Home / Pernikahan / Misteri Janin Di Rahim Istriku / Ch 3 Pernyataan Mengejutkan Sean

Share

Ch 3 Pernyataan Mengejutkan Sean

"Sudahlah, Han, jangan banyak bicara, aku sudah tahu semuanya.” Bian kembali menukas, bersikap seakan-akan ia tidak termakan sandiwara Hania. Ia berdiri dan akhirnya meninggalkan Hania. “Dasar perempuan munafik.”

Setelah peristiwa itu, hari demi hari berlalu. Namun, sikap Bian padanya justru makin dingin..Pria itu memang tidak menceraikan Hania, tapi sikapnya yang dingin dan tidak peduli, serta secara berkala mengingatkan Hania bahwa wanita itu sudah mengkhianati pernikahan mereka yang belum lama tersebut.

Bian juga sama sekali tidak mengacuhkan Hania saat wanita itu menunjukkan tanda-tanda kurang nyaman karena gejala kehamilannya. Hania bisa bertahan, sekalipun memang merasa tersiksa. Hingga akhirnya siang ini, ayah mertua Hania datang, mengatakan bahwa beliau sudah mendengar kabar Hania hamil dari Keysa dan berniat mengeceknya sendiri. Tanpa tahu kalau Keysa sengaja melakukannya untuk mendesak Bian untuk menceraikan kakak iparnya tersebut.

“Papa dengar Hania hamil,” ucap Pak Haris, ayah mertua Hania, dengan senyum terkembang. “Selamat ya Bian. Tapi … kenapa kamu tampak seperti tidak suka?”

Bian mendengus. Kemarahannya belum selesai dan mungkin tidak akan pernah berakhir. Hawa dingin dari AC pun tidak bisa mendinginkan hati Bian yang panas.

"Jelas, Pah,” balas Bian. “Hania bukan mengandung anakku, tapi anak dari laki-laki lain."

Seketika ekspresi Pak Haris berubah. Senyumnya sirna, digantikan dengan raut wajah terkejut dan tak percaya.

“Apa maksudmu? Kenapa kamu bisa mengatakan itu?” tanya sang ayah. Beliau heran, dari mana putranya itu yakin bahwa Hania bukan mengandung anaknya. “Hania itu perempuan baik-baik, Bian.”

Bian mendengus. "Papa salah,” sanggahnya. “Papa tertipu dengan penampilan berjilbabnya itu.”

“Apakah kamu mengatakan itu agar kamu bisa bercerai dengan Hania?” tanya Pak Haris. “Papa tahu sendiri Hania itu wanita salehah dan–”

“Wanita salehah tidak mungkin bisa hamil saat suaminya tidak pernah menyentuhnya sejak menikah!”

Pak Haris kembali melebarkan mata, tak menyangka dengan apa yang ia dengar.

"Lalu, apa Papa masih mau memaksaku? Dengan menarik semua fasilitas jika aku menceraikan Hania?" tanya Bian menatap sang ayah dengan tajam.

Belum saja Pak Haris menjawab, Hania muncul di ambang pintu membawa minum dan camilan.

"Hania," panggil Pak Haris, langsung menatap pada menantunya. “Kemarilah.” Hania mendekat.

"Apa benar yang dikatakan Bian?” tanya Pak Haris. “Kamu hamil anak laki-laki lain?”

Hania menunduk, tak sanggup berkata-kata.

"Hania, siapa ayah dari janin dalam rahimmu itu? Kamu mengkhianati suamimu?"

Hania segera menggelengkan kepala cepat.

"Tidak, Pah, aku tidak pernah melakukan hal itu," ucap Hania, suaranya bergetar menahan tangis. "Aku tidak pernah berkhianat, apalagi sampai berzina dengan laki-laki lain. Aku tidak seperti itu!"

Air mata menganak sungai di pelupuk matanya, tapi ia berusaha menahannya. Kepalanya terasa berputar.

“Lalu kenapa Bian mengatakan hal sebaliknya?” Pak Haris tampak kecewa. “Apakah sebenarnya kamu tidak hamil? Atau bagaimana?”

“Dia benar hamil,” ucap Bian sembari menyerahkan hasil tes Hania. “Tapi jelas bukan denganku. Papa tanyalah ke menantu Papa itu, dengan siapa dia berselingkuh.”

“Aku tidak berselingkuh, Mas ….”

“Kamu pikir kita semua bodoh, Han?” sergah Bian. “Sudahlah, mengaku saja sekarang. Mumpung ada Papa juga.”

Hania terbelalak. Ia sudah mencoba menjelaskan berkali-kali ke Bian, mencoba meyakinkan pria itu tentang kebingungannya juga. Namun, jika dirinya sendiri tidak mendapatkan penjelasan masuk akal mengenai kehamilannya, bagaimana Hania bisa menjelaskan pada orang lain?

Yang bisa ia katakan hanyalah bahwa ia tidak pernah berselingkuh, apalagi berhubungan badan dengan pria lain.

“Aku–”

Tepat saat itu, tiba-tiba pintu diketuk, menghentikan perdebatan. Namun, saat melihat seorang pria berwajah tegas melangkah masuk dan bergabung dengan mereka, Hania terkesiap.

“Sean?” Hania tampak heran. Kenapa pria itu ada di sini?

Baik Bian maupun Pak Harris pun turut terkejut dengan kemunculan Sean. Dengan segera, Bian beranjak dan menghampiri mantan kekasih Hania tersebut.

"Anda...," Bian menatap Sean dengan ekspresi mengeras. Ia mengenali Sean dari foto dan video yang ditunjukkan oleh Keysa tempo hari. “Anda pria itu, bukan? Selingkuhan Hania. Ada urusan apa Anda datang ke rumah saya? Apakah Anda berniat terang-terangan berhubungan dengan istri saya?"

Hania langsung menggeleng. “Mas, aku tidak selingkuh–”

“Kamu diam dulu,” tegur Bian. Wajahnya memerah karena marah.

Sementara itu, Sean tampak bingung dengan tuduhan dan situasi yang ada. Namun, pria itu tetap fokus dan menyampaikan maksudnya.

“Selamat siang,” sapanya dengan formal. “Perkenalkan, saya Sean. Kedatangan saya ke sini adalah untuk menyampaikan sesuatu yang penting.”

“Tidak perlu berbasa-basi!” Bian tampak emosi.

“Mohon maaf, saya kurang mengerti dengan tuduhan Anda tadi,” ucap Sean. Suaranya tenang, tapi mengandung kharisma. “Saya bukan selingkuhan Hania. Namun, kedatangan saya kemari memang ada hubungannya dengan Hania.”

Jeda sejenak.

“Saya mendapatkan informasi bahwa janin yang sedang dikandung oleh Hania adalah anak saya."

Seketika semua terbelalak kala mendengar pernyataan dari Sean.

BERSAMBUNG.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status