Semua Bab CHAT NAKAL ISTRIKU: Bab 21 - Bab 30

31 Bab

Surat

POV AuthorPagi hari, di meja makan semua orang berkumpul ada Hamid, Arini, Fadil, Aidan dan Namira.Aidan begitu perhatian terhadap Namira, dia menyuapi Namira dengan penuh kasih sayang, menawari Namira semua makanan yang ada di meja. Sesekali Aidan mengelus pipi Namira, saat biji nasi menempel.Melihat hal itu hati Fadil menjadi meradang. Fadil meletakkan sendok di atas meja dengan keras.BRAK!"Aku kenyang!" tukasnya.Semua mata memandang ke arahnya."Loh nak, tumben kamu sarapannya gak habis,""Aku kenyang ma,"Fadil berjalan cepat menuju luar rumah.Melihat hal itu Namira menjadi gelisah."Sayang ayo buka mulutmu,""Tidak Mas, aku kenyang,""Hem baiklah, ayo aku antar ke kamar,""Em, iya Mas," Namira mengangguk. "Aidan, kamu tidak menyelesaikan sarapanmu dulu," cetus Hamid."Tidak ayah, aku kenyang, aku akan mengantar Namira dulu, sebelum berangkat ke kantor." jelas Aidan. "Aneh, kenapa semua orang mendadak kenyang," cetus Arini. "Sudahlah ayo kita selesaikan sarapan," tukas H
Baca selengkapnya

Bertemu

["Setelah membaca surat itu, aku akan memberikannya kembali pada Mas Fadil dan memperingatkannya!, aku tidak bisa terus begini," batin Namira.]Di taman, Fadil merenung seorang diri, kemudian seseorang datang dan duduk di sebelahnya."Aku sudah menawari bantuan tapi kau menolaknya. Lihat tidak mudah untuk mendapatkan Namira, bukan?""Lalu apa maumu?""Aku mau kita bekerja sama, aku rasa itu lebih mudah untuk menghancurkan rumah tangga mereka, bagaimana?"Fadil berdiri Ia enggan untuk mendengarkan ocehan Hana."Hei kau mau kemana?""Aku mau pergi, malas meladenimu,""Dasar pria sombong, akan aku pastikan suatu saat kau pasti akan meminta bantuanku itu."Hana menghentakkan kaki di tanah.***Namira berjalan sambil membaca isi dalam surat yang di berikan Fadil, isinya hanya tentang rindu yang tertahan karena jarak dan waktu, meniti hari hanya dengan menggenggam sebuah janji. Merindukan Namira yang tak ada habisnya.Di lembar kedua-pun masih sama isinya hanyalah puisi cinta, dengan kalima
Baca selengkapnya

Semoga baik-baik saja

Dari ujung koridor seorang perawat sedang mendorong brangkar, di atasnya ada seseorang yang sedang mengerang kesakitan. Darah bercucuran kemana-mana.Saat brangkar itu melintasi mereka, Namira terkejut melihat siapa yang sedang berbaring."Ayah!""Mas, Ayah!" Namira menyenggol lengan Aidan. Aidan-pun terbelalak melihat Ayah nya terbaring dengan darah bercucuran."Ayah!" serunya, Aidan lekas berdiri."Ayah kenapa, kenapa bisa begini?""Akhh!" Hamid mengerang kesakitan."Permisi Pak, tolong biarkan kami menangani pasien terlebih dahulu," ucap seorang perawat."Baiklah," Aidan menggeser tubuhnya dan memberi jalan, ia begitu khawatir dengan kondisi Hamid-ayahnya.Melihat itu Namira mengelus lengan Aidan untuk mengenangkan."Ayah pasti baik-baik saja Mas, sebaiknya kita kesana, ayo,"Aidan mengangguk, namun tak lama kemudian Seorang perawat Memanggil nama Namira."Dengan Nyonya Namira..."Namira menoleh, kemudian mendesah pelan."Kau kesana saja dulu Mas, nanti setelah ini aku menyusul.""
Baca selengkapnya

Firasat

Pukul 00.30 dini hari, Namira mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Usia kehamilan yang memasuki trimester kedua. Membuat dirinya sering merasa lapar.Namira tak tega membangunkan Aidan tengah malam, Aidan sudah terlelap setelah bekerja seharian, dia pasti merasa lelah.Namira berjalan mengendap-endap saat semua orang sedang tertidur.Disana masih ada Hamid dan Arini yang masih menginap, Aidan tak mengizinkan Ayahnya pergi sebelum kondisinya pulih.Sesampai di dapur Namira kebingungan hendak makan apa, jika dirinya masak tengah malam begini, pasti akan membangunkan seisi rumah karena peraduan alat masak.Namira mendesah pelan, kemudian berbalik, BUK! Namira tak sengaja menabrak dada bidang seseorang, seketika netranya terkejut melihat siapa yang berdiri di hadapannya kini."Mas..." "Aku mencarimu karena tak ada di sebelah ranjang, sedang apa kamu disini, Hem?" "A-aku.." Namira terlihat gugup sekali. "Kenapa sayang?" Aidan menatap Namira lekat. "Aku lapar," lirih Namira. Ai
Baca selengkapnya

Rumah sakit

Namira mulai panik. Kemudian tak berselang lama terdengar suara bedebam yang memekakkan telinga. "MAS AIDAAAAAN!" teriak Namira Histeris.Teriakan itu terdengar oleh seisi rumah, mereka bergegas menghampiri Namira.Hamid dan Arini menghampiri Namira yang sedang duduk di ranjang.Namira terlihat kacau dan frustrasi."Namira... Ada apa? Apa yang terjadi?"Namira bergegas menghampiri Hamid."Ayah, ayah Mas Aidan, ayah... Dia, dia.." ucap Namira menggebu."Mira.. Tenangkan dirimu bicara yang jelas, Ayah tidak mengerti,""Mas Aidan ayah... Ta-tdi aku menelponnya, dia... Dia.. Remnya blong ayah.. Kumohon selamatkan dia ayah, ayo kita susul dia." Ucap Namira sambil terisak, air matanya sudah membasahi pipi."Apa! Aidan mengalami rem blong,""Baiklah kau tenangkan dirimu, ayah akan menghubungi seseorang untuk melacak keberadaan Aidan."Drrtt Drrtt Drttt.Ponsel Namira berbunyi tertulis nama di layar 'Suamiku' itu artinya adalah Aidan yang memanggil.Namira mengusap air matanya kemudian menj
Baca selengkapnya

Melupakan

Namun tangan kekar itu mendorong Namira, tatapannya menelisik menatap tidak suka ke arahnya."Kamu siapa?" tanya Aidan. Membuat semua yang berada disana terkejut. "Aidan, dia istrimu, apa kau lupa dengan istrimu sendiri?" ujar Hamid. "Bentar Mas, Aku panggil dokter dulu," tukas Arini.Mata Namira mengerjap, dia melihat tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Aidan-suaminya.Namira tak berani mendekat, tatapan Aidan sperti mengawasinya.Kebahagiaan dan kesedihan menjadi satu, senang karena suaminya sudah sadar, dan sedih karena tidak mengenalinya."Kamu siapa?" pertanyaan yang sama, namun mampu membuat hati Namira berdenyut."Aku istrimu Mas, dan saat ini sedang mengandung anakmu," Namira berucap lirih."Apa kau benar-benar tidak mengenaliku?" Namira menatap nanar ke arah suaminya."Istri? Kapan kita menikah?" tanya Aidan tatapannya tajam menatap Namira."Jangan garang! Aku bahkan belum menikah, dan kau malah mengaku-ngaku hamil anakku!" sarkas Aidan.Melihat itu Hana menyunggingk
Baca selengkapnya

Tak ingin sekamar

Sebelum keluar dari ruangan Namira mendengar ucapan Aidan yang menyesakkan dada.Namira berlari kecil menuju kursi taman yang panjang ia duduk di sana, pandangannya hanya lurus ke depan sambil memperhatikan orang yang berlalu Lalang. Yang jelas hatinya kini sedang kacau dengan keadaan suami yang tidak mengingatnya.Seseorang duduk di sebelah Namira, Namira hanya melirik ke arahnya sekilas kemudian pandangannya lurus kembali ke depan."Apa Aidan baik-baik saja?""Em, ya Mas Aidan baru saja melewati masa kritisnya,""Lalu kenapa kau tidak terlihat bahagia Bukankah itu adalah kabar baik?""Aku bahagia... sangat bahagia, namun sayang dia lupa padaku dan juga anak dalam kandunganku."Fadil menghembuskan nafas.Namira kembali terisak, melihat kondisi Namira yang seperti itu membuat Fadil ikut merasakan sakit, secepat kilat Fadil membawa Namira pada pundaknya.Ketika tangis Namira berhenti, ia merasa canggung kemudian mendongak menata Fadil."Menangislah, aku tahu kau butuh pundak saat ini,"
Baca selengkapnya

Aku sedang hamil, Mas!

"Aku tidak ingin sekamar dengan wanita itu!"Permintaan Aidan sontak membuat Namira terkejut. Aidan tak hanya tidak mengingat tentang pernikahannya, ia pun enggan dekat-dekat dengan Namira."Itu tidak bisa Aidan, Namira itu istrimu dan saat ini sedang mengandung anakmu, tidak bisa jika Harus Pisah kamar, Bagaimana mungkin kamu bisa mengingat semuanya," Hamid protes.Namira tak mengucap sepatah kata pun.Mereka semua masuk, Hamid membereskan semua barang-barangnya, tak berselang lama Arini datang dan duduk di sampingnya."Mas, kurasa sebaiknya kita disini saja dulu sampai Aidan benar-benar pulih dan mengingat semuanya,"Hamid menghentikan tangannya yang sedang memasukkan barang ke dalam koper."Kau benar, aku akan membicarakan ini pada Aidan dan Namira, setelah Aidan mengingat semuanya baru kita akan pergi dari sini,"Arini tersenyum, kemudian mengangguk.***Di kamar, Namira terlihat canggung, apalagi tatapan Aidan seperti mengawasi pergerakannya, Namira tak bisa leluasa, padahal bias
Baca selengkapnya

Kalian menipuku!

"Kurasa memang tidak ada cinta di antara kita, atau..."Aidan melirik ke arah perut Namira yang membuncit. "Atau apa?""Kalian menipuku!""Itu tidak benar Mas, Mas Fadil adalah saudara tirimu dan dia juga memang..."Aidan Menunggu ucapan Namira yang tergantung."Mantan kekasihku dulu sebelum mengenalmu, tapi hubungan kita sudah usai,"Aidan tertawa keras."Kau, ha ha ha,""Mas kenapa kau tertawa?""Aku hanya becanda, kau terlalu serius, mau usai ataupun belum Aku sama sekali tidak peduli," Aidan masih tertawa lalu pergi meninggalkan mereka. ***Namira masuk ke dalam kamarnya, di sana terlihat Aidan yang baru saja keluar dari kamar mandi, Aidan melilitkan handuk di bagian pinggang.Melihat kedatangan Namira Aidan langsung berbalik membelakanginya."Kenapa kau masuk ke kamarku?""Memangnya kenapa? bukankahbkamar ini juga kamarku," "Aku berhak atas kamar ini... bahkan atas tubuhmu juga,"Namira mengulum senyum, saat melihat wajah Aidan yang memerah."Keluarlah aku mau pakai baju,""Pa
Baca selengkapnya

Mulai perhatian

"Ayo cepat di makan, atau...""Atau apa Mas?""Aku... suapi." Mata Namira mengerjap menatap Aidan lekat. "Mas..." gumam Namira namun masih bisa terdengar di telinga Aidan. "Kenapa?" Aidan berjalan menghampiri Namira, kemudian duduk di sampingnya."Kau mau aku suapi bukan?" Tanyanya menelisik. Namira mengulum bibir, kemudian mengangguk.Aidan mulai menyuapi Namira perlahan, dengan senang hati Namira menerima suapan dari suaminya.Saat biji nasi jatuh di dagunya, Aidan mengulurkan tangan kemudian menyentuh bibir Namira, seketika jantungnya berdebar-debar. Pandangan mereka saling beradu."Mira..." lirih Aidan memanggil."Iya Mas?" "Aku minta maaf, aku memang tidak ingat tentang pernikahan kita, tapi tidak sepantasnya juga aku bersikap kasar padamu, Maafkan aku," Aidan berucap pelan. Namira bergeming menatap Aidan lekat, kemudian mengangguk.Aidan tersenyum, Namira bahagia dengan itu, ini adalah pertama kali Aidan tersenyum padanya setelah hari dimana ia kecelakaan. "Ayo habiskan,"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status