Semua Bab Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta : Bab 41 - Bab 50

136 Bab

41. Frustrasi

From Rani Sayang:Pokoknya aku nggak mau tahu. Kamu harus bisa bujuk papamu buat balikin semuanya. Atau apa pun caranya, kamu harus bisa bayarin belanjaan aku lagi kayak dulu. Kalau enggak kita putus.Atala mendengus kesal setiap kali membaca pesan itu, berkali-kali.Pesan itu pula yang membuatnya terpacu berusaha mengembalikan keadaan. Namun, apapun yang Atala lakukan semuanya sia-sia.Beberapa hari setelah mendengar kabar papanya akan mencabut fasilitasnya terlewati. Atala pusing memikirkan nasibnya yang belum menemukan titik terang. Masalahnya belum ada jalan keluarnya.Usahanya membujuk Citra untuk mempengaruhi papanya pun tak kunjung berhasil."Bantu bujukin Papa buat nggak ngambil fasilitasnya dari gue dan kasih ke elo."Percakapannya dengan gadis itu tempo hari kembali membayangi."Dih, enak aja. Ogah gue." Cewek itu spontan menolak dan terlihat cuek."Ogah apa?""Ogah bantuin lo bujukin Papa. Itu kan Papa lo, lo dong yang bujukin Papa lo sendiri, masak gue.""Ya, masalahnya Pap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-01
Baca selengkapnya

42. Kerusuhan di Club Malam

Malam itu belum larut. Club malam itu belum begitu ramai, pelataran masih terlihat lengang ketika Atala memarkirkan mobilnya di sana.Begitu memasuki pintu club, lelaki belasan tahun itu langsung menuju bertender, memesan cocktail. Atala duduk di meja bar, sesekali menoleh pada cewek seksi yang kebetulan lewat di sampingnya. Spontan lelaki itu bersiul ria. Cewek yang lewat barusan hanya melirik sekilas, melempar tatapan sinis. Atala hanya tertawa menyaksikannya.Dan tepat saat dia mengalihkan pandangan ke lain arah, dia melihat sosok perempuan yang tidak asing, sedang duduk berduaan bersama seorang lelaki di salah satu sofa. Lelaki itu merangkul bahu si perempuan yang tertawa, terlihat begitu menikmati momen. Mereka terlihat begitu romantis.Tangan Atala spontan terkepal geram. Langsung saja dia berdiri bersamaan dengan bertender meletakkan pesanannya di atas meja. "Ini, Mas, pesanannya."Tapi Atala sudah berjalan mendatangi cewek itu. "Jadi ini alasan kamu mau putus dari aku?" tanyany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-01
Baca selengkapnya

43. Atala Mabuk

Citra mulai kepikiran dengan Atala. Seharian ini, sejak tadi siang dan sampai tengah malam lelaki itu tak kunjung pulang. Entah ke mana dia melayap, Citra tak tahu.Citra tak bermaksud memikirkannya. Hanya saja dia juga tidak bisa tinggal diam dan tenang kalau tidak tahu kabar lelaki itu. Apalagi sejak tadi eyang juga terus menanyakannya. Aneh rasanya jika seorang istri tidak tahu keberadaan suaminya.Maka gadis itu pun coba mengirimi suaminya pesan.To Talas:Lo kemana sih? Jam segini belum balik juga. Jangan menimbulkan kecurigaan dong.Citra berkali-kali mengecek jam di ponselnya. Sudah pukul setengah satu malam. Gadis itu sejak tadi duduk di kursi. Sesungguhnya dia sudah mengantuk, tapi dia tidak akan bisa tidur. Untung saja eyang sudah tidur sejak tadi.Di tengah kegelisahannya itu, Citra mendengar deru mesin mobil di luar. Citra langsung berdiri. "Itu pasti Atala. Bibi! Bi Rahma!" Citra meneriaki Bi Rahma yang masih asyik nonton televisi di ruang keluarga. Bos ART itu tidak akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-01
Baca selengkapnya

44. Atala Mabuk (2)

Waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari. Citra masih duduk termangu di atas kasurnya. Kantuknya seakan sirna. Ada banyak hal yang dia pikirkan. Tangannya bahkan sekarang masih terasa gemetar dan lemas. Dia tak menyangka dia bisa menghadapi orang mabuk dan mengatasinya dengan caranya sendiri. Padahal bisa saja hal buruk terjadi padanya. Karena sebelumnya Citra tak pernah melihat apalagi menangani orang mabuk. Ini pengalaman pertama baginya.Setelah menampar Atala hinga lelaki itu pingsan. Citra membiarkannya tidur di sofa, memberinya selimut lalu meninggalkannya ke kamar. Citra tak lupa mengunci pintu kamarnya. Khawatir kalau laki-laki itu bangun dan masuk ke kamarnya. Dan berbuat yang tidak-tidak.Dia juga sempat mengirimi pesan pada papa mertuanya, mengabarkan kalau Atala pulang dalam keadaan mabuk dan itu membuatnya takut. Papa mertuanya bilang kalau besok pagi dia akan ke sana untuk melihat kondisi anaknya.Citra jadi makin yakin Atala memang bukan lelaki baik-baik. Karena lel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-02
Baca selengkapnya

45. Bercerita

"Jadi semalam gue beneran mabuk?" tanya Atala meyakinkan. Citra yang duduk di hadapan lelaki itu mengangguk."Dan lo tahu gimana usaha gue buat ngatasin rasa takutnya gue ngeliat kondisi lo? Gue syok dan gue ...." Citra tiba-tiba terhenti, lantas gadis itu menggeleng. Sungguh Citra takut waktu itu, sangat takut. Dan dia tidak menyangka bisa mengatasi itu semua sendiri pada akhirnya.Sebenarnya Atala meminta Citra cerita sejak tadi, sejak pertama kali dia bertanya. Hanya saja Bi Rahma menyuruhnya sarapan dulu. Citra juga berjanji akan cerita setelah Atala sarapan. Namun, Atala juga mengajak Citra sarapan bersama. Dan setelah selesai sarapan, di sinilah mereka mengobrol. Mereka bahkan lupa akan batas-batas yang mereka buat."Lo ... kenapa?" tanya Atala saat melihat mata cewek di hadapannya ini berkaca-kaca."Gue takut ...." Air mata Citra menetes begitu saja tanpa bisa dicegah. Atala mengernyit seolah belum mengerti. "Lo nyaris ngelecehin gue." Citra mengatakannya tanpa memandang Atala.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-02
Baca selengkapnya

46. Permintaan Papa

"Atala lagi mandi, Pa. Apa perlu aku panggilin?""Nggak perlu." Johan mencegah ketika Citra hendak berbalik untuk memanggil Atala.Citra menatap papa mertuanya heran. "Papa nggak mau ketemu Atala?"Johan menggeleng. "Biar saja dia mandi. Papa ke sini cuman perlu ngomong sama kamu."Citra mengangguk. Dia sudah tahu. Dia sudah mendengar ceritanya dari Atala. "Kita ngobrol di dalam yuk, Pa," ajak Citra kemudian ketika dia menyadari sejak tadi mereka hanya berdiri di teras."Kita ngomong di sini saja." Johan menolak diajak masuk. Membuat Citra tetap diposisinya."Hmmm oke, Pa." Citra mengangguk. Dia jadi teringat ucapan Atala yang bilang kalau papanya itu keras kepala. Kita semua harus tunduk patuh dengan semua perintahnya. "Papa mau ngomong apa?" tanya Citra kemudian."Papa mau bilang sama kamu jangan terlalu membenci Atala."Citra tertegun. Kenapa Papa bicara begitu? Seolah tahu mereka memang sering bertengkar. Darimana Papa tahu? Siapa pula yang sudah tega membocorkan rahasia mereka? Si
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-02
Baca selengkapnya

47. Coklat Hangat

"Tapi kamu harus percaya, Citra. Atala nggak seburuk yang kamu pikirkan. Atala hanya butuh sosok perempuan yang lembut yang bisa mendidiknya. Dan dia sudah kehilangan sosok itu semenjak ibunya meninggal. Makanya Papa menikahkan dia dengan kamu. Papa berharap kamu bisa mengubahnya, mendidiknya layaknya ibu mendidik anaknya."Kalimat itu terus bergaung di kepala Citra, sejak papa mertuanya pergi dan bahkan sampai hari ini.Papa mengamanahkannya untuk menjaga Atala. Dan jujur, Citra merasa terbebani dengan amanah itu. Dia takut tak bisa melakukannya sesuai harapan papanya. Dia juga tak tahu apa yang harus dia lakukan untuk bisa mengubah perangai lelaki itu.Dan bagaimana reaksi papanya kalau tahu mereka akan bercerai nanti?Banyak hal yang Citra pikirkan dan takutkan. Setelah ini dia tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Tapi setidaknya untuk saat ini, dia akan melakukan apa yang bisa dia lakukan.Malam itu, Citra melihat Atala sedang nonton televisi, acara pertandingan sepak bola. Tata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-02
Baca selengkapnya

48. Pasangan yang Harmonis

Atala ikut tersenyum. "Papa udah kasih kartunya ke elo?"Citra mengangguk. Lalu meletakkan kartu itu ke paha Atala. "Sebenarnya Papa kasih ini buat gue, tapi buat lo aja. Biar lo nggak stres lagi, biar lo nggak ke club lagi, dan biar lo bisa royalin cewek lo lagi." Citra tersenyum.Ekspresi Atala saat menatap benda itu berubah datar. Lalu dia mengembalikan benda itu pada Citra. "Buat lo aja."Citra menerimanya dengan heran. Reaksi Atala sungguh di luar dugaannya. "Kenapa? Bukannya belakangan ini lo yang koar-koar minta gue bujukin Papa buat balikin nih kartu? Dan akhir-akhir ini juga lo galau banget gara-gara kehilangan benda berharga ini. Ini berharga banget kan buat lo?""Gue sebelumnya emang sedih sejak Papa cabut fasilitas kartu kreditnya dari gue, tapi sekarang nggak lagi. Gue juga nggak royalin cewek lagi. Jadi gue rasa gue nggak butuh kartu itu lagi. Elo yang lebih butuh kan buat belanja." Atala mengalihkan pandangannya ke layar televisi. Citra terdiam. Memang papa mertuanya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-03
Baca selengkapnya

49. Quality Time

Mengingat mereka pernah berencana jalan berdua agar eyang tidak curiga, Atala pun mengajak Citra jalan-jalan. Kalau memang sudah terbiasa, kebiasaan itu sulit dihilangkan. Nyatanya Atala terbiasa hidup berfoya-foya dan meroyalkan seorang wanita. Hari itu, Atala menyuruh Citra ke klinik kecantikan untuk memperbaiki penampilan gadis itu, tapi Citra spontan menolak."Ngapain sih gue treatment segala. Nggak perlu." "Mana ada cewek yang nggak perlu treatment wajah. Lo tuh sekarang udah jadi istri gue. Gue nggak mau orang-orang nanti ada yang ngomong 'istri sang pewaris kok penampilannya kucel banget, ya.' Terus nanti sewaktu-waktu ada wartawan yang nyorot kita, keliatan di kamera lo jelek banget. Malu-maluin gue tahu nggak? Lagian emangnya lo nggak pengin punya muka yang lebih cantik dan terawat?" Bisa saja Atala menjawabnya. Dia tak tahu saja kalimat pedasnya itu menyakiti perasaan istrinya. "Enak aja. Emang gue sejelek itu apa?" Citra tak terima. "Emang iya, kok. Kebiasaan kampungan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-03
Baca selengkapnya

50. Quality Time (2)

"Biasa aja liatnya. Jangan malu-maluin gue ...," bisik Atala saat mendapati Citra celingukan memperhatikan interior klinik itu. "Nggak usah ditunjukin juga kalau lo orang kampung.""Sembarangan!" Citra mendelik kesal."Pendaftaran dulu sana."Citra malah menatapnya bingung. "Gimana? Gue nggak tahu caranya.""Masuk aja dulu di ruangan pendaftaran, nanti diarahin.""Lo ikut, dong." Citra memelas.Atala pun menemani Citra melakukan pendaftaran dan administrasi, tapi pria itu hanya menemani, menunggu di depan ruang pendaftaran tersebut.Setelah semua proses dilakukan, seperti pembayaran administrasi, mengisi formulir dan konsultasi dengan dokter, tibalah Citra melakukan treatment di ruang perawatan.Selama Citra melakukan treatment, Atala meninggalkannya, mencari salon terdekat untuk potong rambut. Sambil berbaring dengan mata terpejam, Citra menikmati proses treatment tersebut. Dia merasakan kenyamanan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Pikirannya tenang dan banyak hal yang dia i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status