All Chapters of Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin: Chapter 11 - Chapter 20

55 Chapters

11. Kabar Mengejutkan

Bukan hal sulit bagi Khaisar untuk mencari tahu informasi tentang Bellia. Sebagai sekretaris sekaligus orang kepercayaan Daniel Moiz membuat Khaisar mempunyai keuntungan lebih untuk memanfaatkan jabatannya di perusahaan."Beri aku data anggota divisi marketing atas nama Bellia," pintanya pada HRD.Tanpa banyak tanya HRD segera memberi data yang Khaisar minta. "Ini, Pak.""Terima kasih." Khaisar langsung kembali ke ruangannya setelah mendapat data yang dia inginkan. Dia membaca data Bellia dengan cepat dan mencatat beberapa informasi penting sebelum diserahkan ke Daniel.Saat dia sedang serius membaca, telepon yang ada di atas meja kerjanya tiba-tiba berdering."Ya, Niel?""Apa kamu sudah mendapat informasi yang aku minta?""Iya." Khaisar mengangguk. "Tapi ada—""Berikan padaku!" perintah Daniel tegas lalu memutus sambungan teleponnya.Tanpa menunggu waktu lama Khaisar segera pergi ke ruangan Daniel."Bagaimana?" tanya Daniel. Suaranya terdengar datar, tapi mengandung rasa penasaran ya
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

12. Clueless

"Laporan macam apa ini? Kenapa pendapatan bulan ini hanya meningkat dua persen dari bulan lalu? Kamu tahu sendiri 'kan kalau kita sudah menghabiskan banyak biaya untuk produk ini?" Daniel membanting map di tangannya dengan cukup keras hingga membuat lawan bicaranya berjingkat.Daniel tidak mengerti mengapa hal yang sudah dia susun secara apik tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana sejak Bellia mengundurkan diri dari perusahaannya."Sa-saya sudah berusaha menaikkan penjualan sesuai saran dari Pak Daniel. Maaf kalau hasilnya tidak sesuai dengan keinginan Bapak," ucap karyawan tersebut takut-takut.Daniel menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan agar emosinya tidak meledak. Daniel biasanya selalu bisa mengendalikan apa pun yang ada di sekitarnya, akan tetapi entah mengapa akhir-akhir ini dia sering kehilangan fokus, gampang marah, dan tidak bisa berpikir jernih.Pekerjaan yang biasanya dia selesaikan dengan mudah kini berantakan hingga membuat Khaisar terpaksa harus me
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

13. Bising dan Asing

Salah satu sudut bibir Vania terangkat samar mendengar ucapan Daniel. Vania tahu, di antara mereka memang tidak pernah ada cinta. Namun, setiap Vania menemui Daniel, lelaki itu akan menjamah dan menghujamnya.Kini, lelaki itu terang-terangan mengingatkan dirinya tentang hubungan mereka.Ada sesuatu yang berubah dari Daniel."Ya, aku masih ingat, jadi jangan repot-repot mengingatkan. Tapi apa aku salah kalau aku merindukan tunanganku sendiri?" balas Vania, kedua bahunya terangkat sambil tangannya bersidekap di depan dada.Tawa remeh keluar dari mulut Daniel, lalu dia kembali menyeringai. "Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu, Vania?"Daniel menghela napas panjang lalu menyandarkan punggungnya di kursi. Sepasang iris hitam miliknya menatap Vania dengan tajam."Tidak," jawab Daniel tenang membuat wajah Vania mengeras. Daniel kembali memusatkan perhatiannya pada berkas-berkas yang ada di meja. Tanpa menoleh pada Vania, lelaki itu berujar dingin, "Pergi dari ruanganku sekarang.""Apa?!" Va
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

14. Bukan Keluarga Cemara

Sudah lima menit berlalu, tapi Daniel masih bertahan di dalam mobil. Menimang-nimang haruskah dia pergi ke rumah yang sudah bertahun-tahun dia tinggalkan. Tempat di mana ingatan-ingatan buruk mengendap, tersembunyi di balik dindingnya yang mewah.Daniel selalu merasa sesak setiap kali pulang ke rumah. Terlalu banyak kenangan buruk yang dia alami di sana dan dia tidak ingin mengingatnya.Daniel menghela napas panjang lalu membawa mobilnya melewati gerbang yang otomatis terbuka. Dia menatap bangunan megah itu dengan penuh perasaan sebelum masuk ke sana.Tidak ada orang yang menyambut kedatangannya. Dari ruang tamu dia bisa mendengar tawa sang ayah yang menggema di ruang tengah. "Sayang, tolong ambilkan aku minum.""Iya, Mas." Wanita yang dipanggil sayang oleh ayah kandung Daniel itu pun beranjak dari tempat duduknya. Kedua matanya sontak membulat ketika melihat Daniel yang berdiri di pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah."Daniel!"Samudra sontak mengalihkan pandang dari layar te
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

15. Hidup Setelah Berpisah

Waktu berjalan begitu cepat. Bellia menjalani hidup yang tidak mudah setelah memutuskan untuk pergi dari kehidupan Daniel, dan dia harus merawat neneknya yang sudah tua dan sakit demensia.Dia tinggal di sebuah rumah kecil dengan halaman yang cukup luas di pinggir kota. Bellia tidak sengaja mendapatkan rumah tersebut dari iklan yang lewat di media sosial. Setelah tawar-menawar dan menemukan harga yang pas, akhirnya Bellia memutuskan untuk menyewa rumah itu dan tinggal di sana.Bellia mengalami masa-masa yang sulit di awal kehamilan. Dia sering merasa pusing dan mual. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk bekerja karena dia tidak mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan sang Nenek.Bellia pernah menjadi buruh jahit, menjual kue, hingga menjadi penjaga toko. Sayangnya, uang yang dia dapat ternyata tidak cukup untuk biaya hidup. Apa lagi neneknya masih memerlukan perawatan medis.Namun, Bellia tidak menyerah. Dia berusaha keras mencari jalan keluar meski harus jatuh ba
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

16. Sebuah Berkah

Sekarang sudah hampir tengah malam, tapi entah kenapa kedua mata Bellia sulit sekali untuk dipejamkan. Sejak tadi yang dia lakukan hanya diam memandangi wajah Marvell yang sedang tertidur lelap sambil sesekali menghela napas panjang.Jujur saja pertanyaan Mahes di toko bunga tadi terus mengusik pikirannya. Marvell memang mirip sekali dengan Daniel. Bellia takut orang-orang yang pernah melihat atau mengenal Daniel akan curiga jika Marvell adalah anak kandung Daniel seiring dengan Marvell tumbuh semakin besar.Untung saja dia tadi bisa mengalihkan pembicaraan sehingga Mahes tidak membahas Marvell lagi.Ngomong-ngomong soal Daniel, tidak terasa sudah lima tahun lebih Bellia pergi meninggalkan lelaki itu. Bellia pikir waktu bisa menyembuhkan semuanya, akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Daniel.Sejak kejadian malam itu yang begitu membekas di ingatan Bellia, meskipun dia selalu berusaha terlihat biasa saja di depan orang lain. Wajah tampan sert
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

17. Benang Takdir

Sabtu pagi ini cuaca lumayan dingin, mungkin karena hujan turun deras semalam dan orang-orang memilih bergelung di balik selimut yang tebal agar tetap merasa sangat. Namun, Bellia sudah siap pergi bekerja dibantu oleh seorang teman.“Mama kerja dulu, ya. Marvell baik-baik di rumah sama Nenek dan Om Mahes. Janji?”Marvell mengangguk-angguk lalu menautkan jari kelingkingnya yang mungil ke jari kelingking Bellia.“Anak pintar.” Bellia mengusap puncak kepala Marvell dengan penuh sayang lalu menatap Mahes yang berdiri tepat di belakang Marvell.“Aku titip Marvell sebentar ya, Mas. Maaf kalau aku merepotkan Mas lagi.”Mahes menghela napas panjang. “Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak merasa direpotkan sama sekali, Bellia. Jangan minta maaf.”“Tapi ....”“Kalau kamu minta maaf terus, aku tidak mau berteman denganmu lagi.”“Eh, jangan gitu!” teriak Bellia panik membuat Mahes seketika tersenyum. Bellia sangat keras kepala dan harus digertak sedikit agar tidak melawan ucapannya.“Baiklah,
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

18. Trouble

Daniel begitu serius membaca berkas yang baru saja disodorkan Khaisar, padahal sekarang sudah wakutnya untuk pulang."Apa hasilnya cuma ini?" tanya Daniel, suaranya rendah tapi penuh tekanan. "Aku lihat pendapatan kita di bawah dua puluh persen dari target yang kita tetapkan."Khaisar menghela napas panjang. "Ada kendala dari tim marketing. Mereka masih belum menemukan strategi yang pas untuk menarik klien baru."Daniel menyandarkan punggungnya di kursi, sepasang iris hitamnya menatap Khaisar dengan tajam. "Bukankah kita sudah membahas hal ini di pertemuan terakhir? Seingatku, kita sudah memberi tim marketing dana tambahan untuk riset pasar. Kenapa hasilnya masih seperti ini?"Khaisar membetulkan letak kaca matanya lalu menjawab, "Menurut mereka, produk yang kita keluarkan masih kalah dengan kompetitor. Dan mereka meminta waktu untuk menyusun strategi baru.""Kita sudah terlalu banyak memberi mereka 'waktu lebih', Khai. Aku akan mengganti kepala divisi marketing kalau mereka tidak bis
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

19. Om Ganteng dan Permen Susu

Alunan musik klasik mengalun merdu di ballroom sebuah hotel yang paling mewah di kota itu. Pejabat setempat mengadakan pesta dan mengundang Daniel sebagai tamu penting karena Daniel adalah pengusaha yang paling disegani dan dihormati di tanah air.Malam ini dia datang ke pesta tersebut bersama Vania. Daniel sebenarnya ingin datang sendiri, tapi Vania terus saja merengek ingin ikut dirinya hingga membuat telinganya pengang."Terima kasih sudah datang, Tuan Moiz. Senang bertemu dengan Anda."Daniel menyambut hangat uluran tangan pejabat yang mengundangnya. "Sama-sama, Pak. Pestanya cukup menyenangkan."Lelaki paruh baya itu tersenyum. "Apa ini, Nona Vania?"Vania yang mendengar namanya disebut sontak memeluk lengan Daniel dengan mesra. "Iya, Pak. Saya, Vania. Calon istri Daniel.""Senang bertemu dengan Anda, Nona Vania. Ternyata Anda lebih cantik jika dilihat langsung.""Ah, Anda bisa saja," ucap Vania malu-malu. "Saya dengar kalian sudah lama bertunangan. Kapan kalian akan meresmikan
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

20. Tentang Sepeda dan Luka

Ponsel milik Daniel yang berada di dalam saku celana kembali berdering, tidak lama kemudian bergetar beberapa kali. Daniel sudah menduga, Vania pasti menghubunginya untuk mengetahui di mana keberadaannya.Namun, dia malas menanggapinya. Dia lebih nyaman bersama bocah laki-laki yang baru saja dia temui dari pada berbaur dengan orang-orang dewasa yang penuh dengan kepalsuan di dalam."Om Ganteng tahu ndak? Marvell udah bisa naik sepeda loh ....""Benarkah?" tanya Daniel antusias. Dia terlihat begitu senang mendengar Marvell bercerita."Iya ...." Marvell mengangguk tidak kalah semangat. "Marvell kemarin pergi ke taman naik sepeda sama Mama. Tapi Marvell jatuh karena ada anak kucing yang tiba-tiba lewat.""Kamu baik-baik saja? Apa ada yang luka?" Daniel memperhatikan tubuh Marvell dari atas sampai bawah. Sorot khawatir terpancar jelas dari kedua matanya yang serupa dengan milik Marvell."Ini." Marvell menarik celananya ke atas, menunjukkan lututnya yang sedikit lecet.Melihat apa yang dia
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status