DILAMAR MALAIKAT MAUT

DILAMAR MALAIKAT MAUT

last updateHuling Na-update : 2021-06-09
By:  Dayat_eMJeOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
180 Mga Ratings. 180 Rebyu
24Mga Kabanata
2.6Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Synopsis

WARNING..!!!! ️️️ NO PLAGIARISME..!!! DILARANG MENCURI DAN COPY PASTE..!!! MENULIS ITU TIDAK MUDAH, JADI HARGAI KARYA ORANG LAIN..!!! ️️ ️️️️️️️ ️️️ JANGAN LUPA : SUBSCRIBE ️ LIKE ️ KOMENTAR YANG MEMBANGUN ️ Agar Saya Bisa Terus Berkarya, Terima Kasih .. Selamat Membaca .. ️️️️️️️️️️️️️️️ Langit terlihat kusam diantara teriknya mentari menyengat jiwa dan meruntuhkan tebing es yang tersimpan diantara hati yang semu, gelap akan cahaya.. Ingin rasanya aku berteriak dan menangis sekuatnya Untuk meruntuhkan hasrat semu yg begitu mencekam Aku semakin tak mengerti akan semua ini Haruskah aku berlari diantara titian kecil tanpa arah itu...? Ataukah aku harus bertahan meskipun ku tahu Nyawa ini akan menjadi taruhannya..? Semua semakin tak terfikir olehku Kulihat di ujung jalan itu. Mereka yg tersenyum diantara pesakitan mulai menyapa ku dan bercengkrama halus, seakan mereka tahu apa yg kupikirkan Mata sayu dan penuh harap itu semakin bertanya-tanya, dari tatapan mataku hasrat yg semula ku anggap benar, kini semakin membuatku tak mengerti akan semua ini. Ya Tuhan, ingin rasanya aku menghilang pergi secepat kilatan petir dan tak dikenal siapapun, mungkinkah ini jalan hidupku...??

view more

Kabanata 1

01. LAKSANA SEORANG AYAH 1

   Panggilan Adzan subuh dari ribuan menara yang bertebaran di kota Jakarta hanya mampu menggugah hati mereka yang benar-benar tebal imannya. Meskipun hanya untuk sholat berjamaah di Masjid.

 

Mereka yang memiliki tekad beribadah dalam segala musim dan cuaca, seperti mercusuar yang tegak berdiri dalam terjangan ombak, terpaan badai, dan sengatan terik matahari. Ia tiada kenal lelah, tetap teguh pendiriannya seperti yang di titahkan Tuhan sambil berdoa siang dan malam.

 

Akmal, begitu para teman-temanku dan orang-orang memanggilku. Nama lengkapku Akmal Raka Maulana, kata Umi nama Akmal di ambil dari kata Kamil yang bermakna lengkap atau sempurna. Ayah memberi nama itu karena merasa lengkap dan sempurnalah kehidupan mereka dengan kehadiranku saat itu.

 

Sedangkan arti dari nama lengkapku adalah seorang pemimpin yang cerdas dan lebih sempurna, orang tuaku berharap, kelak aku bisa menjadi pemimpin yang cerdas dan juga sempurna, bukan hanya di bidang akademis saja, tapi di bidang agama juga.

 

Pagi ini aku membuka pintu rumah yang terbuat dari kayu yang sedikit rapuh untuk melaksanakan panggilan ilahi. Aku menongah ke atas, di sana terdapat ribuan bintang berkilauan indah terpancar seperti sedang bertasbih menyahut Asma Allah. Hampir setiap hari di jam yang sama aku selalu melihat keindahan baru, keindahan yang tidak pernah sama setiap harinya.

 

Keindahan yang tidak dapat dilukiskan secara nyata di atas kanvas oleh pelukis manapun. Yang aku tau keindahan itu hanya bisa di rasakan, dinikmati dan dihayati oleh orang-orang yang selalu bersyukur dan mencintai keagungan tuhannya.

 

Tak jauh dari rumah terdapat Masjid Al-Irsyad yang tidak terlalu besar, namun sangat tertata rapi. Ornamen-ornamen klasik menghiasi dinding-dinding Masjid. Lukisan kaligrafi menghiasi dinding dalam kubah berwarna hijau.

 

Aku melangkah memasuki rumah Tuhan yang sangat indah itu. Disana hanya ada tiga kakek tua yang bersiap melaksanakan shalat. Semangat mereka begitu tinggi menyahut panggilan Ilahi.

 

Salah satunya Ustadz Ahmad. Beliau pensiunan jaksa yang kaya raya. Umurnya telah mencapai enam puluh delapan tahun. Beliau sangat ramah, dermawan, piawai dan cerdas. Walau sudah tua, kedalaman ilmu agama dan kefasihannya membaca Al-Qur’an membuat masyarakat memanggilnya dengan sebutan ustadz atau Haji Ahmad.

 

Hampir setiap shalat berjamaah beliau selalu hadir dan datang tepat waktu, tidak kenal kata absen. Rumahnya tak jauh dari masjid ini, kira-kira dua puluh meter. Seluruh masyarakat begitu sayang kepadanya, karena beliau sering sekali membantu masyarakat yang kesusahan. Tapi, di balik itu kondisi masyarakat sekitarku sangatlah memperihatinkan.

 

   Banyak anak muda seumuranku yang terjaring dalam pergaulan bebas dan terjerumus dalam jurang narkoba. Beberapa dari temanku sudah banyak yang meninggal akibat barang haram itu.

 

Perkelahian dan tawuran antar warga selalu menghiasi kampungku yang kecil dan berpenduduk padat. Pencurian, perampokan, penganiayaan selalu datang silih berganti meramaikan tempat dimana aku tinggal.

 

Tempat tinggalku telah menjadi kawasan rawan akan kejahatan. Sampai-sampai daerah ini pernah dijuluki sebagai tempat berkumpulnya para bandar narkoba dari berbagai pelosok negeri.

 

Tak heran kalau kampungku sangat terkenal di Jakarta, dan seringkali menjadi sorotan publik, kampung menteng tenggulun tepatnya, yang di apit oleh jalur kereta api dan kali malang yang deras dan airnya kotor berwarna coklat.

 

Itulah yang membuat masjid di daerahku selalu saja sepi dan lengang apabila panggilan Allah dikumandangkan, tidak ada satupun kaum muda yang tergerak hatinya. Hanya ada beberapa orang tua yang sudah cukup umur dan uzur yang bersemangat kemasjid. Karena hampir seluruh kaum muda di kampungku tidak perduli akan ajaran agama dan jauh dari akhlak yang terpuji.

 

   Gadis-gadis sebayaku di daerah sini juga sudah banyak yang terperosok dalam lembah nista. Banyak sekali dari mereka sengaja mengorbankan masa mudanya yang seharusnya dipakai untuk menuntut ilmu, tapi mereka malah menghancurkan hidupnya dengan cara berpacaran, bercinta dan selanjutnya hamil di luar nikah, dan yang menghamilinya tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Malah mereka sering kali menjadi tukang palak dan pencopet.

 

Tidak hanya cukup sampai disitu, banyak gadis-gadis yang tidak lulus bersekolah malah mengabdikan dirinya sebagai pekerja sex komersial atau yang sering disebut pelacur. Karena itulah, Aku memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan teman-teman sebayaku didaerah ini. Aku sangat paham, walaupun sifat mereka buruk, tapi kepada sesama teman yang mereka kenal dilingkungannya mereka masih memiliki rasa saling menghormati.

 

   Di daerah tempat tinggalku Ustadz Ahmad memiliki tiga puluh kontrakan yang tersebar luas, dan kami salah satu yang menempati kontarakan itu. Ustadz Ahmad menyuruh kami tinggal dikontrakannya tanpa mengeluarkan biaya, sebab kami sudah tidak mampu membayar uang sewa rumah.

 

Istri beliau yang bernama ibu Halimah telah meninggal tiga tahun lalu karena sakit kanker payudara yang di deritanya. Ustadz Ahmad memiliki tiga orang anak laki-laki yang ketiganya belum juga menikah.

 

Mereka bernama Hasan, Husin dan Marfat. Dari ketiganya tidak ada satupun yang berminat mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang ustadz atau pengajar Qur’an. Mereka lebih memilih menjadi karyawan kantor dari pada seorang ustadz yang katanya tidak menghasilkan uang dan tidak bisa menjadi kaya.

 

Salah satu putra ustadz Ahmad yang paling bungsu yang bernama Marfat adalah pengedar narkoba kelas kakap di kampungku. Ia sering sekali menjadi profokator penyebab terjadinya tauran antar warga.

 

Marfat juga sering sekali keluar masuk penjara, dan sekarang ia sedang berada di penjara cipinang terkena hukuman lima tahun penjara karena kedapatan menyimpan narkoba sebanyak satu kilogram ganja kering. Itulah yang sering kali membuat Ustadz Ahmad sedih dan murung. Beliau selalu memikirkan nasib ketiga putranya.

 

   Aku sangat dekat dengan Ustadz Ahmad. Beliau sangat sayang padaku, dengan senang hati beliau mengajarkanku mengaji dan memperdalam ilmu agama secara privat. Beliau ingin menghadiahkan seluruh ilmu yang beliau miliki seluruhnya kepadaku. Jadwal mengajiku dengan ustadz Ahmad seminggu dua kali, yaitu setiap ahad dan rabu.

 

Beliau sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Meskipun beliau sudah tua dan berbadan gemuk dan seluruh rambutnya sudah ber uban, tapi jiwa beliau masih seperti anak muda yang selalu gesit dalam segala hal.  Usai Shalat, aku menyalami ustadz Ahmad, beliau tak bisa menyembunyikan senyumnya bila bertemu denganku. Kerendahan hatinya membuat beliau menjadi salah satu tokoh agama yang sangat di hormati di daerah tempat tinggalku.

 

“Mau kemana Mal kok sepertinya buru-buru?” Tanya ustadz  ramah.

 

Kutatap beliau sesaat, semakin awet muda saja dilihatnya. Jenggotnya yang berwarna putih begitu tertata rapih, tak tampak terlihat tua dengan kulitnya yang putih bersih, walaupun umurnya sudah uzur.

 

“Ah, tidak juga ustadz, setelah ini saya mau bantu Umi. Kasihan Umi kalau harus bekerja sendiri.” Jawabku datar.

 

Beliau langsung paham apa yang akan aku lakukan. Sebab beliaulah yang memberikan modal untuk ibu berdagang kripik singkong. Bahkan sesekali beliau sering berkunjung kerumah.

 

“Bagaimana kabar Fatimah? Apa ia sehat?” Tanya ustadz kembali.

 

Alhamdulillah. Sehat Ustadz.”

 

   Fatimah nama ibuku. Aku memanggilnya dengan sebutan Umi, Ustadz Ahmad sangat perduli dengan keadaan kami. Sampai-sampai biaya kuliahku beliau yang membiayai. Beliau ingin aku menjadi seorang sarjana yang soleh dansukses, itu harapan terakhirnya. Karena semua anaknya tidak ada yang bisa diharapkan.

 

Aku tak ingin mengecewakannya. Setiap hari aku belajar dan belajar untuk mendapatkan nilai yang terbaik di kampus. Beliau selalu bangga padaku.

 

“Ustadz sedang sakit yah? Kok mata ustadz merah. ” tanyaku khawatir.

 

   Kulihat wajahnya begitu murung. Seperti ada masalah yang menghampirinya. Matanya celong dan sedikit merah seperti sedang sakit. Biasanya manusia kalau sudah tua akan sangat mudah terkena penyakit.

 

Kondisi tubuhnya mudah surut serta kehilangan stamina tubuh. Tapi aku yakin, bukan itu yang memyebabkan ustadz Ahmad sakit. Pasti ini ulah ketiga anaknya.

 

“Ah tidak. Hanya kurang tidur saja. Cuaca akhir-akhir ini sering sekali hujan, dan itu yang membuatku kurang enak badan.” Jawabnya.

 

   Aku berjalan mengantarkan beliau pulang. Kutuntun dengan penuh sayang. Beliau sudah tidak bisa berjalan jauh, Kesehatannya terlihat sudah mulai berkurang, tidak seperti waktu muda, segar berstamina.

 

Waktu muda beliau sangat aktif berolah raga dan berceramah di masjid-masjid. Salah satu filosofi ustadz Ahmad yang membuatku kagum adalah Tiada hari tanpa berdakwah.

 

Beliau mengajarkan padaku bahwa selama kita masih sehat, perbanyaklah beramal dan beribadah untuk tabungan kita di akhirat. Karena hidup di dunia ini hanya sementara dan di akhiratlah hidup kita akan kekal abadi, jadi perbanyaklah amal ibadah selama kita masih berada di dunia.

 

Karena semua yang kita kerjakan di dunia akan di pertanggung jawabkan semuanya di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla. Sambil berjalan ustadz Ahmad meletakkan tangan kanannya di pundak kiriku. Dan beliau berpesan,

 

“Jangan lupa salam buat ibumu di rumah. Bilang padanya lain waktu aku mau mampir.”

 

“Iya ustadz, pasti akan saya sampaikan.” Jawabku senyum.

 

   Ustadz Ahmad sangat perduli dengan keadaan Umi. Beliau sudah banyak membantu kami. Sesekali beliau memberikan uang belanja apabila hasil jualan kripik Umi sedang tidak membuahkan hasil. Sambil berjalan, tidak lupa beliau selalu menasehati dan menceramahiku agar tidak melakukan hal-hal buruk, beliau tidak ingin aku menjadi seperti anak-anak muda sebayaku di kampung ini. Beliau menasehatiku laksana seorang ayah yang perduli terhadap anaknya.

 

   Rumah ustadz Ahmad sangat mewah. Satu-satunya yang terbesar di kampung ini. Tapi aku heran, kenapa terlihat begitu hening, seperti tidak ada aktivitas di dalam rumahnya. Mungkin setelah shalat semua penghuninya tidur kembali. Aku buka pintu pagar yang terbentang lebar berwarna hijau. Bentuknya sedikit unik seperti anak panah yang sedang berbaris, ujungnya lancip dan tajam.

 

Kuantar ustadz Ahmad sampai di depan garasi. Disana terdapat lima mobil mewah berbagai warna. Semua anaknya diberikan mobil satu persatu. Pikiranku mulai melayang, Andaikan aku menjadi anaknya mungkin hidup ini terasa indah.

 

Aku membayangkan Berangkat menuju kampus dengan mobil sambil mendengarkan musik dan ditemani AC yang dingin. Wah asiknya, bisa kuajak Umi dan teman-teman ke puncak melihat pemandangan indah. Semakin lama khayalanku semakin yang tidak-tidak.

 

"Mau mampir dulu Mal?” suara ustadz Ahmad menyadarkanku dari khayalan yang sangat jauh dari kenyataan.

 

“Langsung pulang aja ustadz. Umi sudah menunggu di rumah, mau antar jualan kripik.”

 

Lalu tiba-tiba ustadz Ahmad  mengeluarkan amplop dari kantong baju koko nya.

 

“Ini untuk ibumu dan uang kebutuhan kuliahmu. Ambillah!! Semoga bisa bermanfaat.”

 

“Terima kasih Ustadz.” Kuambil amplop itu dengan tangan kanan dan langsung kucium tangannya penuh rasa ta’zhim lalu kumasukan kedalam saku celana bahanku berwarna hitam.

 

   Aku yakin sekali, Sepertinya beliau sudah mempersiapkan amplop itu sejak tadi. Beliau tahu kalau aku tidak pernah absen sholat subuh di masjid ini. beliau pamit masuk,  kupandangi cara beliau berjalan, takut-takut ia terjatuh.

 

Cara berjalannya sudah sedikit lambat dan mudah lemas, seperti layangan singit. Sambil berjalan masuk sesekali beliau menoleh ke arahku. Kuberikan senyum terindahku untuknya.

 

***

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

10
100%(180)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
180 Mga Ratings · 180 Rebyu
Sulatin ang Repaso
user avatar
Ai nien
bagus ceritanya. baca juga buku berjudul 'Malaikat Dihukum jadi Babysitter'. ceritanya juga menarik danseru
2022-04-01 14:47:41
0
user avatar
murutop07
Bintang 5 Kak .... ntar aku sambung lagi bacanya yaaa
2021-06-29 18:12:48
0
user avatar
ZB
Semangat Kak 💪
2021-06-06 23:14:18
0
user avatar
Aicha Aisah
Judulnya keren banget
2021-06-06 17:15:06
0
user avatar
Siti Auliya
Judulnya bikin penasaran
2021-06-06 15:38:18
0
user avatar
Senada
Judulnya aja bikin merinding, apalagi ceritanya? Next lagi kk yang semangat.
2021-06-06 14:54:16
0
user avatar
Kirana Senja
Diksi yang bagus, lanjutkan yah
2021-06-06 10:19:46
0
user avatar
Lord Devil
Wow judulnya aja udah menarik. ☺️☺️
2021-06-06 09:50:26
0
user avatar
Rafli123
Keren banget kak, banyak kalimat yang mengandung makna yang luar biasa didalamnya. Sukses terus kak❤️❤️
2021-06-06 07:34:17
0
user avatar
Chocolatte
Keren keren seru banget
2021-06-06 06:53:26
0
user avatar
LL. Rose Antemas
Keren eeuuyy ..pesan yang luar biasa bagi pembaca.
2021-06-06 05:35:52
1
user avatar
Errenchan
Keren bangettt
2021-06-03 10:51:14
1
user avatar
CahyaGumilar79
Kren ceritanya kak banyak kalimat yang bermakna
2021-06-03 01:04:00
1
user avatar
Secret.Vee
Bagus banget ini thor, banyak pesan yg tersirat.
2021-06-02 23:51:31
1
user avatar
Fischa Rina Susanti
Asli ini keren banget. Insecure diriku sama penulis seperti dirimu thor 😭 semangat ya 😍
2021-06-02 23:47:54
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 12
24 Kabanata
01. LAKSANA SEORANG AYAH 1
   Panggilan Adzan subuh dari ribuan menara yang bertebaran di kota Jakarta hanya mampu menggugah hati mereka yang benar-benar tebal imannya. Meskipun hanya untuk sholat berjamaah di Masjid.   Mereka yang memiliki tekad beribadah dalam segala musim dan cuaca, seperti mercusuar yang tegak berdiri dalam terjangan ombak, terpaan badai, dan sengatan terik matahari. Ia tiada kenal lelah, tetap teguh pendiriannya seperti yang di titahkan Tuhan sambil berdoa siang dan malam.   Akmal, begitu para teman-temanku dan orang-orang memanggilku. Nama lengkapku Akmal
last updateHuling Na-update : 2021-04-30
Magbasa pa
02. LAKSANA SEORANG AYAH 2
   Suasana jalan masih terlihat lengang ketika aku menuju rumah. Setelah menutup kembali pintu pagar rumah ustadz Ahmad yang terbuat dari besi yang kokoh. Kumelangkah menelusuri beberapa gang kecil yang berkelok-kelok. Rumahku berada paling pojok di ujung gang, dan terbuat dari batako yang telah rapuh. Bertingkat dua dan ukurannya sangat kecil. Hanya terdapat dua kamar tidur, di bawah dan di atas, hanya cukup untukku dan Umi. Tidak seperti tempat tinggal pada umumnya yang besar dan rapih. Lantai rumahku hanya terbuat dari tumpukan pasir dan semen yang di ratakan tan
last updateHuling Na-update : 2021-04-30
Magbasa pa
03. AIR MATA UMI
   Waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi. Kutelusuri jalan dan gang kecil yang berkelok-kelok, suara bising kereta api sesekali terdengar membuat telingaku gatal. Tepat di depan mataku terdapat sekelompok anak-anak kecil sedang berlari-larian kesana kemari. Beberapa di antara mereka ada juga yang bermain sepeda-sepedaan. Sepertinya beberapa dari mereka adalah murid-muridku di TPA Al-Irsyad. Umur mereka sekitar dua sampai empat tahun. kuhentikan sepeda motor sejenak untuk mengamati mereka bermain. Serentak mereka melihat wajahku lalu berlari menghampiriku dan berebut mencium tanganku. 
last updateHuling Na-update : 2021-04-30
Magbasa pa
04. MASA LALU AYAHKU
   Sekarang Aku tahu, ternyata Umi itu di jodohkan dengan Ayahku, karena keinginan kakekku. Padahal, tidak ada salahnya menurutku jika Umi mempunyai keinginannya sendiri.  Sambil air mata terus menetes dipipinya, Umi pun melanjutkan Ceritanya. "Dia tidak pernah bersyukur atas apa yang Allah berikan kepadanya. Lalu dia di ajak oleh seorang temannya untuk bermain judi dengan kalangan orang-orang kaya yang menurutnya sangat terpandang. Katanya kalau sekali menang bisa membeli mobil baru dan hidup kita akan makmur. Umi sudah melarangnya, dan sudah menasehatinya kal
last updateHuling Na-update : 2021-04-30
Magbasa pa
05. SEPENGGAL KISAH DI DALAM MIKROLET
   Sudah lebih dari satu minggu ini aktivitas kampus tidak seperti biasanya. Setelah melaksanakan ujian akhir semester, seluruh mahasiswa diliburkan selama dua bulan. Namun, aktivitasku hari ini mengharuskan aku berangkat ke kampus untuk mengikuti rapat rohis jam sebelas siang nanti.  Walau jarak yang kutempuh tidak dekat, tapi ini adalah sebuah janji. Walaupun hanya sekedar jadwal, tapi aku harus komitmen terhadap jadwal. Jadwal adalah janji dan janji adalah hutang. Jadi sudah seharusnya seorang muslim bertanggung jawab kepada dirinya dan Allah. Walaupun begitu, Irfan tetap tidak bosan-bosannya mengingatkanku untuk menghadiri rapat itu, penting katanya.
last updateHuling Na-update : 2021-04-30
Magbasa pa
06. MENGUNDANG SYAHWAT DI DEPAN MASJID
   Aku sampai di Masjid kampus jam dua belas kurang seperempat. Siang yang melelahkan. Kepalaku rasanya seperti mau medidih saat matahari hampir tepat berada diatas kepalaku. Cuaca benar-benar panas. Setelah turun dari mikrolet dan mengambil uang kembalian dari pak supir, segera kugemblok tas ransel butut kesayangan.Aku ingin buru-buru bertemu dengan Irfan, ada yang ingin aku bicarakan padanya mengenai kondisi keuanganku. Aku ingin meminta bantuannya untuk mencarikanku pekerjaan sampingan. Aku melangkah menelusuri jalan setapak dan menyebrangi rel kereta yang sepi. Kupercepat langkah, tiga puluh meter di depan adalah Masjid At-Taqwa yang memiliki kubah besar yang di atasnya bertuliskan nama Allah. Masjid Megah yang memberikan ketenangan apabila berada di dalamnya.   Tidak jauh dari pekarangan Masjid aku berpapasan dengan tiga akhwat yang beriringan keluar. Mereka adalah Irma, Ayu dan Rahmah. Mereka adal
last updateHuling Na-update : 2021-05-01
Magbasa pa
07. RAPAT RIHLAH
   Begitu masuk Masjid...Bwuss..., Terasa hembusan udara sejuk yang di pancarkan lima AC dalam masjid menyambut ramah. Alhamdulillah, Nikmat rasanya jika berada di dalam masjid. Puluhan orang sudah berjajar rapi dalam shaf shalat berjamaah setelah mendengar iqamah. Kuletakkan tas ranselku di tembok samping masjid. aku berdiri di shaf pertama paling kanan. Kuniatkan dalam hati, terasa kedamaian mengalir deras dalam hembusan nafas. Kuangkat takbir dalam khusyu menghadap Ilahi. Allah terasa begitu dekat, lebih dekat dan sangat dari urat leher.   Usai shalat, aku bertemu dengan Irfan. Ia datang menghampiriku. pucuk di cinta ulam pun tiba. Ia terlihat segar dan berpakaian sangat rapih, dibalut kemeja lengan panjang berwarna merah marun dan celana bahan hitam. Aku ingin diskusi masalah keuangan
last updateHuling Na-update : 2021-05-06
Magbasa pa
08. GADIS MISTERIUS
   Halte kampus terlihat begitu sepi dan lengang, yang ada hanya seorang tukang batagor yang sedang menunggu pelanggannya. Kemana semua mikrolet..? sudah lima belas menit aku menunggu tetapi tidak kunjung datang. Cuaca juga sudah terlihat mendung, cahaya matahari sesekali datang dan pergi. Sepertinya aku akan terlambat ke al-Irsyad, hujan rintik mulai turun penlahan. Tak lama kemudian sebuah mikloret biru kusam datang. Beberapa orang turun. Mikrolet menjadi sepi.  Aku langsung masuk dan ku duduk di pojok dalam sambil membuka kaca jendela besar-besar. Kutaruh tas ransel di samping kananku. Sungguh tidak seperti biasanya, dihari-hari biasa seperti ini mikrolet selalu padat dan penuh. Mungkin hari ini rizkiku sedang bagus, aku diberikan kenyamanan tiada tara dengan iringan angin yang berhembus kencang.   Rasanya seperti menaiki mobil pribadi saja. Aku turun di pasar minggu. Baru saja aku turun, tiba-tiba mi
last updateHuling Na-update : 2021-05-21
Magbasa pa
09. MIMPI BURUK UMI
   Dalam lelap, aku melihat seorang gadis kecil berusia delapan tahun berwajah oval dan berambut ikal di sebuah depan sebuah rumah mewah. Ia sedang dicambuk oleh seorang laki-laki bertubuh besar dan seram.    Gadis itu meminta tolong padaku agar menyelamatkannya dari siksa yang ia derita. Aku terdiam memandangnya, ia terus menerus disiksa  di depan mataku. Ku tak kuasa menolongnya.    Tangan mungilnya berusaha menggapai diriku. Ia menangis dan terus menerus memohon. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa mematung. Tiba-tiba Umi datang menghampiriku sambil menangis dan memintaku untuk menolong gadis itu. Saat aku berusaha untuk menolongnya aku serentak terbangun dan beristighfar berkali-kali.       Ternyata sudah Jam empat lebih s
last updateHuling Na-update : 2021-05-24
Magbasa pa
10. TRAGEDI DEKAT SENTUL
   Dari kejauhan terlihat bus akhwat sudah siap-siap untuk berangkat. Para akhwat sibuk memasukan peralatannya ke dalam bus. Dini tidak ikut bersama akhwat yang lain. Ia membawa kendaraan pribadi, tak heran untukku. Dini sangat sensitif dengan tempat-tempat yang panas dan kotor. Itulah yang selalu kukatakan kepada teman-temanku apabila mereka meledekku dengannya. Aku bagai punguk dan dia bagaikan bulan. Tidak akan cocok sampai kapan pun.Aku heran, kenapa bus ikhwan belum juga datang. Tiba-tiba kejauhan Ali mengumumkan bahwa seluruh ikhwan dan akhwat diminta masuk kedalam masjid. Ada pengarahan dari pimpinan rohis yang tak lain dan tak bukan adalah Irfan. Ali salah satu ikhwan yang menjabat sebagai seksi humas di rohis. Umurnya lebih tua dua tahun dariku. Ia sangat terkenal dan aktif dalam persatuan remaja masjid sejakarta. Banyak acara yang telah di laksanakannya.
last updateHuling Na-update : 2021-05-24
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status