All Chapters of Aku Bukan Tulang Punggungmu, Mas!: Chapter 21 - Chapter 30

90 Chapters

Bab 21

Beruntung kemarin Hanin memintaku untuk memindahkan brankas ke rumah ini. Jadi, Mas Aksa dan keluarganya tidak akan menemukan sertifikat ruko atau barang berharga yang lain. Hanya ada tempat tidur, lemari kecil, TV dan rak piring berisi peralatan makan di lantai dua. Biarkan saja mereka menunggu lama disana. Karena ada banyak hal yang harus aku lakukan dengan Hanin hari ini. Kemungkinan aku tidak bisa datang ke warung. Namun, jika masih ada waktu aku bisa mampir sebentar pada malam hari. “Siapa yang telpon Mbak?” tanya Hanin setelah aku meletakan hp di atas meja. “Tika. Dia bilang Mas Aksa dan Ibu datang ke warung. Mereka memaksa masuk ke lantai dua untuk menungguku disana. Mungkin untuk menemukan barang-barang berharga.. Aku katakan pada Tika untuk membiarkan mereka menunggu di lantai dua.” “Bagus sih, tetapi bagaimana kalau mereka bertanya pada pegawai yang lain tentang usaha warungmu Mbak. Aku takut jika ada pegawai yang bocor?” Aku menggeleng tenang. Kelima pegawaiku sekarang
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 22

Aku termenung di ruang tamu rumah ini sendirian. Tidak ada teman mengobrol karena Hanin juga istirahat di dalam kamarnya. Tidak ada suara TV yang akan mengisi suasana rumah. Hanya hening yang menemani. Dengan jarum jam yang terus bergerak membuat suara yang nyaman di telinga. Memikirkan nasibku ke depannya setelah menyandang status baru sebagai janda dengan dua anak kembar yang masih kecil.Di saat seorang wanita memilih untuk berpisah dari suami dengan membawa anak, maka wanita itu juga harus siap menyandang peran ganda sebagai Ayah dan Ibu. Itulah yang mendiang Ibu katakan padaku dan Hanin dulu. Beban untuk membesarkan anak seorang diri tanpa bantuan mantan suami, membuat seorang janda jadi bekerja keras untuk menghidup anak-anaknya. Banyak yang memilih untuk tidak menikah lagi karena takut jika suami barunya akan menyakiti anak-anak.Dulu Bapak menikah lagi dengan wanita lain saat usiaku baru menginjak sepuluh tahun dan usia Hanin baru menginjak delapan tahun. Aku yang masih kecil
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 23

Aku langsung menelpon Bu Nada yang merupakan ustadzah yang sering mengisi pengajian. Beliau juga seorang nyai yang mempunyai pondok pesantren bersama suaminya. Hanin sudah membimbing anak-anak untuk masuk ke dalam mobil. Aku masih berdiri terpaku sambil menatap ke arah ruko. Entah kenapa pandanganku sama sekali tidak bisa beralih dari sana.“Halo assalamualaikum Dania,” sapa Bu Nada membuat perhatianku teralih.“Waalaikumsalam Bu Nada. Maaf kalau mengganggu malam-malam seperti ini. Ada yang mau saya bicarakan.”Hanin sudah mengetuk jendela mobil sebagai tanda agar aku segera masuk ke dalam. Aku mengangguk lalu duduk di belakang bersama Mawar dan Melati yang langsung memeluk tubuhku.“Boleh. Apa sudah terjadi hal yang buruk?”Aku lalu menceritakan kejadian aneh yang baru saja terjadi. Instingku mengatakan jika hal ini ada hubungannya dengan alam gaib. Bu Nada berjanji akan mengirim lima santri dan seorang ustad yang mengajar di pondoknya untuk segera membersihkan warung. Pasti ada orang
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

Bab 24

“Lihar Nin, mata Mas Aksa masih terpejam. Sepertinya dia kerasukan hingga tubuhnya bisa berjalan kesini lalu menggedor pintu seperti itu.” Tanganku sudah menunjuk ke wajah Mas Aksa yang ada di layar HP Hanin. Suara gedoran pintu masih terus terdengar nyaring memekakan telinga.“Benar juga Mbak. Cepat hubungi Bu Nada lagi. Minta bantuan beliau agar bisa menyadarkan Mas Aksa. Aku akan tetap memantau kamera CCTV di teras dan mobilku untuk melihat apakah ada orang yang mengikuti Mas Aksa atau tidak.”Aku mengangguk. Gegas kuraih hp di atas laci lalu menghubungi Bu Nada. Aku menceritakan tentang kedatangan Mas Aksa yang menggedor pintu dengan mata tertutup. Sepertinya guna-guna yang di kirim padaku sudah berbalik pada Mas Aksa.“Saya kirim seorang ustad dan empat santri kesana. Suamimu bisa di bawa ke musola terdekat untuk di ruqyah. Apapun yang terjadi jangan bukakan pintu.”“Baik Bu.”Lima belas menit kemudian, sebuah mobil berwarna putih berhenti di halaman rumah ini. Seorang pria paruh
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Bab 25

Tika langsung turun ke bawah setelah melapor padaku tentang kedatangan Ibu dan Rosi. Aku merapikan hijab instan berwarna biru muda yang kupakai. “Kamu mau menunggu di atas atau ikut turun bersamaku Nin?”“Aku ikut tu_”Belum selesai Hanin bicara, HP-nya sudah berdering nyaring. Tanda ada pesan masuk. Dapat kulihat sekilas nama pegawai di tokonya yang menelpon.“Kamu terima dulu telpon pegawaimu.”“Iya Mbak.”Kakiku melangkah menuruni tangga. Lalu masuk ke dalam dapur. Ibu dan Rosi sudah duduk di kursi seperti yang di katakan Tika tadi. Melihat kedatanganku, mata Rosi berbinar senang. Ah aku baru ingat jika hari ini Rosi akan membeli seserahan untuk acara pernikahannya. Pasti dia mau minta uang dariku.“Dasar kamu ini. Bukannya pulang ke rumah dulu untuk membuat sarapan, malah langsung pergi ke warung,” omel Ibu begitu aku duduk di depannya.Padahal di rumah juga ada Rosi dan Syntia. Kenapa tidak menyuruh kedua putrinya saja untuk memasak? Kuhela nafas perlahan agar tidak terpancing em
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

Bab 26

Aku hanya bisa mengerjapkan mata bingung. Kurapikan hijab instan berwarna abu yang sedang kukenakan untuk mengusir kecanggungan di antara kami. Pandanganku beralih pada tangan di atas meja. Tidak berani menatap wajahnya. “Apa maksud perkataan Pak Farhan tadi?”“Saya ingin membeli mobil suami anda. Sebenarnya kontrak kerja saya sudah berakhir bulan depan. Mobil yang saya gunakan sekarang adalah mobil kantor. Setelah pindah ke kota ini, saya membutuhkan mobil pribadi. Saya pikir daripada mencari di dealer, lebih baik membeli mobil suami Mbak Dania. Jika cocok maka kita bisa mengurus over kredit mobil pada dealer,” terang Pak Farhan yang masih membuatku merasa heran.Jika dia memang ingin membeli mobil pribadi, kenapa harus membeli mobil bekas? Dari cerita Hanin aku tahu jika Pak Farhan berasal dari keluarga terpandang di kota ini. Dengan pekerjaannya sebagai pengacara dan kekayaan keluarganya, aku yakin Pak Farhan bisa membeli mobil baru yang jauh lebih bagus dari mobil Mas Aksa.Seanda
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

Bab 27

Aku memalingkan wajah hingga memutus kontak mata kami. Dadaku berdegup kencang karena takut jika Arumi akan melihat wajah kami. Apalagi jika dia sampai mengenaliku. Walaupun sudah menghela nafas berulang kali, tetapi aku tetap takut. Bagaimana jika Arumi mendengar semua percakapan kami? Bisa jadi dia akan melaporkannya pada Mas Aksa.“Tenang saja Mbak. Sepertinya dia tidak mendengar percakapan kita. Wanita itu sedang menelpon seseorang. Dia memakai earphone di telinganya dan aku tidak sengaja melihat layar HP-nya yang masih tersambung dengan seseorang.” Hanin menjelaskan. Aku menghela nafas lega. Masih mendengar suara Arumi yang tengah bicara dengan pelayan. Dari sudut mata aku melihatnya berjalan menuju kasir dengan tangan masih memegang hp. Sepertinya ia tengah bicara dengan seseorang di sebrang sambungan telpon.Mungkin dia tidak melihat wajahku. Atau Arumi memang tidak tahu sosokku sama sekali? Rasanya tidak mungkin. Pandangan tidak bisa lepas darinya. Sekarang Arumi mengeluarkan
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Bab 28

“Maaf Mas,” kata Syntia lalu berlari masuk ke dalam kamarnya. Suara pintu yang terbuka dan tertutup terdengar nyaring. Sepertinya Syntia takut akan menjadi sasaran kemarahan Mas Aksa karena sudah keceplosan menyebut tentang uang penjualan mobil.Mas Aksa menundukan kepalanya. Ia tidak berani memandang wajahku. Saat Mas Aksa berjalan aku langsung memegang tangannya. Dengan memasang wajah pura-pura lugu, aku kemudian bertanya, “Apa maskud Syntia tadi Mas? Kenapa dia mengatakan jika aku tidak akan mendapat bagian dari over kredit mobil? Apakah mobilmu sudah terjual?”Aku menatapnya tajam. Membuat Mas Aksa tidak berani balas menatap. Tangannya mengusap leher dengan wajah gelisah. Kebiasaannya jika sedang kalut. Bibir Mas Aksa terbuka lalu tertutup. Suaranya terdengar samar karena tertahan di tenggorokan. Dia tidak mampu menjawab rentetan pertanyaanku.“Kenapa diam saja? Benarkan kalau mobilmu sudah laku terjual?” tanyaku padanya. Aku melepaskan pegangan tangan Mas Aksa.“Bukan begitu. Mob
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 29

Suara erangan Mas Aksa membuatku memasukan semua pakaian wanita itu ke bawah tempar tidur lagi. Aku menatap Mas Aksa yang membalikan badannya menghadap dinding. Kuhela nafas lega. Untung saja Mas Aksa tidak terbangun. Untuk mengetahui siapa pemilik semua pakaian itu, aku harus memeriksa rekaman kamera CCTV hari ini. Kulangkahkan kaki ke tempat tidur anak-anak yang ada di ujung kamar. Duduk sambil bersandar pada dinding. Menatap layar HP yang sudah menampilkan rekaman kamera CCTV. Ternyata Arumi sudah datang ke rumah ini sejak siang. Mereka pergi ke tukang jahit untuk mengukur badan Arumi karena wanita itu juga akan mendapat seragam keluarga. Sama sepertiku. Padahal Arumi bukan bagian dari keluarga ini. “Bagaimana kalau Dania curiga?” tanya Arumi khawatir. Mas Aksa yang duduk di sampingnya merangkul bahu Arumi mesra. Ia bahkan mencium pipi Arumi di depan keluarganya. “Tenang saja sayang. Semua keluargaku akan mendapat seragam keluarga. Jadi, kau bisa berpura-pura sebagai kakak sepup
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Bab 30

Ibu dan Arumi hanya bisa terdiam. Mereka tidak berani menatap wajahku. Kaki Arumi bergerak gelisah sampai ia tidak sadar jika daster Ibu yang ia kenakan mencetak jelas bentuk badannya. Sadar jika aku sedang memperhatikan tubuhnya, Arumi menyilangkan tangannya di depan dada."Siapa wanita ini Bu?" tanyaku sekali lagi. Arumi tidak berani menjawab karena ia hanya menundukan kepalanya."Namanya Arumi. Dia kakak sepupunya Aksa yang dulu kerja di Batam. Baru pulang kemarin lalu pergi ke rumah ini untuk mengukur baju seragam saat pernikahan Rosi. Kalian tidak pernah bertemu karena kontrak kerja Arumi selama sepuluh tahun baru berakhir kemarin," jawab Ibu memberi alasan. "Oh begitu. Mbak Arumi keponakannya Ibu atau mendiang Bapak?""Dia keponakan dari Bapaknya Aksa. Kamu tahu sendiri hubungan kami dengan keluarga Bapaknya Aksa tidak baik. Hanya Arumi yang masih mau menjalin silaturahmi dengan kami. Kedatangan Arumi kesini untuk mewakili keluarga Bapaknya Aksa," tutur Ibu yang lancar mengatak
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status