ARZAN pundung. Rosa yakin, seratus pangkat seratus persen. Buktinya? Lihat saja wajah pemuda berlesung pipi tersebut. Ditekuk, masam, mengerut, terus-menerus mendengus. Setiap Rosa melangkah mengikuti arah manik mata Arzan memandang, pemuda tinggi terus-terusan menghindar; membuang muka. Penyebabnya jelas karena Mika. Saat Rosa dan Mika ingin bertukar nomor ponsel laki-laki tersebut tiba-tiba datang, entah datang darimana. Bagai jelangkung saja. Bahkan Arzan juga menatap Mika dengan tatapan menusuk sampai anak itu cepat-cepat pamit undur diri. Rosa yakin Mika berpikir yang tidak-tidak menjurus aneh, seperti :“Apa muka gue terlalu ganteng jadi dia merasa tersaingi?”Rosa menghela napas, setengah geli setengah kesal dengan sikap Arzan sekarang. Semenjak peninggalan Mika yang kabur menuju ke kelasnyaㅡmungkin, Arzan mogok bicara padanya. Tidak sepenuhnya, sih, hanya saja Arzan tidak mengacuhkannya. Sementara Rosa yakin bahwa mulutnya sudah penuh busa karena bergerak sejak tadi. Mungkin
BARANGKALI kondisi bumi memang tak sesehat zaman dahulu kala, yang semuanya serba manual namun menyehatkan raga serta batinㅡmungkin, sejauh yang Krystal tahu begitu. Cuaca akhir-akhir ini cepat sekali berubah, kadang panas lalu lima menit kemudian sudah mendung kemudian hujan lebat. Persis sama seperti suasana hati adiknya akhir-akhir ini, Arzan. Terkadang pulang dengan wajah ceria sampai lesung pipi di wajah timbul, terkadang dengan wajah kusut. Krystal menimbang-nimbang, sebenarnya apa agaknya penyebab dari perubahan mood Arzan?. Ia benar-benar penasaran setengah mati tapi sang kakak ragu-ragu untuk bertanya. Hari inipun terjadi lagi. Tahu-tahu Arzan pulang sekolah dengan raut wajah ditekuk, masam, bahkan membanting sepatunya ke rak sepatu. Krystal sampai terkaget-kaget di depan laptopnya dengan mata membulat. Gadis tersebut terus-menerus menatap Arzan yang berjalan menuju dapur, lalu minum macam orang dehidrasi setahun. Gelasnya pun ikut menjadi sasaran kekesalannya, dibanting k
APARTEMENT sang sahabat sepi, hanya saja ada penghuninya. Rosa duduk di sofa dengan tatapan kosong, lurus ke layar TV yang menyala namun sukses diabaikan si empu. Barangkali isi otaknya sudah penuh, padat dan nyaris meledak jika terus bergolak panas di atas sana. Si gadis menghela napas berat, di pangkuannya ada semangkuk kecil choco crunch sebagai cemilan untuk menonton film. Yang terjadi malah Rosa yang tak fokus menonton dan sibuk berpikir. Rosa sudah tahu dan sadar bahwa persoalan hidup memanglah tak mudah. Sampai sekarang pun rasanya sulit dipercaya bahwa Rosa dikucilkan oleh keluarganya hanya karena ia anak perempuan. Entah di mana yang salah atau … mulai darimananya yang salah. Kendati sudah lelah memikirkan bagaimana caranya mengakhiri semua masalah hidup dengan cepatㅡtentunya selain mencari cara untuk membunuh diri sendiri, Rosa susah bosan. Si gadis memilih untuk menjalaninya, bagaikan air mengalir. Hidup, ya, hidup. Mati, ya, mati. Tinggal menunggu waktu kapan semua akan
"ARE YOU STILL MAD WITH ME?"Pertanyaan tersebut Arzan lontarkan begitu Rosa ke luar dari toilet. Si gadis agaknya terkejut sehingga melebarkan matanya, namun ekspresi wajah Rosa cepat berubah. Rosa menggeleng dengan seulas senyum. "No! I'm not."Arzan menghela napas berat, si pemuda menggigit bibir bagian dalamnya singkat. "Gue minta maaf, Sa.""For what?""Ngebentak lo kemarin dan secara nggak langsung nyudutin lo juga," papar Arzan, ia menghembuskan napas berat. "Gue nggak maksud gitu."Alih-alih memberikan jawaban yang akan membuat Arzan setidaknya lega atau tahu perasaan si gadis. Rosa malah melemparkan seulas senyumㅡmanis sekali omong-omong, dan menggeret Arzan menjauhi toilet perempuan. Karena tidak enak juga dengan pengguna lainnya, tidak etis juga berbicara di depan toilet. Arzan tak protes dan manut saja ditarik Rosa menujuㅡentah ke mana. Pemuda berlesung pipi tersebut fokus melihat punggung sempit Rosa, kemudian figur wajahnya dari samping dan meneliti bentuk wajah Rosa.
MENGENAKAN kacamata bulat sembari menatap lurus serta serius pada layar laptop dengan kepala sedikit menunduk. Arzan akui gadis chipmunk di sampingnya ini makin menawan dengan pantulan cahaya laptop. Rosa benar-benar niat dalam membantunya, rambut panjangnya yang terurai kini sudah diikat asal namun tak mengurangi sedikitpun kecantikannya; semakin bertambah malah. Arzan terkekeh dan kembali fokus pada laptop miliknya sendiri. Sementara Rosa yang sudah nyaman dibalut almamater Arzan dan menyilangkan kaki di sofa ruang OSIS dengan laptop di pangkuan. Gadis itu fokus sekali menyalin data-data murid Bina Bangsa yang melanggar aturan minggu ini. Jujur saja, Rosa tidak akan terlalu terkejut jika ia menemukan nama Jessica. Namunㅡastaga! Nama sahabatnya itu banyak sekali, berduet dengan Alvin malahan. Membolos, cabut dari mata pelajaran tertentu, ketahuan mencoret dinding sekolah. Memang pasangan Joker dan Harley Quinn versi dunia nyata. Kegilaan yang dibumbui keromantisan. Rosa merinding
BARANGKALI Lion salah dengar saat ibunya, Marie, meneleponnya dan menyapa dengan suara luar biasa gembira. Lion bahkan sempat berpikir bahwa Marie memenangkan undian tas mahal yang mana selalu dijadikan objek saat arisan; para ibu sosialita. Namun tidak, Lion malah mendengar hal yang lebih baik daripada kemenangan semu yang tak penting tersebut. “Papa ngundang Rosaline ke makam malam nanti akhir pekan, Lion.” Kira-kira begitulah ujar Marie padanya beberapa menit lalu yang mana langsung membuat Lion mengembangkan senyuman. Seluruh kemuramannya selama beberapa hari ini menghancurkan suasana hati didepak dalam sekali hembus. Seolah-olah Lion tidak pernah meninju pintu lokernya sampai penyok karena menahan emosi yang tengah meletup-letup. Cowok jangkung itu langsung saja menutup telepon, berlari ke luar kelas begitu saja saking senangnya dan mencari sang kakak kemana-mana. Iris tajamnya terus bergulir kian kemarin mencari sosok mungil Rosa di antara kerumunan orang-orang.Senyum si pem
MELIHAT suatu keganjilan di depan mata memang akan dan selalu menarik perhatian. Yang mana, jika sudah menjadi topik trend ataupun baru-baru saja ke luar dari oven. Mereka akan suka berbagi dari mulut ke mulut untuk mencari tahu kebenarannya. Tak ayal kadang terlalu kentara sekali dan dibiarkan saja sehingga menjadi suatu kegiatan yang lumrah di lakukan di masyarakat. Manik mata fokus mencuri-curi pandang sementara telinga di pasang setajam mungkinㅡmungkin lebih tajam daripada kelinci. Tak usah memperpanjang pembukaan, mari kita sebut saja tokoh utamanya Rosa dan Lion. Ketua padus dan anggota basket yang digadang-gadang akan menjadi kapten basket selanjutnya, charming pula. Paket komplit. Dugaan-dugaan di kepala mulai banyak terukir jelas di gurat wajah mereka yang penasaran, mereka berdua ada hubungan apa? Rosa risih jujur saja, tapi ia tidak peduli. Gadis chipmunk tersebut menarik lengan Lion untuk duduk kemudian bertanya. “Kamu mau makan apa? Biar Kakak pesenin,” ujar Rosa seray
ARZAN menyodorkan cone es krim kepada Rosa yang sudah duduk meluruskan kaki. Setelah es krim stroberi tersebut berpindah tangan si pemuda langsung mengambil tempat di sebelah Rosa. Seusai sekolah rampung tepat pada pukul tiga sore dan tak ada tambahan. Arzan mengajak Rosa menuju taman kota saja. Tidak bisa jauh-jauh jika ingin pulang tepat waktu, terutama Arzan yang harus istirahat cukup setelah begadang beberapa hari. Sore hari ini cukup tenang bagi keduanya. Tak ada yang terlalu mengusik kecuali tugas sekolah, kewajiban sebagai manusia dan dengungan suara mereka yang bersatu bersama udara. Langit yang mulai berubah jingga pun rasanya membuat sisa hari ini terasa lebih baik pun tentram. “Zan?” Arzan menoleh, “Apa?” “Lo pas OS mau ikut nyumbang acara nggak?” tanya Rosa. Pemuda tersebut berdeham panjang, mata tajamnya menerawang ke atas kemudian menggeleng. “Nggak tau. Kenapa emang?” “Nyanyi aja, gimana?” Arzan langsung menggeleng heboh. “Ogah, ah! Nggak bisa nyanyi.” Rosa b