All Chapters of Misteri Janin Di Rahim Istriku: Chapter 1 - Chapter 5

5 Chapters

Ch 1 Tiba-Tiba Hamil

“Bagaimana kamu bisa hamil? Aku tidak pernah menyentuhmu!”Hania memejamkan matanya saat suara Bian Abimana, suaminya, menggema di ruang tamu. Air mata yang sejak tadi berusaha ditahan, kini mengalir deras membasahi pipi. Hania terisak, mencoba mencari kata-kata untuk menjelaskan situasi yang tak terduga ini.“Kamu pasti berbuat zina dengan laki-laki lain, kan? Istri macam apa kamu!”Hania menggeleng cepat-cepat. “Aku tidak melakukan hal itu, Mas,” ucapnya dengan suara bergetar. “Aku tidak pernah berbuat hal berdosa seperti itu.”“Jangan sok alim, Hania,” tukas Bian. Tatapan matanya menatap tajam pada Hania. “Buktinya kamu bisa hamil! Padahal aku tidak pernah menyentuhmu.”Hania makin ketakutan saat melihat kemarahan suaminya. Meskipun ia tahu mengapa suaminya marah, tapi ia sendiri tidak tahu harus menjelaskannya dengan cara apa dan bagaimana, serta kenapa ia bisa hamil padahal Bian tidak pernah melakukan hubungan badan dengan Hania sejak keduanya menikah beberapa waktu yang lalu.Ya
Read more

Ch 2 Fitnah Adik Ipar

“Aku tidak selingkuh maupun berzina, Mas. Aku berani bersumpah.”Setelah mengucapkan itu pada Bian yang tampak tidak peduli, Hania pergi keluar. Menuju rumah sakit tempat ia memeriksakan diri.Lorong rumah sakit tampak sepi karena sedang bukan jam besuk ataupun jam periksa. Sendirinya, Hania bingung bagaimana ia menemui dokter yang memeriksanya kemarin untuk berkonsultasi tentang hasil tesnya tempo hari.Saat sedang menelusuri lorong dengan pikiran yang runyam, tiba-tiba–Bruk!Hania bertabrakan dengan seseorang, membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.“Ah, maaf–”“Hania?”Wanita itu lantas mengangkat pandangan saat mendengar namanya dan melihat seorang laki-laki bertubuh tegap dan berpenampilan rapi berdiri di hadapannya.Hania tercengang saat mengenali pria itu. "Sean ...," ucapnya. Pria itu melepas kacamata hitamnya. Wajahnya yang tampan tengah terkejut."K-kamu ... kamu apa kabar?" kata Hania lagi.Sean hanya mengangguk dan menyahut, “Baik.”Pandangan mata pria itu seolah menyimp
Read more

Ch 3

Hari demi hari berlalu. Hania menjalani hari-harinya dalam kepedihan. Bian yang semakin hari semakin tak menganggapnya, bersikap acuh tak acuh, membuat Hania merasa hidup seorang diri. Setiap hari terasa hampa, dipenuhi kesepian yang mencekam. Hati Hania terluka, dipenuhi rasa sakit yang tak tertahankan. Siang ini, hawa panas ruangan seakan ikut memanas saat Bian duduk berhadapan dengan ayahnya, Pak Haris, di ruang tamu yang ber-AC. Udara dingin tak mampu meredam ketegangan yang terpancar dari wajah Bian."Apa Papa tahu? Perempuan pilihan Papa jauh dari akhlak yang baik," ucap Bian, suaranya bergetar menahan amarah.Pak Haris mengernyit, heran dengan nada bicara Bian yang tiba-tiba berubah. "Maksudnya?" tanyanya penasaran."Pah, Hania hamil!" Bian menelan ludah, berusaha agar suaranya tetap tenang.Seutas senyum mengembang di bibir Pak Haris. "Loh, justru ini kabar bahagia dong, Bi, tapi kenapa kamu seperti tidak suka?" tanyanya, nada suaranya penuh kebahagiaan."Jelas, Pah, aku tid
Read more

Ch 4

“Sean, apa maksudmu? Jangan mengada-ngada. Kita tidak pernah melakukan hal itu!” sambar Hania dengan wajah cemas. “Aku tidak mengada-ngada, Hania. Aku serius dengan ucapanku, bahwa benih yang sedang kamu kandung itu milikku.”Hania membuang wajahnya, ekspresinya tampak begitu frustrasi tak mengerti apa yang telah terjadi. “Kapan, Sean? Kapan kita melakukannya? Sementara kita baru bertemu kemarin di rumah sakit. Sean, tolong jangan memperkeruh keadaan.”“Tapi, Hania, aku tidak berbohong. Aku berkata jujur dan benar adanya.” Sean menatap Hania dengan tatapan serius, mencoba meyakinkannya. Semakin ke sini semakin membuat Hania kebingungan. Ia menggelengkan kepala, merasa tak berdaya. Ingatannya kosong, tak ada satu pun kenangan yang terukir tentang pertemuannya dengan Sean sebelum di rumah sakit.Perlahan Sean melangkah menjauh, memasukan kedua tangannya di saku celana, kemudian ia pun menjelaskan tentang apa yang terjadi. “Saat itu ….” Sean terduduk berhadapan dengan seorang dokter
Read more

Ch 5

“Kalau memang harus seperti itu, rasanya aku tidak sanggup, Mas, aku tidak sanggup hidup bersama kamu jika hanya karena terpaksa. Jadi aku mau … kamu talak aku aja, Mas, mungkin lebih baik kita berpisah,” ucap Hania yang membuat Bian terbelalak. Ucapan itu membuat Bian terdiam sejenak sebelum akhirnya membuang wajah dan terkekeh. Raut wajahnya berubah, campuran antara kejutan dan keheranan. “Kalau bukan karena Papa, aku sudah menceraikanmu, Rahma. Tapi sayang Papa adalah orang paling berpengaruh dalam rumah tangga ini, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa, sudahlah terima saja semuanya, anggap ini sebagai ladang amal untukmu, karena telah patuh dan menuruti keinginanku.”“Tapi, Mas, aku ….” Belum usai Hania berkata, tiba-tiba Bian beranjak dan melangkah meninggalkan tempat, membuat ucapan Hania terhenti. “Mas Bian … Mas!” Panggilan Hania tak dihiraukan, Bian terus berjalan menjauh dan membiarkan Hania memperhatikan tubuh bagian belakangnya. Hania terdiam, hatinya tercabik antara kek
Read more
DMCA.com Protection Status