Share

3. Kekhawatiran Daniel

"Bellia, hei?" Daniel menepuk-nepuk pipi Bellia dengan pelan untuk menyadarkan gadis itu. Namun, Bellia tetap setia memejamkan kedua matanya. Suhu tubuhnya juga sangat panas.

Daniel menaruh kedua tangannya di antara lutut dan bahu Bellia. Dengan mudah dia mengangkat tubuh Bellia ke dalam gendongannya.

Saat akan melangkah suara seorang wanita tiba-tiba menghentikan pergerakannya.

"Astaga! Bellia kenapa, Pak?"

Lisa baru tiba di depan kamar Bellia, karena curiga dengan atasannya yang tiba-tiba menanyakan Bellia tadi. Namun, justru ia dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya kesal.

"Sepertinya Bellia pingsan. Apa Bapak mau membawa Bellia ke rumah sakit?"

Daniel mengangguk sekilas lalu kembali melangkah. Dia ingin segera membawa Bellia ke rumah sakit agar cepat mendapatkan penanganan. Namun, Lisa lagi-lagi menahannya.

"Apa saya boleh ikut, Pak?"

Daniel membuka mulut hendak bicara, tapi Lisa lebih dulu berkata, "Saya Lisa, teman baik Bellia. Saya kahawatir sekali dengan keadaannya. Tolong izinkan saya ikut ke rumah sakit, Pak."

Daniel memperhatikan Lisa dengan lekat. Dilihat dari tatapan matanya sepertinya Lisa memang benar-benar mengkhawatirkan Bellia.

"Baiklah."

Lisa tersenyum senang lalu mengucapkan terima kasih pada Daniel. Sebelum pergi dia meminta izin pada Daniel untuk mengambil tasnya di kamar.

Senyum Lisa seketika lenyap ketika tiba di kamar. Jujur saja rasa kesal di hati Lisa masih belum hilang sejak melihat Daniel yang begitu peduli pada Bellia. Daniel bahkan ingin membawa Bellia ke rumah sakit padahal lelaki itu bisa menyuruh orang lain.

Daniel sekarang tidak terlihat seperti presdir dingin yang tak tersentuh. Daniel malah terlihat seperti pria yang khawatir dengan kekasihnya.

Kenapa Daniel begitu mengkhawatirkan Bellia? Apa mereka mempunyai hubungan spesial?

Kening Lisa semakin berkerut dalam ketika melihat benda berkilau di dekat pintu kamar hotelnya. Wajah gadis itu sontak berubah keras setelah tahu kalau benda itu adalah jepit rambut Bellia.

Mengapa jepit rambut Bellia itu bisa ada di depan pintu kamar? Bukannya selalu Bellia kenakan? Atau … tadi dari kejauhan Lisa melihat Daniel menunjukkan sesuatu pada Bellia sebelum Bellia pingsan.

Jadi, yang ditujukan Daniel tadi pada Bellia adalah jepit rambut Bellia? Tetapi, mengapa jepit rambut Bellia bisa ada di tangan Daniel?

Entah kenapa firasatnya mengatakan jika ada sesuatu yang terjadi di antara Daniel dan Bellia. Apa lagi tingkah Bellia aneh sekali hari ini.

Daniel berjalan dengan tenang menuju mobilnya yang sudah siap di depan. Dia sudah menduga akan banyak pasang mata yang terkejut sekaligus heran melihatnya turun sambil menggendong Bellia. Namun, Daniel terlihat tidak peduli, lagi pula dia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.

Daniel duduk di kursi belakang lalu meletakkan kepala Bellia dengan hati-hati di atas pangkuannya. Lisa ingin menemani Bellia duduk di belakang, tapi Daniel malah menyuruhnya untuk duduk di depan.

"Em, baik, Pak." Lisa mengembuskan napas kecewa lalu duduk di depan dengan terpaksa.

Jarak dari hotel ke rumah sakit tidak terlalu jauh. Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk tiba di sana. Daniel langsung membawa Bellia ke UGD dan meminta dokter untuk memeriksanya.

"Tolong tunggu di luar."

Daniel mengangguk. Dia menunggu dokter selesai memeriksa Bellia di kursi kosong yang berada tepat di depan ruang UGD. Sementara Lisa memilih duduk di kursi yang agak jauh dari Daniel.

Detik demi detik berlalu. Lima belas menit kemudian dokter yang memeriksa Bellia tiba-tiba keluar dan bertanya siapa wali gadis itu.

"Saya, Dokter." Daniel sontak berdiri dari tempat duduknya lalu menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaan Bellia?" tanyanya begitu tiba di ruangan dokter.

Lelaki berjas putih itu pun menjelaskan secara singkat tentang kondisi Bellia. Bellia ternyata mengalami gejala tifus dan kelelahan. Dia menyarankan agar Bellia dirawat selama dua sampai tiga hari untuk memulihkan kembali kesehatannya.

Daniel mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut lalu pergi ke kamar Bellia. Ada perasaan aneh yang tidak Daniel mengerti sontak menyelip di dalam dirinya ketika melihat Bellia yang terbaring tidak sadarkan diri dengan tangan yang diinfus.

Daniel tersentak melihat jemari tangan Bellia yang tiba-tiba bergerak. "Kamu sudah sadar?"

Bellia mengerjapkan kedua matanya perlahan. Awalnya semua terlihat samar, tapi lama-kelamaan berubah jelas ketika cahaya putih yang menerebos masuk ke dalam indra penglihatannya.

"Syukurlah kamu sudah sadar."

Bellia sontak menoleh, menatap lelaki berwajah tampan yang duduk di sampingnya. "Pak Daniel?"

"Jangan bicara dulu, aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu."

Bellia gelapan, jujur saja Bellia bingung kenapa dirinya tiba-tiba bisa berada di rumah sakit bersama Daniel. Padahal dia ingin sekali menghindari lelaki itu.

"Syukurlah kamu sudah sadar, Bell."

"Lisa!?" Bellia menatap Lisa dengan dahi berkerut dalam. Dia tidak sadar kalau ada orang lain di kamarnya karena terlalu fokus menatap Daniel.

Lisa berjalan menghampiri Bellia sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kamu tadi pingsan, makanya Pak Daniel membawamu ke sini," jelasnya tanpa Bellia meminta.

Bellia sontak mengingat kejadian yang dialaminya beberapa jam yang lalu. Saat itu dia sedang beristirahat di kamar karena sakit kepala. Tiba-tiba saja Daniel mengetuk pintu kamarnya lalu bertanya tentang jepit rambut miliknya yang tertinggal di kamar lelaki itu.

Bellia belum siap menghadapi Daniel dan merasa sangat tertekan. Apalagi kondisinya sedang kurang enak badan. Sepertinya karena alasan itulah dia sampai pingsan.

"Syukurlah ada kamu, Lis. Aku pikir cuma di rumah sakit berdua sama Pak Daniel."

"Memangnya kenapa kalau cuma berdua?"

"Ti-tidak kenapa-kenapa." Bellia membuang pandangannya ke arah lain. Dia takut Lisa curiga kalau terjadi sesuatu di antara dirinya dan Daniel.

"Apa aku boleh tanya sesuatu, Bell?"

"Em, tentu ...," jawab Bellia ragu. Entah kenapa perasaan Bellia mendadak tidak tenang. Apa lagi tatapan Lisa tidak terlihat bersahabat seperti biasa.

"Apa ada sesuatu di antara kamu dan Pak Daniel?"

Bellia terkejut mendengar pertanyaan Lisa, tapi dia cepat-cepat mengubah wajahnya kembali tenang.

"Ti-tidak. Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Aku heran saja melihat Pak Daniel peduli sama kamu. Kalian benaran tidak punya hubungan apa-apa, ‘kan?"

"Tidak ada, Lis. Sungguh, aku tidak mempunyai hubungan apa pun dengan Pak Daniel. Lagi pula aku cuma karyawan biasa. Aku tidak mungkin berani mendekati pria sempurna seperti Pak Daniel."

"Lalu ini apa?"

Tubuh Bellia menegang ketika Lisa menyentuh tanda merah yang dibuat Daniel di lehernya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status