Share

4. Fakta Yang Tersembunyi

Bellia cepat-cepat menutupi lehernya. Padahal dia sudah berusaha menyembunyikannya dengan concealer, tapi Lisa ternyata masih bisa melihat tanda merah tersebut.

"Bukan apa-apa."

"Sungguh?" Lisa menatap Bellia penuh dengan selidik.

"I-iya, ini hanya bekas gigitan nyamuk."

Hanya orang bodoh yang percaya dengan ucapan Bellia. Sayangnya Lisa cukup pintar. Dia tahu kalau Bellia sedang membohonginya, tapi dia memilih diam.

Sepertinya memang terjadi sesuatu di antara Daniel dan Bellia semalam, dan tanda merah itu adalah buktinya. Lisa pikir Bellia gadis yang baik dan polos, tapi gadis itu ternyata tidak ada bedanya dengan jalang di luar sana.

Dan wanita itu menghabiskan malam dengan pria yang paling diinginkan di ibu kota! Lisa tidak bisa menahan kekesalannya pada Bellia.

Bellia sontak menoleh ketika mendengar pintu kamarnya terbuka. Dari arah pintu, Daniel datang bersama seorang dokter paruh baya.

Dokter itu langsung memeriksa kondisinya. Untung saja demamnya sudah turun, tapi dia tetap harus dirawat selama beberapa hari di rumah sakit.

"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kepalamu masih pusing?"

Bellia tanpa sadar meremas selimutnya dengan erat lalu menggeleng pelan. Jujur Bellia merasa sangat gugup sekarang, tetapi dia berusaha terlihat tenang dan bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu di antara dirinya dan Daniel.

Namun, melihat Daniel yang rela membuang waktunya hanya untuk Bellia, kepanikan semakin merajai dirinya.

Apa Daniel ingin mempermasalahkan soal tadi malam? Tetapi, untuk apa? Lelaki itu pasti sudah sering tidur bersama wanita, jadi tadi malam pasti hal yang biasa baginya. Lagi pula dia tidak berniat sedikit pun untuk menggoda lelaki itu.

"Terima kasih sudah membawa saya ke rumah sakit, Pak. Maaf merepotkan." Akhirnya Bellia bisa menguasai dirinya.

Daniel hanya mengangguk. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Bellia. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat. Bellia sedang sakit dan dia tidak ingin membuat kondisi gadis itu semakin memburuk.

"Aku harus kembali sekarang. Jangan lupa habiskan makan siangmu dan minum obat. Aku akan kembali kalau acara kantor sudah selesai."

"Anda tidak perlu datang lagi, Pak."

"Tidak perlu?" Daniel menatap Bellia dengan alis terangkat sebelah.

"Tolong jangan tersinggung, Pak. Saya cuma tidak ingin membuat Bapak semakin repot. Lagi pula saya bisa meminta tolong Lisa untuk menemani saya di sini. Kamu mau 'kan Lis temani aku?" Bellia menatap Lisa dengan penuh harap.

"Maaf, Bell. Anak-anak kekurangan anggota. Aku harus kembali ke acara gathering bersama Pak Daniel sekarang."

Bellia mengembuskan napas panjang. Dia hanya punya satu orang yang mungkin bisa dia mintai tolong untuk menjaganya di rumah sakit. Meskipun Bellia tidak yakin orang tersebut mau membantunya.

Akan tetapi, setidaknya dia bisa menggunakan orang tersebut sebagai alasan untuk menghindari Daniel.

"Bapak tenang saja. Saya bisa meminta tolong tante untuk menjaga saya di sini."

"Apa tantemu bisa dipercaya?"

Bellia terkejut mendengar pertanyaan Daniel barusan. Bellia sebenarnya tidak yakin tantenya mau datang ke rumah sakit karena adik ipar dari ibunya itu tidak pernah bertanya bagaimana kabarnya dan hanya menghubungi jika membutuhkan uang.

"Em, iya," jawab Bellia ragu.

"Baiklah. Jangan ragu untuk meneleponku kalau kamu butuh sesuatu." Daniel meninggalkan kartu namanya lalu segera kembali ke hotel bersama Lisa.

Kali ini dia membiarkan Lisa menemaninya duduk di belakang. Sepanjang jalan dia tidak pernah berhenti memikirkan Bellia.

Daniel penasaran, apakah Bellia adalah gadis yang bersamanya tadi malam? Melihat gadis itu tekejut setelah Daniel bertanya soal jepit rambut, Daniel yakin Bellia adalah gadis itu. Tetapi, untuk apa wanita itu bersikap seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka tadi malam?

Seluruh wanita yang pernah tidur dengannya, bahkan wanita-wanita yang baru ingin merangkak ke bawahnya selalu bangga karena pernah bersama dirinya walau hanya satu malam.

Mengapa wanita itu berbeda? 

Apa wanita itu tidak senang dengan dirinya? Pemikiran itu membuat harga diri di dalam hatinya tergores.

Lamunan Daniel sontak buyar ketika Lisa menepuk lengannya pelan. "Mau minum, Pak? Kebetulan saya tadi membeli air mineral lebih di rumah sakit."

"Tidak perlu." Daniel kembali memperhatikan jalanan yang ada di sampingnya, sedetik kemudian dia kembali menatap Lisa.

"Itu ...," gumamnya sambil menunjuk benda berkilau yang menghiasi rambut Lisa.

"Jepit rambut ini?"

Tatapan Daniel berubah tajam. Jepit rambut yang dipakai Lisa sekarang sama persis dengan jepit rambut yang dia temukan di kamarnya tadi pagi. Dia juga baru menyadari kalau jepit rambut itu tidak ada di kantong celananya. Sepertinya jepit rambut tersebut jatuh ketika dia menggendong Bellia.

"Dari mana kamu mendapatkan jepit rambut itu?"

"Jepit rambut ini punya saya, Pak. Saya pikir jepit rambut ini hilang, tapi ternyata terjatuh di depan kamar."

"Sungguh?"

Lisa mengangguk. Tubuh gadis itu sontak menegang karena Daniel tiba-tiba menyibak rambutnya ke belakang. Jarak yang begitu dekat membuat Lisa tanpa sadar menahan napas, jantung pun berdebar hebat.

"Apa kamu berusaha membohongiku, Lisa?"

"Ma-maksud, Bapak?"

Tatapan Daniel dingin dan tajam. “Kamu sengaja ikut dan ingin menemani Bellia karena punya tujuan?”

“Saya ... saya tidak mengerti maksud Bapak.”

“Kenapa kamu ingin ikut menemani Bellia?”

“Itu ... karena ... Bellia teman ... teman saya.” Lisa meneguk ludah. Aura intimidasi dari Daniel sukses membuatnya kehilangan kata-kata.

“Bellia temanmu.” Daniel mengangguk seolah memahami ucapan Lisa, namun sejurus kemudian suara Daniel kembali berubah tegas. “Bukan karena kamu berpikir aku dan Bellia memiliki hubungan?”

Deg, Daniel terlalu pintar.

“Berhenti berbohong. Lepas jepit rambut itu dan berikan padaku!”

Setitik keringat dingin keluar membasahi pelipis Lisa. Lisa memang sengaja memakai jepit rambut Bellia agar Daniel percaya kalau jepit rambut ini miliknya, dan jika sejak tadi Daniel sedang mencari pemilik jepit rambut ini, Daniel akan mengira dia adalah gadis yang dicari lelaki itu.

Namun, sepertinya tindakannya ini salah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status