Share

42. Kerusuhan di Club Malam

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 15:00:00
Malam itu belum larut. Club malam itu belum begitu ramai, pelataran masih terlihat lengang ketika Atala memarkirkan mobilnya di sana.

Begitu memasuki pintu club, lelaki belasan tahun itu langsung menuju bertender, memesan cocktail. Atala duduk di meja bar, sesekali menoleh pada cewek seksi yang kebetulan lewat di sampingnya. Spontan lelaki itu bersiul ria. Cewek yang lewat barusan hanya melirik sekilas, melempar tatapan sinis. Atala hanya tertawa menyaksikannya.

Dan tepat saat dia mengalihkan pandangan ke lain arah, dia melihat sosok perempuan yang tidak asing, sedang duduk berduaan bersama seorang lelaki di salah satu sofa. Lelaki itu merangkul bahu si perempuan yang tertawa, terlihat begitu menikmati momen. Mereka terlihat begitu romantis.

Tangan Atala spontan terkepal geram. Langsung saja dia berdiri bersamaan dengan bertender meletakkan pesanannya di atas meja. "Ini, Mas, pesanannya."

Tapi Atala sudah berjalan mendatangi cewek itu. "Jadi ini alasan kamu mau putus dari aku?" tanyany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    43. Atala Mabuk

    Citra mulai kepikiran dengan Atala. Seharian ini, sejak tadi siang dan sampai tengah malam lelaki itu tak kunjung pulang. Entah ke mana dia melayap, Citra tak tahu.Citra tak bermaksud memikirkannya. Hanya saja dia juga tidak bisa tinggal diam dan tenang kalau tidak tahu kabar lelaki itu. Apalagi sejak tadi eyang juga terus menanyakannya. Aneh rasanya jika seorang istri tidak tahu keberadaan suaminya.Maka gadis itu pun coba mengirimi suaminya pesan.To Talas:Lo kemana sih? Jam segini belum balik juga. Jangan menimbulkan kecurigaan dong.Citra berkali-kali mengecek jam di ponselnya. Sudah pukul setengah satu malam. Gadis itu sejak tadi duduk di kursi. Sesungguhnya dia sudah mengantuk, tapi dia tidak akan bisa tidur. Untung saja eyang sudah tidur sejak tadi.Di tengah kegelisahannya itu, Citra mendengar deru mesin mobil di luar. Citra langsung berdiri. "Itu pasti Atala. Bibi! Bi Rahma!" Citra meneriaki Bi Rahma yang masih asyik nonton televisi di ruang keluarga. Bos ART itu tidak akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    44. Atala Mabuk (2)

    Waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari. Citra masih duduk termangu di atas kasurnya. Kantuknya seakan sirna. Ada banyak hal yang dia pikirkan. Tangannya bahkan sekarang masih terasa gemetar dan lemas. Dia tak menyangka dia bisa menghadapi orang mabuk dan mengatasinya dengan caranya sendiri. Padahal bisa saja hal buruk terjadi padanya. Karena sebelumnya Citra tak pernah melihat apalagi menangani orang mabuk. Ini pengalaman pertama baginya.Setelah menampar Atala hinga lelaki itu pingsan. Citra membiarkannya tidur di sofa, memberinya selimut lalu meninggalkannya ke kamar. Citra tak lupa mengunci pintu kamarnya. Khawatir kalau laki-laki itu bangun dan masuk ke kamarnya. Dan berbuat yang tidak-tidak.Dia juga sempat mengirimi pesan pada papa mertuanya, mengabarkan kalau Atala pulang dalam keadaan mabuk dan itu membuatnya takut. Papa mertuanya bilang kalau besok pagi dia akan ke sana untuk melihat kondisi anaknya.Citra jadi makin yakin Atala memang bukan lelaki baik-baik. Karena lel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    45. Bercerita

    "Jadi semalam gue beneran mabuk?" tanya Atala meyakinkan. Citra yang duduk di hadapan lelaki itu mengangguk."Dan lo tahu gimana usaha gue buat ngatasin rasa takutnya gue ngeliat kondisi lo? Gue syok dan gue ...." Citra tiba-tiba terhenti, lantas gadis itu menggeleng. Sungguh Citra takut waktu itu, sangat takut. Dan dia tidak menyangka bisa mengatasi itu semua sendiri pada akhirnya.Sebenarnya Atala meminta Citra cerita sejak tadi, sejak pertama kali dia bertanya. Hanya saja Bi Rahma menyuruhnya sarapan dulu. Citra juga berjanji akan cerita setelah Atala sarapan. Namun, Atala juga mengajak Citra sarapan bersama. Dan setelah selesai sarapan, di sinilah mereka mengobrol. Mereka bahkan lupa akan batas-batas yang mereka buat."Lo ... kenapa?" tanya Atala saat melihat mata cewek di hadapannya ini berkaca-kaca."Gue takut ...." Air mata Citra menetes begitu saja tanpa bisa dicegah. Atala mengernyit seolah belum mengerti. "Lo nyaris ngelecehin gue." Citra mengatakannya tanpa memandang Atala.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    46. Permintaan Papa

    "Atala lagi mandi, Pa. Apa perlu aku panggilin?""Nggak perlu." Johan mencegah ketika Citra hendak berbalik untuk memanggil Atala.Citra menatap papa mertuanya heran. "Papa nggak mau ketemu Atala?"Johan menggeleng. "Biar saja dia mandi. Papa ke sini cuman perlu ngomong sama kamu."Citra mengangguk. Dia sudah tahu. Dia sudah mendengar ceritanya dari Atala. "Kita ngobrol di dalam yuk, Pa," ajak Citra kemudian ketika dia menyadari sejak tadi mereka hanya berdiri di teras."Kita ngomong di sini saja." Johan menolak diajak masuk. Membuat Citra tetap diposisinya."Hmmm oke, Pa." Citra mengangguk. Dia jadi teringat ucapan Atala yang bilang kalau papanya itu keras kepala. Kita semua harus tunduk patuh dengan semua perintahnya. "Papa mau ngomong apa?" tanya Citra kemudian."Papa mau bilang sama kamu jangan terlalu membenci Atala."Citra tertegun. Kenapa Papa bicara begitu? Seolah tahu mereka memang sering bertengkar. Darimana Papa tahu? Siapa pula yang sudah tega membocorkan rahasia mereka? Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    47. Coklat Hangat

    "Tapi kamu harus percaya, Citra. Atala nggak seburuk yang kamu pikirkan. Atala hanya butuh sosok perempuan yang lembut yang bisa mendidiknya. Dan dia sudah kehilangan sosok itu semenjak ibunya meninggal. Makanya Papa menikahkan dia dengan kamu. Papa berharap kamu bisa mengubahnya, mendidiknya layaknya ibu mendidik anaknya."Kalimat itu terus bergaung di kepala Citra, sejak papa mertuanya pergi dan bahkan sampai hari ini.Papa mengamanahkannya untuk menjaga Atala. Dan jujur, Citra merasa terbebani dengan amanah itu. Dia takut tak bisa melakukannya sesuai harapan papanya. Dia juga tak tahu apa yang harus dia lakukan untuk bisa mengubah perangai lelaki itu.Dan bagaimana reaksi papanya kalau tahu mereka akan bercerai nanti?Banyak hal yang Citra pikirkan dan takutkan. Setelah ini dia tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Tapi setidaknya untuk saat ini, dia akan melakukan apa yang bisa dia lakukan.Malam itu, Citra melihat Atala sedang nonton televisi, acara pertandingan sepak bola. Tata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    48. Pasangan yang Harmonis

    Atala ikut tersenyum. "Papa udah kasih kartunya ke elo?"Citra mengangguk. Lalu meletakkan kartu itu ke paha Atala. "Sebenarnya Papa kasih ini buat gue, tapi buat lo aja. Biar lo nggak stres lagi, biar lo nggak ke club lagi, dan biar lo bisa royalin cewek lo lagi." Citra tersenyum.Ekspresi Atala saat menatap benda itu berubah datar. Lalu dia mengembalikan benda itu pada Citra. "Buat lo aja."Citra menerimanya dengan heran. Reaksi Atala sungguh di luar dugaannya. "Kenapa? Bukannya belakangan ini lo yang koar-koar minta gue bujukin Papa buat balikin nih kartu? Dan akhir-akhir ini juga lo galau banget gara-gara kehilangan benda berharga ini. Ini berharga banget kan buat lo?""Gue sebelumnya emang sedih sejak Papa cabut fasilitas kartu kreditnya dari gue, tapi sekarang nggak lagi. Gue juga nggak royalin cewek lagi. Jadi gue rasa gue nggak butuh kartu itu lagi. Elo yang lebih butuh kan buat belanja." Atala mengalihkan pandangannya ke layar televisi. Citra terdiam. Memang papa mertuanya me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    49. Quality Time

    Mengingat mereka pernah berencana jalan berdua agar eyang tidak curiga, Atala pun mengajak Citra jalan-jalan. Kalau memang sudah terbiasa, kebiasaan itu sulit dihilangkan. Nyatanya Atala terbiasa hidup berfoya-foya dan meroyalkan seorang wanita. Hari itu, Atala menyuruh Citra ke klinik kecantikan untuk memperbaiki penampilan gadis itu, tapi Citra spontan menolak."Ngapain sih gue treatment segala. Nggak perlu." "Mana ada cewek yang nggak perlu treatment wajah. Lo tuh sekarang udah jadi istri gue. Gue nggak mau orang-orang nanti ada yang ngomong 'istri sang pewaris kok penampilannya kucel banget, ya.' Terus nanti sewaktu-waktu ada wartawan yang nyorot kita, keliatan di kamera lo jelek banget. Malu-maluin gue tahu nggak? Lagian emangnya lo nggak pengin punya muka yang lebih cantik dan terawat?" Bisa saja Atala menjawabnya. Dia tak tahu saja kalimat pedasnya itu menyakiti perasaan istrinya. "Enak aja. Emang gue sejelek itu apa?" Citra tak terima. "Emang iya, kok. Kebiasaan kampungan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    50. Quality Time (2)

    "Biasa aja liatnya. Jangan malu-maluin gue ...," bisik Atala saat mendapati Citra celingukan memperhatikan interior klinik itu. "Nggak usah ditunjukin juga kalau lo orang kampung.""Sembarangan!" Citra mendelik kesal."Pendaftaran dulu sana."Citra malah menatapnya bingung. "Gimana? Gue nggak tahu caranya.""Masuk aja dulu di ruangan pendaftaran, nanti diarahin.""Lo ikut, dong." Citra memelas.Atala pun menemani Citra melakukan pendaftaran dan administrasi, tapi pria itu hanya menemani, menunggu di depan ruang pendaftaran tersebut.Setelah semua proses dilakukan, seperti pembayaran administrasi, mengisi formulir dan konsultasi dengan dokter, tibalah Citra melakukan treatment di ruang perawatan.Selama Citra melakukan treatment, Atala meninggalkannya, mencari salon terdekat untuk potong rambut. Sambil berbaring dengan mata terpejam, Citra menikmati proses treatment tersebut. Dia merasakan kenyamanan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Pikirannya tenang dan banyak hal yang dia i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03

Bab terbaru

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    136. Terbongkar

    Beberapa hari yang lalu. Hari itu pada acara grand opening Senja Cafe Atala. Johan terlihat asyik mengobrol bersama koleganya yang juga datang di acara itu sambil menikmati kopi Senja Cafe. Namun, tiba-tiba sebuah pesawat kertas menghampiri dan jatuh tepat di bahunya membuatnya menoleh. Pesawat kertas itu kemudian jatuh ke lantai. Belum sempat dia mencerna apa yang terjadi, seorang gadis kecil berlari menghampiri, memungut pesawat kertas itu. "Eh, Nuri ... hati-hati, dong, mainnya ...." Seorang wanita datang menghampiri dan menegurnya. "Kena opa, tuh. Minta maaf dulu sama Opa." Gadis kecil itu menatap Johan yang tengah duduk di kursinya sambil memegangi pesawat kertasnya. "Opa, maaf, ya." Alih-alih marah, Johan tersenyum melihat gadis kecil itu. "Its okay." Dia kenal gadis kecil bernama Nuri itu. Anak itu adalah anak Shinta, kakaknya Citra. Jadi Nuri itu keponakannya Citra juga. Gadis kecil itu lalu tersenyum malu-malu. "Maaf, ya, Pak." Sang ibu terlihat tak nyaman. "Ngga

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    135. Surat Perjanjian yang Ditemukan

    Sebelum menemui papa, Citra kembali masuk ke kamar untuk memberitahu suaminya. "Atala, ada Papa di luar." Atala yang masih berbaring santai di atas kasur menanggapi dengan santai. "Temuin, dong." "Menurut kamu kenapa Papa datang ke sini? Mendadak lagi." Bukannya langsung menemui papa, Citra malah bertanya. Atala pun bangun dari pembaringannya. "Emangnya Papa nggak boleh datang ke rumah kita?" "Bukan gitu. Tadi Bi Rahma bilang wajah Papa kayak tegang gitu, kayak marah. Aku takut kalau Eyang udah ngadu sama Papa tentang--" "Kamu temuin Papa aja belum udah mikir ke mana-mana," potong Atala yang membuat Citra langsung terdiam. Wajah Atala begitu terlihat tak suka. Citra merasa dia sudah salah bicara. "Maksud aku tuh ...." Atala lalu berdiri, berjalan keluar kamar. "Biar aku aja yang temui Papa." Citra menghela napas. Gadis mengenakan daster itu memutuskan mengikuti suaminya, menemui papa juga. Waktu Citra keluar, dia mendengar percakapan papa mertua dan suaminya itu s

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    134. Mencari Solusi

    "Atala, kita nggak bisa diam aja. Kita harus cari cara gimana caranya biar Eyang percaya lagi. Aku nggak bisa kaya gini. Aku nggak mau Eyang marah sama aku!" Citra menggeleng. Perasaannya cemas luar biasa. Ingin rasanya dia melakukan apa pun, tapi saat ini dia benar-benar buntu, tak ada ide lagi untuk membujuk eyang. Wajah eyang putri yang kecewa bahkan masih terbayang-bayang di benaknya.Berhari-hari mereka memikirkan solusi masalah itu bagaimana caranya agar eyang percaya sama mereka. Atala dan Citra bahkan juga sudah menelepon eyang putri, tapi eyang tak merespons.Atala yang kini bersandar di kepala kasurnya malah tersenyum miring, terlihat santai saja. "Aku tahu gimana caranya."Mendengar itu, Citra menatap suaminya ingin tahu. "Gimana?""Kita harus buktiin ke Eyang kalau kita udah tidur bareng. Kamu harus cepat-cepat hamil. Kita harus rajin-rajin." Atala mengangkat kedua alisnya."Rajin-rajin apa?" Citra tak mengerti. "Atala yang serius, dong.""Rajin-rajin itu masak nggak ngert

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    133. Niat Bercerai?

    Pasca malam pertama itu, hubungan Atala dan Citra semakin harmonis saja. Mereka bahkan melakukan hubungan suami-istri nyaris setiap hari, bahkan mereka juga melakukannya di siang hari saat keduanya tidak ada kesibukan. Hal itu membuat Citra jadi sering menghabiskan waktu di kamar Atala. Bi Rahma seringkali mendapati Citra keluar dari kamar Atala. Citra tahu mungkin ART-nya itu berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Meskipun begitu Citra tetap tak mau mereka tahu bahwa dia dan Atala sudah melakukan malam pertama.Karenanya hari itu semua pakaian yang kotor akibat malam pertama itu seperti selimut yang telah dia jadikan handuk, atau seprai yang terkena noda darah dan juga piyamanya dia cuci sendiri menggunakan tangan. Dia mencucinya di kamar mandi Atala. Dia tak mau membawa pakaian kotor itu keluar, tak ingin menimbulkan kecurigaan. Karena dia tahu, para ART-nya itu tak akan membiarkannya mencuci sendiri.Ketika tugasnya mencuci sudah selesai, dia meminta Atala untuk menjemurnya di tempa

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    132. Pagi Harinya

    Suara burung yang merdu terdengar nyaring, menembus ruang kamar Atala yang kedap. Cicit burung yang terdengar samar membuat Citra membuka matanya perlahan.Yang pertama kali dia lihat adalah plafon kamar yang amat dia kenali. Gadis itu lalu mengerjap-ngerjap dan melirik tubuhnya yang berbungkus selimut. Tangan kekar yang amat dia kenali menindih tubuhnya. Citra membelalak dan spontan menoleh ke samping. Awalnya lagi-lagi dia terkejut. Tapi dia terdiam sebentar, berpikir, sebelum akhirnya sadar apa yang terjadi, apa yang dia lakukan tadi malam. Mengingat kejadian itu, Citra tersenyum malu. Dia sampai menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ternyata begini rasanya bercinta. Citra melirik jam yang sudah menunjukkan pukul enam. Lantas dia mengusap tangan suaminya di atas perutnya. "Sayang, bangun udah pagi," bisiknya.Bukannya bangun, Atala hanya bergumam dan semakin mempererat pelukannya di tubuh istrinya.Citra tersenyum. "Serius masih mau tidur?""Hmm." Atala bergumam tidak

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    131. Malam Pertama

    "Aku mau bilang sama kamu kalau aku ... bahagia banget hari ini." Citra tersenyum mengungkapkan isi hatinya pada suaminya itu. Gadis itu berbicara menghadap jendela, menatap gorden. Dan Atala di belakangnya, memandangnya dengan heran. Namun, ketika Atala sudah mendengar ungkapan dari istrinya itu, Atala pun mengerti dan tersenyum. "Bahagia kenapa memangnya?" tanyanya kemudian. Citra spontan berbalik, mendapati Atala sudah mengenakan baju kaos putih dan celana pendek. Gadis itu lalu berjalan mendekati suaminya. Berhenti ketika jarak tubuh mereka hanya beberapa senti. "Ya, bahagia karena kamu udah wujudin mimpi-mimpi aku." "Mimpi bangun kafe?" "Selain itu kamu juga menghargai aku. Kamu baik banget sama aku." Citra masih tersenyum. "Hmm ...." Atala mengangguk-angguk. "Jadi ke kamar aku cuman mau bilang itu? Kayak penting banget." "Itu penting buat aku. Dan karena kamu udah baik banget sama aku ...." Citra lalu mengelus dada bidang Atala yang berbungkus kaos tipis, hingga b

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    130. Hadiah Untuk Atala

    Malam harinya pasca grand opening itu. Di kamarnya, Citra merenung sambil duduk di pinggir kasur. Dia mengingat kejadian-kejadian hari ini. Dan bagaimana kejadian-kejadian di acara grand opening tadi. Bagaimana Atala memperlakukannya dengan baik dan istimewa di depan orang-orang. Atala juga sangat menghargainya. Terlebih papa mertuanya itu. Percakapannya dengan sang papa mertua pun kembali terngiang. "Jujur Papa senang dan bangga sekali melihat perubahan dalam sikap Atala. Dan itu pasti karena jasamu. Papa tahu itu." "Atala mau berubah pun karena kamu, Citra. Karena dia merasa sudah memiliki istri. Dan apa pun itu Papa percaya semua ada andil kamu di belakangnya, termasuk kesuksesan Atala kelak." "Kamu tahu ada kata-kata terdahulu yang mengatakan 'Di balik kesuksesan seorang pria, ada wanita yang hebat' kamu percaya? Kalau Papa sangat percaya." "Papa titip Atala sama kamu, ya, Citra. Terima kasih jika kamu mau menerima anak Papa yang masih punya banyak kekurangan. Ka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    129. Andil Citra

    "Jujur Papa senang dan bangga sekali melihat perubahan dalam sikap Atala." Papa Johan memulai bicaranya saat dia duduk di kursi yang ada di ruang kerja Citra. Menatap Citra yang masih duduk di kursi kerjanya. Citra tersenyum. "Iya, Pa. Alhamdulillah Atala udah ada perkembangan sekarang." "Dan itu pasti karena jasamu. Papa tahu itu." Johan tersenyum. Citra terdiam. Dia merasa tidak melakukan apa pun. Tapi dia ingat ucapan papa dulu yang pernah mempercayainya kalau dia bisa mengubah perilaku Atala. "Tapi kamu harus percaya, Citra. Atala nggak seburuk yang kamu pikirkan. Atala jadi begitu gara-gara Papa. Papa nggak bisa jadi orang tua tunggal untuknya. Atala hanya butuh sosok perempuan yang lembut yang bisa mendidiknya. Dan dia sudah kehilangan sosok itu semenjak ibunya meninggal. Makanya Papa menikahkan dia dengan kamu. Papa berharap kamu bisa mengubahnya, mendidiknya layaknya ibu mendidik anaknya." "Tapi, Pa, aku juga nggak yakin aku bisa melakukannya." "Papa yakin kamu

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    128. Grand Opening Senja Cafe

    Sejak malam di mana Citra mendapati dirinya dipeluk Atala untuk pertama kali, terlewati. Hari-hari terus berlalu. Sepasang pengantin baru itu semakin harmonis saja. Citra tak dapat menghindar atas perlakuan manis Atala terhadapnya. Atala memperlakukannya dengan begitu manis. Dan itu membuat perasaan Citra membesar kian hari. Meski Citra belum mengizinkan Atala untuk menyentuhnya. Atala pun semangat menjalani hari-harinya, walau kadang terasa berat dan melelahkan. Karena setiap dia mengeluh karena lelah, ada Citra yang selalu menyemangatinya, memberinya wejangan, dan kata-kata mutiara yang memotivasi, tidak lupa Citra juga memberinya ciuman tiap kali Atala mengeluh, sesuatu yang paling Atala sukai dari semua yang telah Citra beri. Mereka menjalani rutinitas bersama. Proses membangun kafe bersama pun pelan-pelan terwujud. Kafe Citra dan Atala telah resmi berdiri. Sudah lengkap dengan alat dan bahan kopi, serta beberapa karyawan yang siap bekerja. Citra bahkan juga merekrut seseo

DMCA.com Protection Status