Semua Bab Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin: Bab 1 - Bab 10

12 Bab

1. Malam Tak Terduga

"Engh ...." Kaki gadis bermata hezel itu bergerak gelisah, napasnya pun terdengar memburu. Sentuhan lembut lelaki yang sedang menindih tubuhnya membuat tubuh Bellia semakin terasa panas."Ah!" Bellia kembali mendesah ketika lelaki itu mencium bibirnya. Dia memejamkan kedua matanya perlahan lalu entah dorongan dari mana, Bellia membalas ciuman lelaki itu tidak kalah panas.Rasanya sungguh gila dan mendebarkan.Kening Bellia berkerut samar, dalam hati dia bertanya-tanya ada apa dengan dirinya? Mengapa setiap sentuhan pria itu rasanya begitu nikmat?Pengalaman ini adalah pertama kali untuknya, jadi Bellia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya.Namun, lelaki itu tiba-tiba berhenti menciumnya lalu menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.Apa dia melakukan kesalahan?"Ke-kena ... ugh ...." Bellia tidak menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya kembali dibungkam. Bellia tidak bisa memikirkan apa pun sekarang, pikirannya kosong.Setiap detik terasa begitu gila dan mendeb
Baca selengkapnya

2. I Found You

Acara gathering yang diikuti sebagian besar karyawan D'Moiz Company akan berakhir besok. Hari ini panitia berniat mengajak seluruh peserta melihat air terjun setelah itu pergi ke kebun stroberi.Pukul delapan pagi seluruh peserta diharapkan sudah berkumpul di lapangan. Beberapa karyawan terlihat antusias mengikuti acara, tapi ada juga yang malas dan ingin lebih memilih merebahkan diri di hotel.Suasana yang ramai mendadak hening ketika seorang lelaki berambut hitam dengan tubuhnya yang tegap dan atletis berjalan memasuki lapangan diikuti sang sekretaris di belakang. Aura lelaki tersebut terasa sangat dominan membuat semua peserta gathering sontak menundukkan kepala."Selamat pagi, Pak Daniel."Daniel mengangguk sekilas untuk menanggapi sapaan general manager setelah itu menatap orang yang berdiri di hadapannya satu-persatu."Apa semuanya sudah berkumpul?"Semua peserta sontak melihat sisi kanan dan kiri masing-masing untuk memastikan anggota mereka sudah berkumpul di lapangan.Karena
Baca selengkapnya

3. Kekhawatiran Daniel

"Bellia, hei?" Daniel menepuk-nepuk pipi Bellia dengan pelan untuk menyadarkan gadis itu. Namun, Bellia tetap setia memejamkan kedua matanya. Suhu tubuhnya juga sangat panas.Daniel menaruh kedua tangannya di antara lutut dan bahu Bellia. Dengan mudah dia mengangkat tubuh Bellia ke dalam gendongannya.Saat akan melangkah suara seorang wanita tiba-tiba menghentikan pergerakannya."Astaga! Bellia kenapa, Pak?"Lisa baru tiba di depan kamar Bellia, karena curiga dengan atasannya yang tiba-tiba menanyakan Bellia tadi. Namun, justru ia dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya kesal."Sepertinya Bellia pingsan. Apa Bapak mau membawa Bellia ke rumah sakit?"Daniel mengangguk sekilas lalu kembali melangkah. Dia ingin segera membawa Bellia ke rumah sakit agar cepat mendapatkan penanganan. Namun, Lisa lagi-lagi menahannya."Apa saya boleh ikut, Pak?"Daniel membuka mulut hendak bicara, tapi Lisa lebih dulu berkata, "Saya Lisa, teman baik Bellia. Saya kahawatir sekali dengan keadaannya. Tol
Baca selengkapnya

4. Fakta Yang Tersembunyi

Bellia cepat-cepat menutupi lehernya. Padahal dia sudah berusaha menyembunyikannya dengan concealer, tapi Lisa ternyata masih bisa melihat tanda merah tersebut."Bukan apa-apa.""Sungguh?" Lisa menatap Bellia penuh dengan selidik."I-iya, ini hanya bekas gigitan nyamuk."Hanya orang bodoh yang percaya dengan ucapan Bellia. Sayangnya Lisa cukup pintar. Dia tahu kalau Bellia sedang membohonginya, tapi dia memilih diam.Sepertinya memang terjadi sesuatu di antara Daniel dan Bellia semalam, dan tanda merah itu adalah buktinya. Lisa pikir Bellia gadis yang baik dan polos, tapi gadis itu ternyata tidak ada bedanya dengan jalang di luar sana.Dan wanita itu menghabiskan malam dengan pria yang paling diinginkan di ibu kota! Lisa tidak bisa menahan kekesalannya pada Bellia.Bellia sontak menoleh ketika mendengar pintu kamarnya terbuka. Dari arah pintu, Daniel datang bersama seorang dokter paruh baya.Dokter itu langsung memeriksa kondisinya. Untung saja demamnya sudah turun, tapi dia tetap har
Baca selengkapnya

5. Sisi Lain Bellia

Aroma obat-obatan tercium jelas di ruangan serba putih itu. Namun, beberapa lukisan bergambar pemandangan alam yang menempel di dinding membuat suasana terasa lebih hangat.Bellia berulang kali menghela napas panjang sambil memperhatikan langit lewat jendela kaca yang ada di sebelah tempat tidurnya. Heningnya ruangan membuat pikiran Bellia melayang tidak tentu arah.Bellia merasa kesepian dan bosan. Tidak ada teman atau pun keluarga yang menemaninya seperti pasien yang dirawat di bangsal sebelah.Bellia menatap ponselnya dengan ragu. Setelah berpikir beberapa kali akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi tantenya. Namun, teleponnya tidak kunjung diangkat.Bellia pun berusaha menelepon lagi. Setelah beberapa kali mencoba, suara tante akhirnya terdengar di ujung telepon."Ada apa?" tanya Rianty—tante Bellia tanpa mengucap salam dan Bellia tidak merasa tersinggung ketika mendengarnya."Selamat siang, Tante. Bagaimana kabar Tante dan Nenek? Kalian baik, ‘kan?"Rianty tidak menjawab membu
Baca selengkapnya

6. Positif?!

"Kenapa Bapak di sini?"Jantung Bellia berdetak tidak karuan ketika Daniel berjalan mendekatinya. Rasanya dia ingin sekali kabur dari hadapan Daniel sekarang, tapi tubuhnya masih terasa lemas."Kamu baik-baik saja?"Bellia tanpa sadar meremas selimutnya dengan erat. Setitik keringat dingin pun keluar membasahi pelipisnya. Bellia berusaha keras agar terlihat tenang meskipun dia merasa sangat gugup sekarang.Bellia tidak pernah menyangka Daniel akan kembali ke rumah sakit secepat ini, padahal Daniel tadi mengatakan kalau dia ingin mengikuti acara gathering kantor."Saya baik-baik saja.""Sungguh?""I-iya." Bellia memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak tahan melihat mata Daniel yang terus menatapnya dalam-dalam, seolah-olah takut terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya.Apa lelaki itu mengkhawatirkannya?Bellia tanpa sadar meremas selimutnya semakin erat untuk menahan perasaan hangat yang menjalari dadanya. Dia tidak boleh merasa senang dengan perhatian kecil yang Daniel berikan, lagi
Baca selengkapnya

7. Terpuruk

Isakan kembali lolos dari bibir mungil Bellia yang meringkuk di atas ranjang sendirian. Sejak kemarin yang dia lakukan hanya menangis di dalam kamar.Bellia terlihat ... sangat menyedihkan.Kabar kehamilan ini begitu mengejutkan baginya. Seumur hidup Bellia tidak pernah membayangkan akan mengandung benih lelaki yang bahkan tidak peduli pada dirinya. Hidup Bellia seketika hancur, dunia seolah-olah runtuh. Dia butuh seseorang untuk berbagi keluh kesahnya, tapi tidak ada satu pun yang peduli dengannya.Bellia mengusap perutnya yang terlihat masih datar dengan tangan gemetar. Kesedihan, penyesalan, dan rasa bersalah bercampur menjadi satu di dalam dirinya. Sebelum meninggal kedua orang tuanya berpesan agar menjaga diri dan tidak gegabah saat mengambil keputusan.Akan tetapi, kejadian malam itu telah menghancurkan segalanya. Tanpa sengaja dia sudah tidur dengan presdir yang selama ini dia hormati dan diam-diam dia kagumi, hingga hamil."Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" ucap Bellia terdengar
Baca selengkapnya

8. Resign

Bellia meremas pinggiran roknya dengan erat. Air mata terlihat menggenang di pelupuk matanya. Rasanya Bellia ingin sekali pergi dari ruangan Daniel tapi kedua kakinya seolah-olah tertancap, tidak mau bergerak.Bellia tidak tahu mengapa hatinya bisa sesakit ini melihat Daniel sedang mencium wanita lain, padahal mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa. Mereka hanya orang asing yang tidak sengaja menghabiskan malam bersama.Apa dia cemburu?Bellia tanpa sadar meremas pinggiran roknya semakin erat hingga buku-buku jarinya gemetar untuk menghalau sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Dia tidak berhak cemburu dengan Daniel.Ya, tidak mungkin. Akan tetapi, mengapa air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipinya?Ah!"Hei." Bellia tersentak ketika punggungnya ditepuk oleh seseorang dengan pelan. Kedua matanya sontak membulat melihat lelaki yang ada di hadapan."Kamu Bellia, 'kan?" Khaisar yang baru saja kembali dari toilet berusaha mengingat-ingat gadis yang berdiri di hadapannya. "Sedang
Baca selengkapnya

9. Hidup Baru

"Apa?! Mengundurkan diri?" Mata Anita sontak membulat.Bellia mengangguk tanpa berani menatap Anita."Kenapa mendadak sekali, Bellia? Apa kamu sedang ada masalah?"Bellia menggeleng pelan, dia tidak mungkin memberi tahu Anita alasan yang membuatnya keluar.Anita mengambil surat itu, membacanya dengan cepat lalu menatap Bellia dengan wajah penuh kebingungan. "Ini terlalu mendadak dan perusahaan masih membutuhkan kamu, Bellia. Lagi pula perusahaan kita menerapkan kebijakan one-month notice. Kamu bisa kena denda kalau berhenti tanpa pemberitahuan sebulan sebelumnya. Apa kamu tidak bisa menunggu sebentar lagi?"Bellia tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Dia sudah memikirkan hal ini dan siap dengan segala risikonya. "Saya mengerti, Bu. Tapi maaf, saya benar-benar tidak bisa menunggu satu bulan lagi. Saya harus berhenti."Anita menatap Bellia dengan lekat. "Denda yang harus kamu bayar tidak sedikit, Bellia. Kalau kamu sanggup membayar pun namamu akan di-blacklist dari per
Baca selengkapnya

10. Dia Menghilang

"Apa laporan penjualan bulan ini sudah selesai, Khai? Aku butuh datanya untuk pertemuan besok."Khai memeriksa berkas yang ada di tangannya lalu menjawab, "Sudah, Niel. Penjualan bulan ini meningkat tujuh persen dibanding bulan lalu. Tapi masih ada beberapa area yang mengalami penurunan, terutama di sektor retail.""Sektor retail?" Kening Daniel berkerut dalam, sebagai pengusaha muda yang namanya sudah terkenal di tanah air dia tidak suka jika pendapatan perusahaannya menurun. Sekecil apa pun itu."Kenapa bisa turun?""Karena daya beli masyarakat di pasar lokal turun, selain itu beberapa kompetitor mulai menawarkan diskon besar-besaran. Jadi, kita sedikit tertinggal dalam hal harga."Daniel begitu serius mendengarkan penjelasan Khaisar. "Kita tidak boleh terus-terusan kalah. Siapkan strategi baru dan evaluasi produk mana yang bisa kita promosikan lebih kuat tanpa menurunkan margin terlalu banyak."Khaisar diam-diam tersenyum setelah mendengar penjelasan Daniel. Dia akui kemampuan Dani
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status