Semua Bab HOW BAD DO YOU WANT ME?: Bab 31 - Bab 40

70 Bab

BAB 30

“ROSA masuk sekolah, Zan.”Begitu Dhani mengutarakan kalimat pendek berisi empat kata tersebut. Arzan langsung melempar pensil ke meja dan berlari keluar dari ruang OSIS. Si pemuda berlesung pipit tersebut tidak tahu-menahu tentang Rosa yang datang sekolah hari ini. Bahkan Joan bilang bahwa Rosa menjadi perbincangan hangat di sekolah mereka. Apalagi kalau bukan mengenai foto yang tersebar luar seminggu lewat. Agaknya si pemeran utama baru menampakkan batang hidung mana mungkin tidak jadi buah bibir masyarakat Bina Bangsa. Arzan tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kurang lebih tidak peduli dengan tanggapan orang lain, toh, tidak penting juga untuk didengarkan. Yang menjadi pokok permasalahannya, kenapa ia tahu si gadis chipmunk tersebut masuk sekolah dari orang lain? Kenapa tidak dari si empunya saja? Ah! Arzan memperlambat langkahnya dengan tangan yang merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponsel. Terkadang ditampar kenyataan lebih menyakitkan daripada ditampar oleh makhluk nyata.
Baca selengkapnya

BAB 31

“ROSALINE! MAKAN LO DIKIT AMAT, SIH, ANJIR! KESURUPAN LO?!” Terkadang terlintas di benak Rosa kalau ia ingin sekali menukar-tambah Jessica dengan makanan. Mungkin lebih bermanfaat baginya. Mulutnya itu, lho, ya ampun, semua toa dan speaker di sekolah ini bisa kalah saing. Memang, sih, tidak akan ada yang protes. Mana berani. Lebih baik tuli daripada dihajar sampai cacat oleh Jessica. Jiwa sosialisasi sahabatnya itu kadang memang nol besar. Rosa menatap jengah ke arah Jessica yang sudah macam orang kesetanan memenuhi isi piringnya dengan berbagai macam makanan. Bahkan memasukan empat dada ayam besar ke dalan piringnya. Memang sinting gadis berponi itu, tidak ada tandingannya lagi. “AYO MAKAㅡ”Rosa menjejal mulut Jessica dengan dada ayam goreng tersebut barulah si gadis diam dan mengerjap bingung ke arahnya. “Sekali lagi lo teriak. Sumpah, Jes. Gue bakar motor lo sekarang juga, eh, atau lo hari ini bawa mobil?” tutur Rosa sembari menukik tajam bibirnya ke atas. Jessica membuang aya
Baca selengkapnya

BAB 32

ARZAN tahu bahwa ada yang tidak beres pada Rosa sesaat setelah gadis itu pergi begitu saja ketika mereka berjumpa di lorong pagi tadi, dan ia tidak tahu apa. Arzan hanya merasa ada yang salah dan ia juga merasa bersalah akan suatu hal yang Arzan juga tidak tahu apa. Bahkan ia tidak bisa menyapa gadis itu saat mereka berpapasan, seakan takut mengganggu waktu Rosa. Padahal sebelum-sebelumnya biasa saja, ia pasti akan menganggu Rosa. Tetapi kali ini beda. Maka dari itu ia berinisiatif untuk tetap tinggal di kelas dan menunggu Rosa selesai piket. Sebenarnya ia cukup terkejut Rosa mau ikut piket kelas, biasanya langsung kabur begitu saja, sama halnya dengan Jessica. Tetapi kali ini Jessica yang sudah kabur dan hanya menyisakan Rosa dengan dua orang teman sekelas mereka. Setengah jam kemudian saat Arzan masih bersandar pada tembok dan sesekali melirik arlojinya. Barulah ia menemukan Sissy serta Missyㅡkakak beradik kembar, keluar dari kelas seraya tersenyum menyapa. “Nunggu siapa, Zan?” t
Baca selengkapnya

BAB 33

ALIH-ALIH berpikir kalau Arzan akan membawa Rosa ke sebuah tempat penuh makanan bernama restoran atau kafe, seperti seminggu lalu. Minimal ke tempat romantis macam tingkah Arzan selama ini kepadanya. Ataupun ke tempat-tempat di mana bermulanya kisah cinta macam novel picisan yang banyak dibaca khalayak ramai sekarang ini. Dipenuhi lampu kerlap-kerlip yang indah, berpendar hangat serta nyaman dilihat, beraroma mawar yang menenangkan indera penciuman. Sebuket bunga dan lainnya. Nyatanya Arzan memilih tempat ramai yang sesak bernama festival kota. Lokasinya cukup jauh sebab mereka menempuh waktu hampir setengah jam. Well, setidaknya Rosa dapat menemukan dengan kedua mata bahwa banyak stan makanan yang berjejer rapi di setiap sisi. Tidak sepenuhnya mengecewakan, jujur saja, tidak mengecewakan tetapi hanya tak terduga saja. Rosa tidak keberatan ia akan dibawa kemana oleh Arzan asalkan bukan tempat-tempat yang penuh buku. Fakta bahwa Arzan anak pintar di sekolah mereka jelas nyaris membu
Baca selengkapnya

BAB 34

SEHARUSNYA dibandingkan membalaskan kekesalannyaㅡtidak sepenuhnya kesal juga, sih, sebab Rosa lebih banyak tertawa, si gadis harus mengingat kondisi kakinya yang belum sembuh total. Sehingga berujung seluruh lukanya berdenyut-denyut ngilu dan Rosa menahan tangis agar tidak pecah di tengah-tengah keramaian begini. Ia duduk di kursi panjang, sedikit membungkuk untuk mengelus-elus pelan kakinya, berharap rasa sakitnya berkurang tetapi tak kunjung ada perubahan berarti. Denyutannya masih terasa, Rosa mendesah pelan. Sakit banget, ya Allah. Rosa benar-benar ingin menangis sekarang sementara Arzan entah hilang kemana setelah mendudukkan Rosa di kursi. Ramainya festival tidak berkurang sedikitpun meski sore hampir dimakan senja yang sudah terhiasi lembayung jingga. Malah semakin padat setiap detiknya, banyak yang berlalu masuk daripada keluar. Si gadis mendesis kala betis kanannya berdenyut kuat-kuat seolah tengah menjerit kesakitan. Rosa juga tahu, ia menyesal telah berlari. Sepersekian d
Baca selengkapnya

BAB 35

“GESER dikit lagi. Nah. Bagus!”Alvin berdecak sebal setengah dendam kesumat. Pemuda kelinci itu mengira saat Jessica mengirimkan sebuah alamat, akan tercipta suatu momentum romantis antara mereka. Jangankan manis-manis madu, malah ia yang berkeringat dengan senja sewarna madu di luar sana. Kalau ngotot ingin pulang karena telah ditipu secara tidak langsung pasti Jessica mengomel tidak jelas padanya. Sementara Jessica puas bukan main telah memperbabu Alvin sore ini. Sebenarnya Jessica tidak begitu banyak berharap Alvin akan membantu tetapi malah pemuda itu sendiri yang membabat habis pekerjaan rumah. Apartemennya ini sudah lama tidak ditinggali jadi banyak sekali debu, lalu Jessica hanya kebagian menyedot debu-debu di lantai dan mengganti sprei. Selebihnyaㅡwow! Alvin sendiri yang lakukan. Mulai dari mengganti tirai, menata sofa yang sudah tak keruan bentuknya dan sebagainya. Alvin seniat itu ternyata. Jessica kagum. Jessica menghampiri Alvin yang sudah duduk lemas bersimbah keringa
Baca selengkapnya

BAB 36

ROSA menguap pelan saat guru mata pelajaran kimia baru saja keluar dari kelasnya. Tangannya merenggang kecil untuk melemaskan otot-otot tangannya. Rosa melirik Jessica yang tertidur di mejanya dengan Alvin yang menonton sembari tersenyum-senyum sinting. Iya, mereka berbeda kelas dan cowok itu nekat menyusup di kelasnya di menit-menit terakhir. Katanya tak sengaja melihat Jessica tertidur dari balik jendela. Ia menghela napas, makin kelihatan saja Alvin ini bucin terhadap Jessica. Biasanya juga mengganggu Jessica setiap detik dan setiap saat, tetapi kali ini kalem sekali. Si gadis berjengit kecil kala pundaknya ditepuk dua kali, ia mendongak cepat dan menemukan Arzan berdiri di sisi mejanya. Ia menerbitkan senyumannya. “Kenapa?”“Daripada nontinin orang yang lagi uwu, mending kita pergi ke kantin. Lo laper nggak?”Gadis chipmunk tersebut mengangguk semangat dan berdiri. Rosa sempat melirik ke arah Alvin. “Heh! Jagain sahabat gue, ya. Awas lo apa-apain.”Alvin mengangguk dan tanpa me
Baca selengkapnya

BAB 37

DI balik gedung tingkat tiga atau yang lebih sering di sebut belakang sekolah. Lion membawa sang kakak menuju ke sana agar bisa berbicara dengan kondusifㅡtentunya, tidak di depan orang-orang yang sibuk memasang mata serta telinga mereka. Di belakang sekolah bagian barat terdapat pohon besar tinggi serta meja dan sofa ( markas Alvin dan kawan-kawannya yang untungnya sedang tak berada di tempat). Hembusan angin di sini kencang sekali, matahari pun tak sepenuhnya menyinari tempat ini. Rosa sudah menduga bahwa Lion akan datang mencarinya, entah saat mereka berdua atau seperti tadi, di depan banyak orang. Rosa ingin menolak tetapi menatap pancaran mata sang adik, ia tak tega langsung pergi begitu saja. Lion tentu akan membahas mengenai kepindahan sementara Rosa ke apartment Jessica, sebab ia belum membicarakan hal tersebut bersama Lion. Ia paham kalau Lion marah padanya, ditambah Rosa mengabaikan semua pesan dan telepon sang adik karena ingin berpikir jernih terlebih dahulu. Merasa kond
Baca selengkapnya

BAB 38

“LO nggak baik-baik aja, Sa,” tembak Arzan setelah duduk di samping si gadis seusai membeli dua botol minuman kemasan. Rosa terkekeh mendengarnya dan mengangguk seraya menerima botol berisi kopi susu. “Well, emang. Gue lagi banyak pikiran,” balasnya. Setelah perbincangan singkat yang terasa lama bersama Jessica. Benang kusut di kepala Rosa makin menjadi-jadi kusut dan berkelit panjang. Pelipisnya berdenyut sebab terlalu stres, saraf-saraf kepalanya mengakui itu rupanya. Rosa menghela napas berat, si gadis kembali terhenyak, menyelami kubangan kenangan dan pikirannya sendiri. Otak dan batinnya tengah berperang hebat di dalam sana. Rosa tak akan menyangka bahwa hidupnya akan serumit ini. Benar-benar rumit sehingga ia kepayahan mencari jalan keluar, untuk dirinya sendiri. Si gadis tak akan menyangka bahwa Jessica akan menawarkan nama belakang 'Atriyadinata' padanya. Pertanyaanya, apakah ia sanggup dan mampu untuk itu? Melepas nama belakang 'Evendi'ㅡyang selama ini tak pernah Rosa tu
Baca selengkapnya

BAB 39

TANGANNYA terulur menarik kasar sejumput rambut perempuan di depan mata hingga wajahnya mendongak ke arahnya. Jessica menyeringai ke arah Wira, gadis itu banjir air mata, tubuh bergetar serta wajah penuh luka sedangkan temannya yang satu lagi, Rara sudah pingsan. Entah karena syok atau memang daya tubuhnya yang lemah. Jessica tidak peduli. Wira menatap Jessica takut, tubuhnya tremor parah serta iris yang bergetar bersitatap dengan perempuan sinting di depan mata. Jessica menarik lebih kuat rambut milik Wira hingga si empunya mengaduh. “Gimana? Menyenangkan, 'kan?”“Am-ampun, Jes,” lirih Wira, ia mengatupkan tangan dan menggosok-gosok kedua telapak tangannya memohon. Jessica menekuk wajahnya sok sedih. “Hei! Masa gitu, sih, gue belum puas main, lho, Wira,” ujarnya, ia melirik Rara yang terkapar di atas lantai penuh debu, penampilannya sama acak-acakan dengan Wira. “Temen lo udah bobo duluan, jadi nggak seru. Ayo main lagi!”Wira menggeleng heboh, matanya membulat sempurna, takut. Ia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status