Home / Fiksi Remaja / HOW BAD DO YOU WANT ME? / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of HOW BAD DO YOU WANT ME?: Chapter 1 - Chapter 10

75 Chapters

PROLOG

PUKUL delapan pagi, tepat, saat Rosa melirik jam dindingnya. Ia merenggangkan tubuhnya pelan dan bangkit dari tidurnya. Masa bodoh dengan keterlambatannya yang memang bukan untuk pertama kalinya. Toh, membolos pelajaran matematika saat pagi memang menyenangkan. Dan lagipula, tidak baik untuk terburu-buru bukan? Percayalah, Kawan! Segala hal yang di lakukan dengan terburu-buru bisa saja akan membuat petaka. Jadi lakukanlah dengan perlahan. Barangkali kalian takkan banyak melewatkan detail-detail penting. Santai saja. Jangan terlalu gembar-gembor seperti buronan begitu.Mengalirlah bagaikan air di sungai. Rosa serius mengatakan ini. Lakukanlah kalau tidak percaya. Pun kalau di jabarkan dengan sebaik mungkin mengenai alasan kebenciannya pada mata pelajaran yang selalu berhasil menyedot rohnya tersebut, seharian penuh tidak akan cukup. Percayalah, betapa Rosa membenci matematika dan rangkaian rumus nan selalu kapabel merenggut kewarasannya. Benar-benar menyusahkan jiwa dan raganya. Sete
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 1

MENDONGAK pelan dan memicingkan matanya menatap matahari nan sombong sekali menunjukkan sinarnya seraya menyeka bulir keringat di pelipis. Rosa dengan malas menyeret sapu ijuk setinggi bahunya dan duduk di pinggir lapangan. Mengambil napas dalam-dalam dengan beristirahat sejenak usai menguras tenaganya untuk menjalani hukuman pagi ini. Dalam hati mengutuk Arzan mati-matian karena menempatkannya pada hukuman ini ketika panas mentari teriknya bukan main. Jikalau boleh hiperbola, ubun-ubun Rosa rasanya benar-benar akan meleleh kalau jauh lebih lama lagi membakar dirinya di bawah sinar matahari hari ini. Rosa berdecak, kakinya menginjak-injak tanah dengan perasaan sebal. “Gue kerjain, mampus tuh bocah!” Sebuah kerikil kecil dilempar mengenai keningnya, membuat Rosa mengaduh dan menatap tajam pelakunya. “Apasih, anjing?!” berangnya pada sang sahabat. “Harusnya lo ngebujuk si Arzan bukannya nyari pekara. Dasar tolol!” hina Jessica sebal. “Kenapa gue? Kenapa?! Hubungannya apa?!” teriakny
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 2

"LO bilang apa?!" Jenna melotot mendengar pengakuan Jessica sebentar ini. Barangkali sensasinya sama persis ketika berita dunia akan kiamat berhamburan di sosial media. Terdengar mutlak mustahil, tentu saja! Seolah tak percaya dan ia mendadak tuli untuk sesaat, Jenna menambahkan tanpa menyembunyikan keterkejutannya. "Rosa nyium Arzan? Seriusan?! Kok bisa?! Ini dunia mau kiamatkah?!" Selaku objek pada topik yang tengah di perbincangkan, Rosa memutar bola matanya malas. Dian benar-benar kehabisan begitu banyak energi kalau laki-laki pejabat sekolah tersebut masuk ke dalam percakapan mereka berempat. Rosa sudah pasti mual dan muak mendengarnya. Telinganya terasa pengang akibat ketidaknyamanan itu. Sepersekon nyaris lupa bahwa mulut Jessica sudah berduet dengan ember bila mereka tengah berkumpul begini. Harusnya ia rajam sang sahabat dengan mangkuk bakso saat mereka di kantin tadi. Rosa menyesal tidak melakukan hal itu, jujur saja. Sebenarnya juga salahnya sendiri, belum menjelaskan keben
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 3

MEMBABAT habis drama Korea sampai episode terakhir selama beberapa jam terakhir ini, perut Rosa kini berdemo minta segera di isi sebelum terjadi peperangan sengit antara asam lambung dan cacing di lambungnya. Rosa selalu meyakini hal itu sejak dulu, meski terdengar aneh. Di samping itu juga, alasan lainnya ialah sebab si gadis tidak ingin harus jatuh sakit dan mendekam yang lama di rumah. Tidak, tidak, tidak! Itu sama saja dengan mimpi buruk. Rosa mana tahan harus mendekam untuk waktu yang lama di rumahnya ini. Lebih baik dia membersihkan halaman sekolah lagi. Itu jelas jauh lebih baik baginya. Dan pilihan makanannya sore menjelang maghrib ini adalah pasta. Tak memakan banyak waktu untuk memasaknya, hanya didihkan air selama dua menit kemudian baru rebus bersama pastanya. Rosa bisa cepat menyantapnya setelah di tuang saus. Sederhana, bisa masak dalam jumlah porsi besar sekaligus. praktis dan cepat. Sesuai untuk perutnya yang kelaparan. Sesudahnya sang puan buru-buru duduk manis di
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 4

TATAPAN Arzan lurus memandang Rosa lamat-lamat. Ada sekelumit heran, cemas dan tanda tanya besar dalam benak si pemuda tatkala tidak sengaja menjumpai Rosa di pinggir jalan saat ini. Di cuaca pancaroba pula, apalagi bekas-bekas hujan yang bahkan masih di sertai angin kencang. Dinginnya saja membuat kulit Arzan tertusuk, apalagi Rosa hanya mengenakan sweater tipis, celana pendek dan sendal jepit saja. Arzan mengerjap beberapa kali memandang penampilan lawan sementara Rosa sudah berkali-kali menghembuskan napas panjang. Tatapannya masih seperti biasa, sinis.Mungkin saja kalau berbentuk pedas, Arzan sudah tewas di buatnya. Niatnya sore ini hanya pergi untuk membeli selusin pulpen karena stok di rumah benar-benar habis dan jalan-jalan singkat guna menghilangkan rasa bosan ketika habis di gasak laporan sekaligus tugas sekolah. Tetapi seakan mendapat jackpotㅡentah harus bagaimana Arzan menyebut berkah Tuhan-Nya iniㅡArzan malah bertemu Rosa di tepi jalan sekarang. Apalagi penampilan cewe
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 5

JENNA menyodorkan secangkir teh hangat pada Rosa yang sedang terduduk lemas tanpa semangat tidak seperti biasanya. Kondisi sahabatnya itu terlihat benar-benar mengkhawatirkan. Barangkali memang tak mirip serupa gelandangan, tetapi sukses membuat gadis bermanik kucing tersebut di landa cemas ketika Arzan mengantar Rosa yang setengah menangisㅡtinggal sesegukan saja dengan motornya. Wajah sang sahabatan betulan memerah, bisa jadi gadis itu menahannya sepanjang perjalanan kemari. Jenna bertanya-tanya apa yang telah terjadi, akan tapi ia jauh lebih lebih penasaran lagi mengapa Arzan bisa bersama sahabatnya? Mengambil selimut tamabahan di kamar tamu, Jenna pun membalut tubuh Rosa dengan selimut bermotif bunga anggrek. Baju yang tengah di pakai Rosa terlampau tipis padahal di luar angin sedang kencang-kencangnya berhembus. “Sa, feel better?” Rosa diam, belum mau menjawab. Setelah bertengkar dengan Julian mustahil ia merasa baik-baik saja. Apapun yang di lontarkan Julian seakan benar-ben
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 6

BESOKNYA dengan langit biru serta cahaya mentari nan berpendar cerah menerangi separuh bumi, dapat Arzan lihat Rosa sedang duduk di bawah pohon rindang. Telinganya di sumpal dengan AirPods putih gading dan mata gadis itu tertutup rapat. Seolah benar-benar ingin menikmati acara kecil-kecilannya dengan tenang tanpa gangguan apa pun. Selama bertahun-tahun mengamati Rosa. Arzan tahu betul bahwa tempat favorite gadis itu di sekolah ini adalah sebuah pohon besar yang letaknya cukup tersudut namun lumayan dekat dengan lapangan bola. Banyak rumor yang mengatakan tempat itu angker karena katanya pohon itu sudah tumbuh di sana bahkan sebelum sekolah di dirikan. Kendati begitu Arzan tak sepenuhnya percaya. Sementara perempuan nan mirip tupai tersebut tampaknya tak terganggu sedikit pun dan seringkali menjadi penunggu sesaat di sana. Bukan tanpa sebab, pohon tersebut tumbuh tinggi menjulang dan besar, memiliki dedaunan yang rindang sekali. Angin sepoi-sepoi yang jelas-jelas akan mampir di sana m
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 7

TATKALA semua teman-teman satu kelasnya sibuk memilih SMA mana yang kiranya cukup bergengsi dan memiliki reputasi terbaik untuk mereka masuki sekaligus sebagai ajang pamerㅡwalau pun belum tentu nilai akhir mencukupi kriteria, Arzan mungkin satu-satunya yang hanya menjawab 'terserah' bila ada yang iseng bertanya. Jawabannya memang simple namun terkadang cukup untuk membuat teman-temannya kesal, ibunya uring-uringan dan wali kelas meringis. Sementara si empunya sendiri, Arzan, dia cuma fokus belajar dan memberi mengangguk kala ibunya merekomendasikan sekolah-sekolah ternama tiap kali ada kesempatan. Bukannya Arzan cuek dan tidak peduli akan dengan pendidikannya sendiriㅡbuktinya saja ia masih belajar keras siang dan malam demi mengejar nilai yang bagus dan mumpuni untuk mendaftar ke jenjang pendidikan selanjutnya, hanya saja Arzan tidak berpikir bahwa sekolah elit memiliki pendidikan yang lebih-lebih dari yang lain. Baginya, semua sekolah itu sama saja, toh, kurikulum masih sama dari di
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 8

DULU sekali, saat Rosa masih kecil, ia sering di tinggal sendiri di rumah sementara orang tuanya akan pergi bersama Lion entah kemana, yang pasti ke tempat di mana adiknya bisa membawa pulang gula kapas, mainan baru atau barang-barang menggemaskan lainnya dan itu membuat Rosa iri. Sangat-sangat iri. Rosa tidak pernah di ajak kemanapun oleh Julian mau pun Marie, pernah sih, itu pun ke rumah kakek dan nenek. Tetapi tetap saja Rosa di anggap seperti makhluk tak kasat mata di sana. Kebanyakan kisah kecilnya pun hanya ia habiskan di rumahnya, rumah Jessica, Jenna atau pun Chelsie. Tak ada tempat spesial sebagaimana dongeng-dongeng yang pernah ia baca menjelang waktu tidur. Omong-omong, Rosa sudah bisa lancar membaca saat umur empat tahun. Itu juga karena Marie tidak pernah membacakannya dongeng sebagaimana ibunya membacakan Lion cerita sebelum tidur. Ya sudah, ia baca sendiri saja, Julian bilang Rosa tidak boleh manja. Karena anak manja adalah anak nakal. Suatu ketika, pernah sekali Ros
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

BAB 9

SEMBURAT senja perlahan-lahan terukir manis di atas kepala sebab mentari mulai turun sedikit demi sedikit dari singgasana kebanggannya. Lembayung sore ini pun tidak kalah menarik dengan samar-samar langit biru, eksistensinya selalu saja dapat membuat semua manusia terkagum-kagum atas ciptaan Tuhan tersebut. Apalagi tepat di jam-jam rawan begini, rasa penat, letih, kantuk bercampur aduk menjadi satu kesatuan absolut, meminta sang tuan agar segera buru-buru mengecap empuknya pulau kapuk dan terbang menuju dunia mimpi. Dan juga, pemandangan tersebut seakan menjadi obat tak langsung bagi para penikmatnya. Obat yang gratis di berikan guna mengusir lelah nan seharian menghinggapi badan. Kendati begitu pun, sebagian orang masih ada yang setia berada di depan meja kerja walau tahu benar tubuh sudah meronta-ronta ingin istirahat dari deretan kegiatan nan tiada henti-hentinya menyedot energi. Masih ada yang harus menjaga minimarket 24 jam. Masih ada yang harus memastikan keamanan lingkungan sek
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status