Beranda / Romansa / A Few Years Later / Juna Sang Penyelamat

Share

Juna Sang Penyelamat

Penulis: Geanna Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-04 00:51:38

          Seumur hidup Dipta, ia tak pernah menyetir mobil secepat ini. Dipta tumbuh dengan label anak baik dan julukan siswa teladan. Ia tak pernah menyentuh rokok atau terlibat tawuran pelajar. Bahkan jumlah presensinya yang kosong hanya bisa dihitung jari. Dipta selalu jadi bahan pujian kepala sekolah saat pidato upacara bendera karena tak pernah bolos kelas. Kesimpulannya hidup Dipta Mahendra adalah irisan kesempurnaan.

            Tapi hari ini Dipta sedang bersiap melepas status “anak baik” saat ia mendapati kecepatan mobilnya kian melambung tinggi.

            Sebenarnya Dipta menjerit-jerit sepanjang perjalanan melarikan diri ini. Ia tak mau tertangkap pengawasan mobil patroli polisi sedang menyetir ugal-ugalan. Tapi desakan dari arah belakang membuatnya terpaksa menginjak pedal gas lebih dalam. Tersangka utama dan satu-satunya dari teror desakan itu tak lain adalah Samuel.

           “Woi, lebih cepat! Ayo, lebih cepat! Nanti kita terkejar! Jangan lelet, dong!”

            Samuel—yang bau badannya resmi menjadi campuran dari aroma sampah dan muntah itu— terus meneriaki Dipta dari bagasi. Dipta kelimpungan menghadapi teriakan Samuel yang menurutnya lebih mirip makian. Samuel sendiri terkikik geli di bagasi. Ia merasa statusnya sebagai pasien tabrak lari telah dilecehkan. Pasalnya ia dibiarkan tergeletak di bagasi yang sempit ini tanpa rasa kemanusiaan.

            “Ini mobil bukan pesawat!” Bobby yang sudah tak tahan akhirnya balas berteriak.

            “Gue juga tau,” timpal Samuel ketus. “Gue cuma mau bikin ribut aja karena lo berdua nggak bisa memanusiakan pasien tabrak lari. Masa putra tunggal Hans Ariston yang baru ditabrak mobil cowok culun harus tiduran di bagasi! Yang bener aja!”

            “Aduh, mulut lo itu kayak lambe turah!” Bobby menjerit gemas. “Tenang aja, nanti kita bakal melayani lo dengan baik. Tadi itu situasinya lagi gawat darurat! Ditambah badan lo bau sampah!”

            “Iya, ini mobil mama gue. Bisa habis riwayat gue kalau bawa pulang mobil ini dan jok tengahnya bau sampah.” Dipta tak mau kalah mengumpati balik Samuel.

            Terang saja Samuel meradang. Sayang sekali tubuhnya hanya bisa berbaring di dalam bagasi. Diperparah dengan nyeri di kaki dan tangannya yang terbalut perban. Akhirnya Samuel melampiaskan kekesalannya dengan memukuli kaca mobil menggunakan tangannya yang tidak sakit.

            “Samuel, berhenti mukulin kaca mobil mama gue! Lo juga ‘kan masih sakit. Jangan cari masalah lagi!” Kewarasan Dipta terjun bebas ke titik terdalam frustasinya.

            Mendengar Dipta akan menggila, Samuel yang malah asyik tertawa itu melanjutkan aksinya. Bobby menyumbat kedua lubang telinganya, enggan tercemari adu mulut Samuel dan Dipta. Meski sudah disumbat, telinga Bobby tetap memerah karena teriakan Samuel dan Dipta yang bersahut-sahutan memenuhi mobil. Bobby sungguh tak habis pikir. Perjalanan melarikan diri ini bahkan masih berstatus genting. Tapi kedua laki-laki asing ini terus merecoki keadaan dengan sinting.

            Di tengah pertengkaran Samuel dan Dipta, ponsel Bobby yang tenggelam di saku jaket gombrongnya tiba-tiba berbunyi. Air mukanya mendidih karena perasaan marah dan takut. Panggilan dari Juna mengantarkan aroma mimpi buruk.

            “Bob, lo sama Dipta lagi di mana? Gawat, nih! Taksi gue sama Juna dibuntuti mobil orang tua Samuel!”

            Seketika jiwa dan raga Bobby hanyut dalam kolam keputusasaan. Dengan gontai ia mencolek bahu Dipta. Untungnya Dipta menyadari colekan lemahnya dan akhirnya berhenti menyumpahi Samuel. Bobby langsung menyodorkan ponselnya yang terisi penuh oleh teriakan cempreng Juna.

            “Gimana nih, Bob?” Suara Dipta terdengar serak, hasil dari debat dengan Samuel dan kecemasan tingkat tinggi.

            “Nggak ada cara lain,” kata Bobby seraya mengantongi ponselnya. “Kebut, Ta!”

            Kegilaan Dipta pecah karena seruan Bobby. Ia menginjak pedal sedalam-dalamnya dan mobil mamanya sukses besar melesat melewati barisan mobil di jalan raya. Hanya satu harapan yang bisa dirapalkan Dipta di tengah aksi kebut-kebutannya. Semoga mata minusnya bekerja dengan baik dan ia tak perlu membawa pulang mobil dalam keadaan lecet.

***

            Di sisi lain, tepatnya di tengah padatnya arus lalu lintas, Juna dan Roni tidak hanya terjebak macet di dalam taksi yang kurang beruntung karena dikemudikan sopir cerewet. Tapi mereka juga terjebak dalam kurungan malapetaka. Sebetulnya masih kurang dramatis jika disebut malapetaka. Pasalnya mobil sedan Lexus orang tua Samuel hanya berjarak tiga mobil saja dari taksi mereka yang teronggok tak berdaya di tengah jalan raya.

            “Mampus kita, Ron.” Juna yang bekerja full time sebagai profesional overthinker itu mulai mengeluarkan suara tangisan.

            Roni biasanya selalu bersikap tenang. Itulah kekuatannya yang selama ini berjasa mengisi kekurangan Ikon Bee. Sialnya hari ini pikiran Roni benar-benar kusut. Semesta dan dewi keberuntungan memusuhinya. Ia diterpa kasus tabrak lari Dipta, misi penyelamatan Samuel yang berujung aksi kejar-kejaran, dan ancaman orang tua Samuel yang nyaris akan membunuh mereka. Semua anak-anak Young Bee tahu kalau Roni Josephin sang gitaris adalah penggemar berat film aksi. Sejujurnya dulu saat SMA, Roni sempat berdoa agar ia terlibat aksi keren seperti dalam film yang ditontonnya.

            Hari ini doa Roni terkabul. Tapi anehnya ia malah ingin ditelan bumi ketimbang menikmati adegan aksinya.

            “Oh, bumi telan saja aku.” Roni bersenandung sedih. Ia sama sekali tidak mirip pemeran utama pria dalam film aksi favoritnya.

            “Kalau lo kayak gitu jadi mirip pemeran utama sinetron pelakor. Tentang suami baik hati yang diselingkuhi istrinya itu, lho.” Juna mencetuskan dua kalimat yang membuat Roni semakin yakin kalau selain pendek dan lelet berpikir, Juna juga tidak berakhlak.

            Roni menatap tepat ke mata Juna. Bibirnya siap meluncurkan hujatan. Tapi sepertinya nasib Juna jauh lebih beruntung dari dirinya hari ini. Ketukan tegas yang bertalu-tali di kaca taksi menyelamtakan Juna dari amukan Roni. Sayangnya ketukan yang disertai raut galak itu sama sekali tidak menyelamatkan misi mereka. Justru menghancurkannya.

            “Bo-bokapnya Samuel.” Juna terbata saat menunjuk pria yang membungkuk di kaca taksi sebelah kanan.

            Kemacetan di ruas jalan raya Jakarta Pusat yang selalu padat itu kini digenangi kemarahan salah satu dari keluarga Ariston, pemilik firman hukum terbesar di Jakarta. Semua pengendara motor dan mobil berbondong-bondong menoleh ke sumber keributan. Hans Ariston berkacak pinggang di samping taksi. Istrinya sibuk mengeluarkan perintah bernada makian kepada dua laki-laki apes di dalam taksi.

            Juna dan Roni mati kutu. Sopir taksi yang berwajah masam mulai merasa terganggu dengan tatapan para pengendara di sekitar taksinya. Ia menoleh dengan dua bola mata yang melotot lebar. Dari tatapan mata yang beringas itu pun Juna tahu kalau mereka secara tidak manusiawi resmi diusir dari taksi. Tapi Roni menggeleng kecil.

            “Kita harus nahan orang tua Samuel biar misi ini berhasil,” bujuk Juna.

            Tapi Roni bersikeras dengan pilihannya menetap di taksi dan dipelototi si supir. Juna sendiri tak bisa berhenti gelisah karena keadaan di luar semakin gawat. Kendaraan di sebelah mereka mulai bergerak. Pertanda kemacetan akan segera usai. Sialnya taksi mereka masih teronggok di tengah jalan dengan tuan dan nyonya Ariston yang menghadang.

            “Kalau lo milih keluar, bisa habis riwayat lo.” Roni bergumam gemas saat tangan Juna memegang pintu taksi.

            “Biarin gue aja yang bermasalah sama keluarga Ariston,” kata Juna tak terduga. “Asal jangan Dipta. Tanpa Dipta, Young Bee nggak akan bisa tampil.”

            Mata Roni membeliak. Ia tertampar ucapan Juna sampai telat mencegat laki-laki pendek itu keluar dari taksi. Roni masih mendapati dirinya termangu saat Juna berdiri di luar taksi. Ia tak habis pikir Juna akan nekat mengorbankan posisinya di band, sekaligus impiannya. Memang mustahil tampil tanpa vokalis. Tapi penampilan Young Bee tak akan lengkap tanpa kehadiran bassist.

            “Juna!” Roni akhirnya turun sembari meneriaki sahabatnya yang kelewat nekat itu.

            “Kalian ‘kan yang nabrak anak saya Samuel?” semprot Hans Ariston begitu Roni yang bertubuh kurus keluar.

            Mulut Juna terkatup rapat. Pikirannya berkelana mencari alasan. Begitu pula Roni.

            “Bu-bukan, Pak.” Roni menjawab gugup. “Bukan saya, Pak.”

            “Terus kenapa istri saya melihat si pendek ini pergi dari ruang UGD? Kalian mencoba kabur, ya?” cecar Hans Ariston tanpa ampun.

            “Nggak, Pak.” Hanya itu jawaban yang bisa Roni pikirkan dan berikan. Ia merasa sangat bersalah kepada Juna karena sahabatnya bertugas mengawasi situasi dari belakang.

            Dua orang kaya di hadapan mereka malah semakin meradang mendengar jawaban Roni. Otak cemerlang Roni tiba-tiba kehabisan akal. Diinterogasi keluarga pemilik firma hukum dan dikelilingi puluhan orang ternyata lebih mengerikan dari yang Roni duga.

            “Saya fans berat Samuel, Pak. Saya dengar kabar kalau Samuel kecelakaan. Jadi, saya pergi ke rumah sakit itu untuk melihat keadaannya.”

            Roni kaget setengah mati saat makhluk di sebelahnya tiba-tiba bersuara. Bukan suara yang baik karena ia bisa melihat wajah nyonya Ariston memucat. Roni melirik laki-laki mungil bernama belakang Mahabarata itu dengan takjub sekaligus bingung. Takjub karena kegesitan Juna mencari alibi di tengah situasi genting. Dan bingung karena bisa-bisanya laki-laki itu mengaku sebagai fans Samuel. Oh, ralat. Fans berat Samuel! Yang benar saja.

            Roni menemukan mulutnya terbuka lebar ketika menonton akting Juna yang mendadak keren bagai Jackie Chan. Sementara ia merasa malu pada dirinya sendiri yang terlihat—kata Juna, bukan kata dirinya—seperti pemeran protagonis tersakiti dalam sinetron suara hati istri. Diam-diam Roni berpikir kalau Juna sebenarnya punya banyak sisi keren, tapi dengan nahas tertutupi oleh sikap lelet dan akhlaknya yang minim.

            “Apa? Kok, kamu bisa tahu Samuel kecelakaan secepat itu?” Magdalena Ariston menjerit marah. “Kamu penguntit! Ayo ikut saya ke rumah! Kita bicarakan ini empat mata!”

            Juna tak sempat berkelit karena tahu-tahu cubitan Magdalena Ariston sudah bersarang di telinga kirinya. Roni sempat menahan pergerakan beringas wanita sosialitas itu. Tapi ia kalah karena Magdalena menjerit keras di mukanya. Akhirnya mereka hanya bisa pasrah saat dijewer dan digiring ke mobil Lexus hitam.

             Kendati alibi dan keberanian Juna berakhir buruk. Setidaknya Juna berhasil menahan orang tua Samuel mengejar mobil Dipta. Roni menyadari kemenangan mereka saat sahabatnya itu tersenyum lebar meski telinganya bengkak. Pagi ini, Juna Mahabarata telah menjelma menjadi Pandawa yang mengalahkan raksasa. Roni bangga padanya.

***

Bab terkait

  • A Few Years Later   Pertengkaran di Tengah Hujan

    Tak pernah terduga dalam benak Dipta, Jakarta yang selalu bergerak dengan layar besar tanpa henti itu akan terguyur hujan. Aktivitas di dalamnya memang tak berhenti. Deru klakson yang bersahutan dan ketukan tumit sepatu para pekerja saling mengisi ruang kosong di jalanan yang kadang tergenang air. Derit ban sepeda motor anak-anak sekolah yang bergesekan dengan aspal yang licin. Juga ketenangan di dalam mobil Dipta. Sebenarnya keadaan saat ini tak tepat jika dibilang ketenangan yang menghanyutkan jiwa. Terlihat jelas dari raut wajah Dipta yang tegang saat membaca pesan Whatsapp di ponselnya. Hanya melihat ekspresi Dipta saja Bobby dapat menebak dengan akurat seperti apa nasib Roni dan Juna. “Kita bisa kabur sampai sejauh ini pasti karena Juna dan Roni, kan?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • A Few Years Later   Pertemuan Pertama

    Desakan Samuel, kata-katanya yang sulit dipercaya, dan cengkeraman jari-jarinya di kerah kemejanya. Dipta tak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi. Sejak masih di bangku sekolah pun ia tak suka berkelahi. Keyakinan itu bertahan sampai sekarang, ketika ia mulai beranjak dewasa dan kuliah di perguruan tinggi. Akan tetapi hari ini, satu nama yang terlontar dari mulut korban tabrak larinya telah menghancurkan keyakinan Dipta. “Lo sahabat Sella waktu SMA? Cowok yang nemenin dia waktu terapi penyembuhan trauma?” tanya Samuel bertubi-tubi. Nadanya suaranya keluar bagai tercekik. Dipta masih merasakan sekujur tubuhnya kaku saat saling beradu tatap dengan Samuel. Derak hujan menampar-nampar at

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • A Few Years Later   Akhir Pencarian Dipta

    Samuel kurang suka hujan. Terlebih saat ia harus terjebak di tengah Jakarta karena hujan. Pasalnya hujan tidak hanya membuat kendaraan tertahan memenuhi jalan karena banjir dan macet, hujan juga membuatnya kedinginan. Seperti saat ini, ia merasakan pukulan Dipta yang memberi sensasi panas di pipinya. Samuel tidak hanya menggigil kedinginan, ia juga marah karena Dipta menyerangnya. Beruntung suara teriakan Bobby di luar mobil mengundang satpam apartemen dan penjaga parkir restoran seafood berlari mendekat. Dengan tambahan kekuatan gedoran dan teriakan dua pria dewasa, Dipta akhirnya menyerah. Ia melepaskan Samuel yang mulai kehabisan napas. Gerakan refleks Dipta yang melepasnya tak menyurutkan rasa kesal di benak Samuel, ia justru semakin marah karena Dipta berhenti dengan terpaksa. &nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-12
  • A Few Years Later   Bantuan Tak Terduga

    “Lupakan soal itu dulu. Itu urusan kita berdua nanti.” Dipta mengacungkan layar ponselnya yang memuat pesan teks aplikasi dari Roni. Samuel ingin sekali mengamuk setelah pesan bertabur emotikon sedih itu disodorkan Dipta ke wajahnya. Tapi ia harus tetap tenang di situasi yang ramai ini. Perkelahian di dalam mobil tadi saja sudah memalukan. Samuel harus menjaga image di muka umum agar status artisnya tidak hancur hanya karena cowok culun bernama Dipta. “Sesuai janji lo. Kita udah mati-matian bawa lo kabur dari UGD. Sekarang tolong bebasin Juna dan Roni. Mereka jadi korban buat menyelamatkan lo. Kalau orang tua lo tau apa alasan lo kabur dari acara perjodohan ke bandara dan akhirnya kecelakaan. Gue rasa mereka bakal—“ “Ssst!

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-12
  • A Few Years Later   Martabak Persahabatan

    Terjebak di rumah orang kaya yang benci padamu terasa seperti terperosok ke lubang singa. Roni tahu ia pandai mendeskripsikan sesuatu dengan agak berlebihan. Terjun ke dalam prodi Sastra Inggris membuatnya tampak bak pujangga Inggris pada zaman kerajaan abad pertengahan. Tapi kali ini ia tidak berlebihan. Dua gelas jus jeruk di atas meja kaca, belasan toples kue kering, dan senyum ramah asisten rumah tangga sama sekali tidak membantu mencairkan suasana yang terlampau tegang. Juna malah tenggelam dalam kebiasaannya menggerakkan jempol kaki saat mereka menunggu nyonya Ariston berbicara. Kuliah di jurusan Sastra Indonesia dan aktif di teater prodi sepertinya membuat Juna pandai bersandiwara. Roni mengatakan hal ini karena wajah Juna datar. Ulangi sekali lagi. Datar. Polos dan kalem meski sedang dipelototi nyonya Ariston. “Jun, kok muka lo bisa bertahan lempeng kayak jol tol gitu, sih?” bisik Roni. “Iya, dong. Gue menerapkan ilmu teater di jurusan gue den

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • A Few Years Later   Curahan Hati Samuel

    Bendungan Hilir adalah rumah bagi anak-anak Young Bee. Sejak kecil mereka sudah terbiasa tidur sembari menatap hamparan gedung pencakar langit. Dipta dipertemukan takdir dengan Bobby, Juna, dan Roni di Perumahan Benhil Permai. Tidak seperti namanya yang katanya permai, perumahan tempat mereka tinggal justru langganan tergusur banjir. Kendati bermukim di perumahan, empat sekawan itu masih mencicipi segala problematika Ibu Kota dalam masa remaja mereka. Bukan Jakarta namanya kalau tak akrab dengan kemegahan di antara keruhnya banjir dan kemacetan. Satu hal yang paling Dipta syukuri dari tinggal di Benhil adalah kehadiran Bobby, Juna, dan Roni. Hal kedua yang juga sangat ia syukuri adalah kenyataan bahwa Benhil adalah pusat kuliner Kota Jakarta. Selepas pulang sekolah di SMA 38, Dipta yang uang jajannya paling banyak itu akan diseret Bobby dan Juna ke warung

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • A Few Years Later   Rindu yang Dingin dari Bali

    Udara malam yang dingin memeluk tubuh Dipta tanpa belas kasihan. Ia masih duduk termangu disinari lampu studio yang hampa. Bobby yang terakhir meninggalkannya sendirian setelah tersenyum lelah dan menepuk pelan bahunya. Satu per satu sahabatnya telah pergi dari sisinya yang membeku penuh penyesalan. Tak ada lagi kehangatan dan hati kecil Dipta yang sakit dapat memahami hal itu. Roni dan Juna pasti sudah sangat mengantuk. Mereka pasti sudah lelah terlibat dalam masalahnya dengan Samuel yang seakan tak berujung. Dipta menggumamkan ucapan terima kasih dari bibirnya yang kelu, tepat ketika jaket gombrong Bobby tak terlihat lagi di ambang pintu. Pemilik jaket merah muda itu sudah bergabung dengan Roni dan Juna, menyusuri jalan pulang. Dipta menarik kakinya dan meringkuk. Malam sudah larut dan ia memikirkan seseorang di Denpasar yang kata ramalan cuaca akan dit

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • A Few Years Later   Pria Aneh di Kuta

    Belasan jam yang laluDenpasar, Bali Tak butuh waktu terlalu lama untuk sampai di Bali. Beranjak tengah hari, Sella sudah keluar dari pesawat. Beruntung liburan “terpaksa” selama lima hari di Jakarta membuatnya tak perlu membawa koper besar. Ia termasuk penumpang yang beruntung karena tak harus berjibaku di tengah kerumunan untuk mengambil koper dari bagasi pesawat. Bandar Udara Ngurah Rai sangat padat begitu Sella berjalan ke pintu depan, bahkan tidak ada ruang bebas untuk sekadar mendorong koper di sela-sela kerumunan orang. Sella berkacak pinggang melihat keriuhan di depannya, perjalanannya sudah tertunda karena ia tak ingin berbaur dengan lautan manusia di bandara. Sejak kecil, keramaian memang sudah menjadi musuh bebuyutannya. Ia benci harus berdesak-desakkan dengan orang-orang asin

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09

Bab terbaru

  • A Few Years Later   EPILOG

    Samuel berdiri lesu di ruang ganti pakaian. Di luar terdengar gegap gempita suara dari tamu undangan dan keluarganya. Hari pertunangan akhirnya tiba dan Samuel terpaksa patuh pada kehendak keluarganya. Keluarga Ariston dan Keluarga Redington melepaskan Dipta, tidak membawa kasus tabrak lari ini ke jalur hukum. Namun, sebagai hukuman, Dipta harus angkat kaki dari panggung dunia hiburan. “Band Young Bee sudah tidak tampil selama lima bulan ini,” kata pengawalnya saat Samuel meminta pria itu masuk untuk menemaninya yang hampa. “Mereka juga tidak aktif mengeluarkan lagu lagi. Tentu saja ini karena mereka kehilangan vokalis.” “Sella bagaimana?” tanya Samuel gamang, dia tidak pernah berani menelepon Sella lagi, bahkan mengangkat telepon Sella atau membalas pesannya. “Masih kuliah di Bali dan bekerja di kafe Luke, tapi tidak mau bicara dengan saya.” Percakapan mereka terpotong karena ketukan pintu. Pengawal membuka pintu dengan cepat

  • A Few Years Later   Jangan Pergi Dipta

    “Saya pelakunya. Saya tidak sengaja menabrak Samuel yang keluar dari dalam kafe bandara,” aku Dipta, tubuhnya gemetar dan suaranya parau. “Saat itu, Samuel lari dan tidak melihat ke sekitarnya. Saya juga sedang tidak fokus. Lalu kecelakaan itu terjadi.” Dipta mempertaruhkan karier bandnya dan mengakui semuanya. Di belakangnya, ada Samuel yang berdiri kaku, menatap tak percaya pada Dipta yang memilih berkorban. Samuel yakin Dipta tahu bahwa sampai saat ini hanya ia yang Sella cintai. Sementara Dipta selalu berakhir menjadai sahabat Sella, tak lebih dari itu. Axel Redington sangat berang. Ia menatap Dipta lekat-lekat, begitu pula dengan Hans Ariston. Di sisi lain, Serina mendadak merasa kacau karena telah menangkap Yose. Seketika Serina merasa kalut, ia merutuki Samuel yang semestinya mengaku dan meluruskan masalah ini agar ia bisa bertunangan. Tapi calon tunangannya yang bodoh dan kikuk malah gagal mengendalikan pria aneh itu, Dipta. “Jad

  • A Few Years Later   Memilih Melepaskan

    Salah satu kamar VIP di Resort Marina kedatangan banyak tamu hari ini. Awalnya Serina menyewa kamar itu untuk bulan madunya bersama Samuel. Namun, tragedi tabrak lari dan sekelumit kisah menyedihkan yang melibatkan Samuel dengan Sella membuat impian bulan madunya yang indah berakhir gagal. Dan kini Serina harus bersusah payah menghadapi sikap pemberontakan Yose, tawanannya. “Lepasin gue! Dasar anak orang kaya yang kotor!” teriak Yose berang. Serina semakin geram karena Yose yang tengah diikat dengan tali tambang di kursi besi itu tak berhenti bergerak beringas. “Cih! Berani banget bilang gue orang kotor!” bentak Serina. Yose melirik perempuan bertampang arogan yang tengah berkacak pinggang di depan wajahnya. Ia mendongak dan menyaksikan Serina Redington tengah melayangkan tatapan penuh kebencian. Para pengawal Keluarga Redington berdiri di belakang perempuan kaya itu, berpakaian setelan jas hitam. Di sisi kiri dan kanannya pu

  • A Few Years Later   Rencana Samuel dan Dipta

    Akhirnya Dipta dapat berdiri di atas panggung lagi bersama Young Bee, band yang ia perjuangkan mati-matian sejak masih belajar di sekolah menengah. Kini di tengah masa-masa kuliah yang padat, Dipta berhasil membawa Young Bee menuju puncak popularitas. Bobby yang berdiri di belakangnya, memegang dua stik drum, tampak terharu. Bahkan Roni sudah menangis sembari memeriksa suara gitarnya. Di sisi kirinya, Juna yang memegang gitar bass sukses besar mengacaukan riasan yang dibuat penata rias sewaan ibunya gara-gara menangis. Mereka belum tampil, tirai hitam yang disiapkan panitia belum disingkap. Keempat sahabat itu sudah bersiap di balik tirai, lengkap dengan berurai air mata. Salah satu penyebab tangisan haru itu ada kehadiran Sella di tengah-tengah penonton. Di kesempatan tampil kali ini, sangat berbeda dengan panggung Jakarta Dream Concert, Sella dapat hadir menonton Dipta dan Young Bee sebagai seorang sahabat. “Ta, gue rasa inilah titik balik Young Bee

  • A Few Years Later   Mimpi Buruk Yose

    Beberapa jam lagi GWK Music Festival akan dimulai dan Yose harus berlapang dada membiarkan Sella bertemu laki-laki itu, Dipta. Bahkan, Yose dikabari oleh adiknya, Feliz Abinaya kalau Samuel juga akan mengisi acara. Sialnya, nama dan foto Samuel terpampang besar di spanduk festival sebagai bintang utama. Yose merasakan hatinya memar seperti baru dihujam pukulan kuat. Ia tahu persis apa penyebabnya, tentu saja video curahan hati Serina Redington yang viral itu dan berhasil mengarahkan semua hujatan kepada dirinya. Berkali-kali tangan Yose bergerak gelisah, menarik tudung jaket hoodienya agar lebih rapat menutupi sebagian wajahnya. Di sudut terpencil kafe yang terletak di dekat area wisata Garuda Wisnu Kencana ini, Yose merasa dirinya sudah mirip buronan. Tak seperti biasanya, Yose harus menghabiskan waktu kencannya sambil mengikuti perkembangan kasusnya yang diviralkan Serina Redington, berusaha menutupi wajahnya dengan tudung hoodie dan topi, bahkan terus mengawasi

  • A Few Years Later   Pengakuan Palsu Samuel

    “Hello, guys! Wah, udah lama gue nggak lihat kalian, The Redington Club kumpul lagi kayak gini. Pardon me, please. Seperti yang kalian tau, akhir-akhir ini gue sibuk sama pertunangan gue. Tapi gue malah nggak ngasih kabar apa-apa padahal gue tau kalian pasti excited banget. But, finally im here! Gue mau ngasih kabar ke kalian, kabar pahit yang bikin gue yakin harus minta dukungan dan bantuan kalian.” Mata Samuel hampir tak berkedip saat menatap layar laptopnya dan menyaksikan video itu. Video yang diunggah kanal YouTube calon tunangannya, Serina Redington dan kini sudah naik ke puncak trending. Samuel merasakan debaran yang menalu dadanya akan bertambah keras karena ini hatinya mulai terasa sakit. “Rumor soal pertunangan gue yang diundur itu bener, guys. Itu kenyataan! Kalian tau siapa yang bertanggung jawab sama masalah ini? Bukan Samuel atau keluarga dia. Dan bukan juga keluarga gue. Ini masalah yang disebabkan sama orang asing. Samuel luka-luka kare

  • A Few Years Later   Trauma yang Terulang

    Dari yang diamatinya saat ini, belum ada yang aneh pada sosok berjaket biru pudar itu. Perilaku Yose tidak menunjukkan tanda-tanda keterlibatan dengan Samuel dan Keluarga Ariston yang bermasalah. Yose masih tersenyum lebar, menggengam tangannya lembut, dan berbicara dengan nada rendah yang teduh. Hanya satu hal yang membuat Sella terus-terusan menyelidiki laki-laki itu di tengah momen makan malam mereka. Janji Samuel kepadanya tadi pagi. “Yose, hubungan kamu sama orang-orang di sekitar kamu baik-baik aja, kan?” Tiba-tiba Sella tergerak untuk menanyakan pertanyaan bodoh itu. Tentu saja, Yose yang dikenalnya berhati emas itu langsung mengernyitkan dahi dan menggeleng bingung. “Kayak nggak kenal aku aja.” Yose membalas dengan nada ejekan sambil tertawa. Suara genjrengan gitar akustik dan dentum drum yang membentuk harmoni merdu di sisi lain kafe mendadak terdengar senyap di telinga Sella. Kata-kata Samuel terngiang-ngia

  • A Few Years Later   Segalanya Runyam

    Kedatangan calon tunangannya ke Bali bagaikan kotak pandora, sangat tak terduga. Kini Samuel tak bisa berhenti memutar ulang video yang terputar di layar laptopnya. Video itu merekam segalanya, raut wajah Yose yang beringas, mukanya yang pucat, aksi kekerasan, keributan para pengunjung restoran, sampai kedatangan Luke untuk membubarkan insiden panas yang melukainya.“Mau bantah pakai alasan apa lagi? Jelas banget cowok sinting itu yang nabrak kamu sampai luka-luka dan bikin pertunangan kita diundur.”Samuel mendelik, pandangannya menyorot sosok ramping yang tengah bersandar di kaca kamarnya sembari menyesap segelas wine. Tubuh rampingnya terbalut jubah mandi berwarna putih seperti kulitnya. Bercak-bercak air tersebar di seluruh lantai, menetes dari rambutnya yang tergulung handuk dan belum kering. Samuel merasa risih. Sejak bertemu di pantai tadi malam, Serina memaksa ingin menginap di kamar hotelnya dan tanpa persetujuan darinya, perempuan cerewet itu lang

  • A Few Years Later   Penguntit Tak Diundang

    Sudah tak terhitung lagi berapa kali Samuel mengulang janjinya pada Sella di dalam hati. Mungkin ratusan kali, sebab matahari sudah tenggelam di lautan saat ia menyibak tirai dan memandang jauh ke luar. Sudah berapa jam sejak ia meninggalkan taman dan Sella yang memandangnya dalam kehampaan? Samuel kehilangan kepekaan terhadap waktu ketika segalanya menjadi pudar. Tidak ada yang mengganggu dirinya, termasuk Luke yang ia pikir akan datang lagi dan menggedor-gedor pintu kamar hotelnya. Samuel pikir suasana di sekitarnya telah cukup tenang untuk membantunya mencari makanan di restoran hotel. Pesan singkat dari Sella yang menyuruhnya makan karena tubuhnya tampak kurus masih melintas dalam benaknya dan itu berubah menjadi dorongan kuat bagi tubuhnya. Samuel memaksa dirinya keluar dari kamar dan duduk di salah satu meja restoran hotel yang dekat dengan bibir pan

DMCA.com Protection Status