Share

3. Kekhawatiran Daniel

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 12:47:34

"Bellia, hei?" Daniel menepuk-nepuk pipi Bellia dengan pelan untuk menyadarkan gadis itu. Namun, Bellia tetap setia memejamkan kedua matanya. Suhu tubuhnya juga sangat panas.

Daniel menaruh kedua tangannya di antara lutut dan bahu Bellia. Dengan mudah dia mengangkat tubuh Bellia ke dalam gendongannya.

Saat akan melangkah suara seorang wanita tiba-tiba menghentikan pergerakannya.

"Astaga! Bellia kenapa, Pak?"

Lisa baru tiba di depan kamar Bellia, karena curiga dengan atasannya yang tiba-tiba menanyakan Bellia tadi. Namun, justru ia dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya kesal.

"Sepertinya Bellia pingsan. Apa Bapak mau membawa Bellia ke rumah sakit?"

Daniel mengangguk sekilas lalu kembali melangkah. Dia ingin segera membawa Bellia ke rumah sakit agar cepat mendapatkan penanganan. Namun, Lisa lagi-lagi menahannya.

"Apa saya boleh ikut, Pak?"

Daniel membuka mulut hendak bicara, tapi Lisa lebih dulu berkata, "Saya Lisa, teman baik Bellia. Saya kahawatir sekali dengan keadaannya. Tolong izinkan saya ikut ke rumah sakit, Pak."

Daniel memperhatikan Lisa dengan lekat. Dilihat dari tatapan matanya sepertinya Lisa memang benar-benar mengkhawatirkan Bellia.

"Baiklah."

Lisa tersenyum senang lalu mengucapkan terima kasih pada Daniel. Sebelum pergi dia meminta izin pada Daniel untuk mengambil tasnya di kamar.

Senyum Lisa seketika lenyap ketika tiba di kamar. Jujur saja rasa kesal di hati Lisa masih belum hilang sejak melihat Daniel yang begitu peduli pada Bellia. Daniel bahkan ingin membawa Bellia ke rumah sakit padahal lelaki itu bisa menyuruh orang lain.

Daniel sekarang tidak terlihat seperti presdir dingin yang tak tersentuh. Daniel malah terlihat seperti pria yang khawatir dengan kekasihnya.

Kenapa Daniel begitu mengkhawatirkan Bellia? Apa mereka mempunyai hubungan spesial?

Kening Lisa semakin berkerut dalam ketika melihat benda berkilau di dekat pintu kamar hotelnya. Wajah gadis itu sontak berubah keras setelah tahu kalau benda itu adalah jepit rambut Bellia.

Mengapa jepit rambut Bellia itu bisa ada di depan pintu kamar? Bukannya selalu Bellia kenakan? Atau … tadi dari kejauhan Lisa melihat Daniel menunjukkan sesuatu pada Bellia sebelum Bellia pingsan.

Jadi, yang ditujukan Daniel tadi pada Bellia adalah jepit rambut Bellia? Tetapi, mengapa jepit rambut Bellia bisa ada di tangan Daniel?

Entah kenapa firasatnya mengatakan jika ada sesuatu yang terjadi di antara Daniel dan Bellia. Apa lagi tingkah Bellia aneh sekali hari ini.

Daniel berjalan dengan tenang menuju mobilnya yang sudah siap di depan. Dia sudah menduga akan banyak pasang mata yang terkejut sekaligus heran melihatnya turun sambil menggendong Bellia. Namun, Daniel terlihat tidak peduli, lagi pula dia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.

Daniel duduk di kursi belakang lalu meletakkan kepala Bellia dengan hati-hati di atas pangkuannya. Lisa ingin menemani Bellia duduk di belakang, tapi Daniel malah menyuruhnya untuk duduk di depan.

"Em, baik, Pak." Lisa mengembuskan napas kecewa lalu duduk di depan dengan terpaksa.

Jarak dari hotel ke rumah sakit tidak terlalu jauh. Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk tiba di sana. Daniel langsung membawa Bellia ke UGD dan meminta dokter untuk memeriksanya.

"Tolong tunggu di luar."

Daniel mengangguk. Dia menunggu dokter selesai memeriksa Bellia di kursi kosong yang berada tepat di depan ruang UGD. Sementara Lisa memilih duduk di kursi yang agak jauh dari Daniel.

Detik demi detik berlalu. Lima belas menit kemudian dokter yang memeriksa Bellia tiba-tiba keluar dan bertanya siapa wali gadis itu.

"Saya, Dokter." Daniel sontak berdiri dari tempat duduknya lalu menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaan Bellia?" tanyanya begitu tiba di ruangan dokter.

Lelaki berjas putih itu pun menjelaskan secara singkat tentang kondisi Bellia. Bellia ternyata mengalami gejala tifus dan kelelahan. Dia menyarankan agar Bellia dirawat selama dua sampai tiga hari untuk memulihkan kembali kesehatannya.

Daniel mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut lalu pergi ke kamar Bellia. Ada perasaan aneh yang tidak Daniel mengerti sontak menyelip di dalam dirinya ketika melihat Bellia yang terbaring tidak sadarkan diri dengan tangan yang diinfus.

Daniel tersentak melihat jemari tangan Bellia yang tiba-tiba bergerak. "Kamu sudah sadar?"

Bellia mengerjapkan kedua matanya perlahan. Awalnya semua terlihat samar, tapi lama-kelamaan berubah jelas ketika cahaya putih yang menerebos masuk ke dalam indra penglihatannya.

"Syukurlah kamu sudah sadar."

Bellia sontak menoleh, menatap lelaki berwajah tampan yang duduk di sampingnya. "Pak Daniel?"

"Jangan bicara dulu, aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu."

Bellia gelapan, jujur saja Bellia bingung kenapa dirinya tiba-tiba bisa berada di rumah sakit bersama Daniel. Padahal dia ingin sekali menghindari lelaki itu.

"Syukurlah kamu sudah sadar, Bell."

"Lisa!?" Bellia menatap Lisa dengan dahi berkerut dalam. Dia tidak sadar kalau ada orang lain di kamarnya karena terlalu fokus menatap Daniel.

Lisa berjalan menghampiri Bellia sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kamu tadi pingsan, makanya Pak Daniel membawamu ke sini," jelasnya tanpa Bellia meminta.

Bellia sontak mengingat kejadian yang dialaminya beberapa jam yang lalu. Saat itu dia sedang beristirahat di kamar karena sakit kepala. Tiba-tiba saja Daniel mengetuk pintu kamarnya lalu bertanya tentang jepit rambut miliknya yang tertinggal di kamar lelaki itu.

Bellia belum siap menghadapi Daniel dan merasa sangat tertekan. Apalagi kondisinya sedang kurang enak badan. Sepertinya karena alasan itulah dia sampai pingsan.

"Syukurlah ada kamu, Lis. Aku pikir cuma di rumah sakit berdua sama Pak Daniel."

"Memangnya kenapa kalau cuma berdua?"

"Ti-tidak kenapa-kenapa." Bellia membuang pandangannya ke arah lain. Dia takut Lisa curiga kalau terjadi sesuatu di antara dirinya dan Daniel.

"Apa aku boleh tanya sesuatu, Bell?"

"Em, tentu ...," jawab Bellia ragu. Entah kenapa perasaan Bellia mendadak tidak tenang. Apa lagi tatapan Lisa tidak terlihat bersahabat seperti biasa.

"Apa ada sesuatu di antara kamu dan Pak Daniel?"

Bellia terkejut mendengar pertanyaan Lisa, tapi dia cepat-cepat mengubah wajahnya kembali tenang.

"Ti-tidak. Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Aku heran saja melihat Pak Daniel peduli sama kamu. Kalian benaran tidak punya hubungan apa-apa, ‘kan?"

"Tidak ada, Lis. Sungguh, aku tidak mempunyai hubungan apa pun dengan Pak Daniel. Lagi pula aku cuma karyawan biasa. Aku tidak mungkin berani mendekati pria sempurna seperti Pak Daniel."

"Lalu ini apa?"

Tubuh Bellia menegang ketika Lisa menyentuh tanda merah yang dibuat Daniel di lehernya.

Bab terkait

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   4. Fakta Yang Tersembunyi

    Bellia cepat-cepat menutupi lehernya. Padahal dia sudah berusaha menyembunyikannya dengan concealer, tapi Lisa ternyata masih bisa melihat tanda merah tersebut."Bukan apa-apa.""Sungguh?" Lisa menatap Bellia penuh dengan selidik."I-iya, ini hanya bekas gigitan nyamuk."Hanya orang bodoh yang percaya dengan ucapan Bellia. Sayangnya Lisa cukup pintar. Dia tahu kalau Bellia sedang membohonginya, tapi dia memilih diam.Sepertinya memang terjadi sesuatu di antara Daniel dan Bellia semalam, dan tanda merah itu adalah buktinya. Lisa pikir Bellia gadis yang baik dan polos, tapi gadis itu ternyata tidak ada bedanya dengan jalang di luar sana.Dan wanita itu menghabiskan malam dengan pria yang paling diinginkan di ibu kota! Lisa tidak bisa menahan kekesalannya pada Bellia.Bellia sontak menoleh ketika mendengar pintu kamarnya terbuka. Dari arah pintu, Daniel datang bersama seorang dokter paruh baya.Dokter itu langsung memeriksa kondisinya. Untung saja demamnya sudah turun, tapi dia tetap har

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   5. Sisi Lain Bellia

    Aroma obat-obatan tercium jelas di ruangan serba putih itu. Namun, beberapa lukisan bergambar pemandangan alam yang menempel di dinding membuat suasana terasa lebih hangat.Bellia berulang kali menghela napas panjang sambil memperhatikan langit lewat jendela kaca yang ada di sebelah tempat tidurnya. Heningnya ruangan membuat pikiran Bellia melayang tidak tentu arah.Bellia merasa kesepian dan bosan. Tidak ada teman atau pun keluarga yang menemaninya seperti pasien yang dirawat di bangsal sebelah.Bellia menatap ponselnya dengan ragu. Setelah berpikir beberapa kali akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi tantenya. Namun, teleponnya tidak kunjung diangkat.Bellia pun berusaha menelepon lagi. Setelah beberapa kali mencoba, suara tante akhirnya terdengar di ujung telepon."Ada apa?" tanya Rianty—tante Bellia tanpa mengucap salam dan Bellia tidak merasa tersinggung ketika mendengarnya."Selamat siang, Tante. Bagaimana kabar Tante dan Nenek? Kalian baik, ‘kan?"Rianty tidak menjawab membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   6. Positif?!

    "Kenapa Bapak di sini?" Jantung Bellia berdetak tidak karuan ketika Daniel berjalan mendekatinya. Rasanya dia ingin sekali kabur dari hadapan Daniel sekarang, tapi tubuhnya masih terasa lemas. "Kamu baik-baik saja?" Bellia tanpa sadar meremas selimutnya dengan erat. Setitik keringat dingin pun keluar membasahi pelipisnya. Bellia berusaha keras agar terlihat tenang meskipun dia merasa sangat gugup sekarang. Bellia tidak pernah menyangka Daniel akan kembali ke rumah sakit secepat ini, padahal Daniel tadi mengatakan kalau dia ingin mengikuti acara gathering kantor. "Saya baik-baik saja." "Sungguh?" "I-iya." Bellia memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak tahan melihat mata Daniel yang terus menatapnya dalam-dalam, seolah-olah takut terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Apa lelaki itu mengkhawatirkannya? Bellia tanpa sadar meremas selimutnya semakin erat untuk menahan perasaan hangat yang menjalari dadanya. Dia tidak boleh merasa senang dengan perhatian kecil yang Daniel berik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   7. Terpuruk

    Isakan kembali lolos dari bibir mungil Bellia yang meringkuk di atas ranjang sendirian. Sejak kemarin yang dia lakukan hanya menangis di dalam kamar.Bellia terlihat ... sangat menyedihkan.Kabar kehamilan ini begitu mengejutkan baginya. Seumur hidup Bellia tidak pernah membayangkan akan mengandung benih lelaki yang bahkan tidak peduli pada dirinya. Hidup Bellia seketika hancur, dunia seolah-olah runtuh. Dia butuh seseorang untuk berbagi keluh kesahnya, tapi tidak ada satu pun yang peduli dengannya.Bellia mengusap perutnya yang terlihat masih datar dengan tangan gemetar. Kesedihan, penyesalan, dan rasa bersalah bercampur menjadi satu di dalam dirinya. Sebelum meninggal kedua orang tuanya berpesan agar menjaga diri dan tidak gegabah saat mengambil keputusan.Akan tetapi, kejadian malam itu telah menghancurkan segalanya. Tanpa sengaja dia sudah tidur dengan presdir yang selama ini dia hormati dan diam-diam dia kagumi, hingga hamil."Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" ucap Bellia terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   8. Resign

    Bellia meremas pinggiran roknya dengan erat. Air mata terlihat menggenang di pelupuk matanya. Rasanya Bellia ingin sekali pergi dari ruangan Daniel tapi kedua kakinya seolah-olah tertancap, tidak mau bergerak.Bellia tidak tahu mengapa hatinya bisa sesakit ini melihat Daniel sedang mencium wanita lain, padahal mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa. Mereka hanya orang asing yang tidak sengaja menghabiskan malam bersama.Apa dia cemburu?Bellia tanpa sadar meremas pinggiran roknya semakin erat hingga buku-buku jarinya gemetar untuk menghalau sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Dia tidak berhak cemburu dengan Daniel.Ya, tidak mungkin. Akan tetapi, mengapa air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipinya?Ah!"Hei." Bellia tersentak ketika punggungnya ditepuk oleh seseorang dengan pelan. Kedua matanya sontak membulat melihat lelaki yang ada di hadapan."Kamu Bellia, 'kan?" Khaisar yang baru saja kembali dari toilet berusaha mengingat-ingat gadis yang berdiri di hadapannya. "Sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   9. Hidup Baru

    "Apa?! Mengundurkan diri?" Mata Anita sontak membulat.Bellia mengangguk tanpa berani menatap Anita."Kenapa mendadak sekali, Bellia? Apa kamu sedang ada masalah?"Bellia menggeleng pelan, dia tidak mungkin memberi tahu Anita alasan yang membuatnya keluar.Anita mengambil surat itu, membacanya dengan cepat lalu menatap Bellia dengan wajah penuh kebingungan. "Ini terlalu mendadak dan perusahaan masih membutuhkan kamu, Bellia. Lagi pula perusahaan kita menerapkan kebijakan one-month notice. Kamu bisa kena denda kalau berhenti tanpa pemberitahuan sebulan sebelumnya. Apa kamu tidak bisa menunggu sebentar lagi?"Bellia tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Dia sudah memikirkan hal ini dan siap dengan segala risikonya. "Saya mengerti, Bu. Tapi maaf, saya benar-benar tidak bisa menunggu satu bulan lagi. Saya harus berhenti."Anita menatap Bellia dengan lekat. "Denda yang harus kamu bayar tidak sedikit, Bellia. Kalau kamu sanggup membayar pun namamu akan di-blacklist dari per

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   10. Dia Menghilang

    "Apa laporan penjualan bulan ini sudah selesai, Khai? Aku butuh datanya untuk pertemuan besok."Khai memeriksa berkas yang ada di tangannya lalu menjawab, "Sudah, Niel. Penjualan bulan ini meningkat tujuh persen dibanding bulan lalu. Tapi masih ada beberapa area yang mengalami penurunan, terutama di sektor retail.""Sektor retail?" Kening Daniel berkerut dalam, sebagai pengusaha muda yang namanya sudah terkenal di tanah air dia tidak suka jika pendapatan perusahaannya menurun. Sekecil apa pun itu."Kenapa bisa turun?""Karena daya beli masyarakat di pasar lokal turun, selain itu beberapa kompetitor mulai menawarkan diskon besar-besaran. Jadi, kita sedikit tertinggal dalam hal harga."Daniel begitu serius mendengarkan penjelasan Khaisar. "Kita tidak boleh terus-terusan kalah. Siapkan strategi baru dan evaluasi produk mana yang bisa kita promosikan lebih kuat tanpa menurunkan margin terlalu banyak."Khaisar diam-diam tersenyum setelah mendengar penjelasan Daniel. Dia akui kemampuan Dani

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   11. Kabar Mengejutkan

    Bukan hal sulit bagi Khaisar untuk mencari tahu informasi tentang Bellia. Sebagai sekretaris sekaligus orang kepercayaan Daniel Moiz membuat Khaisar mempunyai keuntungan lebih untuk memanfaatkan jabatannya di perusahaan."Beri aku data anggota divisi marketing atas nama Bellia," pintanya pada HRD.Tanpa banyak tanya HRD segera memberi data yang Khaisar minta. "Ini, Pak.""Terima kasih." Khaisar langsung kembali ke ruangannya setelah mendapat data yang dia inginkan. Dia membaca data Bellia dengan cepat dan mencatat beberapa informasi penting sebelum diserahkan ke Daniel.Saat dia sedang serius membaca, telepon yang ada di atas meja kerjanya tiba-tiba berdering."Ya, Niel?""Apa kamu sudah mendapat informasi yang aku minta?""Iya." Khaisar mengangguk. "Tapi ada—""Berikan padaku!" perintah Daniel tegas lalu memutus sambungan teleponnya.Tanpa menunggu waktu lama Khaisar segera pergi ke ruangan Daniel."Bagaimana?" tanya Daniel. Suaranya terdengar datar, tapi mengandung rasa penasaran ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   72. Pesan Bernada Ancaman

    Matahari masih belum terbit, tapi Bellia sudah sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Jemari lentiknya begitu terampil menyiapkan bahan dan meracik bumbu masakan.Pagi ini Bellia ingin membuat sambal goreng tahu, tempe, dan kentang serta ayam goreng. Sejak kecil Bellia sudah terbiasa memperhatikan sang nenek yang sedang memasak, karena itu dia tidak merasa kesulitan saat memasak. Marvell pun selalu memuji jika masakan Bellia paling enak sedunia dan Bellia merasa sangat tersentuh ketika mendengarnya.Tepat pukul enam semua masakan Bellia sudah siap dihidangkan. Dia mengambil sebuah kotak makan yang berada di rak setelah itu mengisinya dengan nasi, sambel goreng tempe, dan ayam goreng. Tidak lupa dia menambahkan beberapa potong buah di dalamnya.Bellia tanpa sadar tersenyum ketika melihat bekal yang sudah dia siapkan untuk Daniel hari ini. Terhitung sudah tiga hari berturut-turut dia menyiapkan bekal untuk lelaki itu, padahal Daniel sudah melarangnya mengirim bekal karena tidak ingin merepo

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   71. Ketakutan Daniel

    Daniel, Bellia, dan Marvell tidak langsung pulang setelah makan siang. Mereka mampir ke sebuah toko buku dan mainan yang ada di pusat perbelanjaan untuk memenuhi permintaan Marvell.Marvell langsung berlari menuju rak buku khusus untuk anak-anak begitu memasuki toko. Kedua matanya yang mirip Daniel memancarkan binar penuh antusias. Tangannya yang mungil berusaha meraih buku yang berada di rak lumayan tinggi, membuat Bellia tersenyum ketika melihatnya."Marvell boleh pilih dua, Ma?" tanya Marvell terdengar polos.Bellia mengangguk sambil mengusap puncak kepala Marvell dengan gemas. "Boleh, Sayang.""Kalau tiga?" Marvell menatap Bellia dengan penuh harap, mencoba menguji batas kesabaran ibunya.Bellia tertawa kecil. "Jangan banyak-banyak ya, nanti bukunya tidak kebaca semua 'kan sayang."Marvell mengangguk patuh lalu memilih buku dengan penuh pertimbangan. Sedangkan Bellia malah menatap Daniel yang sedang duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponselnya.Bellia sadar kalau Daniel lebih

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   70. Siaga Satu

    Mata Bellia refleks mencari sosok yang dipanggil oleh Marvell. Ternyata Mahes berdiri di tempat yang berada tidak jauh dari mereka.Lelaki itu memakai kemeja putih dengan lengan yang tergulung rapi hingga sebatas siku. Rambutnya yang hitam tampak sedikit berantakan. Rahang yang biasanya halus kini ditumbuhi jambang tipis. Penampilan Mahes memang sederhana, tapi tetap terlihat tampan.Jujur saja Bellia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Mahes di tempat ini. Lelaki itu tidak pernah menghubunginya sejak mengungkapkan perasaan pada dirinya. Dia pun tidak pernah berusaha untuk menghubungi Mahes lebih dulu.Perasaan bersalah kembali menyelip di dalam diri Bellia, membuat dadanya terasa sedikit sesak untuk bernapas. Bellia sadar Mahes pasti kecewa sekaligus sakit hati pada dirinya karena dia tidak bisa membalas perasaan lelaki itu. Namun, Bellia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri kalau bukan Mahes lelaki yang dia inginkan untuk mendampingi hidupnya. Bukan Mahes lelaki yang na

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   69. Kita Bertemu Lagi

    Marcedes Benz AMG G65 itu melaju sedikit kencang membelah jalanan yang ramai lancar. Daniel terlihat fokus mengendarai mobilnya sambil sesekali menimpali cerita Marvell yang duduk di kursi khusus untuk anak-anak di belakang.Bellia tanpa sadar tersenyum melihat interaksi di antara Marvell dan Daniel. Meski terlambat, Daniel berusaha keras menjadi sosok ayah yang baik untuk Marvell. Lelaki itu bahkan membeli kursi khusus untuk anak-anak tanpa sepengetahuan dirinya demi keselamatan Marvell.Perhatian sekali, 'kan?"Papa, Papa ....""Iya, Sayang?" Daniel melirik Marvell melalui kaca sepion yang ada di depan sekilas."Marvell tadi dapat bintang lima waktu pelajaran menggambar.""Benarkah?" Kedua mata Daniel terlihat berbinar. Dia merasa begitu bangga dengan putranya."Iya." Marvell mengangguk penuh semangat."Wah, selamat. Anak papa hebat sekali.""Terima kasih banyak, Pa. Apa Marvell akan mendapat hadiah?""Hadiah?" tanya Daniel tidak mengerti."Iya, Marvell ingin lego dan buku cerita ba

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   68. Keluarga Impian

    Bangunan mewah berlantai empat itu lebih pantas disebut mansion dari pada rumah. Sebuah air mancur dengan patung Dewi Yunani di bagian tengah semakin menambah kemewahan mansion tersebut. Lantainya terbuat dari marmer yang terlihat berkilau jika terkena cahaya lampu. Dindingnya dilapisi cat berwarna beige yang memberi kesan mewah sekaligus elegan.Beberapa pelayan terlihat sibuk dengan tugas mereka. Ada yang menyiapkan sarapan, membersihkan halaman, memotong rumput, dan membersihkan kolam renang.Seorang anak laki-laki berjalan dengan lesu menuruni tangga lalu duduk di meja makan. Di hadapannya sudah terasaji beraneka masakan, tapi tidak ada satu pun yang menggugah seleranya."Selamat pagi, Tuan Daniel. Anda mau susu?" Seorang pelayan mendekat, menawarkan segelas susu yang dijawab gelengan pelan oleh Daniel."Papa sama Mama di mana, Bik?"Pelayan tersebut melirik temannya sesama pelayan yang berdiri tidak jauh darinya, berkomunikasi lewat mata sebentar sebelum menjawab pertanyaan Danie

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   67. Sisi Lain Daniel

    "Mas Daniel?!" Bellia bergeming di tempat, sepasang iris hezel miliknya terpaku pada lelaki yang seharian ini mengisi seluruh pikirannya.Waktu seolah-olah berhenti bergerak, dunia seolah-olah berhenti berputar. Suara di sekitarnya pun mendadak lenyap. Selama tiga puluh detik yang Bellia lakukan hanya diam memandangi Daniel yang sedang memeluk Marvell dengan erat.Beberapa menit yang lalu dia merasa sangat cemas lantaran Daniel tidak memberi kabar. Namun, lelaki itu tiba-tiba saja muncul di hadapannya seolah-olah tidak terjadi apa pun di antara mereka.Perasaan marah, sedih, sekaligus lega bercampur menjadi satu di dalam diri Bellia. Rasanya Bellia ingin sekali memarahi Daniel yang tidak memberinya kabar hingga membuat perasaannya tidak bisa bernapas dengan tenang. Namun, dia berusaha keras menahannya karena mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa meskipun sedang dekat.Dua hari tidak bertemu membuat Daniel sangat rindu dengan Marvell dan Bellia. Padahal mereka sudah melakukan video c

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   66. Kejutan

    Ucapan Dita terus terngiang-ngiang di telinga Bellia. Apa yang dikatakan Dita tadi memang benar, hubungan yang baik pasti diimbangi dengan komunikasi yang baik pula. Selama ini dia memang jarang mengirim pesan pada Daniel lebih dulu, bahkan mungkin tidak pernah. Selama ini Daniel yang selalu memulai komunikasi di antara mereka.Bellia sebenarnya ingin mengirim pesan pada Daniel tanpa perlu menunggu inisiatif dari lelaki itu. Namun, entah mengapa Bellia selalu merasa takut dan cemas, bahkan sebelum memulainya. Perasaan insecure itu terkadang sering muncul, hingga membuatnya merasa tidak pantas dekat dengan Daniel. Lelaki itu ... terlihat begitu sempurna di matanya, sedangkan dirinya hanya orang biasa.Bellia sering berpikir kalau Daniel ingin dekat dengannya karena ada Marvell di antara mereka. Andai saja Marvell tidak ada, apa Daniel masih ingin dekat dengannya?Bellia menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang tiba-tiba menyelip di dalam dadanya. Hilangnya Daniel membuat

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   65. A Day Without You

    Bellia sudah terbiasa hidup sendiri, bahkan sebelum bertemu dengan Daniel. Seharusnya, Bellia tidak perlu khawatir ketika Daniel pergi ke luar kota selama tiga hari. Seharusnya, Bellia bisa menjalani aktivitasnya seperti biasa, sama seperti ketika dia belum bertemu dengan lelaki itu.Namun, entah mengapa Bellia merasa ada sesuatu yang hilang hidupnya. Seperti bulan yang sendirian di langit malam tanpa bintang. Bellia yang biasanya mandiri, kini merasa sedikit kesulitan, mungkin karena dia sudah terbiasa dengan kehadiran Daniel.Bellia akui, beberapa hari ini hubungan mereka menjadi semakin dekat dan hangat. Dia bahkan tidak lagi memakai 'saya' ketika bicara dengan lelaki itu. Selama dua hari ini pun Daniel tidak pernah lupa memberi kabar. Dimulai dengan mengirim ucapan selamat pagi, mengingatkan dirinya dan Marvell agar tidak lupa makan, dan ditutup dengan ucapan selamat malam. Daniel bahkan tidak lupa menyelipkan doa agar dirinya dan Marvell mimpi indah.Manis sekali bukan?Sampai se

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   64. Lebih Dekat

    Bellia lupa kapan terakhir kali dia bisa bernapas dengan lega seperti ini. Selama lima tahun terakhir kehidupan yang dia jalani terasa begitu berat, hingga membuatnya kesulitan untuk sekadar menarik napas.Kejadian malam itu masih membekas di ingatan Bellia sampai sekarang. Dia tidak akan pernah lupa ketika Daniel merenggut mahkota paling berharga di hidupnya dengan tidak sengaja.Saat dia ingin memberi tahu Daniel tentang kehamilannya dan kejadian yang sebenarnya, dia malah melihat Daniel berciuman dengan wanita lain di ruangannya.Akhirnya Bellia memutuskan untuk pergi dari kehidupan Daniel dan mencoba menjalani hidup tanpa bayang-bayang lelaki itu. Awalnya tentu saja tidak mudah, apa lagi kondisi Nenek Amira semakin hari semakin memburuk.Namun, Bellia tidak menyerah begitu saja karena dia memiliki tekad yang begitu kuat demi kesembuhan Nenek Amira serta bayi yang berada di dalam kandungannya.Kehidupan Bellia pun berangsur-angsur membaik setelah Marvell lahir. Kehadiran anak itu m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status