Share

18. Trouble

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2024-11-03 18:19:57

Daniel begitu serius membaca berkas yang baru saja disodorkan Khaisar, padahal sekarang sudah wakutnya untuk pulang.

"Apa hasilnya cuma ini?" tanya Daniel, suaranya rendah tapi penuh tekanan. "Aku lihat pendapatan kita di bawah dua puluh persen dari target yang kita tetapkan."

Khaisar menghela napas panjang. "Ada kendala dari tim marketing. Mereka masih belum menemukan strategi yang pas untuk menarik klien baru."

Daniel menyandarkan punggungnya di kursi, sepasang iris hitamnya menatap Khaisar dengan tajam. "Bukankah kita sudah membahas hal ini di pertemuan terakhir? Seingatku, kita sudah memberi tim marketing dana tambahan untuk riset pasar. Kenapa hasilnya masih seperti ini?"

Khaisar membetulkan letak kaca matanya lalu menjawab, "Menurut mereka, produk yang kita keluarkan masih kalah dengan kompetitor. Dan mereka meminta waktu untuk menyusun strategi baru."

"Kita sudah terlalu banyak memberi mereka 'waktu lebih', Khai. Aku akan mengganti kepala divisi marketing kalau mereka tidak bis
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   19. Om Ganteng dan Permen Susu

    Alunan musik klasik mengalun merdu di ballroom sebuah hotel yang paling mewah di kota itu. Pejabat setempat mengadakan pesta dan mengundang Daniel sebagai tamu penting karena Daniel adalah pengusaha yang paling disegani dan dihormati di tanah air.Malam ini dia datang ke pesta tersebut bersama Vania. Daniel sebenarnya ingin datang sendiri, tapi Vania terus saja merengek ingin ikut dirinya hingga membuat telinganya pengang."Terima kasih sudah datang, Tuan Moiz. Senang bertemu dengan Anda."Daniel menyambut hangat uluran tangan pejabat yang mengundangnya. "Sama-sama, Pak. Pestanya cukup menyenangkan."Lelaki paruh baya itu tersenyum. "Apa ini, Nona Vania?"Vania yang mendengar namanya disebut sontak memeluk lengan Daniel dengan mesra. "Iya, Pak. Saya, Vania. Calon istri Daniel.""Senang bertemu dengan Anda, Nona Vania. Ternyata Anda lebih cantik jika dilihat langsung.""Ah, Anda bisa saja," ucap Vania malu-malu. "Saya dengar kalian sudah lama bertunangan. Kapan kalian akan meresmikan

    Last Updated : 2024-11-04
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   20. Tentang Sepeda dan Luka

    Ponsel milik Daniel yang berada di dalam saku celana kembali berdering, tidak lama kemudian bergetar beberapa kali. Daniel sudah menduga, Vania pasti menghubunginya untuk mengetahui di mana keberadaannya.Namun, dia malas menanggapinya. Dia lebih nyaman bersama bocah laki-laki yang baru saja dia temui dari pada berbaur dengan orang-orang dewasa yang penuh dengan kepalsuan di dalam."Om Ganteng tahu ndak? Marvell udah bisa naik sepeda loh ....""Benarkah?" tanya Daniel antusias. Dia terlihat begitu senang mendengar Marvell bercerita."Iya ...." Marvell mengangguk tidak kalah semangat. "Marvell kemarin pergi ke taman naik sepeda sama Mama. Tapi Marvell jatuh karena ada anak kucing yang tiba-tiba lewat.""Kamu baik-baik saja? Apa ada yang luka?" Daniel memperhatikan tubuh Marvell dari atas sampai bawah. Sorot khawatir terpancar jelas dari kedua matanya yang serupa dengan milik Marvell."Ini." Marvell menarik celananya ke atas, menunjukkan lututnya yang sedikit lecet.Melihat apa yang dia

    Last Updated : 2024-11-05
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   21. Isi Hati Bellia

    Sedan hitam itu melaju dengan kecepatan sedang di jalanan yang lumayan sepi. Mahes tampak serius mengendarai mobilnya sambil sesekali melirik Marvell yang duduk di kursi khusus anak di sampingnya."Kalau ngantuk tidur saja. Nanti om gendong kamu ke kamar kalau sudah sampai di rumah."Marvell menggeleng pelan meski matanya sudah terasa berat. "Marvell tadi makan pudding coklat sama cookies di sana. Mama nanti marah kalau Marvell gak gosok gigi sebelum tidur.""Anak pintar. Om Mahes bangga sekali sama kamu." Mahes menepuk puncak kepala Marvell dengan penuh sayang lalu menambah kecepatan mobilnya agar cepat tiba di rumah Bellia.Sebenarnya Mahes juga ingin mengajak Bellia ke pesta tadi. Akan tetapi, kondisi Nenek Amira tiba-tiba drop. Mahes pun terpaksa mengajak Marvell sendirian karena dia sudah berjanji akan memberi anak itu makanan enak.Mahes akhirnya tiba di rumah Bellia setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit. Mata Marvell yang semula terasa berat sontak ke

    Last Updated : 2024-11-06
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   22. We Meet Again

    Bellia sejak tadi mondar-mandir dari depan ke dalam toko, mengambil bunga, menyiapkan pesanan, dan melayani pelanggan.Hari ini D'Marvell Florist kedatangan lumayan banyak pelanggan hingga membuat Bellia tidak sempat beristirahat sejak toko dibuka."Dit, ada pelanggan baru. Tolong kamu layani, ya? Aku mau masih belum selesai merangkai bunga ini.""Iya, Bell." Wanita yang dipanggil Dita itu segera melayani pelanggan yang baru saja datang sesuai perintah Bellia.Akhir-akhir ini Bellia merasa sedikit kualahan melayani pelanggan, karena itu dia meminta Dita untuk bekerja di toko bunganya. Hasil kerja Dita ternyata cukup memuaskan meski baru bekerja tiga bulan. Dita bahkan cepat akrab dengannya, seperti sahabat yang sudah kenal sejak lama."Ini bunga pesanan Anda, Pak." Bellia mengulurkan seikat bunga mawar merah hasil rangkaiannya ke pelanggan."Wah, bunga ini bagus sekali. Istri saya pasti menyukainya. Terima kasih banyak, Nona.""Sama-sama, Pak. Senang bisa membantu Anda."Pria paruh ba

    Last Updated : 2024-11-07
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   23. Kita Harus Bicara

    Daniel tertegun, sepasang iris hitam miliknya terpaku pada Bellia yang berada tepat di hadapannya. Daniel tidak pernah menyangka Tuhan akan mempertemukannya lagi dengan wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya.Jantung Daniel berdetak tidak nyaman. Pada detik ini waktu seolah-olah berhenti bergerak, dunia seolah-olah berhenti berputar, suara-suara di sekitarnya pun mendadak lenyap.Selama tiga puluh detik yang dia lakukan hanya diam memandangi Bellia yang terlihat cantik dalam floral dress tanpa lengan yang dilapisi kardigan tipis bermotif bunga-bunga.Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar, ternyata ada banyak hal yang berubah dari Bellia. Daniel akui Bellia terlihat semakin cantik dan dewasa sekarang."Mama kenal sama Om Ganteng?"Bellia tergagap mendengar pertanyaan Marvell barusan setelah itu mengangguk pelan."Ini Om Ganteng yang waktu itu nemenin Marvell, Ma. Om Ganteng baik sekali ‘kan, Ma?"Bellia tidak tahu harus menjawab apa. Dia sendiri pun masih terkejut dengan apa

    Last Updated : 2024-11-08
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   24. Penolakan

    "Memangnya kamu siapa? Apa hakmu mencampuri urusan Bellia?" Suasana terasa begitu menegangkan, baik Daniel maupun Mahes tidak ada yang mau mengalah. Dua pria berbadan tegap itu saling melempar pandangan dengan tegas, mempertahankan ego masing-masing. Daniel terus memaksa Bellia agar ikut bersamanya, sedangkan Mahes terus menahan Daniel agar tidak membawa Bellia pergi. "Mama, Marvell takut. Mau pulang ....” Tangis Marvell yang terdengar keras membuat orang-orang semakin penasaran dengan apa yang terjadi dan berkumpul di sekeliling mereka. Bellia bahkan sampai kualahan menenangkan anak itu agar berhenti menangis. "Ini bukan tentang siapa yang berhak atas Bellia, tapi tolong hargai keputusannya. Dia tidak ingin pergi denganmu, Daniel." Kesabaran Mahes habis dan penghormatan yang biasa dia tunjukan pada Daniel lenyap. Mahes enggan menyebut Daniel dengan embel-embel 'Pak' seperti biasa. Amarah tergambar jelas di wajah tampan Daniel. Kedua matanya menatap Mahes dengan tajam dan ding

    Last Updated : 2024-11-09
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   25. Memutus Takdir

    Sedan hitam itu melaju sedikit kencang, Mahes tampak fokus mengendarai mobilnya sambil sesekali melirik Bellia dan Marvell yang duduk di sampingnya.Untung saja Marvell sudah berhenti menangis, hanya terdengar isakan kecil yang sesekali lolos dari bibir mungilnya. Napasnya pun sudah lebih tenang.Tatapan Mahes beralih pada Bellia. Wanita itu tidak banyak bicara sejak masuk ke dalam mobilnya. Bellia hanya diam, memandangi jalanan dengan tatapan kosong sambil mengusap punggung Marvell dengan lembut. Entah apa yang Bellia pikirkan, Mahes tidak tahu. Ingin bertanya pun dia sungkan, dia akan menunggu sampai Bellia siap bercerita.Helaan napas panjang kembali lolos dari bibir Bellia. Tanpa sadar dia mendekap Marvell yang berada di atas pangkuannya lebih erat ketika teringat dengan pertemuannya dengan Daniel tadi.Sedikit pun Bellia tidak pernah menyangka Tuhan akan mempertemukan dirinya lagi dengan Daniel. Om Ganteng yang selama ini Marvell ceritakan sebelum tidur ternyata adalah Daniel. A

    Last Updated : 2024-11-11
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   26. Kabar Mengejutkan

    Keesokan harinya, Bellia mencoba menjalani kehidupannya seperti biasa meskipun perasaannya sedikit cemas. Bagaimana pun juga Daniel sudah mengetahui keberadaannya. Dia takut lelaki itu kembali datang lalu memaksa dirinya seperti kemarin hingga membuat Marvell ketakutan. Bellia mengusap puncak kepala Marvell yang sedang makan dengan lembut. Sepasang iris hezel miliknya menatap Marvell dengan penuh sayang. Bellia tidak akan pernah siap jika Marvell diambil darinya. "Marvell, sudah selesai sarapan?" "Sudah, Ma." Marvell mengangguk lalu meletakkan gelas susunya yang sudah kosong di atas meja. Bellia tersenyum lalu mengusap susu yang mengotori sudut bibir anak itu. "Kita berangkat sekolah sekarang, ya?" tanya Bellia dan mendapat anggukan dari Marvell. Dia pun mengeluarkan motornya, setelah itu kembali ke dalam untuk berpamitan pada neneknya. Tiba-tiba saja ponselnya yang berada di dalam saku celana bergetar. Ada sebuah pesan masuk dari Mahes. Lelaki itu kembali bertanya apak

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   79. Sebuah Firasat

    Sudah lewat dari tiga hari semenjak toko bunga milik Bellia mendapat supplier baru. Para pelanggan mulai banyak yang berdatangan, bahkan bertambah. Mereka selalu kembali ke D'Marvell Florist karena bunga yang dijual di toko tersebut selalu bagus dan segar. Selain itu pelayanannya juga baik dan ramah."Terima kasih sudah membeli bunga di toko kami." Bellia mengulurkan seikat bunga lili yang baru saja selesai dirangkai ke seorang pelanggan yang berdiri di hadapannya."Sama-sama, Nona," balas pelanggan tersebut sambil tersenyum ramah.Bellia merapikan mejanya yang sedikit berantakan, setelah itu membuang beberapa tangkai bunga yang rusak ke tempat sampah."Akhirnya toko kita bisa kembali normal ya, Bell."Bellia melirik Dita yang berdiri tepat di sebelahnya sekilas setelah itu mengangguk pelan. Jika diingat apa yang terjadi ke belakang, D'Marvell Florist mustahil bisa diselamatkan jika Daniel tidak membantunya.Berkat koneksi dan kekuasaan yang dimilikinya membuat Daniel bisa mendapatkan

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   78. Amarah yang Membara

    Kamar itu terlihat temaram. Lampu tidur yang berada di sisi ranjang tidak mampu menerangi seluruh ruangan hingga membuat sebagian terlihat gelap. Sepasang insan yang berada di atas ranjang bergumul mesra, saling berbagi peluh serta kehangatan.Erangan dan desahan berulang kali lolos dari bibir si wanita setiap kali sang kekasih bergerak di dalamnya. Menghasilkan gelenyar aneh yang menjalari seluruh tubuhnya. Namun, entah mengapa kali ini terasa ada yang berbeda meskipun dia sudah berusaha keras menikmatinya."Bisa lebih cepat, Vin?""Anything for you, Babe."Wanita itu menyambut bibir sang kekasih dengan senang hati. Saling melumat dan bertukar saliva demi mencapai puncak kenikmatan seperti yang dia inginkan."Erngh ...." Erangan halus keluar begitu saja dari bibirnya ketika Kevin berhasil menumbuk titiknya yang paling dalam. Kedua tangannya meremas rambut Kevin dengan erat, meminta lelaki itu agar memperdalam ciuman mereka. Sedangkan kedua kakinya melingkar di pinggang Kevin dengan

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   77. Terima Kasih, Papanya Marvell

    Beberapa hari ini terasa sangat panjang dan melelahkan bagi Bellia. Seluruh waktunya hampir dia habiskan untuk mencari supplier. Dia bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan nasib toko bunganya jika tidak kunjung mendapatkan supplier baru.Namun, Bellia bisa bernapas sedikit lega sekarang. Kekhawatiran yang sempat menggelayuti pikirannya perlahan-lahan sirna. Toko bunganya yang terancam tutup karena masalah supplier kini kembali berjalan normal seperti biasanya, bahkan lebih ramai dari biasanya.Semua karena Daniel. Lelaki itu tidak hanya membantu dirinya mendapatkan supplier baru, akan tetapi juga ikut membantunya di toko.Seharusnya Daniel kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaannya seperti biasa setelah memastikan toko bunganya sudah mendapat supplier baru. Namun, lelaki itu malah membantunya dan Dita melayani pelanggan yang datang, padahal dia sudah melarang."Mas Daniel kenapa repot-repot bantuin aku, sih? Aku 'kan masih bisa ngerjain sendiri.""Tidak apa-apa,

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   76. Sang Penolong

    "M-Mas Daniel?" Bellia tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya ketika melihat Daniel.Sejak kapan Daniel berdiri di belakangnya? Apa lelaki itu mendengar semua pembicaraannya dengan Dita?Bellia tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya dengan cemas. Dalam hati dia berharap semoga Daniel tidak mendengar pembicaraannya dan Dita karena dia tidak ingin merepotkan lelaki itu lagi."Kenapa kamu terkejut ketika melihatku? Dan apa maksudmu dengan merepotkan? Apa terjadi sesuatu?" Daniel menatap Bellia yang berdiri gugup di hadapannya dengan lekat.Dia sengaja datang ke D'Marvell Florist karena ingin mengajak Bellia dan Marvell makan siang bersama. Selain itu dia ingin meminta penjelasan mengapa Bellia selama beberapa hari ini sulit sekali dihubungi. Wanita itu bahkan tidak mengirim bekal makan siang untuknya lagi."Ti-tidak ada apa-apa kok, Mas. Semua baik-baik saja.""Sungguh?" Alis Daniel terangkat sebelah. Entah mengapa dia merasa kalau Bellia sedang menyembuyikan sesuatu darinya.Be

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   75. Sebuah Ancaman

    Bellia berdiri di tengah toko bunganya, menatap pot-pot kosong yang berjejer rapi di rak kayu. Aroma bunga yang biasanya memenuhi ruangan kini tinggal sisa samar, digantikan hawa sepi yang menusuk.Sudah lima hari Bellia berusaha mencari supplier baru, menelepon satu per satu kontak supplier yang ada di buku catatannya, bahkan sampai menghubungi kenalan jauh yang memiliki kebun bunga.Namun, jawaban mereka selalu sama. Mereka mengatakan kalau stok bunga sedang habis atau sudah bekerja sama dengan toko bunga lain.Penolakan itu seperti pukulan kecil bagi Bellia. Dia merasa harapannya perlahan-lahan runtuh, digantikan rasa cemas yang begitu mencekik lehernya.Toko bunga kecil ini adalah satu-satunya harapan miliknya. Usaha yang dia bangun dengan susah payah dan air mata. Bellia tidak bisa membayangkan papan 'Toko Tutup" akan tergantung di pintu. Bellia tidak bisa membayangkan usaha yang sudah dia bangun selama bertahun-tahun lamanya hancur begitu saja.Bellia terduduk lesu di kursi kasi

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   74. The Power Of Love

    Semua karyawan D'Moiz Company kompak menghentikan aktivitas masing-masing ketika sang presdir berjalan melewati mereka. Seluruh kepala menunduk dalam untuk menghormati kedatangan sang pewaris tunggal. Aura Daniel yang tegas dan dominan membuat seluruh karyawan segan menatapnya. Jika sekali saja mereka berbuat salah, bisa dipastikan karir mereka tidak akan ada yang selamat."Apa kamu sudah menghubungi vendor yang akan bekerja sama dengan kita?""Sudah, Pak." Sebagai sekretaris sekaligus orang kepercayaan, Khaisar menjawab dengan lugas pertanyaan yang Daniel lontarkan."Pastikan sekali lagi jadwal pertemuan kita dengan vendor tersebut. Aku tidak ingin ada kesalahan lagi," ucap Daniel tanpa menoleh pada Khaisar yang berjalan di belakangnya."Siap, Pak." Khaisar mengangguk patuh. Kening lelaki bersurai cokelat itu berkerut dalam karena Daniel tiba-tiba berhenti melangkah."Ada apa, Pak? Apa ada masalah?""Kamu!" Bukannya menjawab, Daniel malah menunjuk seorang karyawan perempuan yang berd

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   73. Something Trouble

    Bellia memilih menutup roomchat-nya dengan nomor asing tersebut lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Perasaan cemas sekaligus takut bercampur menjadi satu di dalam dirinya sebab dia baru pertama kali ini mendapat ancaman dari seseorang yang tidak dikenal.Orang itu bahkan mengetahui identitas lengkapnya, alamat rumah, bahkan nama mendiang kedua orang tuanya.Siapa orang ini sebenarnya? Apa orang tersebut ada hubungannya dengan Daniel?Bellia mengusap wajahnya dengan kasar lalu mengendarai motornya menuju D'Marvell Florist. Jujur saja Bellia tidak bisa bernapas dengan tenang semenjak mendapat pesan ancaman dari nomor asing tersebut meskipun dia selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Bagaimana pun juga Bellia takut orang tersebut melakukan sesuatu hal yang buruk pada dirinya jika tidak mau menjauhi Daniel.Semoga saja hal yang dia takutkan tidak pernah terjadi. Semoga ....Bellia akhirnya tiba di D'Marvell Florist setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit. D

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   72. Pesan Bernada Ancaman

    Matahari masih belum terbit, tapi Bellia sudah sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Jemari lentiknya begitu terampil menyiapkan bahan dan meracik bumbu masakan.Pagi ini Bellia ingin membuat sambal goreng tahu, tempe, dan kentang serta ayam goreng. Sejak kecil Bellia sudah terbiasa memperhatikan sang nenek yang sedang memasak, karena itu dia tidak merasa kesulitan saat memasak. Marvell pun selalu memuji jika masakan Bellia paling enak sedunia dan Bellia merasa sangat tersentuh ketika mendengarnya.Tepat pukul enam semua masakan Bellia sudah siap dihidangkan. Dia mengambil sebuah kotak makan yang berada di rak setelah itu mengisinya dengan nasi, sambel goreng tempe, dan ayam goreng. Tidak lupa dia menambahkan beberapa potong buah di dalamnya.Bellia tanpa sadar tersenyum ketika melihat bekal yang sudah dia siapkan untuk Daniel hari ini. Terhitung sudah tiga hari berturut-turut dia menyiapkan bekal untuk lelaki itu, padahal Daniel sudah melarangnya mengirim bekal karena tidak ingin merepo

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   71. Ketakutan Daniel

    Daniel, Bellia, dan Marvell tidak langsung pulang setelah makan siang. Mereka mampir ke sebuah toko buku dan mainan yang ada di pusat perbelanjaan untuk memenuhi permintaan Marvell.Marvell langsung berlari menuju rak buku khusus untuk anak-anak begitu memasuki toko. Kedua matanya yang mirip Daniel memancarkan binar penuh antusias. Tangannya yang mungil berusaha meraih buku yang berada di rak lumayan tinggi, membuat Bellia tersenyum ketika melihatnya."Marvell boleh pilih dua, Ma?" tanya Marvell terdengar polos.Bellia mengangguk sambil mengusap puncak kepala Marvell dengan gemas. "Boleh, Sayang.""Kalau tiga?" Marvell menatap Bellia dengan penuh harap, mencoba menguji batas kesabaran ibunya.Bellia tertawa kecil. "Jangan banyak-banyak ya, nanti bukunya tidak kebaca semua 'kan sayang."Marvell mengangguk patuh lalu memilih buku dengan penuh pertimbangan. Sedangkan Bellia malah menatap Daniel yang sedang duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponselnya.Bellia sadar kalau Daniel lebih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status