Share

7. Terpuruk

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 18:48:04

Isakan kembali lolos dari bibir mungil Bellia yang meringkuk di atas ranjang sendirian. Sejak kemarin yang dia lakukan hanya menangis di dalam kamar.

Bellia terlihat ... sangat menyedihkan.

Kabar kehamilan ini begitu mengejutkan baginya. Seumur hidup Bellia tidak pernah membayangkan akan mengandung benih lelaki yang bahkan tidak peduli pada dirinya. Hidup Bellia seketika hancur, dunia seolah-olah runtuh. Dia butuh seseorang untuk berbagi keluh kesahnya, tapi tidak ada satu pun yang peduli dengannya.

Bellia mengusap perutnya yang terlihat masih datar dengan tangan gemetar. Kesedihan, penyesalan, dan rasa bersalah bercampur menjadi satu di dalam dirinya. Sebelum meninggal kedua orang tuanya berpesan agar menjaga diri dan tidak gegabah saat mengambil keputusan.

Akan tetapi, kejadian malam itu telah menghancurkan segalanya. Tanpa sengaja dia sudah tidur dengan presdir yang selama ini dia hormati dan diam-diam dia kagumi, hingga hamil.

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" ucap Bellia terdengar putus asa.

Rasanya Bellia ingin sekali kembali ke masa sebelum kekacauan ini terjadi. Namun, dia tidak mungkin bisa melakukannya.

Getaran dari ponsel yang tergeletak di atas meja menyentak lamunan Bellia. Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya ketika melihat notifikasi pesan dari Rianty yang muncul di layar. Seperti biasa tantenya selalu minta uang tanpa mau peduli dengan keadaannya.

Bellia meletakkan kembali ponselnya di atas meja setelah mengirim pesan balasan untuk Rianty. Tantenya pasti marah karena dia mengatakan tidak bisa mengirim uang, padahal dia ingin memberinya secara langsung sekaligus menengok neneknya.

Keesokan harinya Bellia pergi ke rumah Rianty yang berada di pinggir kota. Dia berangkat pukul 7 pagi dan tiba di sana ketika hari sudah menjelang siang. Dia langsung menghampiri neneknya yang terbaring lemah di atas ranjang.

"Nek ...."

Kesedihan terpancar jelas dari kedua sorot mata Bellia ketika menatap neneknya. Neneknya dulu sangat kuat dah penuh semangat, tapi wanita tua itu sekarang tidak banyak bicara, tatapan matanya terkadang kosong seolah-olah dunia di sekitarnya tidak lagi nyata.

"Bellia minta maaf ...." Air mata terlihat menggenang di kedua pelupuk mata Bellia. Mati-matian dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh di depan neneknya.

"Maaf karena Bellia tidak bisa menjaga diri."

Sang nenek hanya diam, tatapannya lurus ke depan. Penyakit dimensia yang diderita nenek dua tahun lalu membuat wanita itu sering kali tidak mengenali orang-orang yang ada di dekatnya, termasuk Bellia. Nenek seolah-olah terjebak di dunianya sendiri hingga tidak bisa memahami curahan hatinya.

"Bellia hamil, Nek ...." Air mata itu akhirnya jatuh membasahi pipi Bellia. Kedua tangannya tanpa sadar mencengkeram pinggiran ranjang neneknya dengan erat.

"Bellia takut, Nek. Bellia tidak tahu harus melakukan apa karena Pak Daniel juga belum tahu tentang kehamilan Bellia. Bagaimana kalau Pak Daniel menolak anak ini, Nek? Bellia takut ...."

Tangis Bellia seketika pecah, isakannya terdengar keras. Bellia terlihat begitu rapuh dan butuh dekapan hangat neneknya untuk menguatkan dirinya. Namun, neneknya hanya diam, menatap pun tidak.

Bunyi pintu yang dibuka cukup keras menyantak Bellia.

Rianty tiba-tiba datang menghampirinya dengan wajah masam. "Apa yang kamu lakukan di sini? Nangis lagi?"

Bellia cepat-cepat menyeka air matanya, berusaha menenangkan diri meskipun hatinya masih kacau. "Bellia kangen sama Nenek, Tante ...."

Rianty mendengus sinis. "Kamu pikir masalahmu bisa selesai dengan menangis di sini? Tidak, Bellia. Kamu lihat sendiri nenekmu yang tidak berguna itu sudah diambang hidup dan mati. Dia tidak akan peduli dengan apa pun yang terjadi padamu."

Bellia mengepalkan kedua tangannya erat-erat, berusaha meredam amarahnya agar tidak meledak melihat Rianty yang tertawa senang setelah menghinanya. Bellia sadar kondisi neneknya setiap hari semakin memburuk. Akan tetapi, Rianty seharusnya tidak mengatakan hal sekasar itu pada dirinya. Apa lagi di depan neneknya.

"Mana uangku!"

"Uang, Tante?" Bellia menatap Rianty dengan kening berkerut dalam.

"Jangan berlagak bodoh, Bellia. Aku kemarin sudah memintamu untuk mengirim uang. Jadi, mana uangku! Aku harus membeli popok dan kebutuhan lain untuk wanita tua ini."

Bellia cepat-cepat menghapus air mata yang jatuh membasahi pipinya lalu tersenyum pada Rianty. Senyum yang tidak sampai ke matanya dan penuh dengan luka. "Tante minta uang untuk kebutuhan Nenek atau modal anak Tante berjudi?"

"Kamu ...?!" Rianty menunjuk Bellia.

Bellia tersenyum miris, kesabarannya sudah habis. "Apa Tante pikir Bellia tidak tahu kalau uang yang selama ini Bellia kirim sebagian besar Tante berikan ke Anton untuk modal judi? Bellia tahu, Tante. Tapi Bellia memilih diam karena cuma Tante harapan Bellia satu-satunya untuk menjaga Nenek!"

Rianty terkejuk mendengarnya, tapi dia tidak boleh terlihat lemah di depan Bellia. "Kamu berani melawanku sekarang?"

Bellia menghela napas panjang lalu kembali menatap neneknya. "Bellia pulang dulu ya, Nek. Maaf karena belum bisa menjadi cucu yang baik. Bellia sayang Nenek."

Bellia mengecup kening neneknya dengan penuh sayang sebelum pergi. Namun, Rianty malah mencengkeram pergelangan tangannya.

"Berikan dulu uangku!" desis Rianty menatap Bellia tajam.

Bellia dengan berani melepas tangannya dari cengkeraman Rianty lalu membalas tatapan wanita itu tidak kalah tajam. "Tidak ada uang lagi untuk bulan ini. Bellia pergi dulu, Tante. Permisi ...," ucapnya sebelum pergi.

"Argh, sialan! Aku pasti akan membuatmu menyesal karena berani melawanku, Bellia!"

Bellia terus melangkah, tidak peduli dengan Rianty yang berteriak seperti orang tidak waras di belakang sana.

***

Bellia pikir perasaannya akan sedikit membaik setelah menceritakan masalahnya pada sang nenek. Akan tetapi, perasannya ternyata tetap tidak tenang. Bayi yang berada di dalam perutnya seolah-olah memaksa dirinya agar mengatakan yang sebenarnya pada sang ayah.

Haruskah dia menemui Daniel?

Sepanjang hari Bellia hanya menatap kosong layar monitornya. Pikiran dan hatinya sangat tidak tenang. Berulang kali Bellia berpikir apakah lebih baik jika dia memberitau Daniel? Namun, jika dia memberitahu Daniel, pria itu akan melakukan apa?

“Bellia, kamu dipanggil Pak Daniel,” ucap Anita, atasan Bellia di divisi pemasaran.

Bellia tersentak langsung berdiri menatap Anita. “Kenapa … kenapa saya dipanggil Pak Daniel, Bu?”

Tanpa menatap Bellia dan fokus pada layar monitor, Anita berkata santai, “Saya juga nggak tahu. Tapi daripada kamu dimarahi Pak Daniel, jadi lebih baik kamu ke ruangannya sekarang.”

Pandangan Bellia kosong selama berjalan menuju ruangan Daniel. Mengapa lelaki itu memintanya datang ke ruangannya?

Jantung Bellia berdegup kencang ketika dirinya sudah berada di dekat ruangan Daniel. Bellia juga tidak memastikan untuk apa Daniel memanggilnya pada sekretarisnya karena Khaisar tidak ada di tempatnya.

Bellia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Bellia mengetuk pintu ruangan Daniel beberapa kali karena tidak ada sahutan dari dalam, hingga Bellia memberanikan diri untuk membuka pintu itu perlahan.

Namun, tenggorokannya tercekat dan tubuhnya berhenti di ambang pintu ketika melihat Daniel bersama seorang wanita. Daniel bahkan melingkarkan kedua tangannya di pinggang wanita itu lalu mencium wanita itu dengan mesra.

Bab terkait

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   8. Resign

    Bellia meremas pinggiran roknya dengan erat. Air mata terlihat menggenang di pelupuk matanya. Rasanya Bellia ingin sekali pergi dari ruangan Daniel tapi kedua kakinya seolah-olah tertancap, tidak mau bergerak.Bellia tidak tahu mengapa hatinya bisa sesakit ini melihat Daniel sedang mencium wanita lain, padahal mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa. Mereka hanya orang asing yang tidak sengaja menghabiskan malam bersama.Apa dia cemburu?Bellia tanpa sadar meremas pinggiran roknya semakin erat hingga buku-buku jarinya gemetar untuk menghalau sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Dia tidak berhak cemburu dengan Daniel.Ya, tidak mungkin. Akan tetapi, mengapa air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipinya?Ah!"Hei." Bellia tersentak ketika punggungnya ditepuk oleh seseorang dengan pelan. Kedua matanya sontak membulat melihat lelaki yang ada di hadapan."Kamu Bellia, 'kan?" Khaisar yang baru saja kembali dari toilet berusaha mengingat-ingat gadis yang berdiri di hadapannya. "Sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   9. Hidup Baru

    "Apa?! Mengundurkan diri?" Mata Anita sontak membulat.Bellia mengangguk tanpa berani menatap Anita."Kenapa mendadak sekali, Bellia? Apa kamu sedang ada masalah?"Bellia menggeleng pelan, dia tidak mungkin memberi tahu Anita alasan yang membuatnya keluar.Anita mengambil surat itu, membacanya dengan cepat lalu menatap Bellia dengan wajah penuh kebingungan. "Ini terlalu mendadak dan perusahaan masih membutuhkan kamu, Bellia. Lagi pula perusahaan kita menerapkan kebijakan one-month notice. Kamu bisa kena denda kalau berhenti tanpa pemberitahuan sebulan sebelumnya. Apa kamu tidak bisa menunggu sebentar lagi?"Bellia tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Dia sudah memikirkan hal ini dan siap dengan segala risikonya. "Saya mengerti, Bu. Tapi maaf, saya benar-benar tidak bisa menunggu satu bulan lagi. Saya harus berhenti."Anita menatap Bellia dengan lekat. "Denda yang harus kamu bayar tidak sedikit, Bellia. Kalau kamu sanggup membayar pun namamu akan di-blacklist dari per

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   10. Dia Menghilang

    "Apa laporan penjualan bulan ini sudah selesai, Khai? Aku butuh datanya untuk pertemuan besok."Khai memeriksa berkas yang ada di tangannya lalu menjawab, "Sudah, Niel. Penjualan bulan ini meningkat tujuh persen dibanding bulan lalu. Tapi masih ada beberapa area yang mengalami penurunan, terutama di sektor retail.""Sektor retail?" Kening Daniel berkerut dalam, sebagai pengusaha muda yang namanya sudah terkenal di tanah air dia tidak suka jika pendapatan perusahaannya menurun. Sekecil apa pun itu."Kenapa bisa turun?""Karena daya beli masyarakat di pasar lokal turun, selain itu beberapa kompetitor mulai menawarkan diskon besar-besaran. Jadi, kita sedikit tertinggal dalam hal harga."Daniel begitu serius mendengarkan penjelasan Khaisar. "Kita tidak boleh terus-terusan kalah. Siapkan strategi baru dan evaluasi produk mana yang bisa kita promosikan lebih kuat tanpa menurunkan margin terlalu banyak."Khaisar diam-diam tersenyum setelah mendengar penjelasan Daniel. Dia akui kemampuan Dani

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   11. Kabar Mengejutkan

    Bukan hal sulit bagi Khaisar untuk mencari tahu informasi tentang Bellia. Sebagai sekretaris sekaligus orang kepercayaan Daniel Moiz membuat Khaisar mempunyai keuntungan lebih untuk memanfaatkan jabatannya di perusahaan."Beri aku data anggota divisi marketing atas nama Bellia," pintanya pada HRD.Tanpa banyak tanya HRD segera memberi data yang Khaisar minta. "Ini, Pak.""Terima kasih." Khaisar langsung kembali ke ruangannya setelah mendapat data yang dia inginkan. Dia membaca data Bellia dengan cepat dan mencatat beberapa informasi penting sebelum diserahkan ke Daniel.Saat dia sedang serius membaca, telepon yang ada di atas meja kerjanya tiba-tiba berdering."Ya, Niel?""Apa kamu sudah mendapat informasi yang aku minta?""Iya." Khaisar mengangguk. "Tapi ada—""Berikan padaku!" perintah Daniel tegas lalu memutus sambungan teleponnya.Tanpa menunggu waktu lama Khaisar segera pergi ke ruangan Daniel."Bagaimana?" tanya Daniel. Suaranya terdengar datar, tapi mengandung rasa penasaran ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   12. Clueless

    "Laporan macam apa ini? Kenapa pendapatan bulan ini hanya meningkat dua persen dari bulan lalu? Kamu tahu sendiri 'kan kalau kita sudah menghabiskan banyak biaya untuk produk ini?" Daniel membanting map di tangannya dengan cukup keras hingga membuat lawan bicaranya berjingkat.Daniel tidak mengerti mengapa hal yang sudah dia susun secara apik tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana sejak Bellia mengundurkan diri dari perusahaannya."Sa-saya sudah berusaha menaikkan penjualan sesuai saran dari Pak Daniel. Maaf kalau hasilnya tidak sesuai dengan keinginan Bapak," ucap karyawan tersebut takut-takut.Daniel menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan agar emosinya tidak meledak. Daniel biasanya selalu bisa mengendalikan apa pun yang ada di sekitarnya, akan tetapi entah mengapa akhir-akhir ini dia sering kehilangan fokus, gampang marah, dan tidak bisa berpikir jernih.Pekerjaan yang biasanya dia selesaikan dengan mudah kini berantakan hingga membuat Khaisar terpaksa harus me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   13. Bising dan Asing

    Salah satu sudut bibir Vania terangkat samar mendengar ucapan Daniel. Vania tahu, di antara mereka memang tidak pernah ada cinta. Namun, setiap Vania menemui Daniel, lelaki itu akan menjamah dan menghujamnya.Kini, lelaki itu terang-terangan mengingatkan dirinya tentang hubungan mereka.Ada sesuatu yang berubah dari Daniel."Ya, aku masih ingat, jadi jangan repot-repot mengingatkan. Tapi apa aku salah kalau aku merindukan tunanganku sendiri?" balas Vania, kedua bahunya terangkat sambil tangannya bersidekap di depan dada.Tawa remeh keluar dari mulut Daniel, lalu dia kembali menyeringai. "Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu, Vania?"Daniel menghela napas panjang lalu menyandarkan punggungnya di kursi. Sepasang iris hitam miliknya menatap Vania dengan tajam."Tidak," jawab Daniel tenang membuat wajah Vania mengeras. Daniel kembali memusatkan perhatiannya pada berkas-berkas yang ada di meja. Tanpa menoleh pada Vania, lelaki itu berujar dingin, "Pergi dari ruanganku sekarang.""Apa?!" Va

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   14. Bukan Keluarga Cemara

    Sudah lima menit berlalu, tapi Daniel masih bertahan di dalam mobil. Menimang-nimang haruskah dia pergi ke rumah yang sudah bertahun-tahun dia tinggalkan. Tempat di mana ingatan-ingatan buruk mengendap, tersembunyi di balik dindingnya yang mewah.Daniel selalu merasa sesak setiap kali pulang ke rumah. Terlalu banyak kenangan buruk yang dia alami di sana dan dia tidak ingin mengingatnya.Daniel menghela napas panjang lalu membawa mobilnya melewati gerbang yang otomatis terbuka. Dia menatap bangunan megah itu dengan penuh perasaan sebelum masuk ke sana.Tidak ada orang yang menyambut kedatangannya. Dari ruang tamu dia bisa mendengar tawa sang ayah yang menggema di ruang tengah. "Sayang, tolong ambilkan aku minum.""Iya, Mas." Wanita yang dipanggil sayang oleh ayah kandung Daniel itu pun beranjak dari tempat duduknya. Kedua matanya sontak membulat ketika melihat Daniel yang berdiri di pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah."Daniel!"Samudra sontak mengalihkan pandang dari layar te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   15. Hidup Setelah Berpisah

    Waktu berjalan begitu cepat. Bellia menjalani hidup yang tidak mudah setelah memutuskan untuk pergi dari kehidupan Daniel, dan dia harus merawat neneknya yang sudah tua dan sakit demensia.Dia tinggal di sebuah rumah kecil dengan halaman yang cukup luas di pinggir kota. Bellia tidak sengaja mendapatkan rumah tersebut dari iklan yang lewat di media sosial. Setelah tawar-menawar dan menemukan harga yang pas, akhirnya Bellia memutuskan untuk menyewa rumah itu dan tinggal di sana.Bellia mengalami masa-masa yang sulit di awal kehamilan. Dia sering merasa pusing dan mual. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk bekerja karena dia tidak mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan sang Nenek.Bellia pernah menjadi buruh jahit, menjual kue, hingga menjadi penjaga toko. Sayangnya, uang yang dia dapat ternyata tidak cukup untuk biaya hidup. Apa lagi neneknya masih memerlukan perawatan medis.Namun, Bellia tidak menyerah. Dia berusaha keras mencari jalan keluar meski harus jatuh ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   55. Complicated

    Bellia cepat-cepat menghampiri Marvell dan Daniel. Raut cemas tergambar jelas di wajah cantiknya. Bellia merasa panik sekali melihat Marvell menangis hingga lupa kalau dia ingin memarahi Daniel yang mengirim truk makanan ke sekolah tanpa meminta izin pada dirinya. “Marvell kenapa? Kenapa kamu menangis? Apa kamu jatuh?” Marvell mengangkat wajahnya perlahan lalu mengulurkan kedua tangannya ke atas. Bellia langsung meraih tubuh Marvell ke dalam dekapan, lalu meriksa tubuh anak itu dari atas sampai bawah untuk memastikan jika tidak ada yang terluka. Bellia akhirnya bisa bernapas sedikit lega setelah memastikan kalau Marvell baik-baik saja. Dia pun menepuk-nepuk punggung Marvell dengan pelan agar perasaan anak itu menjadi lebih tenang. “Marvell, jangan menangis lagi, ya? Mama di sini ....” Hati Bellia begitu terisis mendengar tangisan Marvell. Dalam hati dia bertanya-tanya apa yang terjadi pada Marvell hingga membuat anak itu menangis sehebat ini. Apa Marvell baru saja dimarahi guru

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   54. Insiden Di Sekolah Marvell

    Suasana di sekolah Marvell yang biasanya sepi tiba-tiba berubah ramai. Truk-truk makanan berjejer rapi di halaman sekolah, masing-masing dihiasi logo perusahaan milik Daniel. Para siswa, guru, bahkan staf sekolah berkerumun dengan penuh rasa ingin tahu. Kepala sekolah sendiri tampak tergopoh-gopoh keluar dari ruangannya, tersenyum lebar menyambut Daniel, lelaki yang menjadi pusat perhatian siang itu. Daniel berdiri tegap di samping salah satu truk, mengenakan jas kasual yang tetap memancarkan wibawanya. Dia berbicara singkat dengan kepala sekolah, menjelaskan bahwa ini adalah bentuk perhatian untuk anak-anak di sekolah, terutama untuk Marvell. Kepala sekolah yang merasa tersanjung terus mengucapkan terima kasih, bahkan mengundang Daniel masuk ke dalam ruangan. Namun, Daniel menolak dengan sopan, lebih memilih menunggu di halaman agar bisa melihat Marvell. Senyum tipis menghiasi bibir Daniel ketika Marvell yang berjalan keluar dari kelas bersama teman-temannya dengan lesu. Anak itu

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   53. Tahu Batas

    "Papa ada urusan penting di kantor dan harus berangkat pagi-pagi sekali, Sayang. Jadi Papa tidak sempat pamit sama Marvell." Marvell menatap Bellia dengan sayu. "Jadi, Papa gak ninggalin Marvell lagi?" Bellia menggeleng pelan lalu mengusap air mata yang membasahi pipi Marvell. "Tidak, Sayang. Papa tidak mungkin meninggalkan Marvell lagi," ucapnya terdengar menenangkan meski di dalam hatinya dia merasa sangat bersalah sudah membohongi Marvell. "Marvell mandi dulu, ya? Setelah itu sarapan lalu berangkat sekolah." Marvell mengangguk lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Bellia kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya yang sempat tertunda. Selama memasak Bellia tidak berhenti memikirkan Marvell. Semakin besar, Marvell sepertinya mulai sadar jika hubungan mama dan papanya tidak sama seperti orang tua pada umumnya. Apa lagi Daniel tidak tinggal satu rumah bersama mereka. Lelaki itu hanya datang saat jam makan siang, setelah itu kembali ke kota untuk men

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   52. Bingung

    Daniel langsung mengantar Marvell dan Bellia pulang setelah selesai makan malam. Daniel sebenarnya ingin mengajak Marvell pergi ke toko mainan sebelum pulang, tetapi Marvell mengantuk. Akhirnya dia terpaksa mengantar mereka kembali ke rumah.Suasana di dalam mobil begitu hening. Tidak ada yang membuka suara di antara keduanya. Daniel terlihat fokus mengendarai mobilnya sambil sesekali melirik Bellia yang duduk di sampingnya. Wanita itu sejak tadi hanya diam, memperhatikan jalanan lewat kaca mobil yang ada di sampingnya.Daniel tanpa sadar mendengkus kesal. Apa jalanan itu lebih menarik daripada dirinya?“Bell ...,” panggil Daniel pelan tetapi sukses membuat Bellia tersentak.“Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkanmu.”Bellia hanya mengangguk. Jujur saja dia tidak tahan terjebak di situasi yang sangat canggung bersama Daniel dan ingin cepat-cepat keluar dari mobil lelaki itu.“Bagaimana keadaan nenekmu?” Daniel akhirnya bertanya, mencoba menghilangkan rasa canggung yang sempat melingku

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   51. Makan Malam Spesial

    Bellia terkejut mendengarnya, tetapi Daniel malah tertawa.“Aku hanya bercanda,” ucap Daniel sambil mengusap puncak kepala Bellia dengan gemas. Dia buru-buru menurunkan tangannya setelah sadar dengan apa yang baru saja dirinya lakukan.“Sorry ...,” ucapnya pelan.Bellia hanya mengangguk sambil berusaha menormalkan kembali detak jantungnya.Keesokan harinya Daniel menepati ucapannya untuk datang menemui mereka. Seperti biasa dia menemani Marvell bermain sebentar setelah itu makan siang bersama Marvell dan Bellia.Obrolan mereka di meja makan mengalir begitu saja, tetapi lebih didominasi oleh Marvell yang menceritakan aktivitasnya di sekolah.“Kalian nanti malam ada acara?”Bellia seketika berhenti mengunyah makanannya lantas menatap Daniel dengan penuh tanda tanya.“Aku ingin mengajak kalian makan malam bersama.”Bellia tidak mampu menyembuyikan keterkejutannya, berbagai kemungkinan buruk seketika melintas di pikirannya.Bagaimana kalau ada orang yang melihatnya makan malam bersama Mar

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   50. Lebih Dekat

    Bellia sedang sibuk memotong sayur untuk dijadikan sup di dapur. Samar-samar telinganya mendengar Marvell yang sedang asyik menyusun lego dengan Daniel di ruang tengah. Terkadang Marvell tertawa kecil, bertanya tentang hal yang tidak dia ketahui, dan menceritakan banyak hal pada Daniel.Bellia tidak pernah menyangka jika hari ini akan tiba. Hari di mana Marvell akhirnya mengetahui siapa ayah kandungnya.Bellia pikir Marvell sudah bahagia hidup berdua dengannya. Sebagai seorang ibu pun dia sudah berusaha memberi yang terbaik untuk anak itu.Namun, dia ternyata salah. Marvell tetap membutuhkan sosok ayah untuk mendampingi hidupnya, lalu Daniel tiba-tiba saja datang dan menawarkan diri untuk merawat Marvell bersama-sama.Awalnya Bellia merasa ragu, apa lagi Daniel selama ini selalu bersikap dingin pada siapa pun. Akan tetapi, sosok Daniel yang dia lihat tadi benar-benar berbeda.Lelaki itu berbicara dengan sangat lembut pada Marvell. Tidak ada nada dingin dan intimidasi yang keluar dari

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   49. Permintaan Daniel

    Bellia menatap kertas yang Daniel tunjukkan pada dirinya dengan perasaan tidak karuan, antara takut dan cemas. Terlebih setelah melihat logo sebuah rumah sakit yang tertulis di sana. Tanpa sadar dia menggelengkan kepala, menolak permintaan Daniel.“Kamu baca sendiri atau perlu aku yang membacanya?” tanya Daniel, suaranya terdengar rendah tetapi tegas. Menuntut Bellia agar segera membaca surat tersebut.Jantung Bellia berdetak tidak nyaman, setitik keringat dingin keluar membasahi pelipisnya, wajahnya pun berubah pucat. Bellia terlihat seperti anak kucing yang berhadapan dengan seekor serigala.Tatapan tajam Daniel membuat Bellia tidak berdaya. Dia tunduk, takluk di hadapan lelaki itu.Dengan tangan gemetar dia meraih kertas tersebut lalu membacanya. Sepasang iris hezel miliknya memperhatikan dengan lekat setiap kata yang tertulis di sana. Semakin ke bawah, jantung Bellia berdetak semakin tidak karuan. Apa lagi setelah menemukan hasil tes DNA Marvell dan Daniel.“99,99 persen cocok,”

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   48. Hasil Tes DNA

    Kaki Daniel bergerak gelisah, decakan kesal berulang kali lolos dari bibirnya. Daniel berusaha fokus memeriksa berkas yang ada di tangannya. Akan tetapi, dia tidak bisa fokus karena memikirkan hasil tes DNA-nya dan Marvell yang akan keluar hari ini.Waktu satu minggu terlalu lama bagi Daniel. Setiap hari dia terus mendesak rumah sakit yang dipilih Khaisar agar cepat memproses tes DNA-nya dan Marvell. Akan tetapi, ternyata banyak sekali prosedur yang harus mereka lakukan dan pihak rumah sakit memintanya untuk menunggu paling lama satu minggu.Daniel refleks mengangkat kepalanya ketika mendengar pintu ruangannya terbuka. Dia cepat-cepat beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Khaisar yang baru masuk ke ruangannya dengan tidak sabar.“Bagaimana?”Khaisar tersenyum lalu mengambil sebuah amplop berlogo rumah sakit dari dalam tas yang dibawanya, setelah itu dia menyerahkannya ke Daniel.“Ini.”Daniel menatap amplop di tangan Khaisar dengan jantung berdetak hebat. Debarannya bahkan ja

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   47. Pria Misterius

    Kondisi Amira berangsur-angsur membaik setelah lima hari dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Bellia tidak pernah absen menjaga wanita itu. Dia hanya pulang sebentar untuk mengantar Marvell ke sekolah, setelah itu kembali ke rumah sakit dan meminta tolong Dita untuk menjemput Marvell di sekolah.Awalnya Marvell sempat protes karena selama lima hari ini waktunya lebih banyak tersita di rumah sakit. Sebagai seorang ibu Bellia sangat paham dengan apa yang Marvell rasakan. Anak itu pasti merindukan dirinya.Sejak kecil Marvell tidak pernah lepas darinya. Anak itu selalu ikut ke mana pun dia pergi. Dia bahkan membawa Marvell ke toko bunga sepulang sekolah karena dia tidak ingin merepotkan suster yang merawat neneknya di rumah. Mungkin karena alasan itu Marvell menjadi sangat bergantung pada dirinya.Jujur saja Bellia sebenarnya juga merindukan Marvell. Dia ingin mengantar jemput Marvell di sekolah seperti biasa, menemani anak itu mengerjakan tugas sekolah, menyiapkan sarapan, dan mem

DMCA.com Protection Status