"Kurasa memang tidak ada cinta di antara kita, atau..."Aidan melirik ke arah perut Namira yang membuncit. "Atau apa?""Kalian menipuku!""Itu tidak benar Mas, Mas Fadil adalah saudara tirimu dan dia juga memang..."Aidan Menunggu ucapan Namira yang tergantung."Mantan kekasihku dulu sebelum mengenalmu, tapi hubungan kita sudah usai,"Aidan tertawa keras."Kau, ha ha ha,""Mas kenapa kau tertawa?""Aku hanya becanda, kau terlalu serius, mau usai ataupun belum Aku sama sekali tidak peduli," Aidan masih tertawa lalu pergi meninggalkan mereka. ***Namira masuk ke dalam kamarnya, di sana terlihat Aidan yang baru saja keluar dari kamar mandi, Aidan melilitkan handuk di bagian pinggang.Melihat kedatangan Namira Aidan langsung berbalik membelakanginya."Kenapa kau masuk ke kamarku?""Memangnya kenapa? bukankahbkamar ini juga kamarku," "Aku berhak atas kamar ini... bahkan atas tubuhmu juga,"Namira mengulum senyum, saat melihat wajah Aidan yang memerah."Keluarlah aku mau pakai baju,""Pa
"Ayo cepat di makan, atau...""Atau apa Mas?""Aku... suapi." Mata Namira mengerjap menatap Aidan lekat. "Mas..." gumam Namira namun masih bisa terdengar di telinga Aidan. "Kenapa?" Aidan berjalan menghampiri Namira, kemudian duduk di sampingnya."Kau mau aku suapi bukan?" Tanyanya menelisik. Namira mengulum bibir, kemudian mengangguk.Aidan mulai menyuapi Namira perlahan, dengan senang hati Namira menerima suapan dari suaminya.Saat biji nasi jatuh di dagunya, Aidan mengulurkan tangan kemudian menyentuh bibir Namira, seketika jantungnya berdebar-debar. Pandangan mereka saling beradu."Mira..." lirih Aidan memanggil."Iya Mas?" "Aku minta maaf, aku memang tidak ingat tentang pernikahan kita, tapi tidak sepantasnya juga aku bersikap kasar padamu, Maafkan aku," Aidan berucap pelan. Namira bergeming menatap Aidan lekat, kemudian mengangguk.Aidan tersenyum, Namira bahagia dengan itu, ini adalah pertama kali Aidan tersenyum padanya setelah hari dimana ia kecelakaan. "Ayo habiskan,"
"Dia adalah...." Hamid melirik ke arah Fadil dan Aidan. "Siapa ayah?""Kolega bisnis ayah,"Aidan menghembuskan napas kasar."Yang benar?" tanya Aidan menelisik."Iya, dia tak ingin kalah saing, dia menyuruh seseorang untuk menyabotase mobilmu, jika kau sampai kecelakaan aku pasti tidak akan fokus dalam persentase nanti,""Apa yang sudah tahu siapa orangnya?" tanya Namira."Ayah masih menyelidikinya, ingin tahu apakah ada orang lain yang terlibat selain dia,"Fadil bangun dari sofa dia undur diri."Maaf aku ada urusan lain, permisi.""Baiklah hati-hati Nak Fadil,""Iya paman,""Panggil aku ayah, aku sudah menjadi suami ibumu,""Baik Ayah," Fadil tersenyum kemudian pergi dari sana. Saat melewati Namira, Fadil sengaja menyentuh punggung tangan Namira.Melihat itu Namira menarik tangannya agar menjauh dari Fadil.Aidan meliriknya sekilas kemudian pandangannya beralih kepada Hamid yang sedang berbicara.***Aidan dan Namira pergi ke rumah sakit mereka mengecek kondisi perkembangan Aidan.
[Aku sangat puas kemarin, Ayah sangat perkasa. Tunggu Mas Aidan pergi dulu, nanti kita bertemu lagi. I love you!]Mataku memanas membaca pesan yang dikirim Namira—istriku tersebut.Dadaku terasa sesak, apalagi membaca nama yang tertera di layar 'Ayah Mertua' itu artinya Namira berselingkuh dengan Ayahku sendiri.Aku anak tunggal, dan ayahku memang seorang duda, sejak 10 tahun yang lalu. Aku tidak menyangka istri yang baru ku nikahi satu tahun itu berselingkuh dengan ayahku sendiri?Tanganku terkepal. Hatiku berdenyut, sakit. Wanita yang kucintai tega menghianatiku,Jika Namira berselingkuh dengan laki-laki lain aku tidak mengapa, aku pasti hanya akan menghajarnya lalu menceraikan Namira, tapi kenapa harus dengan Ayahku?!KRIET!Pintu kamar mandi terbuka, Namira keluar dari sana dengan rambut tergerai yang basah. Kami baru saja selelsai bercint*, ia menatapku kemudian tersenyum."Kenapa Mas? Ada apa?" tanyanya.Aku menghela napas kemudian memandang ke arah lain.Namira berjalan mendeka
"Hahahaha Ayah!"Aku berjalan mengendap-endap ke kamar tamu, lalu mengintip di celah pintu.Aku terkejut mataku rasanya memanas melihat pemandangan di depan mata. Ternyata benar dugaanku Namira ada di kamar tamu, mereka sedang berpelukan mesra sekali.Aku masih terdiam di ambang pintu, menyaksikan istriku yang amat kucintai tega mengkhianati hati ini. Tak pernah kusangka cinta kami akhirnya akan begini. Dulu, kupikir Namira wanita baik-baik yang bisa menjaga kehormatan suami. Apalagi dia sangat lugu. Lugu dalam setiap hal, kini semuanya berubah. Namiraku jadi wanita nakal yang suka menggoda.Entah siapa diantara mereka yang merayu lebih dulu. Aku tak snaggup membayangkannya. Itu adalah hal yang sangat menjijikan untukku.Ingin ku potret mereka yang sedang berpelukan. Namun sayang, ponselku tertinggal di kamar. Aku langsung bergegas pergi dari sana tak ingin melihat pemandangan yang lebih menyakitkan.Aku menunggu Namira di kamar, dengan perasaan hati yang hancur. Setelah sekian lama m
Semalam, aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Ada banyak hal yang mengganggu pikiranku. Aku takut Namira mengendap-endap keluar dari kamar menuju kamar Ayah seperti malam kemarin.Aku memijat pelipis, kemudian melirik ke arah Namira yang terlihat pucat hari ini.Apa dia juga tak bisa tidur semalam, karena terus memikirkan Ayahku?“Mas, aku tak bisa membuat sarapan pagi ini. Badanku rasanya pegal-pegal dan mual.”“Hmm, ya.” jawabku dengan datar. Aku segera turun dari ranjang, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Butuh waktu lima belas menit untuk aku menyelesaikannya. Setelah itu keluar dengan handuk yang melilit di pinggang.Aku memperhatikan setiap sudut mencari keberadaan Namira, tetapi wanita itu sudah tidak ada di sana. Bukankah dia bilang sedang tak enak badan? Lalu kemana pagi-pagi begini?Aku segera memakai pakaian kerjaku. Kemudian turun ke bawah untuk mencari keberadaan istriku itu.“Hahahaha!”Di tangga, aku mendengar suara tawa renyah dari ruang tamu. Aku segera ber
Hari itu keran di dapur rusak, Aku tidak tahu harus menghubungi siapa, sedangkan Mas Aidan tak suka jika aku mengganggunya saat sedang bekerja. Pernah waktu itu aku memintanya untuk pulang sebentar karena listrik korslet. Dan, dia malah menyuruh orang untuk datang memanggilkan petugas PLN. Tanpa tau betapa ketakutannya diriku.Jadi, di saat seperti ini. Hanya ada satu orang yang selalu kumintai bantuan yaitu ... Ayah.Ayah mertua yang sudah seperti Ayahku sendiri, dia begitu menyayangiku melebihi Mas Aidan--putranya.Mas Aidan tidak suka jika aku merepotkannya apalagi dalam urusan perdapuran. Urusan dapur adalah urusan wanita. Apa dia tidak pernah melihat chef di tv kebanyakan laki-laki? Dasar--suamiku itu.Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menghubungi Ayah, aku mengambil ponsel di atas nakas. Sudah beberapa hari tidak membukanya. Sibuk dengan urusan di rumah. Aku terkejut saat melihat balasan chat yang tidak pantas.Aku merasa tidak pernah mengirimkan chat semacam itu apalagi unt
POV AidanAku merasa puas saat melihat Namira terluka, Aku memang mabuk, tapi tidak terlalu parah.Namira membuka sepatuku, aku mengangkat sudut bibir sebentar lagi Namira akan membuka jas yang aku kenakan.Dan benar saja, Namira melakukannya, kulihat tangannya terhenti kala melihat ruam merah di leherku, yang aku buat sendiri dengan cara mengeroknya.Namira meninggalkanku, aku bangun, kemudian tersenyum saat dirinya telah hilang dibalik pintu.Bagaimana? Sakit bukan? Itu yang aku rasakan, apalagi kau selingkuh dengan orang yang aku kenal. Tidak habis pikir dengan dirimu Namira, kamu berselingkuh dengan Ayah Mertuamu sendiri.Aku menerima usul Hana untuk membalas Namira, Hatiku terlalu sakit untuk menerima penghianatannya.Aku bangun hendak minum, tenggorokanku rasanya haus sekali. Aku membuka pintu perlahan berharap tidak kepergok oleh Namira.Aku berbalik mengumpat di balik tembok saat melihat Ayah dan Namira berada di ruang tamu.Mereka sedang membicarakan apa? Aku menajamkan indra