tak pernah gegabah sepert ini.  

    Last Updated : 2021-05-02
  • A Few Years Later   Juna Sang Penyelamat

    Seumur hidup Dipta, ia tak pernah menyetir mobil secepat ini. Dipta tumbuh dengan label anak baik dan julukan siswa teladan. Ia tak pernah menyentuh rokok atau terlibat tawuran pelajar. Bahkan jumlah presensinya yang kosong hanya bisa dihitung jari. Dipta selalu jadi bahan pujian kepala sekolah saat pidato upacara bendera karena tak pernah bolos kelas. Kesimpulannya hidup Dipta Mahendra adalah irisan kesempurnaan. Tapi hari ini Dipta sedang bersiap melepas status “anak baik” saat ia mendapati kecepatan mobilnya kian melambung tinggi. Sebenarnya Dipta menjerit-jerit sepanjang perjalanan melarikan diri ini. Ia tak mau tertangkap pengawasan mobil patroli polisi sedang menyetir ugal-ugalan. Tapi desakan dari arah belakang membuatnya terpaksa menginjak pedal gas lebih dalam. Tersangka u

    Last Updated : 2021-05-04
  • A Few Years Later   Pertengkaran di Tengah Hujan

    Tak pernah terduga dalam benak Dipta, Jakarta yang selalu bergerak dengan layar besar tanpa henti itu akan terguyur hujan. Aktivitas di dalamnya memang tak berhenti. Deru klakson yang bersahutan dan ketukan tumit sepatu para pekerja saling mengisi ruang kosong di jalanan yang kadang tergenang air. Derit ban sepeda motor anak-anak sekolah yang bergesekan dengan aspal yang licin. Juga ketenangan di dalam mobil Dipta. Sebenarnya keadaan saat ini tak tepat jika dibilang ketenangan yang menghanyutkan jiwa. Terlihat jelas dari raut wajah Dipta yang tegang saat membaca pesan Whatsapp di ponselnya. Hanya melihat ekspresi Dipta saja Bobby dapat menebak dengan akurat seperti apa nasib Roni dan Juna. “Kita bisa kabur sampai sejauh ini pasti karena Juna dan Roni, kan?”

    Last Updated : 2021-05-06
  • A Few Years Later   Pertemuan Pertama

    Desakan Samuel, kata-katanya yang sulit dipercaya, dan cengkeraman jari-jarinya di kerah kemejanya. Dipta tak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi. Sejak masih di bangku sekolah pun ia tak suka berkelahi. Keyakinan itu bertahan sampai sekarang, ketika ia mulai beranjak dewasa dan kuliah di perguruan tinggi. Akan tetapi hari ini, satu nama yang terlontar dari mulut korban tabrak larinya telah menghancurkan keyakinan Dipta. “Lo sahabat Sella waktu SMA? Cowok yang nemenin dia waktu terapi penyembuhan trauma?” tanya Samuel bertubi-tubi. Nadanya suaranya keluar bagai tercekik. Dipta masih merasakan sekujur tubuhnya kaku saat saling beradu tatap dengan Samuel. Derak hujan menampar-nampar at

    Last Updated : 2021-05-07
  • A Few Years Later   Akhir Pencarian Dipta

    Samuel kurang suka hujan. Terlebih saat ia harus terjebak di tengah Jakarta karena hujan. Pasalnya hujan tidak hanya membuat kendaraan tertahan memenuhi jalan karena banjir dan macet, hujan juga membuatnya kedinginan. Seperti saat ini, ia merasakan pukulan Dipta yang memberi sensasi panas di pipinya. Samuel tidak hanya menggigil kedinginan, ia juga marah karena Dipta menyerangnya. Beruntung suara teriakan Bobby di luar mobil mengundang satpam apartemen dan penjaga parkir restoran seafood berlari mendekat. Dengan tambahan kekuatan gedoran dan teriakan dua pria dewasa, Dipta akhirnya menyerah. Ia melepaskan Samuel yang mulai kehabisan napas. Gerakan refleks Dipta yang melepasnya tak menyurutkan rasa kesal di benak Samuel, ia justru semakin marah karena Dipta berhenti dengan terpaksa. &nb

    Last Updated : 2021-05-12
  • A Few Years Later   Bantuan Tak Terduga

    “Lupakan soal itu dulu. Itu urusan kita berdua nanti.” Dipta mengacungkan layar ponselnya yang memuat pesan teks aplikasi dari Roni. Samuel ingin sekali mengamuk setelah pesan bertabur emotikon sedih itu disodorkan Dipta ke wajahnya. Tapi ia harus tetap tenang di situasi yang ramai ini. Perkelahian di dalam mobil tadi saja sudah memalukan. Samuel harus menjaga image di muka umum agar status artisnya tidak hancur hanya karena cowok culun bernama Dipta. “Sesuai janji lo. Kita udah mati-matian bawa lo kabur dari UGD. Sekarang tolong bebasin Juna dan Roni. Mereka jadi korban buat menyelamatkan lo. Kalau orang tua lo tau apa alasan lo kabur dari acara perjodohan ke bandara dan akhirnya kecelakaan. Gue rasa mereka bakal—“ “Ssst!

    Last Updated : 2021-05-12
  • A Few Years Later   Martabak Persahabatan

    Terjebak di rumah orang kaya yang benci padamu terasa seperti terperosok ke lubang singa. Roni tahu ia pandai mendeskripsikan sesuatu dengan agak berlebihan. Terjun ke dalam prodi Sastra Inggris membuatnya tampak bak pujangga Inggris pada zaman kerajaan abad pertengahan. Tapi kali ini ia tidak berlebihan. Dua gelas jus jeruk di atas meja kaca, belasan toples kue kering, dan senyum ramah asisten rumah tangga sama sekali tidak membantu mencairkan suasana yang terlampau tegang. Juna malah tenggelam dalam kebiasaannya menggerakkan jempol kaki saat mereka menunggu nyonya Ariston berbicara. Kuliah di jurusan Sastra Indonesia dan aktif di teater prodi sepertinya membuat Juna pandai bersandiwara. Roni mengatakan hal ini karena wajah Juna datar. Ulangi sekali lagi. Datar. Polos dan kalem meski sedang dipelototi nyonya Ariston. “Jun, kok muka lo bisa bertahan lempeng kayak jol tol gitu, sih?” bisik Roni. “Iya, dong. Gue menerapkan ilmu teater di jurusan gue den

    Last Updated : 2021-05-14

Latest chapter

  • A Few Years Later   EPILOG

    Samuel berdiri lesu di ruang ganti pakaian. Di luar terdengar gegap gempita suara dari tamu undangan dan keluarganya. Hari pertunangan akhirnya tiba dan Samuel terpaksa patuh pada kehendak keluarganya. Keluarga Ariston dan Keluarga Redington melepaskan Dipta, tidak membawa kasus tabrak lari ini ke jalur hukum. Namun, sebagai hukuman, Dipta harus angkat kaki dari panggung dunia hiburan. “Band Young Bee sudah tidak tampil selama lima bulan ini,” kata pengawalnya saat Samuel meminta pria itu masuk untuk menemaninya yang hampa. “Mereka juga tidak aktif mengeluarkan lagu lagi. Tentu saja ini karena mereka kehilangan vokalis.” “Sella bagaimana?” tanya Samuel gamang, dia tidak pernah berani menelepon Sella lagi, bahkan mengangkat telepon Sella atau membalas pesannya. “Masih kuliah di Bali dan bekerja di kafe Luke, tapi tidak mau bicara dengan saya.” Percakapan mereka terpotong karena ketukan pintu. Pengawal membuka pintu dengan cepat

  • A Few Years Later   Jangan Pergi Dipta

    “Saya pelakunya. Saya tidak sengaja menabrak Samuel yang keluar dari dalam kafe bandara,” aku Dipta, tubuhnya gemetar dan suaranya parau. “Saat itu, Samuel lari dan tidak melihat ke sekitarnya. Saya juga sedang tidak fokus. Lalu kecelakaan itu terjadi.” Dipta mempertaruhkan karier bandnya dan mengakui semuanya. Di belakangnya, ada Samuel yang berdiri kaku, menatap tak percaya pada Dipta yang memilih berkorban. Samuel yakin Dipta tahu bahwa sampai saat ini hanya ia yang Sella cintai. Sementara Dipta selalu berakhir menjadai sahabat Sella, tak lebih dari itu. Axel Redington sangat berang. Ia menatap Dipta lekat-lekat, begitu pula dengan Hans Ariston. Di sisi lain, Serina mendadak merasa kacau karena telah menangkap Yose. Seketika Serina merasa kalut, ia merutuki Samuel yang semestinya mengaku dan meluruskan masalah ini agar ia bisa bertunangan. Tapi calon tunangannya yang bodoh dan kikuk malah gagal mengendalikan pria aneh itu, Dipta. “Jad

  • A Few Years Later   Memilih Melepaskan

    Salah satu kamar VIP di Resort Marina kedatangan banyak tamu hari ini. Awalnya Serina menyewa kamar itu untuk bulan madunya bersama Samuel. Namun, tragedi tabrak lari dan sekelumit kisah menyedihkan yang melibatkan Samuel dengan Sella membuat impian bulan madunya yang indah berakhir gagal. Dan kini Serina harus bersusah payah menghadapi sikap pemberontakan Yose, tawanannya. “Lepasin gue! Dasar anak orang kaya yang kotor!” teriak Yose berang. Serina semakin geram karena Yose yang tengah diikat dengan tali tambang di kursi besi itu tak berhenti bergerak beringas. “Cih! Berani banget bilang gue orang kotor!” bentak Serina. Yose melirik perempuan bertampang arogan yang tengah berkacak pinggang di depan wajahnya. Ia mendongak dan menyaksikan Serina Redington tengah melayangkan tatapan penuh kebencian. Para pengawal Keluarga Redington berdiri di belakang perempuan kaya itu, berpakaian setelan jas hitam. Di sisi kiri dan kanannya pu

  • A Few Years Later   Rencana Samuel dan Dipta

    Akhirnya Dipta dapat berdiri di atas panggung lagi bersama Young Bee, band yang ia perjuangkan mati-matian sejak masih belajar di sekolah menengah. Kini di tengah masa-masa kuliah yang padat, Dipta berhasil membawa Young Bee menuju puncak popularitas. Bobby yang berdiri di belakangnya, memegang dua stik drum, tampak terharu. Bahkan Roni sudah menangis sembari memeriksa suara gitarnya. Di sisi kirinya, Juna yang memegang gitar bass sukses besar mengacaukan riasan yang dibuat penata rias sewaan ibunya gara-gara menangis. Mereka belum tampil, tirai hitam yang disiapkan panitia belum disingkap. Keempat sahabat itu sudah bersiap di balik tirai, lengkap dengan berurai air mata. Salah satu penyebab tangisan haru itu ada kehadiran Sella di tengah-tengah penonton. Di kesempatan tampil kali ini, sangat berbeda dengan panggung Jakarta Dream Concert, Sella dapat hadir menonton Dipta dan Young Bee sebagai seorang sahabat. “Ta, gue rasa inilah titik balik Young Bee

  • A Few Years Later   Mimpi Buruk Yose

    Beberapa jam lagi GWK Music Festival akan dimulai dan Yose harus berlapang dada membiarkan Sella bertemu laki-laki itu, Dipta. Bahkan, Yose dikabari oleh adiknya, Feliz Abinaya kalau Samuel juga akan mengisi acara. Sialnya, nama dan foto Samuel terpampang besar di spanduk festival sebagai bintang utama. Yose merasakan hatinya memar seperti baru dihujam pukulan kuat. Ia tahu persis apa penyebabnya, tentu saja video curahan hati Serina Redington yang viral itu dan berhasil mengarahkan semua hujatan kepada dirinya. Berkali-kali tangan Yose bergerak gelisah, menarik tudung jaket hoodienya agar lebih rapat menutupi sebagian wajahnya. Di sudut terpencil kafe yang terletak di dekat area wisata Garuda Wisnu Kencana ini, Yose merasa dirinya sudah mirip buronan. Tak seperti biasanya, Yose harus menghabiskan waktu kencannya sambil mengikuti perkembangan kasusnya yang diviralkan Serina Redington, berusaha menutupi wajahnya dengan tudung hoodie dan topi, bahkan terus mengawasi

  • A Few Years Later   Pengakuan Palsu Samuel

    “Hello, guys! Wah, udah lama gue nggak lihat kalian, The Redington Club kumpul lagi kayak gini. Pardon me, please. Seperti yang kalian tau, akhir-akhir ini gue sibuk sama pertunangan gue. Tapi gue malah nggak ngasih kabar apa-apa padahal gue tau kalian pasti excited banget. But, finally im here! Gue mau ngasih kabar ke kalian, kabar pahit yang bikin gue yakin harus minta dukungan dan bantuan kalian.” Mata Samuel hampir tak berkedip saat menatap layar laptopnya dan menyaksikan video itu. Video yang diunggah kanal YouTube calon tunangannya, Serina Redington dan kini sudah naik ke puncak trending. Samuel merasakan debaran yang menalu dadanya akan bertambah keras karena ini hatinya mulai terasa sakit. “Rumor soal pertunangan gue yang diundur itu bener, guys. Itu kenyataan! Kalian tau siapa yang bertanggung jawab sama masalah ini? Bukan Samuel atau keluarga dia. Dan bukan juga keluarga gue. Ini masalah yang disebabkan sama orang asing. Samuel luka-luka kare

  • A Few Years Later   Trauma yang Terulang

    Dari yang diamatinya saat ini, belum ada yang aneh pada sosok berjaket biru pudar itu. Perilaku Yose tidak menunjukkan tanda-tanda keterlibatan dengan Samuel dan Keluarga Ariston yang bermasalah. Yose masih tersenyum lebar, menggengam tangannya lembut, dan berbicara dengan nada rendah yang teduh. Hanya satu hal yang membuat Sella terus-terusan menyelidiki laki-laki itu di tengah momen makan malam mereka. Janji Samuel kepadanya tadi pagi. “Yose, hubungan kamu sama orang-orang di sekitar kamu baik-baik aja, kan?” Tiba-tiba Sella tergerak untuk menanyakan pertanyaan bodoh itu. Tentu saja, Yose yang dikenalnya berhati emas itu langsung mengernyitkan dahi dan menggeleng bingung. “Kayak nggak kenal aku aja.” Yose membalas dengan nada ejekan sambil tertawa. Suara genjrengan gitar akustik dan dentum drum yang membentuk harmoni merdu di sisi lain kafe mendadak terdengar senyap di telinga Sella. Kata-kata Samuel terngiang-ngia

  • A Few Years Later   Segalanya Runyam

    Kedatangan calon tunangannya ke Bali bagaikan kotak pandora, sangat tak terduga. Kini Samuel tak bisa berhenti memutar ulang video yang terputar di layar laptopnya. Video itu merekam segalanya, raut wajah Yose yang beringas, mukanya yang pucat, aksi kekerasan, keributan para pengunjung restoran, sampai kedatangan Luke untuk membubarkan insiden panas yang melukainya.“Mau bantah pakai alasan apa lagi? Jelas banget cowok sinting itu yang nabrak kamu sampai luka-luka dan bikin pertunangan kita diundur.”Samuel mendelik, pandangannya menyorot sosok ramping yang tengah bersandar di kaca kamarnya sembari menyesap segelas wine. Tubuh rampingnya terbalut jubah mandi berwarna putih seperti kulitnya. Bercak-bercak air tersebar di seluruh lantai, menetes dari rambutnya yang tergulung handuk dan belum kering. Samuel merasa risih. Sejak bertemu di pantai tadi malam, Serina memaksa ingin menginap di kamar hotelnya dan tanpa persetujuan darinya, perempuan cerewet itu lang

  • A Few Years Later   Penguntit Tak Diundang

    Sudah tak terhitung lagi berapa kali Samuel mengulang janjinya pada Sella di dalam hati. Mungkin ratusan kali, sebab matahari sudah tenggelam di lautan saat ia menyibak tirai dan memandang jauh ke luar. Sudah berapa jam sejak ia meninggalkan taman dan Sella yang memandangnya dalam kehampaan? Samuel kehilangan kepekaan terhadap waktu ketika segalanya menjadi pudar. Tidak ada yang mengganggu dirinya, termasuk Luke yang ia pikir akan datang lagi dan menggedor-gedor pintu kamar hotelnya. Samuel pikir suasana di sekitarnya telah cukup tenang untuk membantunya mencari makanan di restoran hotel. Pesan singkat dari Sella yang menyuruhnya makan karena tubuhnya tampak kurus masih melintas dalam benaknya dan itu berubah menjadi dorongan kuat bagi tubuhnya. Samuel memaksa dirinya keluar dari kamar dan duduk di salah satu meja restoran hotel yang dekat dengan bibir pan

DMCA.com Protection Status