Semua Bab HOW BAD DO YOU WANT ME?: Bab 41 - Bab 50

75 Bab

BAB 40

JUJUR saja belakangan ini hari-harinya terasa berat, berisik dan ada saja suatu hal yang menjadi buah pikiran Rosa. Oleh karena itu dia tidak memiliki energi lebih untuk menyambut hal baru mengejutkan di hidupnya. Namun takdir berkata lain, sekarang Rosa harus terima mau tidak mau kalau dia akan menghadapi rumor tidak jelas atau kebisingan memuakkan telinga untuk beberapa hari ke depan. Ia menaikkan sebelah alis, menatap bingung sekaligus penasaran akan eksistensi Mika yang tahu-tahu di depan kelasnya. Tampaknya tidak hanya gadis tupai tersebut nan penasaran maksud dan tujuan Mika atas kedatangannya secara tiba-tiba ke kelasnya saat tengah jam kosong. Orang-orang tidak punya kegiatan khusus hingga mereka sontak saja menjadi pusat perhatian. Seluruh penghuni kelas 11 IPA 3 juga sedang bertanya-tanya, siapa gerangan pemuda tampan dan tinggi itu berwajah asing itu? Seminggu lalu membuat heboh bersama Arzan. Kemudian tanpa di duga-duga, lagi, di tambah Lion yang merupakan salah satu siswa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 41

ARZAN merajuk. Rosa yakin, seratus pangkat seratus persen. Buktinya sekarang terpampang jelas di depan mata. Lihatlah, Kawan. Bagaimana wajah pemuda berlesung pipi tersebut di tekuk, ada gurat masam, merengut terus-menerus, mendengus dan berdecak toada hentingnya. Setiap kali Rosa berusaha melangkah mengikuti ke mana arah manik mata Arzan memandang, laki-laki bertubuh jauh lebih jangkung di bandingkan dirinya itu dengan sigap menghindar; terus-menerus membuang muka. Kalau saja gadis tupai itu tidak memiliki tingkat kepekaan yang mumpuni, mungkin-mungkin saja dia takkan mengetahui bahwasanya penyebab Arzan mendadak merajuk begini adalah Mika. Ketika sang gadis tupai hendak bertukar nomor ponsel dengan anggota baru paduan suara itu, entah bagaimana dan kapan, bagaikan jelangkung Arzan datang entah darimana. Terlebih-lebih lagi sorot mata Arzan nen menusuk sampai Mika cepat-cepat bergegas undur diri. Rosa yakin Mika berpikir yang tidak-tidak menjurus aneh, seperti—“Apa muka gue terla
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 42

BARANGKALI memang benar akan apa yang di katakan para ahli geografis, bahwasanya sekarang kondisi bumi tidak lagi sesehat zaman dahulu kala yang mana semuanya berjalan serba manual namun tentu menyehatkan raga serta batin dengan alam asri serta udara yang bersih. Yah, itu mungkin, setidaknya sejauh yang Krystal ketahui begitu. Cuaca akhir-akhir ini cepat sekali berubah, kadang pana kemudian tahu-tahu lima menit setelahnya mendadak mendung lalu hujan lebat mengguyur hebat. Persis seperti suasana hati adik laki-lakinya akhir-akhir ini. Arzan. Seolah hati sang adik sedang mengalami musim pancaroba ekstrim. Terkadang pulang dengan wajah ceria minta ampun sampai-sampai lesung pipinya timbul, terkadang juga tampak kusut dan berlipat-lipat bagaikan pakaian yang belum pernah di setrika. Perempuan beriris tajam tersebut lantas saja di buat menimbang-nimbang atas perangai adiknya. Ia bertanya-tanya, sebenarnya apa agaknya penyebab dari perubahan suasana hati Arzan secara ekstrim demikian? Apak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 43

APARTEMENT sang sahabat sepi, hanya saja masih ada penghuninya. Rosa duduk di sofa dengan tatapan kosong, lurus ke layar TV yang menyala namun sukses di abaikan si empu. Barangkali isi otaknya sudah penuh, padat dan nyaris meledak jika terus bergolak panas di atas sana. Sang gadis menghela napas berat, di pangkuannya ada semangkuk kecil choco crunch sebagai cemilan untuk menonton film. Yang terjadi malah Rosa yang tak fokus menonton dan sibuk berpikir. Rosa sudah tahu dan sadar bahwa persoalan hidup memanglah tak mudah. Sampai sekarang pun rasanya sulit dipercaya bahwa Rosa dikucilkan oleh keluarganya hanya karena ia anak perempuan. Entah di mana yang salah atau mulai darimananya yang salah. Kendati sudah lelah memikirkan bagaimana caranya mengakhiri semua masalah hidup dengan cepatㅡtentunya selain mencari cara untuk membunuh diri sendiri, Rosa susah bosan. Gadis serupa tupai itu memilih untuk hanya menjalaninya, bagaikan air mengalir. Hidup, ya, hidup. Mati, ya, mati. Tinggal menun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 44

"ARE YOU STILL MAD WITH ME?" Pertanyaan tersebut Arzan lontarkan begitu Rosa ke luar dari toilet. Si gadis agaknya terkejut sehingga melebarkan matanya, namun ekspresi wajah Rosa cepat berubah. Rosa menggeleng dengan seulas senyum. "No! I'm not." Arzan menghela napas berat, si pemuda menggigit bibir bagian dalamnya singkat. "Gue minta maaf, Sa." "For what?" "Ngebentak lo kemarin dan secara nggak langsung nyudutin lo juga," papar Arzan, ia menghembuskan napas berat. "Gue nggak maksud gitu." Alih-alih memberikan jawaban yang akan membuat Arzan setidaknya lega atau tahu perasaan si gadis. Rosa malah melemparkan seulas senyumㅡmanis sekali omong-omong, dan menggeret Arzan menjauhi toilet perempuan. Karena tidak enak juga dengan pengguna lainnya, tidak etis juga berbicara di depan toilet. Arzan tak protes dan manut saja ditarik Rosa menujuㅡentah ke mana. Pemuda berlesung pipi tersebut fokus melihat punggung sempit Rosa, kemudian figur wajahnya dari samping dan meneliti bentuk wajah Ro
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 45

PERPADUAN kacamata bulat, ekspresi serius dan cahaya matahari merupakan salah satu momentum di mana Arzan tidak lagi memiliki kuasa atas kendali tubuhnya. Dia mematung, praktis terpaku bagaikan kayu kala terpesona akan seberapa cantik dan menawannya sang Nona Mawar sekarang. Iris indah itu menatap lurus pada layar laptop dengan kepala sedikit tertunduk. Manis sekali, batinnya bermonolog gemas. Rosa benar-benar merealisasikan ucapannya dalam membantu Arzan dengan segudang laporan ini dan itu. Ia jelas tertolong, tentu saja. Rambut panjang gadis tupai itu yang semulas terurai kini beralih terikat asal, namun Arzan berani bertaruh demi apa pun bahwa cepol asal tersebut tidak sedikit pun mengurangi kecantikan seorang Rosa. Justru yang ada semakin bertambah. Pemuda berlesung pipi tersebut tersenyum kecil sebelum kembali fokus dengan laptop dan tugasnya. Sementara sang gadis tupai nan telah menemukan satu kenyamanan dengan tubuh berbalut almamater Arzan, ia lantas menyilangkan kaki di atas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 46

BARANGKALI ada begitu banyak kejutan pada saat yang tidak di sangka-sangka. Datang tanpa pernah di harapkan sekali pun jelas-jelas akan mendatangkan kebahagiaan absolut nan luar biasa membuat lengkungan di wajah melebar manis nan juga secerah mentari. Mungkin-mungkin saja Lion salah dengar tatkala sang ibu, Marie, mendadak meneleponnya saat berada di sekolah dan menyapa dengan suara gembira bukan kepalang. Laki-laki jangkung tersebut bahkan sempat berpikr bahwasanya Marie memenangkan undian tas mahal yang mana selalu di jadikan objek ketika arisan bersama para ibu-ibu sosialita berlangsung. Namun tidak, yang terjadi justru berbanding terbalik akan apa yang Lion pikirkan, ia justru mendengar kabar yang jauh-jauh lebih baik lagi daripada kemenangan semu nan tidak penting demikian. Dengan nada suara riang, Marie langsung memekik senang di seberang telepon tatkala berujar, “Papa ngundang Rosaline ke makam malam nanti akhir pekan, Lion.” Satu kalimat yang bahkan tidak panjang. Terdengar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 47

MEMANG pada hakikatnya manusia itu di lahirkan dengan perasaan penasaran mutlak yang rasa keingintahuannya harus di jawab sesegera mungkin. Entah dengan apa terjawab. Entah lewat cara apa. Entah jawaban berupa apa. Entah sesuai kenyataan atau dugaan yang di buat-buat, akan tetapi yang terpenting rasa keingintahuaan mereka harus segera terpenuhi. Seperti sekarang contohnya. Melihat suatu keganjilan di depan mata akan selalu kapabel menarik perhatian ratusan pasang mata. Yang mana apabila sudah menjadi topik hangat nan seolah-olah baru saja keluar dari alat pemanggang. Maka tanpa menunggu waktu lama lagi mereka akan secara sistematis berbagi cerita dari mulut ke mulut untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tak ayal kadang terlalu terlihat kentara sekali dan di biarkan saja ujung-ujungnya sebab tak ingin buang-buang waktu berharga demi hal tidak penting, sehingga menjadi suatu kegiatan lumrah nan di lakukan di masyarakat. Manik mata fokus dalam mencuri-curi pandang sementara teli
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 48

SEBAGAI penebusan rasa bersalahnya Arzan ingin sekali membuat gadis mawarnya bersenang-senang hari ini. Setidaknya hanya sesederhana ini cara yang dapat Arzan lakukan agar rasa bersalahnya sekaligus perasaan Rosa lekas membaik. Pemuda berlesung pipi tersebut menyodorkan cone es krim kepada Rosa nan kini sedang tersenyum padanya; sarat berterima kasih. Kemudian sang lelaki lantas mengambil tempat di sebelah gadis mawarnya tersebut. Seusai jams sekolah rampung tepat pada pukul tiga sore dan masing-masing dari mereka tidak mempunyai jadwal tambahan. Arzan pun mengajak Rosa menuju taman kota. Iya, hanya sebatas taman kota saja sebab tidak bisa bepergian jauh-jauh jika masih ingin pulang tepat waktu. Terlebih-lebih lagi Arzan yang harus mendapat istirahat cukup setelah bergadang beberapa hari belakangan ini. Sore hari ini cukup berjalan tenang bagi kedua anak manusia itu. Tidak ada yang terlalu mengusik jiwa kecuali kumpulan tugas sekolah, kewajiban sebagai 'pejabat sekolah' dan dengungan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

BAB 49

MASIH mengenakan seragam basketnya Lion memasuki rumah dengan perasaan membuncah dalam dada. Senyumnya tak kunjung luntur saat mendengar berita yang rasanya masih hangat di telinga, meski sudah berjam-jam lewat. Agaknya berita menyenangkan memang tinggal lebih lama untuk beberapa kali. Di ruang tamu cowok tinggi tersebut menemukan Marie yang mengenakan celemek, ingin memasak makan malam rupanya. Melempar bola basket sembarangan kemudian Lion berlari menghampiri Marie dan memeluk tubuh ibunya erat-erat. Sementara wanita dua anak tersebut terhuyung-huyung mundur ke belakang karena diterjang begitu saja. Untung saja tidak terjatuh karena masih bisa menahan bobot tubuh. Marie memekik pelan tatkala Lion mengangkat tubuhnya sedangkan si bungsu Evendi tersebut memberikan cengiran lebar. Detik berikutnya barulah Marie bisa bernapas lega ketika sudah kembali menapaki lantai. Sang ibu berkacak pinggang menatap sang anak yang sibuk cengengesan. “Kamu kenapa, sih, Yon?” tanya Marie, matanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status